Anda di halaman 1dari 45

USUL PENELITIAN

PENAPISAN DAN UJI DAYA ANTAGONIS JAMUR ASAL


RIZOSFER TANAMAN KELAPA TERHADAP Phytophthora
palmivora Butler PENYEBAB PENYAKIT BUSUK UMBUT
TANAMAN KELAPA SERTA IDENTIFIKASINYA

OLEH:
NENENG AGUSTINA
NIM.1606110091

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS RIAU
PEKANBARU
2021
USUL PENELITIAN

PENAPISAN DAN UJI DAYA ANTAGONIS JAMUR ASAL RIZOSFER


TANAMAN KELAPA TERHADAP Phytophthora palmivora Butler
PENYEBAB PENYAKIT BUSUK UMBUT TANAMAN KELAPA SERTA
IDENTIFIKASINYA

OLEH:
NENENG AGUSTINA
NIM.1606110091

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk melaksanakan penelitian

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah,

dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan usul penelitian dengan

judul “Penapisan dan Uji Daya Antagonis Jamur Asal Rizosfer Tanaman Kelapa

terhadap Phytophthora palmivora Butler Penyebab Penyakit Busuk Umbut

Tanaman Kelapa Serta Identifikasinya”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Fifi Pusfita, M.P

sebagai pembimbing I dan Ir. Muhammad Ali, M.Sc sebagai pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya usul

penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-

teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan usul penelitian ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

usul penelitian ini. Penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun

untuk penyempurnaan pelaksanaan penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Pekanbaru, Agustus 2021

Neneng Agustina

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii

I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 3
1.3 Hipotesis .................................................................................. 3

II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4


2.1 Phytophthora palmivora Butler Penyebab Penyakit Busuk
Umbut Tanaman Kelapa ........................................................... 4
2.2 Jamur Rizosfer Sebagai Agens Hayati ...................................... 6

III METODOLOGI .............................................................................. 12


3.1 Tempat dan Waktu ................................................................... 12
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian..................................................................... 13
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 16
3.5 Pengamatan .............................................................................. 21
3.6 Analisis Data ............................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 26


LAMPIRAN .......................................................................................... 29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Uji daya antagonis jamur rizosfer tanaman kelapa terhadap
Phytophthora palmivora .................................................................... 19

2. Uji hiperparasitisme isolat jamur rizosfer tanaman kelapa yang


berdaya antagonisme tinggi terhadap Phytophthora palmivora .......... 20

3. Pengukuran diameter koloni jamur asal rizosfer tanaman kelapa


pada cawan petri................................................................................ 23

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Skala keparahan penyakit pada bibit mentimun dalam uji
hipovirulensi ................................................................................... 22

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Rencana jadwal pelaksanaan penelitian .............................................. 29

2. Bahan dan cara pembuatan media PDA .............................................. 30

3. Teknik pengambilan sampel tanah rizosfer ......................................... 31

4. Bagan percobaan uji daya antagonis jamur dari rizosfer dari tanaman
kelapa terhadap P. palmivora Butler yang disusun berdasarkan
rancangan acak lengkap (RAL).......................................................... 32

5. Bagan percobaan uji pertumbuhan jamur dari rizosfer dari tanaman


kelapa yang memiliki daya antagonis tertinggi yang disusun
berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) ...................................... 36

6. Karakteristik morfologi koloni jamur ................................................. 38

viii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman

perkebunan penting di Indonesia termasuk di Riau. Tanaman kelapa mempunyai

peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Kelapa berkontribusi cukup

besar sebagai sumber devisa negara dari sisi ekspor dengan hasil utama berupa

kopra. Kelapa berada pada peringkat ke 4 kontribusinya sebagai penyumbang

devisa setelah sawit, karet dan kakao. Berdasarkan data BPS, hingga triwulan ke-3

tahun 2020, ekspor kopra Indonesia sebesar 1,53 juta ton atau senilai USD 819,26

juta. Angka volume ekspor ini tercatat meningkat 14% dan 27% dari sisi nilai

ekspor dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Direktorat Jendral

Perkebunan, 2020).

Luas lahan dan produksi tanaman kelapa di Provinsi Riau dalam tiga tahun

terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 adalah seluas 422.172 ha

dengan jumlah produksi 390.899 ton, tahun 2018 seluas 422.115 ha dengan

jumlah produksi 392.138 ton, dan meningkat pada tahun 2019 dengan luas yaitu

422.176 ha dan jumlah produksi 394.896 ton (Direktorat Jendral Perkebunan,

2020).

Budidaya tanaman kelapa tidak terlepas dari gangguan penyakit. Salah satu

penyakit penting pada tanaman kelapa adalah penyakit busuk umbut kelapa.

Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman, terutama pada umur

tanaman produktif. Penyakit busuk umbut disebabkan oleh P. palmivora Butler

yang dapat menyebabkan tanaman mati dan buah gugur. Rata-rata kehilangan

hasil mencapai 15-30% setiap tahun dan serangan berat dapat mencapai 50-75%

1
(Lolong, 2011). Penularan penyakit di lapangan sangat cepat dan dapat

mengakibatkan tanaman kelapa mati. Motulo (2008) menyatakan bahwa

P. palmivora umumnya menyerang tanaman yang sudah berbuah dan hampir

tidak pernah ditemukan pada tanaman muda ataupun bibit kelapa.

Tingginya potensi kerugian yang disebabkan oleh serangan P. palmivora

memerlukan suatu metode pengendalian yang efektif dan efisien. Beberapa

strategi pengendalian yang telah dilakukan adalah seperti penggunaan pestisida

sintetis, sanitasi lingkungan, dan penanaman varietas tahan penyakit masih belum

efektif (Rahma, 2014).

Alternatif lain pengendalian penyakit busuk umbut pada tanaman kelapa

adalah menggunakan agens hayati, salah satunya jamur antagonis. Pengendalian

ini lebih ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek residu pada tanah dan

tanaman. Jamur antagonis bisa diperoleh dari rizosfer, dimana populasi jamur di

rizosfer biasanya lebih banyak dan beragam dibandingkan pada tanah bukan

rizosfer (Carlile et al., 2001).

Sinaga (2006) menyatakan bahwa jamur rizosfer yang berpotensi sebagai

agens hayati mampu mengendalikan patogen tular tanah dengan cara, yaitu

mengurangi jumlah inokulum, mencegah perkembangan patogen dan melindungi

biji serta akar tanaman dari infeksi patogen. Mekanisme jamur antagonisnya

dalam menghambat perkembangan penyakit tanaman secara umum antara lain

adalah melalui antibiosis, kompetisi dan parasitisme.

Agens hayati yang telah digunakan untuk mengendalikan P. palmivora antara

lain seperti Trihoderma sp. dan Gliocladium sp. Kemampuan mikoparasitisme

Trichoderma sp. adalah 77,8% dan Gliocladium sp., 73,3% dalam mengendalikan

2
penyakit layu Fusarium pada pisang (Suharjono et al., 2004), serta Trichoderma

harzianum mampu menekan pertumbuhan P. palmivora sebesar 99% pada

tanaman durian (Sunarwati dan Yoza, 2010).

Penelitian tentang penyakit Phytophthora palmivora belum banyak

dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penapisan dan Uji Daya Antagonis Jamur Asal Rizosfer Tanaman

Kelapa terhadap Phytophthora palmivora Butler Penyebab Penyakit Busuk

Umbut Tanaman Kelapa Serta Identifikasinya”.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyeleksi dan memperoleh isolat

jamur rizosfer dari tanaman kelapa yang berdaya antagonis tinggi terhadap

P. palmivora penyebab penyakit busuk umbut tanaman kelapa serta

mengidentifikasinya sampai tingkat genus.

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pada rizosfer tanaman kelapa terdapat jamur

rizosfer yang mempunyai daya antagonis tinggi terhadap P. palmivora penyebab

penyakit busuk umbut tanaman kelapa dan mempunyai karakter morfologi yang

berbeda.

3
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Phytophthora palmivora Butler Penyebab Penyakit Busuk Umbut


Tanaman Kelapa

Phytophthora palmivora Butler menyebabkan pembusukan pada pucuk

kelapa sehingga tanaman baru tidak dapat tumbuh dengan baik. Jamur ini

diklasifikasikan ke dalam: Kingdom: Protista: Filum: Heterocontophyta: Kelas:

Oomycetes: ordo: Peronosporales: Famili: Pythiaceae: genus: Phytophthora: dan

spesies: palmivora (Pringsheim 1858 dalam Alexopoulus et al., 1996).

P. palmivora merupakan patogen yang menyebabkan penyakit pada hampir

semua tanaman. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu: a) kemampuan

untuk memproduksi jenis spora seperti sporangia dan zoospora untuk

mempertahankan hidup dalam waktu singkat serta klamidospora dan oospora

untuk mempertahankan hidup dalam waktu lama. b) kemampuan zoospora

Phytohphtora untuk menginfeksi ujung-ujung akar akibat stimulus kimiawi.

c) produksi sporangia yang dapat menyebar melalui udara, angin, dan air irigasi

kebun di sekitarnya. Sporangia dapat langsung menginfeksi jaringan tanaman

memiliki kemampuan untuk menghasilkan 4-32 zoospora pada daerah yang

lembab dan dingin, dan dapat menginfeksi berkali-kali dari satu sporangia.

d) kemampuannya untuk bertahan hidup di dalam maupun di luar jaringan

tanaman dalam bentuk oospora atau klamidospora untuk waktu yang lama dan

e) sporulasi yang cepat terjadi pada jaringan tanaman yaitu hanya berkisar 3-5 hari

untuk menginfeksi. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan inokulum

sekunder dalam multi siklus dan akan cepat menular pada kondisi lingkungan

yang cocok.

4
Penyakit ini dapat mengakibatkan buah gugur muda dan tanaman mati.

Penyakit busuk umbut pada tanaman kelapa memiliki gejala perubahan warna

daun pada bagian pucuk terutama pada daun tombak yang belum terbuka dan di

sekitarnya. Perubahan warna terjadi secara cepat dengan warna daun menjadi

pucat dan tidak berkilau bila terkena sinar matahari. Daun muda kemudian

menjadi bengkok dan layu, dan diikuti dengan mengeringnya daun tajuk di bagian

tengah. Daun-daun tersebut patah dekat bagian pangkal dan membusuknya

jaringan dibawah petiola yaitu pada bagian titik tumbuh

(Erwin dan Riberio, 1996).

Organ yang penting dalam perkembangan dan penyebaran inokulum jamur

dalam menginfeksi tanaman di lapangan yaitu caducous sporangia dan zoospora.

Sporangia P. palmivora menyebar karena adanya percikan air hujan. Inokulum

dapat terbawa dan disebarkan oleh semut dan tikus (Newhook dan Jackson, 1997).

Hal yang sama terjadi pada tanaman kelapa bahwa inokulum dapat terbawa ke

bagian atas tanaman atau antar tanaman dan buah serangga (Oryctes dan semut)

serta tikus (Lolong, 2002).

Penyakit busuk umbut tanaman kelapa dapat dikendalikan dengan cara

kimia, penggunaan varietas tahan dan hayati. Pengendalian secara hayati dapat

dilakukan dengan menggunakan mikroba antagonis. Salah satu mikroba antagonis

yang banyak dikembangkan saat ini adalah jamur rizosfer. Pengendalian hayati

dengan menggunakan jamur rizosfer memiliki beberapa mekanisme antagonis

seperti kompetisi, antibiosis, parasitisme, lisis dan ketahanan terinduksi (Abadi,

2003). Beberapa jenis jamur yang bersifat antagonis terhadap patogen tular tanah

5
dan berpotensi sebagai agens hayati diantaranya adalah Gliocladium sp. dan

Trichoderma sp. (Kamil et al., 2004).

2.2 Jamur Rizosfer sebagai Agens Hayati

Soesanto (2008) menyatakan bahwa mikroorganisme sangat beragam dan

banyak dijumpai di daerah rizosfer yang biasanya berbeda dengan

mikroorganisme lain. Peran penting rizosfer sangat ditentukan oleh keberadaan

akar tanaman. Semakin kaya bahan organik pada rizosfer, makin padat pula

keragaman populasi mikroorganisme tanah. Daerah rizosfer sangat dipengaruhi

oleh lingkungan yang berada di dalam tanah. Tanah rizosfer adalah tanah yang

menempel pada perakaran tanaman yang banyak terdapat bakteri, jamur,

actinomycetes yang merupakan agens hayati pada rizosfer dibandingkan dengan

tanah non rizosfer (Rao dan Subba, 1994).

Beberapa jamur berasosiasi dengan akar tanaman dan menghasilkan

antibiotik untuk ketahanan tanaman. Jamur antagonis tersebut dapat menyebabkan

resistensi sistemik pada tanaman terhadap patogen setelah melakukan penetrasi

dan mengkolonisasi tanaman inang (Taufiq, 2012) sehingga dapat memicu reaksi

sintetis senyawa aktif atau menyebabkan perubahan fisiologi terhadap tanaman

yang bersangkutan (Hanada, 2010).

Rizosfer merupakan daerah yang berada di sekitar perakaran tanaman dan

berfungsi sebagai tempat pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen

akar dan tular tanah. Jamur rizosfer merupakan jamur yang dapat berperan dalam

menguraikan bahan organik, membantu pertumbuhan tanaman dan sebagai agens

hayati terhadap patogen akar (Murali et al., 2012).

6
Trichoderma sp., Penicillium sp, Aspergillus sp dan Gliocladium sp.

merupakan jamur rizosfer yang umum terdapat dalam tanah, tumbuh dengan cepat

dan bersifat antagonistik terhadap jamur lain. Trichoderma sp. merupakan jenis

jamur yang tersebar luas di dalam tanah. Jamur ini diklasifikasikan ke dalam:

Kingdom: Fungi: Filum: Amastigomycota: Kelas: Deuteromycetes: Ordo:

Moniliales: Famili: Moniliaceae: Genus: Trichoderma: Spesies: Trichoderma sp.

(Alexopoulus dan Mims, 1979). Jamur ini mempunyai konidiofor tegak,

bercabang banyak dan teratur, agak berbentuk kerucut, konidia berbentuk oval,

dan dapat membentuk klamidospora. Trichoderma mempunyai habitat yang

tersebar luas pada berbagai jenis tanah dan substrat organik. Jamur ini terdiri dari

berbagai spesies dan strain dengan kriteria yang berbeda-beda. Koloni

Trichoderma sp. dalam media biakan tumbuh dengan cepat, miselium hialin,

bersepta dengan banyak percabangan hifa berdinding lembut. Warna koloni ada

yang kekuningan, kuning dan hijau. Pada ujung konidiofor terbentuk fialid dengan

bentuk seperti botol. Konidia berwarna hijau dan jernih, bentuk konidia sebagian

besar bulat (Watanabe. 2002).

Koloni Trichoderma pada awal inkubasi akan bewarna putih yang selanjutnya

berubah menjadi kuning dan akhirnya berubah menjadi hijau tua pada umur

inkubasi lanjut. Konidiumnya berbentuk bulat, agak bulat sampai bulat telur

pendek, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8) μm dan berdinding halus

(Soesanto. 2008).

Harman (2000) menyatakan bahwa kemampuan Trichoderma dalam

mengendalikan berbagai jenis patogen melalui beberapa mekanisme antara lain :

menghasilkan enzim, dapat menginduksi ketahanan tanaman, bersifat antagonis

7
(mikoparasit, antibiosis, kompetisi), meningkatkan ketersediaan hara dan

menonaktfikan enzim patogen. Lilik et al. (2010) menyatakan bahwa jamur

Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur antagonis yang telah banyak diuji

coba untuk mengendalikan penyakit tanaman. Pengendalian hayati dengan

menggunakan agens hayati seperti Trichoderma sp. yang terseleksi ini diharapkan

dapat mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak negatif dari pemakaian

pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai untuk pengendalian penyakit

tanaman di Indonesia (Purwantisari dan Hastuti, 2009).

Gliocladium sp. diklasifikasikan ke dalam: Kingdom: Mycetaceae: Divisi:

Amastigomycota: Sub Divisi: Deuteromycotina: Kelas: Deuteromycetes: Ordo:

Hypocreales: Famili: Hypocreaceae: Genus: Gliocladium: Spesies: Gliocladium

sp. Gliocladium sp. merupakan jamur yang terdapat di berbagai jenis tanah dan

rizosfer tanaman. Gliocladium sp. tumbuh dengan cepat, teksturnya berbulu halus,

putih pada awalnya dan menjadi pucat hingga hijau tua dengan sporulasi

(Gandjar, 2006). Gliocladium sp. memiliki konidiofor yang bersepta dan

bercabang keatas dengan struktur sikat yang kompak (penicilate). Masing-masing

percabangan membentuk alur berputar yang memiliki 4-5 kelompok konidia.

Konidia berbentuk lonjong sampai pipih dan hyaline (Barnett & Hunter, 1998).

Gliocladium sp. mirip penicilium akan tetapi percabangan yang menyangga

spora seolah-olah terikat atau konidia dalam satu kepala konidia. Jamur

Gliocladium sp. memarasit inangnya dengan cara menutupi atau membungkus

patogen, memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel patogen

hingga patogen mati. Mekanisme antagonis dari Gliocladium sp. terhadap

organisme lain adalah hiperparasitisme, antibiosis dan lisis atau kombinasi

8
keduanya. Jamur ini pertama kali dilaporkan memproduksi bahan anti cendawan

(Anti Fungal) gliotoxin dan virin (Barnett dan Hunter, 1998).

Aspergillus sp. adalah salah satu jamur yang diklassifikasikan ke dalam:

Kingdom: Fungi: Filum: Ascomycota: Kelas: Ascomycetes: Ordo: Eurotiales:

Famili: Trichocomaceae: Genus: Aspergillus: Spesies: Aspergillus sp.

Jamur ini bersifat kosmopolitan, dapat diisolasi dari tanah, sisa-sisa tanaman

lapuk serta dari lingkungan udara (Noveriza, 2007). Aspergillus sp. memiliki

konidiofor berbentuk tegak dan tunggal dengan ujung konidiofor yang

membengkak berbentuk lonjong. Pada ujung konidiofor bermunculan konidia

bersel satu yang berbentuk bola (Jailani. 2013).

Aspergillus sp. adalah jamur yang reproduksinya secara aseksual dengan

memproduksi konidia. Tanada dan Kaya (1993) menyatakan jamur Aspergillus

terdiri dari banyak spesies seperti A. flavus, A. parasiticus, A. repens, A. tamari,

A. ochraceus, A. fumigatus dan A. vesicular (Noveriza, 2007).

Ciri-ciri spesifik dari Aspergillus adalah hifa septat dan bercabang, sedangkan

hifa yang muncul di dalam permukaan umumnya hifa fertil. Koloni jamur

berkelompok dengan konidiofor septat atau nonseptat, muncul dari “foot cell”,

yakni miselium yang membengkak di bagian pangkal dan berdinding tebal.

Konidiofor membengkak menjadi Vesicle pada ujungnya, selanjutnya terbentuk

dan tumbuh konidia (Waluyo, 2007).

Jamur Penicillium sp. diklasifikasikan ke dalam: Kingdom: Fungi: Filum:

Ascomycota: Kelas: Eurotiomycetes: Ordo: Eurotiales: Famili: Trichocomaceae:

Genus: Penicillium: Spesies: Penicillium sp. Penicillium sp. tergolong dalam

cendawan yang menghasilkan antibiotik yaitu penicillin. Beberapa spesies

9
Penicillium dimanfaatkan manusia dalam perindustrian keju, antibiotik, asam-

asam organik seperti asam sitrat, fumarat, oksalat, glukonat, dan sebagainya.

Senyawa metabolit yang terdapat pada jamur Penicillium sp. selain digunakan

untuk pencegahan penyakit pada manusia juga dapat digunakan untuk patogen

tanaman. Jamur ini dapat ditemukan terutama pada tanah, tanaman yang rusak dan

busuk, timbunan kompos dan buah yang busuk (Dwidjoseputro, D. 1975).

Menurut Barnet dan Hunter (1972), warna koloni Penicillium sp. pada media

PDA (Potato Dextrose Agar ) adalah abu-abu kehijauan. Setelah 7 hari pada suhu

mencapai 30–42 mm, terlihat seperti beludru atau butiran atau benang wool,

kadang menghasilkan sinema pada bagian tepi. Konidia berwarna hijau abu- abu

dan kadang menghasilkan eksudat bening . Konidiofor dari beberapa strain ber

tumpuk membentuk sinema, kususnya pada bagian tepi koloni. Konidia terbentuk

diujung hifa udara, umumnya 2-3 tingkat percabangan dengan sikat licin dan

panjang, rata–rata sikat antara 200-400 µm dan lebar 3,5–5 µm. Jamur Penicillium

sp. memproduksi miselium sederhana dan panjang, konidiofor tegak dengan

percabangan dua sampai tiga menghadap ke ujung, dalam karakteristik simetris

atau tidak simetris berbentuk sapu. Percabangan konidiofor berakhir, pada

kelompok phiallid. Penyebaran konidia dalam rantai mempunyai bentuk yang

khusus menyerupai kepala sikat, konidia berbentuk bulat, oval atau bulat panjang.

Penelitian Umrah et al. (2009) menyatakan bahwa Trichoderma sp. yang

berasal dari rizosfer kakao memiliki daya antagonis tertinggi yaitu 82,7%

terhadap P. palmivora penyebab penyakit busuk buah kakao (Theobroma cacao

L.) dibandingkan dengan jamur antagonis lain. Rianti (2010) melaporkan bahwa

Trichoderma harzianum mampu menekan pertumbuhan Fusarium sp. yang

10
berasal dari tanaman cabai (Capsicum annum) dengan persentase antagonis rata-

rata 82,38%. Penelitian Sundari et al. (2014) melaporkan bahwa daya antagonis

jamur Trichoderma sp. terhadap jamur Diplodia sp. penyebab penyakit busuk

batang tanaman jeruk siam (Citrus nobilis)adalah 70, 83% (Vawdrey et al., 2002).

11
III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM 12,5 Kelurahan Simpang

Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Penelitian dilakukan selama 4 bulan dari

bulan Juni 2021 sampai dengan September 2021 (Lampiran 1)

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tanah asal rizosfer

perkebunan tanaman kelapa dari Kelurahan Pekan Arba, Kabupaten Indragiri

Hilir, isolat P. palmivora butler koleksi Balai Penelitian Kelapa dan Palma

Manado, benih mentimun, media potato dextrose agar (PDA) (Komposisi dan

cara pembuatan media PDA disajikan pada Lampiran 2), media agar air 2 %,

spiritus, amoxilin, kertas tisu, alkohol 70 %, aquades steril, aluminium foil, plastik

wrap dan kertas milimeter.

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bor belgi, pisau, jarum

ose, cawan petri berdiameter 9 cm, Erlenmeyer 250 dan 500 ml, gelas piala 500

ml, tabung reaksi 25 ml, rak tabung reaksi, spatula, batang pengaduk, gunting,

pisau, lampu bunsen, pipet tetes, automatic mixer, cork borer, autoclave,

inkubator, pinset, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), timbangan analitik,

mikroskop binokuler, kaca objek, kaca penutup, plastik, label, alat tulis dan

kamera.

12
3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 6 tahap, yaitu 1) isolasi dan pemurnian jamur asal

rizosfer tanaman kelapa dengan metode eksploratif dan observatif; 2) uji

hipovirulensi dengan menggunakan metode observatif; 3) uji antagonis jamur asal

rizosfer tanaman kelapa terhadap P. palmivora dengan menggunakan metode

eksperimen; 4) uji pertumbuhan jamur asal rizosfer tanaman kelapa yang berdaya

antagonisme tinggi terhadap P. palmivora dengan menggunakan metode

eksperimen; 5) uji hiperparasitisme dengan menggunakan metode observatif dan

6) identifikasi secara morfologi jamur asal rizofer tanaman kelapa yang berdaya

antagonisme tinggi terhadap P. palmivora dengan menggunakan metode

observatif.

3.3.1 Isolasi dan pemurnian jamur asal rizosfer tanaman kelapa

Teknik yang digunakan dalam proses isolasi jamur asal rizosfer tanaman

kelapa yaitu menggunakan teknik pengenceran (Amaria et al., 2013) dan

pemurnian dilakukan dengan teknik propagasi koloni (Alexopoulus et al., 1996).

3.3.2 Uji hipovirulensi isolat jamur dari rizosfer tanaman kelapa

Metode yang digunakan dalam uji hipovirulensi yaitu menurut metode

Ichielevich-Auster et al., dalam Worosuryani et al., (2006).

3.3.3 Uji daya antagonis jamur rizosfer tanaman kelapa terhadap


Phytophthora palmivora

Penelitian ini dilakukan secara eskperimen dengan menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL). Uji antagonis yang digunakan adalah teknik biakan ganda

(dual culture) yang terdiri dari 19 isolat jamur rizosfer tanaman kelapa dengan 3

13
ulangan, sehingga diperoleh 19 x 3 unit percobaan (Lampiran 3). Perlakuan dalam

penelitian ini adalah isolat jamur asal rizofer tanaman kelapa (R) sebagai berikut:

R1 : Isolat 1 jamur rizofer tanaman kelapa

R2 : Isolat 2 jamur rizosfer tanaman kelapa

R3 : Isolat 3 jamur rizosfer tanaman kelapa

R4 : Isolat 4 jamur rizosfer tanaman kelapa

R5 : Isolat 5 jamur rizosfer tanaman kelapa

R6 : Isolat 6 jamur rizosfer tanaman kelapa

R7 : Isolat 7 jamur rizosfer tanaman kelapa

R8 : Isolat 8 jamur rizosfer tanaman kelapa

R9 : Isolat 9 jamur rizosfer tanaman kelapa

R10 : Isolat 10 jamur rizosfer tanaman kelapa

R11 : Isolat 11 jamur rizosfer tanaman kelapa

R12 : Isolat 12 jamur rizosfer tanaman kelapa

R13 : Isolat 13 jamur rizosfer tanaman kelapa

R14 : Isolat 14 jamur rizosfer tanaman kelapa

R15 : Isolat 15 jamur rizosfer tanaman kelapa

R16 : Isolat 16 jamur rizosfer tanaman kelapa

R17 : Isolat 17 jamur rizosfer tanaman kelapa

R18 : Isolat 18 jamur rizosfer tanaman kelapa

R19 : Isolat 19 jamur rizosfer tanaman kelapa

14
3.3.4 Uji hiperparasitisme isolat jamur yang berdaya antagonis tinggi

Uji hiperparasitisme dilakukan berdasarkan metode Hutabalian et al. (2015).

Uji ini dilakukan dengan melihat interaksi isolat jamur yang memiliki persentase

daya hambat >50% terhadap P. palmivora dari uji antagonis.

3.3.5 Uji pertumbuhan jamur rizosfer tanaman kelapa yang mempunyai


daya antagonis tinggi terhadap Phytophthora palmivora Butler

Uji pertumbuhan jamur rizosfer tanaman aren menggunakan isolat-isolat yang

berdaya antagonis tinggi (>50%) terhadap P. palmivora. Penelitian disusun

berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 isolat rizosfer

tanaman kelapa dengan 4 ulangan, sehingga diperoleh 7 x 3 unit percobaan

(Lampiran 4). Perlakuan dalam penelitian ini adalah isolat-isolat jamur berdaya

antagonis tinggi (T) sebagai berikut:

T1 : Isolat berdaya antagonis tinggi 1

T2 : Isolat berdaya antagonis tinggi 2

T3 : Isolat berdaya antagonis tinggi 3

T4 : Isolat berdaya antagonis tinggi 4

T5 : Isolat berdaya antagonis tinggi 5

T6 : Isolat berdaya antagonis tinggi 6

T7 : Isolat berdaya antagonis tinggi 7

3.3.6 Identifikasi jamur asal rizosfer tanaman kelapa yang berdaya


antagonis tinggi terhadap Phytophthora palmivora Butler berdasarkan
karakteristik morfologi

Identifikasi jamur rizosfer tanaman kelapa dilakukan terhadap isolat yang

memiliki daya antagonis tinggi terhadap P. palmivora dan bersifat hipovirulensi.

Isolat jamur yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan diidentifikasi

15
berdasarkan ciri- ciri makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis

meliputi karakteristik morfologi suatu koloni jamur yaitu warna permukaan

koloni, diameter koloni, bentuk tepi koloni, tekstur permukaan koloni dan bentuk

koloni (Saidin, 2008). Identifikasi jamur hasil isolasi mengacu pada buku

identifikasi jamur Food and Indoor Fungi (Samson et al., 2010), Introductory

Mycology (Alexopoulos et al., 1996) dan Pengenalan Kapang Tropik Umum

(Gandjar et al., 1999).

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penentuan lokasi lahan untuk sampel rizosfer

Lahan sampel tanaman kelapa diambil dari lahan pertanaman kelapa

masyarakat di Kelurahan Pekan Arba, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten

Indragiri Hilir, Riau. Lahan dipilih dengan purposive sampling yaitu dengan

memilih lahan yang ada tanaman yang sakit diantara tanaman yang sehat dari

tanaman kelapa berumur 4 tahun dengan luas lahan 1 ha.

3.4.2 Penentuan petak sampel rizosfer

Pengambilan petak untuk sampel tanah rizosfer tanaman kelapa diambil

sebanyak 5% dari luas 1 ha sehingga diperoleh luas petak sampel 500 m2.

Sampel tanah rizosfer diambil menggunakan metode diagonal.

3.4.3 Pengambilan sampel tanah rizosfer

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode diagonal yaitu dengan

memilih tanaman yang sehat diantara tanaman yang sakit dari lahan. Sampel tanah

diambil sebanyak 5 tanaman dari 4 sisi yang berbeda dari setiap tanaman

menggunakan cangkul kecil. Sampel tanah rizosfer tanaman kelapa diambil di

sekitar perakaran pada kedalaman 0-20 cm (Saputra, 2015). Masing-masing sub-

16
sampel tanah dicampur menjadi satu dan dimasukkan kedalam 1 kantong plastik
A ke Laboratorium Penyakit Tanaman.
dan selanjutnya dibawa

3.4.4 Isolasi jamur asal rizosfer tanaman kelapa

Isolasi jamur asal rizofer dilakukan dengan menimbang tanah sebanyak 10 g

dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml didalam erlenmeyer sehingga

didapatkan suspensi tanah sebanyak 100 ml (pengenceran 10-1) serta

dihomogenkan menggunakan alat automatic shaker selama 20 menit. Satu ml

suspensi jamur asal rizosfer dimasukkan ke dalam 9 ml aquades dalam tabung

reaksi (pengenceran 10-2), lalu dihomogenkan dengan automatic shaker selama 2

menit dan dilakukan pengenceran hingga pengenceran 10-6. Tiap-tiap pengenceran

10-2-10-6 diambil dengan mengunakan pipet tetes sebanyak satu ml, kemudian

dituang ke dalam media PDA setengah padat dengan metode pour plate. Media

yang telah padat diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari. Jamur tumbuh,

masing-masing koloni jamur diambil dengan jarum ose steril, kemudian

ditumbuhkan pada media PDA steril untuk memperoleh biakan murni (Samson et

al., 2010).

3.4.5 Pemurnian jamur asal rizosfer tanaman kelapa

Pemurnian dilakukan terhadap koloni jamur rizosfer yang terlihat

berbeda berdasarkan karaterisasi makroskopis yaitu warna dan bentuknya

(Lampiran 6). Masing-masing jamur dipisahkan, diambil dengan menggunakan

jarum ose steril kemudian diinkubasi pada suhu ruangan selama 7 hari di dalam

inkubator.

17
3.4.6 Peremajaan isolat Phytophtora palmivora

Isolat P. palmivora berasal dari Balai Penelitian Kelapa dan Palma, Manado,

Sulawesi Utara dalam media PDA miring. Isolat yang telah tersedia kemudian

diambil dengan menggunakan jarum ose steril dan ditumbuhkan kembali di media

PDA steril, serta diinkubasi pada suhu ruangan selama 7 hari.

3.4.7 Uji hipovirulensi

Uji hipovirulensi menggunakan bibit mentimun sebagai tanaman indikator.

Benih mentimun didesinfeksin dengan alkohol 70 % selama 1 menit dan dibilas

dengan aquades sebanyak 2 kali. Benih dikecambahkan dalam cawan petri yang

telah dilapisi kertas saring yang dibasahi aquades dan diinkubasi selama 2 hari

pada suhu ruangan. Bibit mentimun dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang

berisi media agar air 2 % dan ditumbukan 3 hari pada suhu ruangan.

Isolat jamur yang akan diuji diinkubasi selama 3 hari pada media PDA steril

setelah pemindahan bibit ke dalam media Agar air 2 %. Isolat jamur dipotong

dengan cork borer berukuran 5 mm yang berumur 3 hari dan diletakkan dibagian

tengah hipokotil bibit mentimun serta diinkubasikan pada suhu ruangan. Setiap

perlakuan pada uji hipovirulensi terdiri atas 2 ulangan dan pengamatan dilakukan

sampai 14 hari setelah inokulasi dengan melihat gejala bercak dari bibit

mentimun. Isolat jamur asal rizosfer dikategorikan sebagai isolat yang

hipovirulen, jika nilai disease severity index (DSI) <2.

18
3.4.8 Uji daya antagonis jamur asal rizosfer tanaman kelapa terhadap
Phytophthora palmivora Butler

Uji daya antagonis jamur rizosfer dilakukan dengan metode biakan ganda

(dual culture), dengan cara memotong bagian tepi masing-masing jamur asal

rizosfer dan jamur patogen P. palmivora yang tumbuh pada media PDA

menggunakan cork borer sehingga didapatkan ukuran yang seragam yaitu 5 mm.

Masing-masing potongan jamur rizosfer dan jamur P. palmivora ditumbuhkan

dalam cawan petri yang berisi media PDA steril dengan jarak 3 cm, kemudian

diinkubasikan pada suhu ruangan. Gambar 1 menunjukkan uji daya hambat jamur

rizosfer terhadap Phytophthora palmivora.

3 cm 3 cm
R P
r2 r1

3 cm

Gambar 1. Uji daya antagonis jamur rizosfer tanaman kelapa terhadap


Phytopthora palmivora

Keterangan:
R = Jamur asal rizosfer tanaman kelapa
P = Jamur patogen P. palmivora
r1 = Jari-jari koloni P. palmivora yang menjauhi jamur antagonis asal
rizosfer tanaman kelapa
r2 = Jari-jari koloni P. palmivora yang mendekatijamur antagonis asal
rizosfer tanaman kelapa

3.4.9 Uji pertumbuhan jamur asal rizosfer tanaman kelapa yang berdaya
antagonis tinggi terhadap Phytophthora palmivora Butler

Uji pertumbuhan dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat jamur berdaya

antagonis tinggi pada media PDA steril. Koloni isolat jamur asal rizosfer dipotong

19
jamur dan diambil menggunakan jarum ose lalu dipindahkan ke cawan petri yang

berisi media PDA steril. Koloni jamur selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar.

Pertumbuhan isolat jamur tersebut diamati setiap hari sampai miselium jamur

pada salah satu jamur antagonis telah memenuhi media PDA pada cawan petri.

3.4.10 Uji hiperparasitisme isolat jamur rizosfer tanaman kelapa yang


berdaya antagonis tinggi terhadap Phytophthora palmivora Butler

Uji hiperparasitisme dilakukan untuk melihat interaksi jamur rizosfer dan


jamur P. palmivora pada satu kaca objek yang dilapisi media PDA tipis di dalam
cawan petri berisi PDA. Pengujian ini dilakukan dengan cara menanam satu jenis
isolat jamur rizosfer dan jamur P. palmivora yang telah dipotong dengan cork
borer berdiameter 5 mm dalam cawan petri dengan jarak antar isolat 3 cm. Bagian
tengah antara jamur rizosfer dan jamur P. palmivora diletakkan kaca objek yang
telah dilapisi PDA tipis. Isolat jamur di inkubasi pada suhu ruangan selama 3 hari.

b
R P
c

Gambar 2. Uji hiperparasitisme isolat jamur rizosfer tanaman kelapa yang berdaya
anatagonis tinggi terhadap P. palmivora. R= jamur rizosfer dan P=
jamur P. palmivora, a: cawan petri, b: potongan PDA, c: media PDA
dan d: kaca objek

3.4.11 Identifikasi jamur asal rizosfer tanaman kelapa berdaya antagonis


tinggi berdasarkan karateristik morfologi

Identifikasi karateristik morfologi jamur dilakukan secara makroskopis dan

mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati warna

20
koloni, arah penyebaran dan tekstur miselium. Pengamatan mikroskopis dilakukan

5 hari setelah isolat di inkubasi dengan cara mengambil miselia jamur

menggunakan jamur ose steril dan meletakkannya diatas gelas objek yang telah

isterilkan dengan alkohol 70%, selanjutnya ditetesi dengan aquades. Gelas objek

kemudian ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan mikroskopis dilakukan

dengan mengamati hifa (bersekat atau tidak), bentuk spora/konidia dan

konidiofor/sporangia (bercabang atau tidak) dengan menggunakan mikroskop

binokuler pada perbesaran mulai 40x. Pengamatan mikroskopis mengacu pada

buku literatur yang berjudul Pictorial Soil and Seed fungi (Watanabe, 2002).

3.5 Pengamatan

3.5.1 Karakteristik morfologi jamur dari rizosfer tanaman kelapa

Karakteristik morfologi koloni jamur rizosfer tanaman kelapa diamati secara

visual seperti bentuk, warna dan tekstur penyebaran koloni pada media PDA.

3.5.2 Indeks Keparahan Penyakit (disease severity index/DSI) pada uji


hipovirulensi

Pengamatan uji hipovirulensi dilakukan dengan mengamati indeks keparahan

penyakit (disease severity index/DSI) (Candoso dan Echandi, 1987 dalam

Worosuryani (2006). Cara menghitung DSI didasarkan pada rumus sebagai

berikut :

DSI =

Keterangan :
DSI = Indeks keparahan penyakit
N = Nilai tingkat keparahan penyakit masing-masing bibit
Z = Jumlah bibit yang digunakan

Nilai tingkat keparahan (N) penyakit diukur berdasarkan skala pada Tabel 1:

21
Tabel 1. Skala keparahan penyakit pada bibit mentimun dalam uji hipovirulensi
Skala Keterangan
0 Sehat dan tidak ada infeksi penyakit
1 Satu atau dua bercak coklat muda < 0,25 cm
2 Bercak coklaat muda (ukuran 0,25 cm - 0,5 cm) dan area kebasahan
<10% pada hipokotil
3 Bercak coklat muda sampai tua >1,0 cm dan kemudian bergabung
dengan bercak lainnya dan daerah kebasahan 10%<X<100% pada
hipokotil (daun masih tegar dan putih)
4 Hipokotil rebah daun layu dan mati
Sumber: Candoso dan Echandi, 1987 dalam Worosuryani (2006).

3.5.3 Daya hambat jamur asal rizosfer tanaman kelapa terhadap


Phytopthora palmivora Butler

Pengamatan daya hambat jamur asal rizosfer terhadap P. palmivora dilakukan

mulai hari ke-3 setelah inkubasi sampai salah satu miselium jamur memenuhi

media PDA dalam cawan petri. Pengukuran dilakukan terhadap jari-jari patogen

P. palmivora butler yang menjauh dan mendekati jamur antagonis dengan

menggunakan kertas milimeter.

Persentase daya hambat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P= x 100%

Keterangan :

P = Daya hambat (%)


r1 = Jari-jari koloni jamur P. palmivora yang menjauhi jamur rizosfer
r2 = jari-jari koloni jamur P. palmivora yang mendekati jamur
rizosfer

3.5.4 Diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan jamur rizosfer yang


berdaya antagonis tinggi (mm/hari)

Pengamatan pertumbuhan koloni jamur rizosfer dilakukan dengan mengukur

diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan isolat jamur yag ditumbuhkan pada

22
medium PDA. Diameter koloni jamur asal rizosfer diukur setiap hari sampai salah

satu miselium jamur memenuhi medium PDA dalam cawan petri dengan cara

membuat garis vertikal dan horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah

dibawah cawan petri. Diameter koloni jamur dihitung berdasarkan rumus dan

Gambar 3 berikut:

d2

d1

Gambar 3. Pengukuran diameter koloni jamur asal rizosfer tanaman kelapa pada
cawan petri

D=

Keterangan :
D = Diameter jamur
d1 = Diameter horizontal jamur
d2 = Diameter vertikal

Kecepatan pertumbuhan dilakukan dengan mengukur kecepatan harian

pertumbuhan koloni jamur asal rizosfer. Perhitungan kecepatan pertumbuhan

koloni jamur rizosfer dilakukan berdasarkan rumus sebagai berikut ini:

V= D(n+1)-Dn

Keterangan :

V = Kecepatan pertumbuhan jamur rizosfer


Dn = Diameter jamur ke n
Dn+1 = Diameter jamur ke n+1

23
3.5.5 Tipe hipeparasitisme jamur asal rizosfer tanaman kelapa dengan
Phytophthora palmivora Butler

Pengamatan tipe hiperparasitik dengan memilih 5 isolat jamur yang berdaya

antagonis tinggi dilakukan pada saat hifa jamur rizosfer berkontak dengan hifa

jamur P. palmivora. Pengamatan dilakukan dengan memotong media PDA

dengan skalpel steril dan mengambil kaca objek dari dalam cawan petri kemudian

diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 100x. Pengamatan interaksi dapat

dilihat berupa lisis, penempelan dan penjeratan.

3.5.6 Identifikasi isolat-isolat jamur rizosfer yang berdaya antagonis tinggi

Identifikasi isolat jamur rizosfer dilakukan terhadap isolat-isolat yang

mempunyai daya antagonis tinggi dengan melakukan pengamatan karakteristik

secara makroskopis dan mikroskopis. Karakteristik makroskopis mengamati isolat

jamur secara visual seperti warna, bentuk dan pola penyebaran koloni pada

medium PDA dalam cawan petri. Pengamatan karakteristik jamur rizosfer yang

mempunyai daya antagonis tinggi mulai dilakukan setelah 3 hari diinkubasi.

Karakteristik mikroskopis dilakukan dengan mengamati hifa (bersepta atau

tidak), spora, konidiofor (bercabang atau tidak) dengan menggunakan mikroskop

binokuler pada perbesaran 400x. Hasil pengamatan disesuaikan dengan buku

pedoman Illustrated Genera of Imperfect Fungi (Barnett dan Hunter, 1972) dan

Pictorial Soil and Seed Fungi (Watanabe, 1973).

3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan karateristik makroskopis dan mikroskopis jamur

rizosfer, indeks keparahan penyakit, tipe-tie hifa jamur asal rizosfer terhadap

P. palmivora butler dan karakteristik morfologi jamur rizosfer dianalisis secara

24
deskriptif dan data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Data hasil

pengamatan daya hambat jamur rizosfer dan pengukuran diameter serta kecepatan

pertumbuhan jamur rizosfer dianalisis secara statistik dengan sidik ragam dan

untuk membandingkan rata-rata antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan’s

New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5 %.

Model linear yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Ri + ɛij

Yij = Hasil pengamatan pada suatu unit percobaan pada perlakuan jamur asal
rizosfer tanaman kelapa ke-i yang mendapat ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum
Ri = Pengaruh perlakuan jamur asal rizosfer ke-i
ɛij = Pengaruh galat pada perlakuan jamur asal rizosfer ke-i dan ulangan ke-j

25
DAFTAR PUSTAKA

Abadi dan Latief. A. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing.


Malang.

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang: Bayu Media Publishing.

Alexopoulos, C. J., C. W.Mims dan M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology.


Fourth Edition. John Wiley and Sons. Canada.

Amaria, W., E. Taufiq dan R. Harni. 2013. Seleksi dan Identifikasi Jamur
Antagonis Sebagai Agens Hayati Jamur Akar Putih (Rigidoporus
microporus) pada tanaman karet. Buletin RISTRI4 (1): 55-64.

Barnet, H.L. & Hunter, B.B. (1972).Illustrated Genera Of Imperfect Fungi (Third
Edition) . Minneapolis, Minnesota : Burgess Publishing Company.

Cardoso J. E and E. Echandi. 1987. Biological control of rhizoctonia root rot of


snap bean with binucleate rhizoctonia-like fungi. Plant Disease.
71: 167-170.

Carlile M.J., S. C. Watkinson dan G.W. Goodday. 2001. The Fungi 2nd. New
York, London. Academy Press.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Kelapa Indonesia


Tahun 2016-2019. Jakarta: Direktorat Jendral Perkebunan, Departemen
Pertanian.

Djafarudin. 2004.Dasar -Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Penerbit Bumi


Aksara. Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 1975. Pengantar Mikologi. Bandung Penerbit Alumni

Gandjar, I., A. S. Robert, V. Karin, O. Ariyanti dan S. Iman. 1999. Pengenalan


Kapang Tropik Umum. Universitas Indonesia. Depok.

Hadioetomo, R.S. 1999. Mikrobiologi Pangan dalam Praktek Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta.

Hanada, R.E. 2010. Endophytic fungal diversity in Theobroma cacao (cacao) and
T. grandiflorum (cupuacu) tree and their potential for growth promotion
and biocontrol of black-pod disease. Fungal Biology 114: 901−910.

Harman, G. E. 2000. Changes in Perceptions Derived from Research on


Trichoderma harzianum T-22.Plant disease 84(4) : 377-295. Hislop, E.
C. 1964. Black Pod Disease. Cacao Grower Bulletin.

25
Hutabalian, M., M.I. Pinem, DAN s. Oemry. 2015. Uji antagonisme beberapa
jamur saprofit dan endofit dari tanaman pisang teerhadap Fusarium
oxysporum f.sp. cubens di Laboratorium. Jurnal Online Agroteknologi
3(2):687-695.

Jailani, H. 2013. Keanekaragaman Cendawan Entomopatogen Pada Rizosfir


Berbagai Tanaman Sayuran. Skripsi [Tidak dipublikasi]. Fakultas
Pertanian. Padang. Universitas Andalas

Kamil, M. J. A., S. Sharifuddin and C. L. Bong. 2004. Biological control of black


pod disease on cocoa in Malaysia. Dalam Andre D. dan I. G. David.
(Peny.) Managing Phytophthora diseases. Diversity and management of
Phytophthora in Southest in Asia. Malaysia.

Lilik, R. , Wibowo, B.S., Irwan, C., 2010. Pemanfaatan Agens Antagonis dalam
Pengendalian Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura.
http://www.bbopt.litbang.deptan.go.id akses 30 Januari 2021.

Lolong, A. A. 2002. Biology Phytophthora palmivora (Butler) Butler Penyebab


Penyakit Busuk Pucuk dan Gugur Buah Kelapa. Monograf Hama dan
Penyakit Kelapa. Balai Penelitian Kelapa dan Palma. Manado.

Lolong, A.A. 2011. Uji patogenitas cendawan Phytophthora palmivora asal


kelapa dan kakao. Buletin Palma Vol. 12 no. 1: 37-48.

Lynch, J. M. 1983. Soil Biotechnology: Microbiological Factors in Crop


Productivity. Blackwell Scientific Publication. London.

Murali, M., K. N. Amruthesh, J. Sudisha. S. R. Niranjana dan H. S, Shetty. 2012.


Screening for plant growth promoting fungi and their ability for growth
promotion and induction of resistance in pearl millet against downy
mildew disease. Journal of Phytology. 4(5): 30-36.

Noveriza, R. 2007. Kontaminasi Cendawan dan Mikotoksin pada Tumbuhan


Obat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Bogor.

Purwantisari, S dan Rini, B.H. 2009. Isolasi dan Identifikasi Jamur Indigenous
Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di
Desa Pakis, Magelang. Universitas Diponegoro. Jurnal BIOMA, 11(2) :
45-53 .

Rahma. 2014. Pemanfaatan Cendawan Antagonis Untuk Pengendalian Penyakit


Gugur Buah Kelapa. . Buletin Palma Vol.15 No. 2:120-125.

Rao dan N.S. Subba. 1994). Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan.


Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.

26
Rianti, R. 2010. Uji Antagonis Trichoderma harzianum terhadap Fusarium spp.
penyebab penyakit layu pada tanaman cabai (Capsicum annum) secara in
vitro. Skripsi [Tidak dipublikasikan]. Universitas Tanjungpura.
Pontianak.

Saidin, M, 2008, Isolasi Jamur Penghasil Enzim Amilase dari Substrat Ubi Jalar
(Ipomoeabatatas). Skripsi [Tidak dipublikasikan]. Universitas Ahmad
Dahlan. Yogyakarta.

Samson, RA, Houbraken, J, Thrane, JC, Frisvad and Andersen, F, 2010, Food and
Indoor Fungi, Fungal Biodiversity Centre Utrech, Netherlands.

Santoso, S. J. dan Sumarni. 2008. Uji antagonisme mikroba fitoplen terhadap


Helminthosporium sorokinianum penyebab bercak daun tanaman
gandum. Jurnal Inovasi Pertanian. 1: 86-94.

Sinaga, M. S. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi ke-2. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

Suharjono., T.H. Kurniati, Soejono dan S. Dewi. 2004. Uji Antagonis


Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. terhadap Fusarium Penyebab
Penyakit Layu pada Beberapa Jenis Tanaman Pisang di Kebun Raya
Purwodadi secara in- vitro.
http://www2.uajy.ac.id.biota.abstrak%5C2004-2-9.doc. Di akses tanggal
30 Januari 2021.

Sunarwati, D. dan R. Yoza. 2010. Kemampuan Trichoderma dan Penicillium


dalam menghambat pertumbuhan cendawan penyebab penyakit busuk
akar durian (Phytophthora palmivora) secara in vitro. Seminar Nasional
Program dan Strategi Pengembangan Buah Nusantara. Solok.

Sundari, A., S. Khotimah dan R. Linda. 2014. Daya antagonis jamur Trichoderma
sp. terhadap jamur Diplodia sp. penyebab busuk batang jeruk siam
(Citrus nobilis). Protobiont. 3. 2.:106-110.

Suryanto, D., S. Patonah dan E. Munir. 2010. Control of Fusarium wilt of chili
with chitinolytic bacteria. Hayati J Biosci. 17 (1): 5-8.

Tanada Y. & H. K. Kaya, 1993. Insect Pathology. Academic Press Inc, London.

Taufiq, E. 2012. Potensi Trichoderma spp. dalam Menekan Perkembangan


Penyakit Busuk Pucuk Vanili di Pembibitan. Buletin RISTRI. (1):49-56.

27
Umrah, T., R.R. Anggraeni, I. N. P. Esyanti dan Aryantha. 2009. Antagonitas dan
efektivitas Trichoderma sp. dalam menekan perkembangan Phytoptora
palmivora pada buah kakao. Agroland. 16(1): 9-16.

Vawdrey, L.L., T.M. Martin, and J. De Faveri. 2002. The potensial of organic soil
amendments, and a biological control agent (Trichoderma sp) for the
management of Phytophthora root rot of papaw in far northern
queensland. Australasian plant pathology 31:391-399.

Waluyo. L. 2007. Mikrobiologi Umum . UMM Press. Malang

Watanabe, T. 2002. Soil and Seed Fungi. Morfhologies of Cultured Fungi and
Key to Species. Second Edition. New York.CRC Press.

Watanabe, T. 1973. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi: Morphologies of


Cultural Fungi and Key to Spesies. CRC Press New York.

Worosuryani, C., A. Priyatmojo dan A. Wibowo, 2006. Uji kemampuan jamur


yang diisolasi dari lahan pasir sebagai Plant Growth Promoting Fungi
(PGPF). Jurnal Agrosains 19: 179–192.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian


I II III IV
Jenis Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Persiapan bahan dan alat untuk
isolasi dan purifikasi jamur
rizosfer
Pengambilan sampel tanah
rizosfer tanaman aren
Pembuatan media PDA
Isolasi jamur asal rizosfer
Purifikasi jamur asal rizosfer
Reisolasi jamur P. palmivora
Uji antagonis jamur asal
rizosfer terhadap P. palmivora
Pengamatan daya hambat jamur
P. palmivora
Pengukuran kecepatan
pertumbuhan jamur asal
rizosfer yang berpotensi
sebagai antagonis
Pengukuran diameter jamur
asal rizosfer yang berpotensi
sebagai antagonis
Karakterisasi jamur asal
rizosfer secara makrokopis
Karakterisasi jamur asal
rizosfer secara mikrokopis
Persiapan bahan dan alat untuk
uji hipovirulensi
Uji hipovirulensi
Pengamatan DSI pada uji
hipovirulensi
Penulisan Skripsi

29
Lampiran 2. Bahan dan cara pembuatan media PDA

Bahan-bahan yang digunakan, yaitu:

1. Kentang 200g/l

2. Dextrose 20g/l

3. Agar 20 g/l

4. Aquades 1 liter

5. Amoxilin 1gr/l

Cara kerja:

1. Kentang dikupas dan dicuci dengan menggunakan air, selanjutnya

dipotong menjadi kotak-kotak kecil lebih kurang berukuran 1 x 1 cm

2. Tambahkan aquades 500 ml dan direbus selama 30 menit

3. Kemudian pisahkan rebusan kentang untuk mendapatkan ekstrak kentang

4. Agar dan dextrose dimasukan ke dalam erlenmeyer yang berisi 100 ml

aquades dan diaduk sampai rata.

5. Ekstrak kentang dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi agar dan

tambahkan aquades hingga volumenya menjadi 1000 ml, selanjutnya

dipanaskan hingga mendidih dan ditambahkan amoxilin sebanyak 0,5 g

sambil terus diaduk

6. Larutan PDA ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilkan dengan

menggunakan autoclave pada suhu 121°C dengan tekanan 1,5 atm selama

30 menit.

Sumber: Gandjar et al,(1999)

30
Lampiran 3. Teknik pengambilan sampel tanah rizosfer

a. Penentuan petak sampel

5m

10 m

b. Petak sampel

4m

2,5 m

Keterangan :
= Tanaman kelapa
= Tanaman sakit
= Tanaman sehat
= Petak sampel

31
Lampiran 3. Bagan percobaan uji daya antagonis jamur dari rizosfer tanaman
kelapa terhadap P. palmivora Butler yang disusun berdasarkan
rancangan lengkap (RAL)

R8 R3 R9
(I) (II) (III)

R10 R7 R2
(III) (II) (III)

R10 R11 R7
(II) (III) (III)

R2 R4 R3
(II) (I) (III)

R5 R5 R2
(II) (III) (I)

R4 R8 R6
(III) (II) (I)

R4 R1 R5
(II) (III) (I)

R1 R9 R9
(II) (I) (III)

32
R6 R10 R7
(III) (II) (I)

R8 R11 R6
(III) (II) (II)

R3 R1 R11
(I) (I) (I)

R12 R16 R18


(II) (III) (I)

R17 R14 R15


(III) (II) (I)

R13 R19 R16


(I) (III) (II)

R18 R17 R13


(II) (I) (III)

R19 R13 R12


(I) (II) (III)

33
R12 R17 R18
(I) (II) (III)

R19 R14 R15


(II) (I) (III)

R14 R15 R16


(III) (II) (I)

Keterangan :

R1, R2, R3, R4, R5, R6, R3, R7, R8, R9, R10, R11, = Perlakuan (isolat jamur rizosfer
R12, R13, R14, R15, R16, R17, R18, R19. tanaman kelapa)
I, II, III = Ulangan
(X dan Y) jarak antar unit percobaan = 5 cm

34
Lampiran 4. Bagan percobaan uji pertumbuhan jamur dari rizosfer kelapa yang
memiliki daya antagonis tertinggi yang disusun berdasarkan
rancangan acak lengkap (RAL)

R7 R4 R1 R5
(I) (II) (IV) (III)

R1 R7 R3 R2
(III) (II) (IV) (I)

R3 R6 R7 R4
(II) (I) (III) (IV)

R6 R4 R3 R7
(II) (I) (III) (IV)

R2 R6 R5 R3
(II) (III) (IV) (I)

R4 R2 R1 R5
(III) (IV) (I) (II)

R2 R1 R5 R6
(III) (II) (I) (IV)

Keterangan :
T1, T2, T3, T4,T5, T6, T7 = Perlakuan (jamur antagonis asal
rizosfer tanaman kelapa)
I, II, III = Ulangan
(X dan Y) jarak antar unit percobaan = 5 cm

35
Lampiran 6. Karakteristik morfologi koloni jamur

Sumber: Hadioetomo (1999)

36

Anda mungkin juga menyukai