Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Tubagus Maulana
Tri Puji Lestari
Haryanto
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatNya sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Presentasi Kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Tindakan Herniotomy a/i Hernia
Inguinalis Lateralis Dextra Di Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
Dalam Penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan penyusun. Namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.
Tetapi walaupun demikian penyusun berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya
ilmiah meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerjasama antara pembimbing dan penyusun serta
beberapa teman yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penyusun demi
tersusunnya makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak agar bisa membuat lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................5
B. Tujuan ...............................................................................................7
1. Tujuan Umum ............................................................................7
2. Tujuan Khusus ............................................................................7
C. Metode Penulisan .............................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Hernia ........................................................10
1. Pengertian ...................................................................................10
2. Klasifikasi ...................................................................................10
3. Anatomi & Fisiologi ...................................................................15
4. Etiologi .......................................................................................16
5. Tanda & Gejala .......................................................................... 17
6. Patofisiologi ...............................................................................18
7. Pathway ......................................................................................20
8. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 21
9. Penatalaksanaan Medis .............................................................. 21
10. Komplikasi .................................................................................24
B. Konsep Asuhan Keperawatan Tonsilitis...........................................25
1. Pengkajian...................................................................................25
2. Diagnosa Keperawatan................................................................28
3. Intervensi Keperawatan ..............................................................29
4. Implementasi Keperawatan.........................................................29
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................33
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.........................................................................................34
B. Diagnosa Keperawatan .....................................................................41
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................42
D. Implementasi Keperawatan ..............................................................47
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................57
4
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................62
B. Diagnosa Keperawatan .....................................................................62
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................63
D. Implementasi Keperawatan ..............................................................63
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................64
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................65
B. Saran .................................................................................................65
C. Kesenjangan .....................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia inguinalis adalah kondisi dimana terjadi penonjolan isi intraabdominal
melalui dinding abdomen di regio inguinalis sebagai akibat dari protrusi peritoneum
bawaan yang persisten melalui pembukaan cincin internal dan eksternal pada kanalis
inguinalis (Ledbetter, Chabra dan Javid, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization, pada tahun
2016 prevalensi pasien Hernia adalah 350 per 1000 populasi penduduk. dengan insiden
di negara maju sebanyak 17% dari 1000 populasi penduduk, sedangkan beberapa negara
di Asia menderita penyakit hernia berkisar 59% (WHO, 2017). Berdasarkan data survey
yang diperoleh, di ruang operasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung data pada
Januari 2021- Maret 2022 didapatkan sebanyak 40 kasus hernia. Berdasarkan usia dari 40
pasien terdapat 24 kasus bedah hernia anak usia 3-11 tahun dan 16 kasus bedah dewasa
dari usia (23-53 tahun). Berdasarkan jenis kelamin dari 40 kasus tersebut 32 (90 %)
adalah laki laki, dan 8(20 %) perempuan. Dan berdasarkan jenis kasus hernia, dari 40
pasien seluruh pasien mengalami hernia inguinalis. Untuk pasien anak sebagian besar
mengalami hernia inguinalis dextra 20 (83%) dan sisanya mengalami hernia inguinalis
sinistra 4 (17%). Selain itu, pada 10-25% anak yang didiagnosis hernia inguinalis juga
mempunyai riwayat keluarga dengan hernia inguinalis.
Kasus hernia pada anak meskipun sudah ada sejak lahir, hernia inguinalis sering
kali bersifat asimptomatik sehingga tidak disadari oleh klinisi dan orang tua pada
beberapa hari hingga bertahun-tahun sebelum akhirnya terdiagnosis. Hernia inguinalis
pada anak tidak dapat sembuh secara spontan sehingga diperlukan operasi perbaikan
hernia yang bersifat elektif segera setelah didiagnosis. Tindakan ini secara signifikan
dapat mengurangi risiko komplikasi (Glick dan Boulanger, 2016). Untuk kasus hernia
berdasarkan jenis kelamin angka kejadian hernia inguinalis pada laki-laki 5-10 kali lebih
besar dibandingkan perempuan. Angka kejadian hernia inguinalis berdasarkan usia juga
bervariasi tergantung jenis kelamin (Snyder, Escolino dan Esposito, 2020).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis membuat perumusan masalah yaitu:
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada An.A dengan tindakan herniotomy
di ruang operasi rumah sakit hermina sukabumi.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah penulis mampu memaparkan hasil asuhan
keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy di ruang kamar operasi
Rumah Sakit Herminan Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a.Menjelaskan hasil pengkajian pada pasien dengan tindakan herniotomy di
kamar operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai prioritas masalah
yang muncul pada pasien dengan tindakan herniotomy di kamar operasi
Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
c. Menjelaskan Intervensi keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy
di kamar operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
d. Menjelaskan Implentasi keperawatan pada pasien dengan tindakan
herniotomy di kamar operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
e.Menjelaskan evaluasi setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan tindakan herniotomy di kamar operasi Rumah Sakit Hermina
Sukabumi.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan laporan ini di harapkan dapat memberikan referensi dan masukan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy
di kamar operasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi perawat tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy
8
E. METODE PENELITIAN
1. Metode Penulisan
Penyusunan penulisan ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk
studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas dan nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Teknik Pengumpulan Data
a.Wawancara
Wawancara atau komunikasi adalah suatu teknik dimana usaha mengajak
klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik ini mencakup
keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepeduliaan
yang tinggi.
b. Observasi
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dengan mengamati
perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan keperawatan klien yang mencakup aspek fisik, mental, sosial dan spiritual.
c.Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik klien secara keseluruhan
dengan head to toe melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang
dijadikan sebagai data objektif untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan.
d. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dengan membaca status klien selama dirawat di RS.
Hermina Sukabumi meliputi catatan penunjang atau pemeriksaan yang diberikan
selama klien dirawat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Epidemiologi
Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian
yang paling tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50%
merupakan hernia inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.
Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia yang paling sering ditemukan
yaitu sekitar 50%, sedangkan hernia ingunal medialis 25% dan hernia femoralis
sekitar 15%. Populasi dewasa dari 15% yang menderita hernia inguinal, 5-8%
pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia
inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding
10
3. Anatomi
Dinding perut memiliki struktur muscullo-apooneurosis yang kompleks.
Dinding perut terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit
yang terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fascia superfisial
(fascia Scarpa), kemudian terdapat 3 lapisan otot dinding perut yaitu muscullus
obliquus abdominis externus, muscullus obliquus abdominis externus,
muscullus tranversus abdominis, dan akhirnya lapisan prepertoneum dan
peritoneum, yaitu fasia transversalis, lemak preperitoneal, dan peritoneum. Otot
di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan
fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba (Sjamsuhidajat,
2011).
sedikit nyeri dan bengkak. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan.
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui.
Menurut patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia
inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis (HIM). Ada
juga yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia
inguinalis indirek.
Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan
anulus intenus sehingga organ-organ dalam rongga perut (omentum,
usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan di
lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia inguinalis medialis timbul
karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu.
Biasanyaterjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra
operatifantara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior.
HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak di
bawahnya.
5) Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
6) Hernia Insisional
Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya.
7) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap
tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap goncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. HNP
umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.
13
6. Patofisiologi/Pathways
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan
abdomen, kegemukan, meruapakan faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Potensial komplikasi terjadi
pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,
akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan perut kembung , muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan,
akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh
16
isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis (Jitiwoyono &
Kristiyanasari, 2010)
17
7. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala terjadinya hernia adalah sebagai berikut:
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipatan paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual ( bila telah ada komplikasi).
c. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kemih
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai dengan sesak napas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar (Huda, Amin & Kusuma, 2016 dalam Aristia, 2020).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut Nurarif (2015) antara
lain :
a. Sinar X abdomen menunjukkan adanya abnormalitas kadar gas dalam
usus/obstruksi usus
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Pengkajian diagnostik menurut Muttaqin & Sari (2009) adalah :
a. Data laboratorium penting yang perlu diperiksa adalah hemoglobin, leukosit,
LED, kalium, natrium, albumin, bilirubin, hitung darah lengkap, dan gas
darah arteri. Kadar albumin dibawah 3g dapat mengganggu proses
penyembuhan luka.
b. Pemeriksaan EKG dan foto thoraks pada pasien lebih dari 40 tahun
dilakukan untuk menyingkirkan adanya gangguan jantung dan tuberkulosis
paru.
18
8. Komplikasi
Grace (2007) dan Oswari (2006) mengemukakan bahwa komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hernia adalah:
a. Hematoma (luka atau pada skrotum).
b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis).
e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.
f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekanpembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki- laki.
j. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Penatalaksanaan
Penanganan hernia menurut Mansjoer (2000) ada dua macam, yaitu:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali, terdiri atas:
1) Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia
kedalam cavum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata
kecuali pada anak- anak.
19
2) Suntikan
Dilakukan penyuntuikkan cairan sklerotik berupa alkohol atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.
3) Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan tindakan operasi.
b. Tindakan operatif
Pilihan tindakan operasi adalah pilihan terbaik pada kasus hernia,beberapa
macamoperasipada hernia adalah:
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m. Obliquus intraabdominalis
dan m. transversus abdominis yang berinsersiodi tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada lagamentum inguinale agar
LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
menurut kebutuhannya (Ferguson, bassini, Halstedt, Hernioplasty pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.
Vay).
1. Pengkajian
a. Alasan MRS/Keluhan Utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah
keluhan adanya nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum
pembedahan. Untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri
pasien, dapat digunakan metode PQRST
b. Riwayat penyakit sekarang/riwayat kejadian
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan nyeri di
daerah sekitar paha dalam maupun testis, keluhan gastrointestinal seperti
mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca nyeri sering di dapatkan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan
sebagai sarana pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya
pekerjaan) yang mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi
hernia.
d. Pola kesehatan
1) Pola nutrisi dan cairan
Pasien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan
mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi
hernia.
2) Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta
abdomen seperti bersin, mengangkat beban berat, batuk, mengejan.
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut Sjamsuhidajat (2010) Pemeriksaan fisik yang
didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia, pemeriksaan fisik
fokus akan di dapatkan hal-hal berikut.
a) Inspeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada
lipat paha. Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya
penonjolan, maka dengan pemeriksaan sedrhana pasien didorong
untuk melakukan aktivitas peningkatan tekanan intra abdominal,
seperti mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat
paha.
21
4) Abdomen
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis fokus pada
pemeriksaan abdomen. Yang di dapatkan :
a) Inspeksi
Terlihat benjolan di region inguinalis ang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
b) Palpasi
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
fenikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium.Dalam hal ini hernia dapat direposisi pada waktu jari
22
2. Diagnosa Keperawatan
NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah
kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Yeni, 2019)
Ada lima tipe diagnosa, yaitu diagnosa keperawatan aktual menyajikan
keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor
yang dapat diidentifikasi. Diagnosa keperawatan risiko menjelaskan masalah
kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Masalah dapat
timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor
risiko yang memberikan kontribusi pada peningkatan kerentanan.
23
3. Intervensi
Menurut Budiono (2015) Intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi
24
dan kolaborasi.
Komponen dalam menyusun rencana keperawatan ada dua yaitu:
a. Diagnosa yang di prioritaskan, prioritas berdasarkan kebutuhan maslow (
fisiologis, rasa aman, cinta dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri)
b. Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnose keperawatan, komponen dari tujuan yaitu : subjek, kata kerja
yang dapat di ukur, hasil, kriteria dan target waktu.
Berikut adalah tujuan dan kriteria hasil dari diagnosa menurut Dongoes
(2014), dengan menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Intervensi
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil
No Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI, 2019)
(SLKI, 2018)
1 (D.0080) Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan (I.08243)
kurang terpaparnya ansietas dapat teratasi. 1. Observasi
informasi Kriteria hasil: -Identifikasi saat
-Gejala dan 1. Prilaku gelisa tingkat ansietas
tanda mayor menurun (5) berubah
Ds: 2. Prilaku tegang -Identifikasi
1. Merasa bingung menurun(5)
2. Merasakan 3. Pola tidur membaik (5) 2. Terapeutik
khawatiran dengan 4. Orientasi membaik(5) -ciptakan suasana
akibak kondisi terpeutik untuk
yang dihadapi menumbuhkan
3. Sulit kepercayaan
berkosentrasi -temani pasien untuk
Do: mengurangi
1. Tampak kecemasan jika
gelisah memungkin kan
2. Tampak -pahami situasi yang
Tegang membuat ansietas
3. Sulit tidur -gunakan pendekatan
yang tenang dan
- Gejala dan meyakin kan
tanda minor -motivasi
Ds: mengidentifikasi
1. Mengeluh situasi yang muncul
pusing kecemasan
2. Anoreksia -diskusikan
3. Palpitasi perencanaan realitis
4. Merasa tidak tentang peristiwa yang
berdaya akan datang
Do:
25
1. Frekuensi 3. Edukasi
nafas -jelas kan prosedur,
meningkat termasuk sensasi yang
2. Frejuensi nadi mungkin di alami
meningkat -anjurkan keluarga
3. Tekan untuk tetap Bersama
an pasien, jika perlu
dara -anjurkan
menin mengungkapkan
gkat perasaan dan persefsi
-latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketenangan
-latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
-latih Teknik relaksasi
nafas dalam terhadap
penurunan kecemasan
2 (D.0077) Nyeri Akut (I.08066) Setelah Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan dilakukan tindakan asuhan (I.08243)
agen pencederah keperawatan diharapkan 1. Obesrvasi:
pisiologis nyeri akut bisa teratasi. -Identifikasi lokasi,
-Gejalah dan tanda Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
mayor 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
Ds: menurun (5) intensitas nyeri
1. Mengelu nyeri 2. Meringis menurun (5) -Identifikasi skala
Do: 3. Kesulitan nyeri
1. Tampak tidur menurun -Identifikasi factor
meringis (5) yang memperberat dan
2. Gelisa Frekuensi nadi membaik memperringan nyeri
3. Prekuensi nadi (5) -Identifikasi
meningkat pengetahuan dan
4. Sulit tidur keyakinan tentang
nyeri
-Gejala dan tanda -Identifikasi pengaruh
minor nyeri pada kualitas
Ds: hidup
- -Monitor kebersihan
Do: terapi komplementer
1. Tekanan darah yang sudah
meningkat diberikan
2. Polah napas -Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
3. Nafsu makan
berubah 2. Terapeutik:
4. Proses -Berikan
berpikir nonfarmakologis
terganggu untuk menguragi rasa
nyeri
-Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
26
tidur
-Pertimbagkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi merendah
nyeri
3. Edukasi:
-Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi
merendahkan nyeri
-Jelaskan monitor
nyeri secara mandiri
-Anjurkan
menggunkan
analgenetik secara
tepat
-Ajarkan teknik
nonfarmal kologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi:
-Kolaborasi
pemebrian analgetik,
jika perlu
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
30
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis (
teknik tarik nafas
dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. (0054) Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama
mobilitas fisik tindakan keperawatan
berhubungan dengan selama 3x24 jam nyeri Observasi
nyeri berkurang 1. Identifikasi
-Gejalah dan tanda adanya nyeri atau
mayor Dengan Kriteria Hasil ; keluhan fisik
DS : 1. Pergerakan lainnya
- Mengeluh ekstremitas 2. Monitor frekuensi
bergerak meningkat (5) jantung dan
DO : 2. Nyeri menurun (5) tekanan darah
- Kekuatan otot 3. Kecemasan sebelum melakukan
menurun menurun (5) mobilisasi
4. Gerakan 3. Monitor keadaan
terbatas umum selama
-Gejala tanda minor
DS: menurun (5) melakukan
- Enggan 5. Kelemahan mobilisasi
melakukan fisik menurun
pergerakan (5) Terapeutik
- Merasa cemas 1. Fasilitas aktivitas
saat bergerak mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat
tidur)
31
2. Fasilitas
melakukan
pergerakan
DO : 3. Libatkan keluarga
- Sendi kaku untuk membantu
- Gerakan tidak pasien dalam
koordinasi meningkatkan
- Gerakan terbatas pergerakan
- Fisik lemah
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk
ditempat tidur,
duduk disisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke
kursi)
3 (D.00142) Resiko Setelah dilakukkan Intervensi Utama
infeksi berhubungan tindakkan keperawatan
dengan prosedur invasi selama ...x 24 jam, Obsevasi :
diharapkan resiko infeksi 1. Monitor tanda
dapat teratasi gejala infeksi dan
sistemik
Dengan Kriteria Hasil ; Teraupeutik:
1. Kemerahan (5) 1. Batasi jumlah
2. Nyeri (5) pengunjung
3. Bengkak (5) 2. Berikanperawatan
4. Culture Urine (5) kulit pada daerah
edema
3. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukkan kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi:
1. Jelaska tanda
dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara
memeriksa luka
3. Anjurkan
meningkatkkan
32
asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi
4. Implementasi Keperawatan
Menurut SIKI & Pokja (2018), implementasi keperawatan merupakan
tindakan atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (rencana keperawatan).
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Implementasi keperawatan kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
(Indah, 2020)
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan Pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan Pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan Pasien, kecuali pada
Pasien yang afasia
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
33
perawat.
3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan Pasien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan Pasien.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Rumusan Masalah
Pasien rencana operasi elektif terjadwal hari Sabtu 09 September 2023 pukul
08:00 WIB, pasien datang ke IGD hari Jumat, tanggal 08 September 2023 pukul
22:00 WIB dengan diagnosa HILL Dextra rencana tindakan Herniotomy pasien dr.
W, SpB.
2. Assesment Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL/Usia : 12 Juni 2021 (2 Tahun 2 Bulan)
Alamat : Kp. Cikembar RT 001/007 Cikembar Kabupaten
Sukabumi
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Tanggal Masuk : 08 September 2023
Ruang/Kelas : 405B / II
No. RM : 1100075634
Diagnosa Medis : HILL Dextra
35
2) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda Vital : TD: - , Nadi: 90x/menit teraba kuat & teratur,
RR: 22x/menit, Suhu: 36,7oC
Antropometri : BB: 8,9 kg, TB: 90 cm
Asesment Nyeri : Terdapat Nyeri, Skala Nyeri 4 (0-10)
Indikasi Operasi : HILL Dextra
Jenis Operasi : Herniotomy
36
Hemostasis
Masa Perdarahan 2’30” <3 Menit
Masa Pembekuan 7’30” 6-19 Menit
( Sr. D ) ( Br. B )
DPJP Anastesi
Paracetamol 150mg/8 Jam Iv
Puasa sampai dengan BU positive
Posisi Head Up 30 derajat
Mobilisasi s/d sadar penuh
Stewart Score 6
3. Analis Data
No Data Etiologi Masalah
PRE OPERASI
Benjolan di inguinal
Nyeri
2. Ansietas Proses Penyakit Ansietas
Ds: OT Pasien
mengatakan merasa takut
anaknya akan operasi Tindakan operasi
Do: Pasien & keluarga
terlihat cemas, Skala
cemas 2 (0-5), Ekspresi Kurangnya informasi
wajah tegang, pasien
mengenai
tampak menangis.
TD: - , Nadi: 92 x/menit
teraba kuat teratur, RR :
penyakit dan prosedur tindkan
20x/menit Suhu : 36,80C
Ansietas
INTRA OPERASI
POST OPERASI
serotonin
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
5. Resiko Injury Tindakan operasi Resiko injury
Ds: -
Do: Pasien terbaring di
tempat tidur dan sesekali Anastesi general
digendong Ibunya, nadi
96x/m teraba kuat teratur,
Pasien terpasang ivfd RL Efek sedasi anastesi
10 tpm, Nilai resiko jatuh
humpty dumpty 17,
penghalang tempat tidur Pasien belum sadar penuh
terpasang, Stewart score 8.
Resiko injury
6. Resiko infeksi Pembedahan Hernia Resiko infeksi
Ds : - (Herniotomy)
Do: Terdapat luka operasi
post operasi herniotomy
dengan sayatan tertutup Terputusnya kontinuitas
lomatule, kassa steril, dan jaringan
hyfapiks, tidak ada
rembesan pada luka op,
Nilai leukosit 15400 g/dl Post the entry
mikroorganisme
Resiko infeksi
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d benjolan di inguinal
b. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan
42
c. Resti cedera intra operatife b.d kebutuhan posisi pembedahan dan pemasangan
alat elektromedik
d. Nyeri b.d terputusnya kontiniutas jaringan efek insisi pembedahan
e. Resiko Injury b.d kelemahan akibat efek anastesi dan pembedahan
f. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
C. Intervensi Keperawatan
1. PRE OPERASI
Intervensi
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil
No Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI, 2019)
(SLKI, 2018)
1 (D.0080) Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan (I.08243)
kurang terpaparnya ansietas dapat teratasi. 3. Observasi
informasi Kriteria hasil: -Identifikasi saat
-Gejala dan 5. Prilaku gelisa tingkat ansietas
tanda mayor menurun (5) berubah
Ds: 6. Prilaku tegang -Identifikasi
4. Merasa bingung menurun(5)
5. Merasakan 7. Pola tidur membaik (5) 4. Terapeutik
khawatiran dengan 8. Orientasi membaik(5) -ciptakan suasana
akibak kondisi terpeutik untuk
yang dihadapi menumbuhkan
6. Sulit kepercayaan
berkosentrasi -temani pasien untuk
Do: mengurangi
1. Tampak kecemasan jika
gelisah memungkin kan
2. Tampak -pahami situasi yang
Tegang membuat ansietas
3. Sulit tidur -gunakan pendekatan
yang tenang dan
- Gejala dan meyakin kan
tanda minor -motivasi
Ds: mengidentifikasi
5. Mengeluh situasi yang muncul
pusing kecemasan
6. Anoreksia -diskusikan
7. Palpitasi perencanaan realitis
8. Merasa tidak tentang peristiwa yang
berdaya akan datang
Do:
4. Frekuensi 3. Edukasi
nafas -jelas kan prosedur,
meningkat termasuk sensasi yang
5. Frejuensi nadi mungkin di alami
meningkat -anjurkan keluarga
6. Tekan untuk tetap Bersama
an pasien, jika perlu
dara -anjurkan
menin
43
gkat mengungkapkan
perasaan dan persefsi
-latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketenangan
-latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
-latih Teknik relaksasi
nafas dalam terhadap
penurunan kecemasan
2 (D.0077) Nyeri Akut (I.08066) Setelah Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan dilakukan tindakan asuhan (I.08243)
agen pencederah keperawatan diharapkan 1. Obesrvasi:
pisiologis nyeri akut bisa teratasi. -Identifikasi lokasi,
-Gejalah dan tanda Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
mayor 4. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
Ds: menurun (5) intensitas nyeri
1. Mengelu nyeri 5. Meringis menurun (5) -Identifikasi skala
Do: 6. Kesulitan nyeri
5. Tampak tidur menurun -Identifikasi factor
meringis (5) yang memperberat dan
6. Gelisa Frekuensi nadi membaik memperringan nyeri
7. Prekuensi nadi (5) -Identifikasi
meningkat pengetahuan dan
8. Sulit tidur keyakinan tentang
nyeri
-Gejala dan tanda -Identifikasi pengaruh
minor nyeri pada kualitas
Ds: hidup
- -Monitor kebersihan
Do: terapi komplementer
5. Tekanan darah yang sudah
meningkat diberikan
6. Polah napas -Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
7. Nafsu makan
berubah 5. Terapeutik:
8. Proses -Berikan
berpikir nonfarmakologis
terganggu untuk menguragi rasa
nyeri
-Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
tidur
-Pertimbagkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi merendah
nyeri
6. Edukasi:
44
-Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi
merendahkan nyeri
-Jelaskan monitor
nyeri secara mandiri
-Anjurkan
menggunkan
analgenetik secara
tepat
-Ajarkan teknik
nonfarmal kologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
7. Kolaborasi:
-Kolaborasi
pemebrian analgetik,
jika perlu
2. INTRA OPERASI
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
tubuh
7. Observasi selama
operasi berlangsung
apakah ada penekanan
pada anggota tubuh
pasien dengan alat-alat
8. Kaji ulang kondisi dan
keluhan pasien post
operasi
9. Selalu minta ijin
kepada ahli anestesi
untuk memindahkan
pasien/ merubah posisi
pasien yang sudah
dianestesi
3. POST OPERASI
Diagnosa keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
No (Standar Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI, 2019) (SIKI 2018)
indonesia)
1 Setelah dilakukan Intervensi utama :
(D.0077) Nyeri tindakan keperawatan Observasi
akut berhubungan selama 3x24 jam nyeri 10. Identifikasi lokasi,
dengan agen berkurang karakteristik,
pencedera fisik durasi, frekuensi,
(prosedur operasi) Dengan Kriteria Hasil ; kualitas, intensitas
12. Keluhan nyeri nyeri
-Gejalah dan
menurun (5) 11. Identifikasi
tanda mayor 13. Meringis menurun (5) skala nyeri
Ds: 14. Gelisah menurun (5) 12. Identifikasi
- Mengelu nyeri 15. Kesulitan respons nyeri non
Do: tidur menurun verbal
-Tampak meringis (5) 13. Identifikasi faktor
-Gelisa 16. Perasaan takut yang memperberat
-Prekuensi mengalami cedera dan memperingan
nadi berulang menurun nyeri
meningkat (5) 14. Identifikasi
- Sulit tidur 17. Uterus teraba pengetahuan dan
membulat menurun keyakinan tentang
(5) nyeri
-Gejala dan tanda 18. Muntah menurun (5) 15. Identifikasi
minor Ds: 19. Mual menurun (5) pengaruh budaya
- 20. Frekuensi nadi terhadap respon
46
Terapeutik
5. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri ( teknik
relaksasi tarik
napas dalam)
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitas istirahat
dan tidur
8. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
10. Ajarkan teknik non
farmakologis (
teknik tarik nafas
dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
47
analgetik, jika
perlu
8. kolaborasi untuk
pemberian therapi
sedative bila pasien
gelisah
4
9
4. Implementasi Keperawatan
HERMINASUKABUMI
LABEL IDENTITAS
Jl. Raya Sukaraja Sukabumi
(LABEL RAWAT INAP)
Jawa Barat
1100075634
TGL : 09/09/2023 JAM : 07:00 WIB Anxietas b.d : Tingkat anxietas menurun : Memonitoring tanda verbal dan non verbal Anxietas :
kecemasan
Kurang informasi Monitor tanda verbal dan non verbal Teratasi
cemas Menciptakan suasana terapeutik
A. ANAMNESA : □ Kekhawatiran □ Tidak
Keluhan : Cemas Nyeri □ kegagalan pasien Mengorientasikan lingkungan & Tim operasi Teratasi
Gelisah
Orientasikan lingkungan dan tim operasi Membimbing pasien untuk berdoa
□ Menanyakan dampak pasca
operasi Ciptakan suasana terapeutik Mendampingi pasien untuk mengurangi
kecemasan
Dampingi pasien utk mengurangi rasa
5
0
Nyeri Akut/ Tingkat nyeri menurun : Memonitoring keadaan umum, TTV Nyeri Akut/
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran : CM □ Kronis b.d : Monitor keadaan umum dan TTV Mengidentifikasi nyeri (PQRST) Kronis :
Apatis
□ Somnolen □ Koma Inflamasi Identifikasi nyeri (PQRST) Mengajarkan teknik relaksasi untuk Teratasi
GCS = E : 4 M : 6 V : 6 □ Iskemi Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri □ Tidak
mengurangi nyeri (distraksi & relaksasi) Teratasi
2. TD : - mmHg, Sh: 37 ͦ C □ Neoplasma Mengajarkan teknik non farmakologi untuk
3. Nadi 95 x/mnt, Kuat □ mengurangi nyeri (distraksi & relaksasi)
Lemah
Kulit : Hangat □ Dingin
hipotonis/ koloid
Retensi Urine b.d retensi urin teratasi : Mengkaji frekuensi berkemih pasien Teratasi
penyempitan lumen Mengkaji jumlah dan warna urine □ Tidak
uretra.......................... Kaji frekuensi berkemih Mengajarkan pasien mencatat jumlah urine Teratasi
Kaji jumlah dan warna urine Memotivasi pasien untuk tetap banyak minum
..
Ajarkan pasien untuk mencatat Menghitung diuresis
jumlah urine
…………………
Memotivasi pasien untuk banyak
minum
Hitung diuresis
INTRA OPERASI
KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
GCS = E : - M : - V : -
Risiko Hipovolemi d.d Status cairan membaik : Memonitoring adanya tanda – tanda kehilangan Risiko
□ TD : - mmHg, Sh: 37 ͦ C kehilangan cairan cairan (mis. Perdarahan, dll) Hipovolemi :
□ Nadi : 95 x/mnt, Kuat □ aktif (mis. Monitor pemberian cairan parenteral dan
Lemah perdarahan) balance cairan Memonitoring pemberian cairan parenteral dan Teratasi
Kulit : Hangat □ Dingin balance cairan
Monitor TTV □ Tidak
CRT = ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik memonitor Tanda-Tanda Vital Teratasi
□ Kolaborasi pemberian cairan isotonik,
RR : 22 x/mnt SPO2 : 100 % hipotonik dan koloid □ Memasang akses intravena 2 line, bila perlu
Balance :±450 cc □ Risiko Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko
Perioperatif d.d : Hipotermi
□ Pasang selimut/ penutup kepala/pakaian □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal Perioperatif :
□ Prosedur
tebal □ Berkolaborasi pemberian infus cairan hangat □ Teratasi
pembedahan
□ Kolaborasi pemberian infus cairan □ Tidak
□ Suhu kamar Teratasi
hangat
operasi (<36C)
□ Gangguan Integritas □ Integritas kulit/ jaringan meningkat : □ Memonitor karakteristik luka Gangguan
Kulit/ Jaringan b.d Integritas
faktor mekanis □ Monitor karakteristik luka □ Memonitoring adanya tanda – tanda perdarahan Kulit/ Jaringan
(pembedahan)
□ Pasang balutan sesuai jenis luka □ Memasang balutan sesuai jenis luka □ Teratasi
POST OPERASI
□ Mengggigil
suara nafas tambahan
□ Anxietas b.d : □ Tingkat anxietas menurun : □ Memonitor tanda verbal dan non verbal cemas Anxietas :
Ekstremitas bawah terasa baal
pasien
□ Kurang informasi □ Monitor tanda verbal dan non verbal □ Teratasi
□ Menanyakan dampak pasca
cemas □ Mendampingi pasien untuk mengurangi
operasi
□ Ancaman kecemasan □ Tidak
terhadap pasien Teratasi
□ ……………….
□ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan
konsep diri □ Dampingi pasien utk mengurangi dan perawatan pasca tindakan
kecemasan
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran : CM □
Apatis
□ Somnolen □ Koma □ Risiko Hipovolemi □ Status cairan membaik : □ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko
d.d kehilangan Hipovolemi :
GCS = E : 4 M : 6 V : 5 cairan aktif (mis. □ Monitor pemberian cairan parenteral □ Memonitoring pemberian cairan parenteral dan
perdarahan) dan balance cairan balance cairan □ Teratasi
2. TD : - mmHg, Sh: 36,5 ͦ C
3. Nadi : 95 x/mnt, Kuat □ □ Kolaborasi pemberian cairan isotonik, □ Memberikan cairan isotonik, hipotonik dan koloid □ Tidak
Lemah hipotonik dan koloid sesuai program pengobatan Teratasi
Kulit : √Hangat □ Dingin
□ Memberikan infus cairan hangat
CRT = ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik
□ Aktif terbuka : ± ............. ml √ Risiko Infeksi d.d √ Tingkat infeksi menurun : Risiko Infeksi :
Memonitoring keadaan umum & TTV
□ Aktif tertutup efek prosedur invasif √ Pertahankan teknik aseptik Memonitoring tanda dan gejala infeksi □ Teratasi
Lokasi : ................. √ Gunakan APD sesuai standar Mempertahankan teknik aseptik √ Belum
Menggunakan APD sesuai standar Teratasi
7. Terpasang kateter : √ Monitor kondisi luka operasi
Memberikan terapi antibiotik sesuai
□ √ Tidak √ monitor tanda dan gejala infeksi program terapi
Hb : □ Gangguan Mobilitas □ Mobilitas fisik meningkat : □ Membantu pasien melakukan ambulasi & Gangguan
Fisik b.d : mobilisasi Mobilitas Fisik
Ht : - □ Bantu pasien melakukan ambulasi & :
□ Nyeri □ Melibatkan keluarga dalam membantu pasien
Lek : - mobilisasi □ Teratasi
□ Gangguan □ Meletakkan barang yang di butuhkan dekat dengan
Trombosit :- □ Libatkan keluarga dalam membantu pasien □ Tidak
sensoripesepsi pasien Teratasi
□ Letakkan barang yang di butuhkan dekat
(rasa baal)
dengan pasien
□ Gangguan Integritas □ Integritas kulit/ jaringan meningkat : □ Memonitoring karakteristik luka Gangguan
Kulit/ Jaringan b.d : Integritas
□ Monitor karakteristik luka □ Memberikan terapi antibiotik sesuai dengan Kulit/ Jaringan
Faktor mekanis program pengobatan :
(pembedahan) □ Pasang balutan sesuai jenis luka
□ Memberikan terapi antibiotik sesuai program □ Teratasi
□ Kolaborasi pemberian antibiotik terapi
□ Tidak
Teratasi
Risiko Jatuh d.d : Tingkat jatuh menurun : Memastikan roda TT dalam kondisi terkunci Risiko Jatuh :
Kondisi pasca Pastikan roda TT dalam kondisi terkunci Memasang handrail tempat tidur Teratasi
operasi
Pasang handrail tempat tidur Mendampingi pasien (jangan di tinggal tanpa □ Tidak
dalam keadaan tidak terkunci) Teratasi
Dampingi pasien selama di ruang RR
(jangan di tinggal)
5. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PEMBASAHAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada An. A
Dengan HILL Dextra Di Ruang Operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi 2023.
Berdasarkan pengkajian 09 September 2023. Penulis rnenemukan 6 diagnosa
berdasarkan data pendukung yang ditemukan pada pasien. Penulis membagi dalam 5
(lima) proses kepcrawatan yaitu meliputi Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, implementasi,
& Evaluasi :
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan format yang telah ada pada
format pengkajian asuhun keperawatan. Selama proses pengkajian penulis tidak
menemukan hambatan, pasien dan keluarga kooperatif sehingga menpermudah penulis
untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dan semua aspek meliputi : Bio-psiko-
sosio-spiritual.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 September 2023 jam 08:00 WIB dan
didapat data identitas klien bernama An. A (2 Tahun 2 Bulan) dengan diagnosa medis
HILL Dextra. Adapun alasan masuk klien adalah keluarga mengatakan ada benjolan
diselangkangan kanan disertai nyeri. Klien sering mengulang-ngulang pertanyaan karena
akan dilakukan tindakan operasi herniotomy atas indikasi HILL Dextra. Hal ini sesuai
dengan terori bahwa tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang
akan mendatangkan stressor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan
membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon
psikologis adalah cemas. Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80% dari pasien yang
akan menjalani pembedahan mengalami kecemasan.
B. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian didapat prioritas masalah keperawatan yaitu Nyeri akut b.d
benjolan di inginal. Nyeri Aktual adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disebabkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa yang tiba-tibaatau lambat dan
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi diprediksi dan
berlangsung kurang 6 bulan (Nanda 2012).
6
2
C. Intervensi Keperawatan
Pada kasus perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan
kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (jelas),Measureable (dapat
diukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang dilakukan oleh penulis adalah nyeri
akut berkurang/hilang dengan kriteria hasil: skala nyeri 1-3, tanda-tanda vital dalam batas
normal (frekuensi pernafasan 16-20 x/menit), pasien tidak meringis. Perencanaan
keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri akut, yaitu: Observasi
tanda-tanda vital terutama pada tekanan darah dan frekuensi pernafasan untuk mengetahui
respon tubuh terhadap nyeri, evaluasi intensitas dan frekuensi nyeri untuk menunjukkan
skala nyeri, Beri penjelasan kepada orang tua pasien tentang penyebab nyeri untuk
menambah pengetahuan orang tua pasien tentang nyeri, Ajarkan manajemen nyeri yaitu
teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik. Jadi, tidak ada perbedaan antara teori dan kasus.
D. Implementasi Keperawatan
Pada teori disebutkan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuinitas jaringan akibat tindakan pembedahan ( insisi pembedahan ) selama 2x24
jam dilakukan tindakan keperawatan, seperti membina hubungan saling percaya kepada
pasien dan keluarga, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, memberikan posisi
senyaman mungkin, mengobservasi tanda-tanda vital pasien, mengevaluasi intensitas dan
6
3
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
fermonalis (Dwi, 2018).
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha.
Benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
rnengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila
terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum biasanya baik pada inspeksi
ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan danmenutup mulut dalam keadaan berdiri
palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan Hernia. Diraba konsistensinya dan coba
didorong apakah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak, kadang cincin Hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
B. Saran
Bagi perawat diharapkan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang benar untuk meningkatkan keberhasilan tindakan keperawatan.
C. Kesenjangan
Kesenjangan yang terjadi antara teori dan lapangan adalah dalam proses
pemberian komunikasi, informasi dan edukasi , terkadang kolaborasi dalam pemberian
informasi terhadap proses penyakit, tindakan yang akan dilakukan,efek samping dan
resiko tindakan yang seharusnya disampaikan oleh DPJP operator dan anastesi jarang
dilakukan terhadap pasien ataupun keluarga di ruang persiapan sebelum tindakan operasi
dimulai.
6
5
DAFTAR PUSTAKA
Adi, (2017). Pengaruh Tehnik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri
pada Pasien Post Operasi Hernia dengan Spinal Anestes
Antara, H., Dengan, O., & Hernia, K. (2014). Unnes Journal of Public Health Ardiansa,
Baredo, (2015), Efek pada Kecemasan yang Terdapat pada Pasien Hernia Inguinalis,
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Dewi Saputra, (2014), Analisis Efektivitas Biaya Laparoskopik Herniotomy dan Open
Herniotomy pada Pasien Hernia Inguinalis Unilateral di Rumah Sakit Gading
Pluit Jakarta Utara Tahun 2014, Program Studi Pasca Sarjana Kajian
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Jurnal ARSI/Februari 2016
Herry, (2010), Tanda dan Gejala serta Penyebab Hernia Inguinalis, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup