Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Sumberdaya Perikanan

Sistem Manajemen Perikanan


Manajemen Perikanan adalah suatu upaya untuk memecahkan permasalahan
dan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian
(controlling) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya ikan, kekayaan alam
yang tersedia di laut maupun perairan umum. Manajemen Sumberdaya Perikanan
adalah suatu rangkaian proses mulai dari pengumpulan data hingga pelaksanaan
kebijakan dan tindakan-tindakan manajemen untuk mencapai tujuan yang mengatur
pemanfaatan sumberdaya perikanan. Perlu dilakukan manajemen perikanan karena
Sumberdaya ikan tidak hanya bersifat “bisa habis” (depletable), tetapi berpotensi
akan punah apabila eksploitasi tidak dikendalikan. Hal ini terutama terjadi pada
kasus di mana perikanan bersifat kompleks, penuh ketidakpastian, pengetahuan
tentang efek terkaitan antar spesies masih kurang, sehingga perlu dilakukan
“pengelolaan” terhadap sumberdaya ikan. Tujuan yang tidak sama (conflicting
goals) antara tujuan biologi, sosial, ekonomi, dan budaya harus dapat
diseimbangkan melalui manajemen perikanan apabila manfaat total ingin
dimaksimalkan. Pengendalian perlu dilakukan terhadap eksploitasi stok ikan untuk
menjamin ketersediaan sumberdaya ikan untuk generasi sekarang tanpa
mengabaikan kebutuhan generasi mendatang terhadap sumberdaya ikan.
Sumber daya hayati ikan diartikan dalam ketentuan umum yang tercantum
dalam Undang-undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004, yaitu ”Ikan adalah segala
jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan”. Adapun jenis-jenis ikan yang dimaksud, bukan hanya Pisces
(ikan bersirip), tetapi termasuk juga Crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan
sejenisnya), Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sejenisnya),
Coelenterata (ubur-ubur dan sejenisnya), Echinodermata (tripang, bulu babi, dan
sejenisnya), Amphibia (kodok dan sejenisnya); Reptilia (buaya, penyu, kura-kura,
biawak, ular air, dan sejenisnya); Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung,
dan sejenisnya); alga (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di
dalam air); serta biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis
tersebut di atas, semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.
Daftar resmi jenis ikan yang ada dalam perikanan Indonesia dapat dilihat pada
Statistik Perikanan Indonesia. Daftar tersebut mengelompokkan ikan menjadi
kelompok ikan (fishes), yaitu 45 komoditi; kelompok binatang berkulit keras
(crustaceans), yaitu 8 komoditi (rajungan, kepiting, udang barong, udang windu,
udang putih, udang dogol, udang lainnya); kelompok binatang lunak (molluscs),
yaitu 8 komoditi (tiram, simping, remis, kerang darah, cumi-cumi, sotong, gurita),
kelompok binatang air lainnya, yaitu 4 komoditi (penyu, teripang, ubur-ubur), dan
kelompok tanaman air (aquatic plants), yaitu 1 komoditi (rumput laut atau
seaweeds, ada dua jenis utama, seperti Euchema sp. dan Gracillaria sp.). Paus dan
lumba-lumba bukan dua jenis ikan yang bersirip, tetapi termasuk jenis binatang
menyusui (mamalia), namun hidup di habitat air. Selain itu juga bahwa rumput laut
yang dimaksud dalam statistik perikanan tersebut bukan jenis tumbuhan jenis yang
berakar dan berbunga atau Angiosperma, melainkan alga yang dapat dijadikan
bahan agar-agar. Jenis tumbuhan laut yang berbunga yang biasa dimaksud oleh
sebagian orang disebut lamun atau seagrass. perikanan dan sumber daya ikan maka
sumber daya perikanan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berpotensi
untuk dijadikan faktor input kegiatan perikanan. Sumber daya perikanan bukan
hanya sumber daya ikan saja, tetapi juga sejumlah faktor input untuk setiap jenis
kegiatan yang menjadi komponen kegiatan perikanan, yaitu yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya, mulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sehingga
diperlukan sistem manajemen Perikanan.
Sistem Manajemen Perikanan seperti Fishery Policy and Planning, Fishery
Management Measures, Fishery Development, dan Fishery Research. Fishery
Policy and Planning seperti Penentuan tujuan pengelolaan perikanan (misalnya
national objectives of fishery), Arahan kebijakan untuk mencapai tujuan (macro
level), Legislasi terkait dengan pengelolaan perikanan, Mekanisme kelembagaan
dan pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan perikanan. Fishery
Management Measures seperti Perangkat pengelolaan perikanan (management
measures) untuk mengendalikan dampak kegiatan perikanan terhadap stok
sumberdaya ikan dan ekosistem, Penentuan tingkat pemanfaatan stok sumberdaya
ikan (misalnya TAC, total allowable catch), Pengambilan keputusan terhadap
operasioanalisasi perikanan (misalnya open and closed season), Pengumpulan data
untuk alokasi sumberdaya ikan. Fishery Development seperti Penyediaan
infrastruktur perikanan (misalnya pelabuhan, pasar), Peningkatan dan opitmasi
kapasitas teknologi (misalnya efisiensi penangkapan ikan, efisiensi energi dalam
penangkapan ikan), Peningkatan kualitas hasil tangkapan ikan melalui penyediaan
sarana penanganan, pengolahan dan nilai tambah hasil tangkapan ikan, peningkatan
kualitas distribusi hasil perikanan, Pengembangan potensi perikanan baru
(misalnya deep sea fisheries). Fishery Research seperti Peningkatan kualitas
pengumpulan, analisis, dan diseminasi data dari segenap komponen sistem
perikanan (ekosistem dan sumberdaya ikan, sistem masyarakat dan pengguna
sumberdaya ikan, dan sistem manajemen perikanan), Perangkat untuk mengkaji dan
mengkonservasi stok sumberdaya ikan, Perangkat untuk lebih memahami
keterkaitan yang tidak terpisahkan antara sistem ekologi dan sumberdaya ikan
dengan sistem masyarakat dan pengguna sumberdaya ikan.

Anda mungkin juga menyukai