Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DAN PENYAKIT IKAN

Dosen Pengampu : Endang Wulandari Suryaningtyas, S.Pi., MP


Dr. Pande Gde Sasmita Julyantoro, S.Si., M.Si
I Wayan Darya Kartika, S.Pi., M.Si
Asisten Dosen : Ni Putu Emie Noviana

Disusun Oleh
Kelompok 11
Amayliana Ajeng Nastiti (1713521001)
Mahendra Duwi Astutik (1713521012)
I Kadek Alamsta Suarjuniarta (1713521035)
Dresti Ngurah Dwi Saputra (1713521047)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktikum Mikrobiologi dan Penyakit Ikan ini. Adapun Laporan Akhir Praktikum
Mikrobiologi dan Penyakit Ikan ini adalah untuk memenuhi tugas.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam penulisan Laporan Akhir Praktikum ini, terutama kepada Dosen Pengampu
mata kuliah Mikrobiologi dan Penyakit Ikan Ibu Endang Wulandari Suryaningtyas,
S.Pi.,MP , Bapak Dr. Pande Gde Sasmita Julyantoro, S.Si., M.Si , serta I Wayan
Darya Kartika, S.Pi., M.Si dan Asisten Dosen Praktikum Mikrobiologi dan
Penyakit Ikan yang telah membantu jalannya Praktikum ini .
Penyusun harap Laporan Akhir Praktikum Mikrobiologi dan Penyakit Ikan ini
dapat berguna bagi masyarakat serta menambah pengetahuan bagi pembaca serta
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan para pembaca pada umumnya.

Bukit Jimbaran, 14 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................................ 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM .............................................................. 14

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum .................................................... 14

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 14

3.3 Metodelogi Praktikum..................................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 22

4.1 Hasil ................................................................................................................ 22

4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 24

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 28

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 28

5.2 Saran ................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

LAMPIRAN .......................................................................................................... 31

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pewarnaan Gram ................................................................................ 5


Gambar 2. 2 Gram Negatif pada Eschierichia coli ................................................. 6
Gambar 2. 3 Bakteri Gram positif pada Bacillus sp................................................ 6
Gambar 2. 4 Metode pengenceran .......................................................................... 7
Gambar 2. 5 Metode Pour Plate .............................................................................. 7
Gambar 2. 6 Metode Spread plate ........................................................................... 8
Gambar 2. 7 Teknik Goresan .................................................................................. 8
Gambar 2. 8 Media NA (Nutrient Agar) ................................................................. 9
Gambar 2. 9 Media TCBS (Thiosulfate Citrate Bite Salt Agar) ........................... 10
Gambar 2. 10 Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) ................................. 11
Gambar 2. 11 Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus).............................................. 11
Gambar 2. 12 Ikan Rainbow Anten (Pseudanthias squamipinnis) ....................... 13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Alat ....................................................................................................... 14


Tabel 3. 2 Bahan ................................................................................................... 17
Tabel 4. 1 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media NA Kelompok 11 .......... 22
Tabel 4. 2 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media TCBS Kelompok 11 ...... 22
Tabel 4. 3 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media NA Kelompok 12 .......... 22
Tabel 4. 4 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media EMBA Kelompok 12 .... 22
Tabel 4. 5 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media TCBS Kelompok 13 ...... 22
Tabel 4. 6 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media EMBA Kelompok 13 .... 23
Tabel 4. 7 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media Na Kelompok 14 ........... 23
Tabel 4. 8 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media TCBS Kelompok 14 ...... 23
Tabel 4. 9 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media NA Kelompok 15 .......... 23
Tabel 4. 10 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media EMBA Kelompok 15 .. 23
Tabel 4. 11 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 11 ............................................. 24
Tabel 4. 12 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 12 ............................................. 24
Tabel 4. 13 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 13 ............................................. 24
Tabel 4. 14 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 14 ............................................. 25
Tabel 4. 15 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 15 ............................................. 25

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang organisme (makhluk)
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Menurut para ahli mikroorganisme dapat berkembang biak dengan
alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh
manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Pada saat melakukan
pembuatan media hal yang harus diperhatikan ialah bekerja secara aseptik. Bekerja
secara aseptik bisa meliputi sterilisasi, jadi saat pembuatan media dilakukan alat-
alat yang akan digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu (Dwidjoseputro, 1990).
Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat
menjadi kontaminan. Cara tersebut digunakan untuk menghancurkan dan
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme serta untuk menyingkirkan
mikroorganisme. Metode yang umumnya diterapkan untuk mensterilisasikan media
dan alat-alat ialah dengan pemanasan. (Irham, 2003).
Dalam melakukan sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun medianya.
Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan bebas dari mikroba baik dalam
bentuk vegetative maupun sporaPrinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya
ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari
pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik
baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan
ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen
penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla
Pitogo, 1990). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan,
kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).

1
Pada Umunya Penyakit pada ikan yang disebakan oleh parasit biasanya sulit
untuk dideteksi karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan penyakit
dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada
beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang
penyakit, parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder (Aryani dkk, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka yang melatar belakangi dilakukannya
praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara membuat, cara sterilisasi
medium sampai pewarnaan bakteri untuk mengidentifikasi bakteri pada perikanan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dari adanya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengetahui kepadatan bakteri pada sampel ikan laut dan tawar?
2. Bagaimana mengetahui hasil pewarnaan bakteri pada sampel ikan
3. Bagaimana mengetahui bakteri pada ikan sampel?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kepadatan bakteri pada sampel ikan laut dan tawar
2. Untuk mengetahui hasil pewarnaan bakteri pada sampel ikan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri pada ikan sampel
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas , maka manfaat yang didapat dari praktikum ini
adalah mahasiswa dapat mengetahui prosedur pembungkusan alat dan media,
penggunaan autoklaf, pembuatan media dan pewarnaan bakteri. manfaat bagi
masyarakat umum adalah dapat digunakan sebagai materi pembelajaran mengenai
pewarnaan bakteri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan
atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur,
ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan
mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 1990).
2.2 Sterilisasi dan Isolasi Bakteri
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang
hidup. Adanya pertumbuhan mikro menyatakan bahwa pertambahan bakteri masih
berlangsung dan tak sempurnanya proses sterilisasi. Jika proses sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora jamur yang merupakan bentuk paling
berpengaruhbagi kehidupan mikroba tak akan terlihat lagi. Sterilisasi merupakan
metode praktis yang dirancang untuk membersihkan mikroorganisme,atau sengaja
untuk menghambat pertumbuhannya. Mikroorganisme sangat berbeda, dalam
kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba (Suriawiria, 2005).
2.3 Medium Tumbuh Bakteri
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan
(nutrien) yang digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme.
Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan
medium yang mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya,
yaitu seperti senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan
vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu gerakan
mikroorganisme apakah bersifat motil atau nonmotil (Hadietomo, 1990).
Medium adalah bahan yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat
untuk menumbuhkan mikroba. Medium ada yang alami dan ada yang merupakan
buatan manusia, contoh medium buatan manusia adalah medium cair, medium
kental (padat) dan medium setengah padat. Medium cair digunakan untuk
menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi. Medium padat digunakan untuk
menumbuhkan mikrobia pada permukaan (Dwidjoseputro, 1994). Untuk
menumbuhkan suatu mikroorganisme, yang pertama harus dilakukan adalah

3
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau
bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal
sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam
sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang mengandung
nutrisi (Hadioetomo, 1990).
Media tumbuh bagi mikroba memiliki keragaman dalam hal tipe nutrisi
tergantung mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrien bisa berasal dari
alamiah maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media yang digunakan
juga disterilkan sebelum dipakai. pH medium perlu disesuaikan dan ditentukan
dengan nilai yang optimum bagi pertumbuhan miroba (Putri, 2010). Peran utama
nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor
elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber
karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan
nitrogen. Selain itu, secara umum nutrien dalam media pembenihan harus
mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru
(Hadietomo, 1990).
Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan
jasad renik di laboratorium. Jadi media biakkan adalah memberikan tempat dan
kondisi yang mendukung pertumbuhan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan.
Sebelum menumbuhkan mikroorganisme, langkah pertama harus dapat dipahami
yaitu kebutuhan dasar mikroorganisme lalu mencoba memformdasikan suatu
medium yang member hasil terbaik (Winda, 2009). Akan tetapi yang terpenting
medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat
molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien
dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi
kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan
faktor tumbuh (Label, 2008).

4
2.4 4 Pewarnaan Bakteri

Gambar 2. 1 Pewarnaan Gram


(Sumber: Suriawira, 2005)
Ada tiga macam pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple stalin),
pewarnaan diferensial (diferensial stralin) dan pewarnaan khusus. (Pratiwi,2008).
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Prosedur
perwarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dari penataan pada
mikroorganisme bakteri pada bakteri bentuk bulat (coccus), batang (basil) dan
spiral (Lay,1994).
Ada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan warna. Prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti
crystal violet, biru mietilen, karbon fuchsin basa, safranin atau hijau malakit.
Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana: zat warna
asam yang sering digunakan adalah nigrosine dan merah kongo(Lay,1994).
Pewarnaan differensial merupakan pewarnaan yang digunakan untuk
mengetahui morfologi dan identifikasi jenis bakteri. Pewarnaan yang digunakan
dua atau lebih. Contohnya pewarnaan diferensial adalah pewarnaan gram,
pewarnaan spura, pewarnaan kapsul, dll (lay,1994).

5
2.4.1 Pewarnaan Gram Negatif

Gambar 2. 2 Gram Negatif pada Eschierichia coli


(Sumber : Lay,1994)
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode perwarnaan gram. Bakteri gram negative ini nanti akan
berwarna merah pada perwarnaan akhir. Sedangkan bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak.
2.4.2 Pewarnaan Bakteri Gram Positif

Gambar 2. 3 Bakteri Gram positif pada Bacillus sp


(Sumber : Aditya,2000)
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metal
ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah microkosko, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah
muda. Perbedaan klasifikasi antara dua jenis bakteri ini.

6
2.5 Teknik Isolasi Bakteri
2.5.1 Metode pengenceran (plating mothode)

Gambar 2. 4 Metode pengenceran


(Sumber: Nurohaianah, 2003)
Pengenceran adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari subtratnya
ke dalam air sehingga lebihmudah penanganannya. Pengenceran digunakan untuk
mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam. (Fais, 2009). Biasanya menggunakan
faktor pengenceran yaitu faktor pengenceran 10-1 (pengenceran 10x), 10-2
(pengenceran 100x), 10-3 (pengenceran 1000x) dan seluruhnya (Nurohalanah et
al,2007).
2.5.2 Metode pour plate

Gambar 2. 5 Metode Pour Plate


(Sumber: Suriawira, 2005)
Metode pour plate (cawan tuang) adalah suatu teknik untuk menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang
masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar
merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar (Harley and Presscot,
2002).

7
2.5.3 Metode spread plate

Gambar 2. 6 Metode Spread plate


(Sumber: Wati, 2013)
Metode spread plate (penyebaran) Isolasi dengan penyebaran serupa dengan isolasi
bakteri pada penuangan. Hal yang membedakan adalah pada saat penuangan
suspense sampel kedalam medium Isolasi diawali dengan pengenceran sampel pada
setiap penuangan. Medium yang telah dipersiapkan dituangkan kedalam cawan
petri steril. Tunggu hingga medium memadat, setelah itu tuangkan suspense sampel
kedalam cawan petri yang telah berisi medium yang memadat. Penyebaran suspensi
sampel dilakukan dengan menyebarkan suspense dengan batang Drugalsky yang
telah dipanaskan terlebih dahulu (Waluyo, 2007).
2.5.4 Metode Streak koloni (Streak For Single Colony)

Gambar 2. 7 Teknik Goresan


(Sumber : Wati, 2013)
Metode steak (cawan gores) Metode steak merupakan cara untuk mengisolasi
bakteri dengan cara menggores permukaan medium dengan menggunakan jarum
ose Penggoresan bertujuan untuk membuat garis sebanyak mungkin pada
permukaan medium agar bakteri yang tumbuh pada garis – garis terakhir berupa
koloni yang terpisah – pisah (Irianto, 2012).

8
2.5.5 Pemurnian
Pemurnian merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari
satu sel tunggal (Suriawiria, 2005).
Metode yang biasanya dilakukan untuk menanam atau mengisolasi biakan di
dalam medium salah satunya yaitu metode cawan tuang cara lain untuk memperoleh
biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah dengan
mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di
dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnya satu di antara cawan
– cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas permukaan
maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak
memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi. Proses pemisahan/pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan
isolasi mikroba (Hadioetomo, 1993).

2.6 Media NA (Nutrient Agar)

Gambar 2. 8 Media NA (Nutrient Agar)


(Sumber: Hadieromo,1993)
Nutrient agar adalah medium yang digunakan untuk menumbuhkan berbagai
jenis bakteri guna uji mikrobiologi yang dimana media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu
media yang umum digunakan Komposisi NA Kode CM0003 adalah pepton

9
5.0, sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast extract 2.0
(Hadioetomo 1990: 44-45).
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam
kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri
dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan
kegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum,
karena media ini merupakan media yang peling umum digunakan untuk
pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk
padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya
digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri
(Munandar, 2016:84).
2.7 Media TCBS

Gambar 2. 9 Media TCBS (Thiosulfate Citrate Bite Salt Agar)


(Sumber: Waluyo,2007)
Thriposfat-sitrat-garam empedu-sukrosa agar-agar atau agar TCBS adalah jenis
budaya agar plate selektif yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi untuk
mengisolasi Vibrio spp. Agar TCBS sangat selektif untuk isolasi V. cholerae dan
V. parahaemolyticus. serta vibrio lainnya. Penghambatan bakteri gram positif
dicapai oleh penggabungan empedu sapi, yang merupakan zat alami yang
mengandung campuran garam empedu, dan kolat natrium, garam empedu murni.
Natrium tiosulfat berfungsi sebagai sumber sulfur dan, dalam kombinasi dengan
sitrat besi, mendeteksi produksi hidrogen sulfida. Sakarosa (sukrosa) dimasukkan
sebagai karbohidrat difermentasi untuk metabolisme vibrio. pH basa medium
meningkatkan pemulihan V. cholerae. Timol biru dan biru bromothymol termasuk
sebagai indikator perubahan pH (Fardiez, 2000).

10
2.8 Media Media EMBA

Gambar 2. 10 Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)


(Sumber: Agus,1994)
Media Eosin Methylene Blue Agar digunakan untuk diferensiasi
Escherichla coli dan Enterobacter aerogenes, untuk klentifikasi cepat dari Candida
albicans dan untuk identifikasi Staphylococous koagulasi fositif. Media yang sudah
jadi dirumuskan secara spesifik oleh APHA (American Public Heat Association)
(1970-1990). Media ini dibuat dan dirumuskan dengan tujuan untuk mendekteksi
dan membedakan mikroorganisme dari kelompok bakteri caufrom (Peksar & Chan,
1986).
2.9 Ikan Lele Lokal

Gambar 2. 11 Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)


(Sumber: Novriyanto,2010)
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika (1986) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub Klas : Teleostei

11
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan
tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul
dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp. yang berasal
dari bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Dalam bahasa Inggris lele
disebut dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan walking catfish.
Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984)
Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari
dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele dicirikan
dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan
Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran
panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki
kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele
berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari
daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki
alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini
merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah
termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa
tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil
ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar.
Berikut kisaran parameter kualitas air untuk hidup dan pertumbuhan optimum ikan
lele menurut beberapa penelitian dalam Witjaksono (2009).

12
2.10 Ikan Rainbow Anten

Gambar 2. 12 Ikan Rainbow Anten (Pseudanthias squamipinnis)


(Sumber: Pulo Rubiah, 2016)
Klasifikasi Pseudanthias squamipinnis yaitu;
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Family : Serranidae
Genus : Pseudanthias
Species : Pseudanthias squamipinnis
(Romimohtarto, 2001)

Spesies ikan Pseudanthias squamipinnis memiliki panjang tubuh maksimal 15


cm (Fakhrizal Setiawan 2006). Spesies ikan ini terdapat beberapa variasi warna
baik jantan maupun betina. Jantan memiliki warna merah kekuningan dan hijau
dengan sirip merah, sedangkan betina memiliki warna orange dengan garis kuning
dan ungu memanjang dari belakang mata sampai insang yang berada dekat sirip.
Habitat Pseudanthias squamipinnis biasa ditemukan diatas koloni karang dan
berkelompok dalam jumlah yang banyak Spesies ikan ini tipe pemakannya adalah
zooplankton.

13
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum


Pada pelaksanan praktikum mikrobiologi dan penyakit ikan dilakukan tiga
pertemuan dalam melaksanaan praktikum mikrobiologi dan penyakit ikan adalah
sebagai berikut
3.1.1 Praktikum I
hari, tanggal : Senin, 22 Oktober 2018
waktu : Pukul 15:00 WITA – Selesai
tempat : Laboratorium Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan.
3.1.2 Praktikum II
hari, tanggal : Selasa, 23 Oktober 2018
waktu : Pukul 17:00 WITA – Selesai
tempat : Laboratorium Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan.
3.1.3 Praktikum III
hari, tanggal: Selasa, 24 Oktober 2018
waktu : Pukul 17:00 WITA – Selesai
tempat : Laboratorium Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun Alat dan bahan yang digunakan selama Praktikum ini berlangsung
adalah sebagai berikut.
3.2.1 Alat
Tabel 3. 1 Alat
No Alat Gambar Kegunaan
1 Plastik Untuk membungkus alat
yang akan disterilisasi

2 Aluminium Foil Untuk menutupi


elenmeyer dan
menutupi bagian blue

14
tip dan yellow tip akan
disterilisasi
3 Kapas Untuk menutupi tabung
reaksi akan disterilisasi

4 Tabung Reaksi Untuk disterilisasikan


alat yang akan
digunakan saat
dilakukan pengenceran

5 Cawan Petri Untuk pembuatan media

6 Blue tip / yellow Untuk disterilisasikan


tip alat yang akan
digunakan untuk
pewarnaan bakteri
7 Kertas A4 Untuk membungkus alat
yang akan
disterilisasikan

8 Hot Plate Untuk homogenkan


batang magnetic stirrer
dengan media yang
sudah dicampurkan
dengan aquades
9 Elenmeyer Untuk tempat larutan
yang akan di
homogenkan

15
10 Timbangan Untuk mengukur kadar
Media media yang akan
digunakan

11 Autoklaf Untuk sterilisasi alat dan


bahan

12 Setting Shet Untuk membedah ikan

13 Talenan Untuk meletakkan dan


membedah ikan

14 Api Bunsen Untuk dipanaskan jarum


ose dan fiksasi saat
melakukan pewarnaan
bakteri
15 Vortex Untuk homogenkan
larutan aquades steril
dengan ikan yang sudah
dihaluskan
16 Easypet Untuk mengambil
aquades

17 Cover Glass Untuk meletakan saat


pewarnaan bakteri

16
18 Mikroskop Untuk mengamati
warna pada bakteri

3.2.2 Bahan
Tabel 3. 2 Bahan
No Bahan Gambar Kegunaan
1 Media EMBA Sebagai pembuatan
(3.75 gram) media

2 Media NA Sebagai pembuatan


(2.8 gram) media

3 Media TCBS Sebagai pembuatan


(8.91 gram) media

4 Ikan Lele Lokal Sebagai sampel yang


diamati

5 Ikan Rainbow Sebagai sampel yang


Kotak diamati

6 Aquades Sebagai homogenkan


saat pembuatan media,
pengenceran, dan

17
pencucian saat
pewarnaan bakteri
7 Kristal Violet Sebagai pewarnaan
sampel

8 Lugol Sebagai pengawetan


warna pada sampel

9 Alkohol 70% Sebagai memudarkan


warna

10 Safranin Sebagai pewarnaan


sampel

3.3 Metodelogi Praktikum


3.3.1 Prosedur Penggunaan Autoklaf
1. Dibuka autoklaf.
2. Ditambahkan air aquades sebanyak 5 liter ke dalam autoklaf. Usahakan air
tidak menyentuh pembatas. Gunakan air hasil destilasi (aquades), untuk
menghindari terbentuknya kerak dan karat.
3. Dimasukkan alat dan bahan yang akan disterilisasi. Jika alat yang ingin
disterilisasi terbuat dari bahan plastik diusahakan ditutup dengan
menggunakan aluminium foil.
4. Ditutup autoklaf serapat mungkin untuk menghindari uap berlebihan yang
keluar dari autoklaf.
5. Untuk sterilisasi normal digunakan suhu 121ºC dengan tekanan 1 atm selama
15 menit
6. Dibuka klep/ruang udara pada penutup autoklaf.
7. Dihidupkan autoklaf (lampu merah menyala).

18
8. Setelah 10-15 menit autoklaf dihidupkan, ditutup klep/ruang udara untuk
menaikkan suhu dan tekanan pada autoklaf.
9. Dinaikkan Suhu dan tekanan ditandai dengan keluarnya uap.
10. Dilakukan Sterilisasi setelah timer mengeluarkan bunyi saat timer
menunjukkan angka 0.
11. Segera set kembali timer selama 15 menit.
12. Sterilisasi selesai ditandai dengan bunyi alarm.
13. Dimatikan autoklaf.
14. Ditunggu sampai tekanan turun.
15. Autoklaf dapat dibuka saat tekanan menunjukkan angka 0.
3.3.2 Prosedur Pembuatan Media NA:
1. Ditimbang media NA sebanyak 2,8 gr dan ditambahakan 100 ml aquades
Untuk pembuatan 100 ml media Nutrient Agar (NA).
2. Dipanaskan dengan menggunakan hot plate ditambahkan batang magnetic
stirer, diaduk rata sampai mendidih.
3. Steriliasi dengan menggunakan autoklaf.
3.3.3 Prosedur Pembuatan Media EMBA:
1. Ditimbang media EMBA sebanyak 3,75 gr dan ditambahakan 100 ml
aquades untuk pembuatan 100 ml media EMBA.
2. Dipanaskan dengan menggunakan hot plate ditambahkan batang magnetic
stirer, diaduk rata sampai mendidih.
3. Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
3.3.4 Prosedur Pembuatan Media TCBS:
1. Ditimbang media TCBS sebanyak 8,91 gr dan ditambahakan 100 ml
aquades untuk pembuatan 100 ml liter media TCBS.
2. Dipanaskan dengan menggunakan hot plate ditambahkan batang magnetic
stirer, diaduk rata sampai mendidih.
3. Media TCBS tidak boleh disterilkan dengan menggunakan autoklaf
sehingga harus dikerjakan secara aseptis dan steril.

19
3.3.5 Prosedur Isolasi Bakteri:
1. Diambil daging, insang, hati, dan ginjal ikan, kemudian ditimbang sebanyak
1 gr, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi secara aseptik dan dimasukkan
ke dalam 9 ml air steril. Jika sampel cair, dipipet sebanyak 1 ml dan secara
aseptik dimasukkan ke dalam 9 ml air steril. Langkah ini menunjukkan
sampel diencerkan 10x atau faktor pengenceran 10-1.
2. Tabung reaksi yang telah diisikan sampel, divortex sampai homogen.
3. Dipipet sebanyak 1 ml, lalu dimasukkan ke dalam 9 ml air steril selanjutnya
sehingga didapatkkan faktor pengenceran 10-2 (pengenceran 100x).
4. Dari faktor pengenceran 10-2 dilanjutkan dengan metode pour plate dan
spread plate.
3.3.6 Prosedur Metode Pour Plate (Media EMBA)
1. Secara aseptik dituang media steril sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri
lalu dibiarkan memadat.
2. Secara aseptik diambil sampel dari faktor pengenceran 10-2 sebanyak 1 ml
dengan menggunakan mikro pipet lalu dimasukkan ke dalam petri steril.
3. Media dibiarkan memadat, petri diberi label lalu diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37 ºC.
3.3.7 Prosedur Metode Spread Plate (Media TCBS)
1. Secara aseptik dituang media steril sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri
lalu dibiarkan memadat.
2. Diambil sampel dari faktor pengenceran 10-2 sebanyak 1 ml dimasukkan ke
dalam petri steril diatas permukaan media yang sudah memadat.
3. Sampel diratakan dengan menggunakan hocky stick steril, lalu dibiarkan
mengering.
4. Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 ºC.
3.3.8 Prosedur Metode Streak for single colony (untuk pemurnian)
1. Disiapkan Media NA yang telah memadat.
2. Dibagi Media NA menjadi 4 bagian menggunakan spidol dan penggaris,
lalu diberi label sesuai nama organ yang di streak.
3. Kemudian disiapkan jarum ose untuk digoreskan secara aseptik ke organ
insang, hati, ginjal, dan mucus ikan air tawar.

20
4. Ose dipanaskan terlebih dahulu sampai berwarna merah, lalu didinginkan
dekat api bunsen. Setelah dingin, secara aseptik goreksan jarum ose ke
organ insang, mucs, ginjal, dan hati diambil dengan menggunakan ose
tersebut.
5. Kemudian organ yang dipilih distreak pada media NA dan streak dengan
pola qudrant streak.
6. Petri diberi label dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC.
3.3.9 Prosedur Perwarnaan Bakteri
1. Ditetesi objek glass dengan aquades steril (hanya 1 tetes).
2. Secara aseptik diambil sedikit biakan bakteri murni dengan jarum ose.
3. Dihapuskan biakan pada air steril diatas objek glass sampai homogen.
4. Difiksasi apusan diatas api bunsen dengan jarak 15-20 cm.
5. Ditetesi kristal violet menggunakan mikro pipet, diamkan 1 menit sampai
wana terserap.
6. Dicuci dengan aquades steril secara perlahan (posisi objek glass terbalik).
7. Difiksasi, selanjutnya ditetesi lugol/iodine dengan mikro pipet dan diamkan
1 menit sampai warna terserap.
8. Dicuci segera dengan alkohol 70% (posisi objek glass terbalik).
9. Difiksasi kembali, ditetesi safranin 1 menit sampai warna terserap.
10. Dicuci dengan aquades (posisi objek glass terbalik).
11. Difiksasi kembali dan amati di bawah mikroskop.
12. Diamatai Bakteri gram (+) berwarna violet atau ungu, dan bakteri gram (-)
berwarna merah.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Kepadatan dan Bentuk Bakteri
Tabel 4. 1 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media NA Kelompok 11
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Mucus Bulat Bertonjolan Kasar Menonjol 3
2. Insang Bulat Bertonjolan Kasar Menonjol 12
3. Hati Bulat Bertonjolan Kasar Menonjol 6
4. Usus Bulat Bertonjolan Kasar Menonjol 6
Tabel 4. 2 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media TCBS Kelompok 11
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Mucus Bulat Bertonjolan Halus Rata 44
Tabel 4. 3 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media NA Kelompok 12
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Mucus Bulat Rata Halus Rata 2
2. Insang Bulat Rata Halus Rata 5
3. Hati Bulat Rata Halus Rata 11
4. Usus Bulat Rata Halus Rata 6
Tabel 4. 4 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media EMBA Kelompok 12
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Hati Bulat Rata Butiran Menonjol 392
Berfila Halus
ment
Tabel 4. 5 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media TCBS Kelompok 13
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Daging Tidak Bergerigi Kasar Menonjol, 29
Beratur Berfilamen
an

22
Tabel 4. 6 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media EMBA Kelompok 13

No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah


1. Daging Tidak Bertonjolan Berkilau Menonjol, 392
beratur Halus Bergelomban
an g
Tabel 4. 7 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media Na Kelompok 14
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Mucus Bulat Rata Kasar Rata 3
2. Insang Bulat Rata Kasar Rata 15
3. Hati Bulat Rata Kasar Rata 2
4. Usus Bulat Rata Kasar Rata 3
Tabel 4. 8 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media TCBS Kelompok 14
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Ginjal Bulat Rata Berkilau Rata 176
Tabel 4. 9 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media NA Kelompok 15
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Mucus Tidak Bertonjolan Halus Menonjol
beratur -
an
2. Insang Tidak Bertonjolan Halus Menonjol
beratur -
an
3. Hati Tidak Bertonjolan Halus Menonjol
beratur -
an
4. Usus Tidak Bertonjolan Halus Menonjol 9
beratur
an
Tabel 4. 10 Hasil Kepadatan dan Bentuk Bakteri Media EMBA Kelompok 15
No Organ Bentuk Tepian Permukaan Penonjolan Jumlah
1. Usus Bulat Rata Halus Menonjol 672

23
4.1.2 Pewarnaan Bakteri
Tabel 4. 11 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 11
Nama Media Dokumentasi Warna Keterangan

NA Ungu Bakteri Gram (+)


Pembesaran 100x

TCBS Merah Bakteri Gram (-)


Pembesaran 100x

Tabel 4. 12 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 12


Nama Media Dokumentasi Warna Keterangan

NA Merah Bakteri Gram (-)


Pembesaran 100x

EMBA Merah Bakteri Gram (-)


Pembesaran 100x

Tabel 4. 13 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 13


Nama Media Dokumentasi Warna Keterangan

EMBA Merah Bakteri Gram (-)


Pembesaran 100x

24
TCBS Merah Bakteri Gram (-)
Pembesaran 100x

Tabel 4. 14 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 14


Nama Media Dokumentasi Warna Keterangan

NA Ungu Bakteri Gram (+)


Pembesaran 100x

TCBS Merah Bakteri Gram (-)


Pembesaran 100x

Tabel 4. 15 Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 15


Nama Media Dokumentasi Warna Keterangan

NA Ungu Bakteri Gram (+)


Pembesaran 100x

EMBA Merah Bakteri Gram (-)


Pembesaran 100x

4.2 Pembahasan
Praktikum mengenai mikrobiologi yang kami lakukan diawali dengan proses
sterilisasi. Adapun dari hasil peaktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
srerilisisasi merupakan metode awal yang dilakukan untuk membersikan media,
alat maupun bahan dari mikroorganisme didalamnya. Sehingga didapatkan media,
alat dan bahan yang steril terbebas dari apapun. Kemudian proses selanjutnya

25
dilakukan dengan pembuatan media. Pembuatan media bertujuan untuk
memberikan tempat atau media yang berisi nutrisi intuk tumbuh kembang
organisme yang nantinya akan diteliti pada praktikum ini.
Setelah bakteri mulai tumbuh di media, dilakukanlah penelitian untuk
mengetahui kepadatan bakteri dari setiap media. Kepadatan bakteri pada Media NA
Kelompok 11 pada bagian muscus ada 3, insang ada 12, hati ada 6 dan diusus
sebanyak 6. Dari keempat media tersebut didapatkan bakteri yang berbentuk bulat,
tepian bertonjolan, permukaan kasar dan penonjolan menonjol. Dari ciri-ciri
tersebut kemungkinan besar bakteri pada media NA adalah bakteri jeris
Stafilococcus. Kemudian pada Media TCBS Kelompok 11 pada organ mucus
didapatkan bakteri sejumlah 44 dengan bentuk bulat, tepian bertonjolan, permukaan
halus dan penonjolan rata. Jenis bakteri pada media tersebut juga termasuk jenis
bakteri Streptococcus karena berbentuk bulat. Sedangkan Media NA Kelompok 12
pada organ mucus terdapat 2 koloni, insang 5 koloni, hati 11 koloni dan usus 6
koloni. Pada media NA tersebut didapatkan bakteri yang berbentuk bulat, tepian
rata, permukaan halus dan penonjolan rata. Dari ciri-ciri tersebut jenis bakteri yang
didapatkan sama dengan kelompok 11 yaitu bakteri coccus karena berbentuk bulat.
Dan Media EMBA Kelompok 12 pada organ hati didapatkan koloni sebanyak 392
koloni dengan bentuk bakteri bulat berfilamen, tepian rata, permukaan butiran halus
dan penonjolan nya menonjol. Dari ciri-ciri tersebut jenis bakteri yang didapatkan
kemungkinan juga termasuk kedalam jenis bakteri coccus namun bakteri tersebut
berfilamen. Kemudian hasil Kepadatan Bakteri Media TCBS Kelompok 13 adalah
29 koloni dan Kepadatan Bakteri Media EMBA Kelompok 13 adalah sebanyak 392
koloni. Kemudian hasil Kepadatan Bakteri Media Na Kelompok 14 adalah mucus
ada 3, insang ada 15, hati ada 2, dan usus ada 3 koloni dan Kepadatan Bakteri Media
TCBS Kelompok 14 adalah sebanyak 176 koloni. Dan yang terakhir Kepadatan
media dari kelompok 15 adalah pada organ usus sebanyak 9 koloni sedangkan pada
organ mucus, insang dan hari tidak tumbuh bakteri. Dari media tersebut didapatkan
bakteri yang berbentuk tidak beraturan dengan tepian bertonjolan, permukaan halus
dan penonjolan menonjol, sedangkan pada Bakteri Media EMBA didapatkan
bakteri sebanyak 672 koloni dengan bentuk bulat, tepian rata, permukaan halus dan
penonjolan menonjol. Ciri-ciri tersebut menggambarkan jenis bakteri coccus. Dari

26
praktikum gelombang ini dapat disimpulkan bahwa jenis bakteri yang didapatakan
sebagian besar berjenis bakteri coccus sedangkan yang lainnya berbentuk tidak
beraturan ataupun berfilamen.
Setelah melakukan penelitian terhadap jumlah koloni yang didapatkan dari
setiap media, untuk mengetahui jenis bakteri yang didapatkan pada media tersebut.
Maka dilakukanlah pewarnaan terhadap bakteri pada media. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 11 bakteri
yang tumbuh pada media NA memiliki warna ungu pada saat pewarnaan gram,
yang berarti bakteri yang tumbuh pada media tersebut adalah bakteri gram positif.
Sedangkan pada media TCBS setelah pewarnaan media berwarna merah, hal
tersebut menandakan bakteri pada media TCBS merupakan bakteri gram negative.
Kemudian Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 12 pada media NA memiliki warna
merah pada saat pewarnaan gram, yang berarti bakteri yang tumbuh pada media
tersebut adalah bakteri gram negatif. Sedangkan pada media EMBA setelah
pewarnaan media berwarna merah, hal tersebut menandakan bakteri pada media
EMBA merupakan bakteri gram negative. Dan Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok
13 pada media EMBA memiliki warna merah pada saat pewarnaan gram, yang
berarti bakteri yang tumbuh pada media tersebut adalah bakteri gram negatif.
Sedangkan pada media TCBS setelah pewarnaan media berwarna merah, hal
tersebut menandakan bakteri pada media TCBS merupakan bakteri gram negative.
Kemudian Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 14 pada media NA memiliki warna
ungu saat pewarnaan gram, yang berarti bakteri yang tumbuh pada media tersebut
adalah bakteri gram positif dan pada media TCBS memiliki warna merah saat
pewarnaan gram, yang berarti bakteri yang tumbuh pada media tersebut adalah
bakteri gram negatif. Dan yang terakhir Hasil Pewarnaan Bakteri Kelompok 15
pada media NA memiliki warna ungu pada saat pewarnaan gram, yang berarti
bakteri yang tumbuh pada media tersebut adalah bakteri gram positif. Sedangkan
pada media EMBA setelah pewarnaan media berwarna merah, hal tersebut
menandakan bakteri pada media EMBA merupakan bakteri gram negative. Jadi dari
hasil praktikum dari gelombang ini adalah, setiap kelompok memiliki jenis bakteri
yang berbeda-beda pada media nya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil
pewarnaan gram yang berbeda-beda.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum pewarnaan bakteri ini menyimpulkan
bagaimana cara mengetahui kepadatan dari koloni bakteri, hasil dari pewarnaan
bakteri dan jenis-jenis bakteri yang didapatkan dari praktikum dan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kepadatan bakteri pada sampel ikan maka jumlah setiap
bakteri pada media dihitung satu persatu dengan ketentuan bakteri yang
individu dihitung satu koloni dan bakteri yang menyatu atau bertumpuk
dihitung satu koloni. Dari praktikum kami didapatkan jumlah koloni bakteri
pada media NA sebanyak 3 koloni dan pada media TCBS sebanyak 44
koloni.
2. Untuk mengetahui hasil pewarnaan pada bakteri dapat digunakan
mikroskop dengan perbesaran maksimal agar bakteri yang telah menyerap
warna pada proses pewarnaan dapat terlihat dengan jelas. Pada praktikum
yang kami lakukan kami mendapatkan bakteri gram positif yaitu bakteri
dengan warna ungu pada media NA dan bakteri gram negative yaitu bakteri
dengan warna merah pada media TCBS.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang didapatkan pada praktikum
pewarnaan dilakukan pengamatan pada bentuk bakteri, terdapat 3 bentuk
bakteri yaitu Bentuk Batang (Basil), Bentuk Bulat (Kokus) dan bentuk
Spiral. Dari praktikum didapatkan jenis bakteri Streptococcus dan
Stafilococcus pada media NA dan bakteri Streptococcus pada media TCBS.
5.2 Saran
Pada pelaksanaan praktikum diharapkan setiap praktikan memperhatikan
prosedur kerja sebaik mungkin terutama pada proses sterilisasi agar media maupun
bahan tidak terkontaminasi, dan mempelajari cara mengidentifikasi jenis bakteri
yang telah tumbuh pada media agar dapat mengetahui jenis bakteri dengan benar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aditya,2000. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta. 285 hal.


Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986, Usaha Budidaya Ikan Lele, C.V.
Simplex, Jakarta
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Fakhrizal Setiawan 2006. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius,Yogyakarta.
Fardiez, S. 2000. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta. Gramedia.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 163 hal.
Hadioetomo.1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Jilid 2 .Gramedia: Jakarta.
Harley and Presscot. 2002. Laboratory Exercise in Microbiology. USA. McGraw-
Hill Publisher, pp 116.
Irham dan Yogi. 2003. Ekspor di Indonesia. Cetakan Pertama. Pustaka Binaman.
Pressindo. Jakarta
Irianto, K. 2012. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV.
Yrama Widya. Bandung. 256 hal.
Label, C., 2008. Pembuatan Media Agar dan Sterilisasi. Rineka Cipta. Jakarta
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.
Munandar, Kukuh. (2016). Pengenalan Laboratorium IPA-Biologi Sekolah.
Cetakan ke-1. Bandung : Refika Aditama.
Novriyanto Kusuma, 2010 , Lingkungan Perairan., Jakarta: Grasindo.
Nurohaianah, 2007. Media . Jakarta : UI Press. 266 hal.
Pulo Rubiah, 2016. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka. Nusatama. Bogor
Romimohtarto,K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut.Puslitbang Oseanologi LlPI. Jakarta. 527 h.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikn Jilid I. Binatjipta. Bandung.
Suriawiria U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Waluyo, L,. 2007. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbita UMM. Malang.

29
Wati, Dwi Setiana, Rukmanasari Dwi Prasetyani. 2013. Pembuatan Biogas dari
Limbah Cair Industri Bioetanol Melalui Proses Anaerob (Fermentasi).
Universitas Diponegoro : Semarang.
Winda, 2009. Analisis Mikrobiologi da Laboraorium. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Witjaksono. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp.
Melalui Penerapan Teknologi Ketinggian Media Air 15 Cm, 20 Cm, 25 Cm,
dan 30 Cm. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

30
LAMPIRAN

31

Anda mungkin juga menyukai