ANAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M
DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI
DI RUANG KEMUNING RSUD. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
NAMA KELOMPOK :
i
LEMBAR PENGESAHAN
BANDAR LAMPUNG,
NIP. 196404291988032001
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya
sehingga dalam menyelesaikan laporan studi kasus “Asuhan Keperawatan Pada An. M dengan
Diagnosa Medis Atresia Ani” di ruang Kemuning ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak,
dalam kesempatan ini penyusun berkenan menyampaikan terimakasih kepada :
1. Warjidin Alianto, SKM., M.Kes (Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung Karang)
2. Dr. Hery Djoko Subandriyo, M. KM (Direktur RSAM)
3. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes (Ketua Jurusan Keperawatan)
4. Dr. Anita Bustami, M.Kep., Sp. Mat (Ketua Prodi DIV Keperawatan)
5. Uminah, S.ST (Pembimbing Lahan)
6. Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes (Pembimbing Akademik)
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi...................................................................................... 1
1.2 Epidemiologi Kasus................................................................. 1
1.3 Etiologi..................................................................................... 1
1.4 Tanda & Gejala....................................................................... 2
1.5 Pemeriksaan Penunjang & Hasil Secara Teoritis................ 2
1.6 Penatalaksanaan Medis.......................................................... 3
1.7 Patofisiologi / Pathway............................................................ 4
1.8 Asuuhan keperawatan............................................................ 5
2.1 Pengkajian.................................................................................. 8
2.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 24
2.3 Perencanaan................................................................................ 25
2.4 Impementasi................................................................................ 32
2.5 Evaluasi....................................................................................... 32
3.1 Pengkajian.................................................................................. 35
3.2 Perencanaan............................................................................... 36
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian
karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran
tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki
nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan
tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
1
1.2 Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum(Wong, Whaley. 1985)
2
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon
antara 12 minggu atau tiga bulan selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi
karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus
imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga
menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga
terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina)
atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula
menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke
urethra (rektourethralis).
3
4
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini. Pemeriksaan fisik rectum kepatenan rectal dapat
dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
2. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan:
- Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada
bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid,
kolon/rectum.
- Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara
benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
3. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
4. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan
dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
5. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
6. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
1.6 Penatalaksanaan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan
kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur
penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini
5
dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik
status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter
sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya
memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi dengan skapel.
2. Dx Post Operasi
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Intervensi
6
R/ Meyakinkan berfungsinya usus
3. Ukur lingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya
distensi.
7
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien
2. Diagnosa Post Operasi
- Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder
dari kolostomi.
Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
- Intervensi :
1. Gunakan kantong kolostomi yang baik.
2. Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong.
3. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter.
8
BAB II
ISI
A. IDENTITAS
Nama : An. M
Umur : 1.3 th
Nama Ibu : Ny. D
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kotabumi
Suku : Lampung
Agama : Islam
Pendidikan : -
No RM : 00.51.13.23
B. Keluhan utama
Pada saat pengkajian tanggal 2 Oktober 2018 terdapat luka post op PSARP hari ke 7
di anus, pasie terpasang selang kateter sejak 3 hari yang lalu (Riwayat Atresia Ani)
9
D. Riwayat Kesehatan Masa Lampau
Saat bayi berusia 1 bulan, bayi di rawat di RS Abdoel Moloek karena bayi
BAB melalui vaginanya. Bayi di rawat selama 7 hari dengan tindakan pembedahan
kolostomi. Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan.
Imunisasi bayi (An. M)
Pasien hanya mendapatkan imuisasi Hb0 setelah kelahiran. Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mendapatkan imunisasi karena tidak mendapatkan izin dokter atas indikasi
adanya kelainan kongenital pada bayi.
E. Genogram
Keterangan:
10
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Keluarga
= Satu rumah
F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Pasien di asuh oleh ibu kandungnya yaitu Ny.D sejak lahir hingga sekarang.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien merupakan anak kandung dari pasangan Tn.Y dan Ny. D
3. Hubungan dengan teman sebaya
Pasien berusia 1,3 tahun
4. Pembawaan secara umum
Ibu pasien mengatakan An. M tidak pernah rewel dan suka jika ada orang yang
mengajaknya bermain.
G. Kebutuhan Dasar
1. Makanan
Ibu pasien mengatakan anaknya menyukai hampir semua jenis makanan, anaknya
menelan semua makanan yang diberikan. Ibunya mengatakan selera makan
anaknya sangat baik dengan pola makan 3 kali sehari saat pagi, siang dan sore hari
dengan menu nasi, kuah sayur dan lauk.
2. Pola tidur
11
Ibu pasien saat siang anaknya tidur 1-2 jam, saat malam hari anak biasa tidur jam
9 malam tanpa menggunakan alat bantu tidur.
3. Kebersihan diri
Ibu pasien mengatakan pasien mandi 2 kali sehari saat pagi dan sore hari.
4. Eliminasi
BAB : Pasien BAB melalui kolostomi
BAK : Pasien BAK melalui selang kateter dengan output 300 cc /24 jam.
I. Hasil Laboraturium
NAMA : An. M TGL. ORDER : 20/09/2018 09:37
NO. REKAM MEDIK : 00511323 SPECIMEN : Serum Darah
UMUR : 1 thn 3 bln 20 hr
HASIL PEMERIKSAAN
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
PATOLOGI
Hemoglobin 11,8 10,70 – 13,10 g/dL
Leukosit 14,600 4,800 – 10,800 / µL
Erittrosit 4,5 L : 4,7 – 6,1 juta/ µL
P : 4,2 – 5,4
Hematokrit 33 L : 42 – 52 %
P : 37 - 47
Trombosit 473,000 150.000 – 450.000 / µL
MCV 74 79 – 99 fl
12
NCH 26 27 – 31 pg
MCHC 35 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
- Basofil 0 0–1 %
- Esinofil 0 0–8 %
- Batang 0 0–8 %
- Segmen 49 17 – 60 %
- Limfosit 44 20 – 70 %
- Monosit 7 1 – 11 %
LED 7 0 – 15 mm/jam
CT 10 9 – 15 menit
BT 2 1 -3 menit
KIMIA
SGOT 37 * < 31 U/L
SGPT 28 < 31 U/L
Gula Darah Sewaktu 87 < 140 mg/dL
Ureum 19 13 - 43 mg/dL
Creatinine 0,20 * 0,55 – 1,02 mg/dL
Hasil Radiologi
1. Thorax
Klinis : atresia ani ec fistula ani
Kesan :
pneumonia lobutaris lobus inferior pulmo dextra
hiperinflasi pulmo bilateral
konfigurasi cor normal
J. Pemeriksaan Fisik
13
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Komposmentis
3. TTV
- RR : 30x/menit
- N : 102x/menit
- S : 37,1̊C
4. TB/BB : 73cm / 5,8kg
5. Lk : 43 cm
6. Kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan
7. Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada peningkatan tekanan
vena jugularis, teraba denyut di arteri karotis
8. Telinga : posisi kedua telinga simetris, tidak ada gangguan
pendengaran, bersih, tidak ada sekresi.
9. Hidung : tidak ada sekret, posisi simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
10. Mulut : pasien belum memiliki gigi, mukosa mulut lembab
11. Dada :
Paru-paru:
I : posisi dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada luka.
P : gerakan dinding dada kanan dan kiri sama.
P : terdapat bunyi sonor di seluruh lapang paru.
A : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezzing/ronchi.
Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak.
P: terdapat suara ketuk redup pada batas-batas jantung.
P: Ictus cordis teraba di ICS 4 mid klavikula.
A: terdengar suara lupdup.
12. Abdomen : I : terdapat kolostomi di perut bagian kiri, kemerahan di dekat
stoma.
A : bising usus 6x/menit
P : bayi menangis saat ditekan perutnya
P : tidak dilakukan dikarenankan terdapat stoma kolostomi
14
13. Genetalia : pasien terpasang kateter selama 3 hari, genetalia bersih,
terdapat luka post PSARP di bagian anus, terlihat adanya benang pada anus,
pada saat pengkajian belum mengeluarkan feses.
14. Ekstremitas : reflek gerak baik, tidak ada kesulitan bergerak, kekuatan otot
5 5
5 5
15
2.2 Analisa Data
Do :
16
belum mengeluarkan feses.
17
2.4 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d prosedur pembedahan invasif
2. Resiko Infeksi b.d luka insisi operasi di anus, pemasangan kateter
3. Inkontinensia fekal b.d kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
INTERVENSI KEPERAWATAN
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
18
kulit normal 5. Tutupi luka tekan istirahat lama
yang terbuka dengan ditempat tidur.
Warna kulit
kasa steril. 4. Mengurangi
normal
6. Berikan matras atau stress pada titik
Bebas lesi tempat tidur busa . tekanan,
jaringan meningkatkan
INTERVENSI KEPERAWATAN
19
Nama Klien : An. M
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
Integritas mengetahui
normal 5. Untuk
menegtahui
Leukosit
tanda infeksi
dalam
6. Pemberian
ambang
antibiotic
batas
untuk
normal
mencegah
20
Tidak ada timbulnya
tanda infeksi
infeksi :
tidak ada
edema,
kemerahan
Menunjukk
an proses
penyembuh
an luka
INTERVENSI KEPERAWATAN
21
Nama Klien : An. M
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
1. Defekasi
lunak
2. Feses
berbentuk
22
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
1
ambulasi / turun dari tempat 1. Kaji keadaaan kulit
tidur jika memungkinkan. 2. Anjurkan keluarga untuk
4. Mengubah posisi secara teratur mengubah posisi anaknya
dan ganti sprei sesuai secara teratur
kebutuhan. 3. Tutup luka tekan dengan
5. Menutupi luka tekan yang kasa steril
terbuka dengan kasa steril.
6. Memberikan matras atau
tempat tidur busa .
2
Nama Klien : An. M
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
jam 5. T : 37,1OC
3
6. Berkolaborasi pemberian P : Lanjutkan intervensi
antibiotic
1. Monitor karakteristik (warna, bau, cairan)
pada luka
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
3. Lakukan perawatan luka dengan konsep steril
4. Kaji temperatur tiap 4 jam
5. Catat dan laporkan hasil laboratorium
4
Nama Klien : An. M
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
P : Lanjutkan intervensi
5
keluaran feses
2. Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
3. Evaluasi status BAB secara rutin
6
Hari ke-2
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
P : Lanjutkan intervensi :
7
1. Monitor keadaaan kulit
2. Monitor TTV
8
Nama Klien : An. M
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
P : Lanjutkan intervensi
9
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
6. Lakukan perawatan luka dengan konsep steril
7. Kaji temperatur tiap 4 jam
8. Catat dan laporkan hasil laboratorium
10
Nama Klien : An. M
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
P : Lanjutkan intervensi
11
keluaran feses
2. Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
3. Evaluasi status BAB secara rutin
12
Hari ke-3
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
A: Masalah teratasi
13
P : Intervensi dihentikan
14
Nama Klien : An. M
Dx. Medis : Atresia Ani
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
3. Meakukan perawatan luka 2. Tidak ada edema dan kemerahan disekitar luka
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Nama Klien : An. M
15
Dx. Medis : Atresia Ani
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
A: Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
16