Anda di halaman 1dari 65

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN TINDAKAN


HERNIOTOMY A/I HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA
DIKAMAR OPERASI RUMAH SAKIT HERMINA SUKABUMI

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Tubagus Maulana
Tri Puji Lestari
Haryanto

RUMAH SAKIT HERMINA


2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatNya sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Presentasi Kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Tindakan Herniotomy a/i Hernia
Inguinalis Lateralis Dextra Di Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
Dalam Penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan penyusun. Namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.
Tetapi walaupun demikian penyusun berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya
ilmiah meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerjasama antara pembimbing dan penyusun serta
beberapa teman yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penyusun demi
tersusunnya makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak agar bisa membuat lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya.

Sukabumi, September 2023

Penyusun
3

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................5
B. Tujuan ...............................................................................................7
1. Tujuan Umum ............................................................................7
2. Tujuan Khusus ............................................................................7
C. Metode Penulisan .............................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Hernia ........................................................10
1. Pengertian ...................................................................................10
2. Klasifikasi ...................................................................................10
3. Anatomi & Fisiologi ...................................................................15
4. Etiologi .......................................................................................16
5. Tanda & Gejala .......................................................................... 17
6. Patofisiologi ...............................................................................18
7. Pathway ......................................................................................20
8. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 21
9. Penatalaksanaan Medis .............................................................. 21
10. Komplikasi .................................................................................24
B. Konsep Asuhan Keperawatan Tonsilitis...........................................25
1. Pengkajian...................................................................................25
2. Diagnosa Keperawatan................................................................28
3. Intervensi Keperawatan ..............................................................29
4. Implementasi Keperawatan.........................................................29
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................33
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.........................................................................................34
B. Diagnosa Keperawatan .....................................................................41
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................42
D. Implementasi Keperawatan ..............................................................47
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................57
4

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................62
B. Diagnosa Keperawatan .....................................................................62
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................63
D. Implementasi Keperawatan ..............................................................63
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................64
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................65
B. Saran .................................................................................................65
C. Kesenjangan .....................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia inguinalis adalah kondisi dimana terjadi penonjolan isi intraabdominal
melalui dinding abdomen di regio inguinalis sebagai akibat dari protrusi peritoneum
bawaan yang persisten melalui pembukaan cincin internal dan eksternal pada kanalis
inguinalis (Ledbetter, Chabra dan Javid, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization, pada tahun
2016 prevalensi pasien Hernia adalah 350 per 1000 populasi penduduk. dengan insiden
di negara maju sebanyak 17% dari 1000 populasi penduduk, sedangkan beberapa negara
di Asia menderita penyakit hernia berkisar 59% (WHO, 2017). Berdasarkan data survey
yang diperoleh, di ruang operasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung data pada
Januari 2021- Maret 2022 didapatkan sebanyak 40 kasus hernia. Berdasarkan usia dari 40
pasien terdapat 24 kasus bedah hernia anak usia 3-11 tahun dan 16 kasus bedah dewasa
dari usia (23-53 tahun). Berdasarkan jenis kelamin dari 40 kasus tersebut 32 (90 %)
adalah laki laki, dan 8(20 %) perempuan. Dan berdasarkan jenis kasus hernia, dari 40
pasien seluruh pasien mengalami hernia inguinalis. Untuk pasien anak sebagian besar
mengalami hernia inguinalis dextra 20 (83%) dan sisanya mengalami hernia inguinalis
sinistra 4 (17%). Selain itu, pada 10-25% anak yang didiagnosis hernia inguinalis juga
mempunyai riwayat keluarga dengan hernia inguinalis.
Kasus hernia pada anak meskipun sudah ada sejak lahir, hernia inguinalis sering
kali bersifat asimptomatik sehingga tidak disadari oleh klinisi dan orang tua pada
beberapa hari hingga bertahun-tahun sebelum akhirnya terdiagnosis. Hernia inguinalis
pada anak tidak dapat sembuh secara spontan sehingga diperlukan operasi perbaikan
hernia yang bersifat elektif segera setelah didiagnosis. Tindakan ini secara signifikan
dapat mengurangi risiko komplikasi (Glick dan Boulanger, 2016). Untuk kasus hernia
berdasarkan jenis kelamin angka kejadian hernia inguinalis pada laki-laki 5-10 kali lebih
besar dibandingkan perempuan. Angka kejadian hernia inguinalis berdasarkan usia juga
bervariasi tergantung jenis kelamin (Snyder, Escolino dan Esposito, 2020).
6

Berdasarkan lokasi hernia, istilah hernia inguinalis mencakup hernia inguinalis


lateralis dan hernia inguinalis medialis. Umumnya, hernia inguinalis yang terjadi pada
anak adalah hernia inguinalis indirek, yang terjadi karena sebab kongenital. Hernia
inguinalis direk terjadi karena kelemahan pada otot transversalis abdominis dan jarang
ditemukan meski pada anak usia 16-18 tahun (Snyder, Escolino dan Esposito, 2020). Dari
insidensi hernia inguinalis lateralis, 60% hernia ditemukan di sisi sebelah kanan dan 30%
di sisi kiri. Sedangkan hernia bilateral dijumpai pada 10% pasien dan kejadiannya
meningkat dua kali lipat pada perempuan (Aiken, 2020).
Hernia inguinalis biasanya dapat direduksi secara spontan. Namun pada beberapa
keadaan, isi hernia terjepit oleh cincin inguinal sehingga tidak dapat direduksi kembali.
Keadaan terjepitnya isi hernia ini disebut inkarserata, sedangkan apabila terjadi
pemutusan vaskularisasi maka disebut sebagai hernia strangulata. Kondisi ini termasuk
kegawatdaruratan medis dan harus segera dilakukan tindakan operasi (Aiken, 2020).
Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis
dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80% dari seluruh jenis hernia
(Sjamsuhidajat, 2020). Pengobatan operatif merupakan satu- satunya pengobatan hernia 3
inguinalis yang paling memungkin untuk dilakukan. Jenis pembedahan yang mungkin
dilakukan pada operasi hernia yaitu herniotomy, hernioplasti dan herniorafi
(Sjamsuhidajat, 2010).
Salah satu tindakan yang dilakukan dalam penatalaksanaan hernia dengan
pembedahan yaitu herniotomy. Herniotomy yaitu dengan operasi pembesaran kantong
hernia sampai ke lehernya,kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi,kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong (Kharisma, 2020) .
Tindakan operasi khususnya pada pasien anak di fase pre operasi dapat
menimbulkan Ketakutan dan kecemasan yang sangat berlebihan, akan membuat pasien
menjadi tidak siap secara emosional untuk menghadapi pembedahan, dan akan
menghadapi masalah praoperatif seperti tertundanya operasi karena tingginya denyut nadi
perifer dan mempengaruhi palpasi jantung. Selain masalah psikologis masalah fisik yang
paling sering pada pasien adalah risiko tinggi syok hipovolemik, risiko cidera, risiko
infeksi, nyeri akut, dan risiko hipotermi (Muttaqin, 2019). Pada fase intra operasi pasien
anak juga rentan mengalami hipotermi, dan mengalami risiko cedera. Selain itu Dampak
yang timbul pada post operasi herniotomi diantaranya nyeri, gangguan mobilitas fisik,
intoleransi aktivitas, dan resiko infeksi (Sumaryati dkk, 2018).
7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis membuat perumusan masalah yaitu:
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada An.A dengan tindakan herniotomy
di ruang operasi rumah sakit hermina sukabumi.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah penulis mampu memaparkan hasil asuhan
keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy di ruang kamar operasi
Rumah Sakit Herminan Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a.Menjelaskan hasil pengkajian pada pasien dengan tindakan herniotomy di
kamar operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai prioritas masalah
yang muncul pada pasien dengan tindakan herniotomy di kamar operasi
Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
c. Menjelaskan Intervensi keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy
di kamar operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
d. Menjelaskan Implentasi keperawatan pada pasien dengan tindakan
herniotomy di kamar operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi.
e.Menjelaskan evaluasi setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan tindakan herniotomy di kamar operasi Rumah Sakit Hermina
Sukabumi.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan laporan ini di harapkan dapat memberikan referensi dan masukan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy
di kamar operasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi perawat tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan tindakan herniotomy
8

b. Bagi Tempat Penelitian


Manfaat penelitian ini bagi tempat penelitian diharapkan dapat bermanfaat
bagi rumah sakit sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyikapi
masalah yang terjadi pada penderita hernia dengan tindakan herniotomy.

E. METODE PENELITIAN
1. Metode Penulisan
Penyusunan penulisan ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk
studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas dan nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Teknik Pengumpulan Data
a.Wawancara
Wawancara atau komunikasi adalah suatu teknik dimana usaha mengajak
klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik ini mencakup
keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepeduliaan
yang tinggi.
b. Observasi
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dengan mengamati
perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan keperawatan klien yang mencakup aspek fisik, mental, sosial dan spiritual.
c.Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik klien secara keseluruhan
dengan head to toe melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang
dijadikan sebagai data objektif untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan.
d. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dengan membaca status klien selama dirawat di RS.
Hermina Sukabumi meliputi catatan penunjang atau pemeriksaan yang diberikan
selama klien dirawat.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Hernia inguinalis adalah kondisi dimana terjadi penonjolan isi
intraabdominal melalui dinding abdomen di regio inguinalis sebagai akibat dari
protrusi (penonjolan) peritoneum bawaan yang persisten melalui pembukaan
cincin internal dan eksternal pada kanalis inguinalis. Tonjolan peritoneum ini
dikenal sebagai patent processus vaginalis (PPV) (Ledbetter, Chabra dan Javid,
2018).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
bagian lemah dari lapisan muscullo- apponeurotic dinding perut. Hernia terdiri
dari cincin, kantong, dan isi hernia (Sjamsuhidajat, 2011)
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis,fermonalis, dll (Syamsuhidajat, 2011).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan
abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan
keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut
seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Jitiwoyono &
Kristiyanasari, 2010).

2. Epidemiologi
Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian
yang paling tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50%
merupakan hernia inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.
Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia yang paling sering ditemukan
yaitu sekitar 50%, sedangkan hernia ingunal medialis 25% dan hernia femoralis
sekitar 15%. Populasi dewasa dari 15% yang menderita hernia inguinal, 5-8%
pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia
inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding
10

perempuan.Pertambahan usia berbanding lurus dengan tingkat kejadian hernia


(Astuti, M. F., 2017 dalam Aristia, 2020)

3. Anatomi
Dinding perut memiliki struktur muscullo-apooneurosis yang kompleks.
Dinding perut terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit
yang terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fascia superfisial
(fascia Scarpa), kemudian terdapat 3 lapisan otot dinding perut yaitu muscullus
obliquus abdominis externus, muscullus obliquus abdominis externus,
muscullus tranversus abdominis, dan akhirnya lapisan prepertoneum dan
peritoneum, yaitu fasia transversalis, lemak preperitoneal, dan peritoneum. Otot
di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan
fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba (Sjamsuhidajat,
2011).

\ Gambar 2. 1 Lapisan dinding abdomen


Sumber : Muttaqin & Sari, 2011

Hernia inguinalis secara anatomis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu hernia


direk dan indirek. Dimana hernia direk melewati defek Trigonum Hesselbach
yang berbatasan pada sisi medial dengan lateral dari muskulus rectus abdominis
dan sisi lateral berbatasan dengan vasa epigastrika dan sisi inferior pada
ligamentum Poupart. Sedangkan hernia indirek melalui lokus minoris dari anulus
internus dimana melewati kanalis inguinalis dan keluar melalui anulus eksternus,
kanalis tersebut dilewati oleh funikulus spermatikus dan kantong hernia.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa hernia inguinalis indirek ini juga
disebabkan oleh karena kegagalan penutupan dari prosesus vaginalis pada masa
fetus (Javid dan Brooks, 2007 dalam M Y Hilmi, 2016).
11

Gambar 2 Hernia Inguinalis


Sumber : Muttaqin & Sari, 2011
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan letaknya, hernia terdiri dari:
1) Hernia Hiatal
Kondisi dimana kerongkongan (pipa tanggorokan) turun,
melewati diagfragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (thoraks).
2) Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garistengah perut. Hernia epigastrik biasanya terjadi dari jaringan lemak
dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang
relative lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
didorong kembali kedalam perut ketika pertama kali ditemukan.
3) Hernia Umbilikal
Berkembang didalam dan sekitar umbilicus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran dan tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari satu
centimeter), hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap
sebelumusia 2 tahun.
4) Hernia Inguinalis
Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun
bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Ciri
hernia ini ada benjolan di bawah perut yang lembut, kecil dan mungkin
12

sedikit nyeri dan bengkak. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan.
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui.
Menurut patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia
inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis (HIM). Ada
juga yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia
inguinalis indirek.
Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan
anulus intenus sehingga organ-organ dalam rongga perut (omentum,
usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan di
lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia inguinalis medialis timbul
karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu.
Biasanyaterjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra
operatifantara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior.
HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak di
bawahnya.
5) Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
6) Hernia Insisional
Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya.
7) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap
tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap goncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. HNP
umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.
13

Gambar 3 Letak Hernia


Sumber : Suratun dan Lusianah, 2010

b. Berdasakan terjadinya, hernia terbagi atas :


1) Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek) :
kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanal tersebut. Namum dalam beberapa hal,
kanalis ini menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terubuka. Bila kananlis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalais lateralis congenital. Pada orang tua kanalis
tersebut sudah tertutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdomen meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita.
2) Hernia Dapatan atau Akuisita
Acquisitus = didapat, yaitu hernia yang timbul karena
berbagai faktor pemicu.
14

a) Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


i. Hernia reponibel/reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jikaberbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejalaobstruksi
usus.
ii. Hernia irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan dalm
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini juga disebut
hernia akreta (accretes = perlangkatan karena fibrosis). Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

iii. Hernia strangulate atau inkarserata (incarceration


=terperangkap, carcer + penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia
inkarserata berisi isi kantong terperangkap,tidak dapat
kembali dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dangan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulate”. Hernia
strangulate mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan
gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan
segera.
5. Etiologi
Menurut Hermawan (2014) penyebab hernia inguinalis adalah
sebagai berikut:
a. Kelemahan otot dinding abdomen
1) Kelemahan jaringan
2) Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
3) Trauma
15

b. Peningkatan tekanan intra abdominal.


1) Obesitas
2) Mengangkat benda berat
3) Konstipasi – mengejan
4) Kehamilan
5) Batuk kronik
6) Hipertropi prostat
c. Faktor resiko: kelainan congenital

6. Patofisiologi/Pathways

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor utama, yang pertama


adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan. Umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi pada bayi
yang sudah lahir. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam
keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan.
Bila kanalis tidak mengalami obliterasi atau menutup maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital.

Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan
abdomen, kegemukan, meruapakan faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum.

Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Potensial komplikasi terjadi
pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,
akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan perut kembung , muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan,
akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh
16

isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis (Jitiwoyono &
Kristiyanasari, 2010)
17

7. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala terjadinya hernia adalah sebagai berikut:
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipatan paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual ( bila telah ada komplikasi).
c. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kemih
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai dengan sesak napas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar (Huda, Amin & Kusuma, 2016 dalam Aristia, 2020).

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut Nurarif (2015) antara
lain :
a. Sinar X abdomen menunjukkan adanya abnormalitas kadar gas dalam
usus/obstruksi usus
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Pengkajian diagnostik menurut Muttaqin & Sari (2009) adalah :
a. Data laboratorium penting yang perlu diperiksa adalah hemoglobin, leukosit,
LED, kalium, natrium, albumin, bilirubin, hitung darah lengkap, dan gas
darah arteri. Kadar albumin dibawah 3g dapat mengganggu proses
penyembuhan luka.
b. Pemeriksaan EKG dan foto thoraks pada pasien lebih dari 40 tahun
dilakukan untuk menyingkirkan adanya gangguan jantung dan tuberkulosis
paru.
18

8. Komplikasi
Grace (2007) dan Oswari (2006) mengemukakan bahwa komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hernia adalah:
a. Hematoma (luka atau pada skrotum).
b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis).
e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.
f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekanpembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki- laki.
j. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9. Penatalaksanaan
Penanganan hernia menurut Mansjoer (2000) ada dua macam, yaitu:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali, terdiri atas:
1) Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia
kedalam cavum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata
kecuali pada anak- anak.
19

2) Suntikan
Dilakukan penyuntuikkan cairan sklerotik berupa alkohol atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.
3) Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan tindakan operasi.

b. Tindakan operatif
Pilihan tindakan operasi adalah pilihan terbaik pada kasus hernia,beberapa
macamoperasipada hernia adalah:
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m. Obliquus intraabdominalis
dan m. transversus abdominis yang berinsersiodi tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada lagamentum inguinale agar
LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
menurut kebutuhannya (Ferguson, bassini, Halstedt, Hernioplasty pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.
Vay).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Budiono (2015) proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis
untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat
rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut. Proses
keperawatan terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
20

1. Pengkajian
a. Alasan MRS/Keluhan Utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah
keluhan adanya nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum
pembedahan. Untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri
pasien, dapat digunakan metode PQRST
b. Riwayat penyakit sekarang/riwayat kejadian
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan nyeri di
daerah sekitar paha dalam maupun testis, keluhan gastrointestinal seperti
mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca nyeri sering di dapatkan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan
sebagai sarana pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya
pekerjaan) yang mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi
hernia.
d. Pola kesehatan
1) Pola nutrisi dan cairan
Pasien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan
mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi
hernia.
2) Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta
abdomen seperti bersin, mengangkat beban berat, batuk, mengejan.
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut Sjamsuhidajat (2010) Pemeriksaan fisik yang
didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia, pemeriksaan fisik
fokus akan di dapatkan hal-hal berikut.
a) Inspeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada
lipat paha. Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya
penonjolan, maka dengan pemeriksaan sedrhana pasien didorong
untuk melakukan aktivitas peningkatan tekanan intra abdominal,
seperti mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat
paha.
21

b) Palpasi: turgor kulit <3 detik menandakan gejala dehidrasi,


palpasi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umunya tanda
in sukar ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari
kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit scrotum melalui annulus ekstarnus sehingga dapat
di tentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam
hal hernia dapat di reposisi, pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien diminta mengedan, apabila ujung jari
menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan apabila
bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis
medialis
c) Perkusi: nyeri ketuk dan timpani terjadi akibat adanya flatulen,
menandakan sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau
hernia strangulasi
d) Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus
menandakan gejala obstruksi intestinal

4) Abdomen
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis fokus pada
pemeriksaan abdomen. Yang di dapatkan :
a) Inspeksi
Terlihat benjolan di region inguinalis ang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
b) Palpasi
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
fenikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium.Dalam hal ini hernia dapat direposisi pada waktu jari
22

masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengejan


kalau hernia menyentuh ibu jari berarti hernia inguinalis lateralis.
c) Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus
dipikirkan kemungkinan hernia, hipertimpani, terdengar pekak.
d) Auskultasi
Hiperperistaltis di dapatkan pada auskultasi abdomen pada
hernia yang mengalami obstruksi usus.
5) Integument Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan (luka
pembedahan pada abdomen)
6) Genetalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi, massa
dan tumor
7) Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktiitas karena adanya nyeri ang
hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan. Kekuatan otot :
a) 0 : lumpuh
b) 1 : ada kontraksi
c) 2 : melawan gravitasi dengan sokongan
d) 3 : melawan gravitasi tapi tidak ada lawanan
e) 4 : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
f) 5 : melawan gravitasi dengan kekuatan otot penuh

2. Diagnosa Keperawatan
NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah
kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Yeni, 2019)
Ada lima tipe diagnosa, yaitu diagnosa keperawatan aktual menyajikan
keadaan yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor
yang dapat diidentifikasi. Diagnosa keperawatan risiko menjelaskan masalah
kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Masalah dapat
timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor
risiko yang memberikan kontribusi pada peningkatan kerentanan.
23

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis


tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau
hampir sama. Diagnosa keperawatan kemungkinan menjelaskan bahwa perlu
adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada
faktor yang dapat menimbulkan masalah. Diagnosa keperawatan Wellness
(Sejahtera) atau sehat adalah keputusan klinik tentang keadaan individu,
keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang menunjukkan terjadinya peningkatan
fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif. Diagnosa keperawatan sindrom
adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan risiko tinggi
yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu (Yeni,
2019)
Menurut Muttaqin (2013), Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul
pada Pasien Pre, Intra & Post Op Hernia dan mengalami pembedahan adalah :
a. Masalah keperawatan pada Pre operasi :
1) Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi (D.0080)
2) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencederah pisiologis (D.0077)
3) Gangguan elminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih (D.0040)
b. Masalah keperawatan pada Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) (D.0077)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (0054)
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasi (D.0142)

3. Intervensi
Menurut Budiono (2015) Intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi
24

dan kolaborasi.
Komponen dalam menyusun rencana keperawatan ada dua yaitu:
a. Diagnosa yang di prioritaskan, prioritas berdasarkan kebutuhan maslow (
fisiologis, rasa aman, cinta dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri)
b. Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnose keperawatan, komponen dari tujuan yaitu : subjek, kata kerja
yang dapat di ukur, hasil, kriteria dan target waktu.

Berikut adalah tujuan dan kriteria hasil dari diagnosa menurut Dongoes
(2014), dengan menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Tabel 2.1 Diagnosa Pre Operasi

Intervensi
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil
No Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI, 2019)
(SLKI, 2018)
1 (D.0080) Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan (I.08243)
kurang terpaparnya ansietas dapat teratasi. 1. Observasi
informasi Kriteria hasil: -Identifikasi saat
-Gejala dan 1. Prilaku gelisa tingkat ansietas
tanda mayor menurun (5) berubah
Ds: 2. Prilaku tegang -Identifikasi
1. Merasa bingung menurun(5)
2. Merasakan 3. Pola tidur membaik (5) 2. Terapeutik
khawatiran dengan 4. Orientasi membaik(5) -ciptakan suasana
akibak kondisi terpeutik untuk
yang dihadapi menumbuhkan
3. Sulit kepercayaan
berkosentrasi -temani pasien untuk
Do: mengurangi
1. Tampak kecemasan jika
gelisah memungkin kan
2. Tampak -pahami situasi yang
Tegang membuat ansietas
3. Sulit tidur -gunakan pendekatan
yang tenang dan
- Gejala dan meyakin kan
tanda minor -motivasi
Ds: mengidentifikasi
1. Mengeluh situasi yang muncul
pusing kecemasan
2. Anoreksia -diskusikan
3. Palpitasi perencanaan realitis
4. Merasa tidak tentang peristiwa yang
berdaya akan datang
Do:
25

1. Frekuensi 3. Edukasi
nafas -jelas kan prosedur,
meningkat termasuk sensasi yang
2. Frejuensi nadi mungkin di alami
meningkat -anjurkan keluarga
3. Tekan untuk tetap Bersama
an pasien, jika perlu
dara -anjurkan
menin mengungkapkan
gkat perasaan dan persefsi
-latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketenangan
-latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
-latih Teknik relaksasi
nafas dalam terhadap
penurunan kecemasan
2 (D.0077) Nyeri Akut (I.08066) Setelah Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan dilakukan tindakan asuhan (I.08243)
agen pencederah keperawatan diharapkan 1. Obesrvasi:
pisiologis nyeri akut bisa teratasi. -Identifikasi lokasi,
-Gejalah dan tanda Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
mayor 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
Ds: menurun (5) intensitas nyeri
1. Mengelu nyeri 2. Meringis menurun (5) -Identifikasi skala
Do: 3. Kesulitan nyeri
1. Tampak tidur menurun -Identifikasi factor
meringis (5) yang memperberat dan
2. Gelisa Frekuensi nadi membaik memperringan nyeri
3. Prekuensi nadi (5) -Identifikasi
meningkat pengetahuan dan
4. Sulit tidur keyakinan tentang
nyeri
-Gejala dan tanda -Identifikasi pengaruh
minor nyeri pada kualitas
Ds: hidup
- -Monitor kebersihan
Do: terapi komplementer
1. Tekanan darah yang sudah
meningkat diberikan
2. Polah napas -Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
3. Nafsu makan
berubah 2. Terapeutik:
4. Proses -Berikan
berpikir nonfarmakologis
terganggu untuk menguragi rasa
nyeri
-Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
26

tidur
-Pertimbagkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi merendah
nyeri

3. Edukasi:
-Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi
merendahkan nyeri
-Jelaskan monitor
nyeri secara mandiri
-Anjurkan
menggunkan
analgenetik secara
tepat
-Ajarkan teknik
nonfarmal kologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi:
-Kolaborasi
pemebrian analgetik,
jika perlu

3 (D.041) Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi


elminasi BAB asuhan keperawatan -Identifikasi kebiasaan
diharapkan. BAB sesuai usia
-Gejala tanda mayor Kriteria Hasil: -Monitor integritas
DS : - Kontrol kulit pasien
-Tidak mampu pengeluaran feses
mengontrol meningkat (5) 2. Terapeutik
pengeluaran Feses - Kesulitan defekasi -Buka pakaian yang
DO : lama dan sulit menurun diperlukan untuk
-Feses keluar (5) memudahkan elminasi
sedikit- sedikit - Konsistensi - Jaga privasi selama
feses membaik elminasi
-Gejala tanda minor Paristaltik usus membaik -Bersihkan alat bantu
DS : BAB setelah
- digunakan
DO : -Latih BAB sesuai
- Bau feses jadwal jika perlu
Kulit periana -Sediakan alat bantu
kemerahan jika perlu
3.Edukasi
- Anjurkan BAB
secara rutin
Anjukan ke kamar
mandi / toilet, jika
perlu
27

4 D.0040) Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi


elminasi BAK asuhan keperawatan -Identifikasi kegiatan
berhubungan dengan diharapkan. BAK sesuai usia
perkemihan Kriteria Hasil: 2. Terapeutik
-Gejala tanda mayor - Sensasi berkemih -Buka pakaian yang
DS : meningkat diperlukan untuk
- - Berkemih tidak tuntas (5) memudahkan elminasi
DO : menurun (5) - Jaga privasi selama
-Distensi kandung - Frekuensi BAK elminasi
kemih membaik (5) -Bersihkan alat bantu
-Berkemih tidak tuntas - Karakteristik Urine BAK setelah
-Gejala tanda minor membaik (5) digunakan
DS : -Latih BAK sesuai
- jadwal jika perlu
DO : -Sediakan alat bantu
- jika perlu
3.Edukasi
- Anjurkan BAK
secara rutin
- Anjukan ke kamar
mandi / toilet, jika
perlu
28

Tabel 2.2 Diagnosa Post Operasi

Diagnosa keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


No (Standar Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI, 2019) (SIKI 2018)
indonesia)
1. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan Intervensi utama :
tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan
selama 3x24 jam nyeri 1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera fisik berkurang karakteristik,
durasi, frekuensi,
(prosedur operasi)
Dengan Kriteria Hasil ; kualitas, intensitas
-Gejalah dan 1. Keluhan nyeri nyeri
menurun (5) 2. Identifikasi
tanda mayor
2. Meringis menurun (5) skala nyeri
Ds: 3. Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi
4. Kesulitan respons nyeri non
- Mengelu nyeri
tidur menurun verbal
Do: (5) 4. Identifikasi faktor
5. Perasaan takut yang memperberat
-Tampak meringis
mengalami cedera dan memperingan
-Gelisa berulang menurun nyeri
(5) 5. Identifikasi
-Prekuensi nadi
6. Uterus teraba pengetahuan dan
meningkat membulat menurun keyakinan tentang
(5) nyeri
- Sulit tidur
7. Muntah menurun (5) 6. Identifikasi
8. Mual menurun (5) pengaruh budaya
9. Frekuensi nadi terhadap respon
-Gejala dan tanda minor
membaik (5) nyeri
Ds: 10. Pola nafas 7. Identifikasi
membaik (5) pengaruh nyeri pada
-
11. Tekanan darah kualitas hidup
Do: membaik (5) 8. Monitor
keberhasilan terapi
-Tekanan darah
komplementer yang
meningkat sudah diberikan
9. Monitor efek
-Polah napas berubah
samping penggunaan
-Nafsu makan berubah analgetik
-Proses berpikir
Terapeutik
terganggu 1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri ( teknik
relaksasi tarik
napas dalam)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
29

kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
30

tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis (
teknik tarik nafas
dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. (0054) Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama
mobilitas fisik tindakan keperawatan
berhubungan dengan selama 3x24 jam nyeri Observasi
nyeri berkurang 1. Identifikasi
-Gejalah dan tanda adanya nyeri atau
mayor Dengan Kriteria Hasil ; keluhan fisik
DS : 1. Pergerakan lainnya
- Mengeluh ekstremitas 2. Monitor frekuensi
bergerak meningkat (5) jantung dan
DO : 2. Nyeri menurun (5) tekanan darah
- Kekuatan otot 3. Kecemasan sebelum melakukan
menurun menurun (5) mobilisasi
4. Gerakan 3. Monitor keadaan
terbatas umum selama
-Gejala tanda minor
DS: menurun (5) melakukan
- Enggan 5. Kelemahan mobilisasi
melakukan fisik menurun
pergerakan (5) Terapeutik
- Merasa cemas 1. Fasilitas aktivitas
saat bergerak mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat
tidur)
31

2. Fasilitas
melakukan
pergerakan

DO : 3. Libatkan keluarga
- Sendi kaku untuk membantu
- Gerakan tidak pasien dalam
koordinasi meningkatkan
- Gerakan terbatas pergerakan
- Fisik lemah
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk
ditempat tidur,
duduk disisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke
kursi)
3 (D.00142) Resiko Setelah dilakukkan Intervensi Utama
infeksi berhubungan tindakkan keperawatan
dengan prosedur invasi selama ...x 24 jam, Obsevasi :
diharapkan resiko infeksi 1. Monitor tanda
dapat teratasi gejala infeksi dan
sistemik
Dengan Kriteria Hasil ; Teraupeutik:
1. Kemerahan (5) 1. Batasi jumlah
2. Nyeri (5) pengunjung
3. Bengkak (5) 2. Berikanperawatan
4. Culture Urine (5) kulit pada daerah
edema
3. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukkan kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi:
1. Jelaska tanda
dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara
memeriksa luka
3. Anjurkan
meningkatkkan
32

asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi

4. Implementasi Keperawatan
Menurut SIKI & Pokja (2018), implementasi keperawatan merupakan
tindakan atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (rencana keperawatan).
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Implementasi keperawatan kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
(Indah, 2020)

5. Evaluasi keperawatan
Menurut Setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan Pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan Pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan Pasien, kecuali pada
Pasien yang afasia
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
33

perawat.
3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan Pasien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan Pasien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan (Setiadi, 2012)
34

BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Rumusan Masalah
Pasien rencana operasi elektif terjadwal hari Sabtu 09 September 2023 pukul
08:00 WIB, pasien datang ke IGD hari Jumat, tanggal 08 September 2023 pukul
22:00 WIB dengan diagnosa HILL Dextra rencana tindakan Herniotomy pasien dr.
W, SpB.
2. Assesment Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL/Usia : 12 Juni 2021 (2 Tahun 2 Bulan)
Alamat : Kp. Cikembar RT 001/007 Cikembar Kabupaten
Sukabumi
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Tanggal Masuk : 08 September 2023
Ruang/Kelas : 405B / II
No. RM : 1100075634
Diagnosa Medis : HILL Dextra
35

Rencana Tindakan : Herniotomy


Tanggal Pengkajian : 09 September 2023
Sumber Biaya : BPJS Kesehatan
Sumber Informasi : Keluarga & Rekam Medis

b. Pengkajian Pra Operasi


1) Anamnesa : tanggal 09 September 2023 Jam 07:00 WIB data diperoleh
dari Keluarga :
Keluhan Utama/Alasan Masuk : Nyeri, Skala Nyeri 4 (0-10)
Riwayat Penyakit Pasien : Riwayat Lahir Prematur, Pengobatan
: TB on OAT 2022 Tuntas
Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (Nenek)
Riwayat Operasi Sebelumnya : Tidak ada
Komplikasi Operasi/Anastesi : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Status Mental : Baik/Orientasi
Status Psikologi : Cemas
Pengobatan Saat ini Tidak ada

2) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda Vital : TD: - , Nadi: 90x/menit teraba kuat & teratur,
RR: 22x/menit, Suhu: 36,7oC
Antropometri : BB: 8,9 kg, TB: 90 cm
Asesment Nyeri : Terdapat Nyeri, Skala Nyeri 4 (0-10)
Indikasi Operasi : HILL Dextra
Jenis Operasi : Herniotomy
36

Alat Bantu Yang Digunakan : Tidak Ada

3) Hasil Laboratorium 09 September 2023 Pukul 02:26 WIB


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Ket
Hematologi Rutin
Hemoglobin 9,9 10,8-12,8 g/dl
Hematokrit 33,3 32,0-43,0 %
Leukosit 15400 6000-17000 / mm3
Trombosit 322000 150.000 – 350.000 / mm3

Hemostasis
Masa Perdarahan 2’30” <3 Menit
Masa Pembekuan 7’30” 6-19 Menit

4) Kebutuhan pendidikan / edukasi : Orang tua Pasien dijelaskan tentang


prosedur tindakan operasi
5) Kesediaan menerima edukasi/ pendidikan : Pasien & keluarga kooperatif
saat dijelaskan tentang prosedur tindakan operasi dan pasien mengerti.
6) Survey Sekunder, dilakukan secara head to toe secara prioritas :
Lokasi Dalam Batas Normal Tidak dalam batas normal
Ya Tidak
Kepala √
Leher √
Dada √
Abdomen √ Terdapat benjolan
diselangkangan kanan
Genetalia √
Integumen √
Ekstermitas √

7) Checklist Verifikasi Pasien


No Kegiatan Ya Tidak
1. Periksa gelang identitas dan risiko √
2. Surat pengantar operasi √
37

3. Surat persetujuan operasi √


4. Surat persetujuan anastesi √
5. Make-up, kutex dihapus √
6. Gigi palsu, soft lens & pace maker implant, √
protease
7. Periksa kelengkapan RM RI/RJ √
8. Hasil laboraturium √
9. Hasil rontgen/CT Scan/ MRI, EKG, √
ECHO/Angiografi
10. Konsultasi spesialis lain √
11. Penandaan area / area operasi √

8) Checklist Persiapan Fisik Pasien


No Kegiatan Ya Tidak
1. Puasa makan/minum (jam 02:00WIB) √
2. Protesi luar dilepas (Gigi palsu, soft lens) √
3. Mengggunakan protease dalam(pacemaker, √
implant, protesa panggul/bahu, Vp Shurt)
4. Cat kuku/ perhiasan dilepas √
5. Persiapan kulit dicukur/ pembersihan lokasi √
operasi
6. Pengosongan kandung kemih √
7. Infuse terpasang/ IV line √
8. Persediaan Darah √
9. BJJ Tidak
10. Obat yang disertakan √
11. Obat terakhir yang diberikan √

c. Pengkajian Intra Operasi


Time Out : Ya
38

Status Psikologi : Cemas


Mulai Operasi : 08:45 WIB
Selesai Operasi : 09:10 WIB
Jenis Operasi : Bersih
Tipe Operasi : Elektif
Tingkat kesadaran waktu masuk : Compos Mentis, GCS 15 E4M6V5
kamar operasi
General Anastesi
Jenis anastesi
: Tangan Kiri
Lokasi pemasangan IV line
Posisi operasi : Supine Position
Posisi lengan : Lengan ditempatkan di samping kanan dan kiri
Posisi alat bantu yang digunakan : Tidak Ada
Memakai kateter urin : Tidak
Persiapan kulit : Dibersikan atau cuci menggunakan iodine 7,5%
Pamakaian cauter : Monopolar
Lokasi Patien Plate : Paha kiri 1/3 distal
Pemeriksaan Kondisi Kulit Sebelum : Utuh
Operasi :
Pemeriksaan Kondisi Kulit Sesudah Utuh
Operasi : Tidak
Penghangat
Tidak
Pemakaian tornikuet
Pemakaian implant : Tidak
Pemakaian drain : Tidak
Irigasi luka : NaCl 0,9 %
Pemasangan tampon : Tidak
Spesimen : Tidak
resiko jatuh pasca tindakan humpty : 17
dumpty :
Stewart score : 6
:
Perawat Sirkulasi Perawat RR

( Sr. D ) ( Br. B )

d. Pengkajian Post Operasi


Pasien pindah ke RR : 09:15 WIB
Keadaan umum : Sedang
Keluhan saat di RR : Lemas &Pusing
Tingkat kesadaran : Apatis Sedatif
Tanda-tanda Vital : TD: - , Nadi: 94 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,6 oC,
SPO2 : 100%.
Kesadaran
: CM, GCS = 15 ( E= 4, M= 6 V= 5) Jalan Nafas : tidak
39

Terapy Oksigen ada masalah Pernafasan : spontan.


Kulit : 3 Liter/Nasal
Sirkulasi anggota badan : Lembab
Posisi Anggota Badan : Merah Muda
Kondisi balutan : Terlentang
Asesmen nyeri : Kering
: skor nyeri 4(0-10), tipe akut, seperti disayat-sayat,
frekuensi nyeri hilang timbul dengan durasi waktu 10
Asesmen resiko jatuh detik
: resiko jatuh humpty dumpty skor 17, terpasang
Kebutuhan edukasi : penghalang tempat tidur.
menciptakan lingkungan yang nyaman.
:
Therapy DPJP Operator
- Cek Hb 6 Jam Post Operasi
- IVFD RL 10tpm
- Therapy :
1. Cefotaxime 150mg/24 Jam/Iv
2. Ranitidin 25mg/12 Jam/iv
3. Paracetamol inf 150mg/8 Jam/iv

DPJP Anastesi
 Paracetamol 150mg/8 Jam Iv
 Puasa sampai dengan BU positive
 Posisi Head Up 30 derajat
 Mobilisasi s/d sadar penuh
 Stewart Score 6

3. Analis Data
No Data Etiologi Masalah

PRE OPERASI

1. Nyeri Batuk kronis, mengangkat Nyeri


DS : OT Pasien benda berat, mengejan pada
mengatakan pasien rewel
karena merasa nyeri saat defekasi
dibenjolan paha kanan,
benjolan muncul ketika
Peningkatan tekananintra
mau BAB tapi dapat
hilang dengan sendirinya. abdomen
DO :
-Skala nyeri 4 (0-10)
-klien tampak meringis Hernia Inguinalis
40

Benjolan di inguinal

Nyeri
2. Ansietas Proses Penyakit Ansietas
Ds: OT Pasien
mengatakan merasa takut
anaknya akan operasi Tindakan operasi
Do: Pasien & keluarga
terlihat cemas, Skala
cemas 2 (0-5), Ekspresi Kurangnya informasi
wajah tegang, pasien
mengenai
tampak menangis.
TD: - , Nadi: 92 x/menit
teraba kuat teratur, RR :
penyakit dan prosedur tindkan
20x/menit Suhu : 36,80C

Ansietas

INTRA OPERASI

3. Resiko cedera Tindakan operasi Resiko cedera


Ds: (pasien dalam efek
intra operatif
anastesi general)
Do: Terpasangya alat Pemasangan alat
elektromedik ( monitor, elektromedik (monitor,
ventilator, patien plate ) patien plate, ventilator)
terpasang di paha kiri 1/3
distal, Posisi pasien saat
pembedahan (supine), Tidak ada perubahan posisi
Integritas kulit utuh selama operasi berlangsung

Resiko kekakuan sendi, luka


tekan, luka bakar

Resiko cedera intra operatif

POST OPERASI

4. Nyeri Terputusnya kontinuitas Nyeri


Ds : - jaringan
Do: Pasien tampak
meringis kesakitan &
menangis, Memegang Merangsang tubuh
daerah operasi, Skala mengeluarkan hormon
nyeri 4(0-10)
prostaglandin, histamin,
41

serotonin

Implus dikirim ke thalamus


(korteks cerebri)

Nyeri dipersepsikan

Nyeri
5. Resiko Injury Tindakan operasi Resiko injury
Ds: -
Do: Pasien terbaring di
tempat tidur dan sesekali Anastesi general
digendong Ibunya, nadi
96x/m teraba kuat teratur,
Pasien terpasang ivfd RL Efek sedasi anastesi
10 tpm, Nilai resiko jatuh
humpty dumpty 17,
penghalang tempat tidur Pasien belum sadar penuh
terpasang, Stewart score 8.

Belum mampu melakukan


aktifitas mandiri

Resiko injury
6. Resiko infeksi Pembedahan Hernia Resiko infeksi
Ds : - (Herniotomy)
Do: Terdapat luka operasi
post operasi herniotomy
dengan sayatan tertutup Terputusnya kontinuitas
lomatule, kassa steril, dan jaringan
hyfapiks, tidak ada
rembesan pada luka op,
Nilai leukosit 15400 g/dl Post the entry
mikroorganisme

Resiko infeksi

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d benjolan di inguinal
b. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan
42

c. Resti cedera intra operatife b.d kebutuhan posisi pembedahan dan pemasangan
alat elektromedik
d. Nyeri b.d terputusnya kontiniutas jaringan efek insisi pembedahan
e. Resiko Injury b.d kelemahan akibat efek anastesi dan pembedahan
f. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive

C. Intervensi Keperawatan
1. PRE OPERASI
Intervensi
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil
No Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI, 2019)
(SLKI, 2018)
1 (D.0080) Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan (I.08243)
kurang terpaparnya ansietas dapat teratasi. 3. Observasi
informasi Kriteria hasil: -Identifikasi saat
-Gejala dan 5. Prilaku gelisa tingkat ansietas
tanda mayor menurun (5) berubah
Ds: 6. Prilaku tegang -Identifikasi
4. Merasa bingung menurun(5)
5. Merasakan 7. Pola tidur membaik (5) 4. Terapeutik
khawatiran dengan 8. Orientasi membaik(5) -ciptakan suasana
akibak kondisi terpeutik untuk
yang dihadapi menumbuhkan
6. Sulit kepercayaan
berkosentrasi -temani pasien untuk
Do: mengurangi
1. Tampak kecemasan jika
gelisah memungkin kan
2. Tampak -pahami situasi yang
Tegang membuat ansietas
3. Sulit tidur -gunakan pendekatan
yang tenang dan
- Gejala dan meyakin kan
tanda minor -motivasi
Ds: mengidentifikasi
5. Mengeluh situasi yang muncul
pusing kecemasan
6. Anoreksia -diskusikan
7. Palpitasi perencanaan realitis
8. Merasa tidak tentang peristiwa yang
berdaya akan datang
Do:
4. Frekuensi 3. Edukasi
nafas -jelas kan prosedur,
meningkat termasuk sensasi yang
5. Frejuensi nadi mungkin di alami
meningkat -anjurkan keluarga
6. Tekan untuk tetap Bersama
an pasien, jika perlu
dara -anjurkan
menin
43

gkat mengungkapkan
perasaan dan persefsi
-latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketenangan
-latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
-latih Teknik relaksasi
nafas dalam terhadap
penurunan kecemasan
2 (D.0077) Nyeri Akut (I.08066) Setelah Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan dilakukan tindakan asuhan (I.08243)
agen pencederah keperawatan diharapkan 1. Obesrvasi:
pisiologis nyeri akut bisa teratasi. -Identifikasi lokasi,
-Gejalah dan tanda Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
mayor 4. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
Ds: menurun (5) intensitas nyeri
1. Mengelu nyeri 5. Meringis menurun (5) -Identifikasi skala
Do: 6. Kesulitan nyeri
5. Tampak tidur menurun -Identifikasi factor
meringis (5) yang memperberat dan
6. Gelisa Frekuensi nadi membaik memperringan nyeri
7. Prekuensi nadi (5) -Identifikasi
meningkat pengetahuan dan
8. Sulit tidur keyakinan tentang
nyeri
-Gejala dan tanda -Identifikasi pengaruh
minor nyeri pada kualitas
Ds: hidup
- -Monitor kebersihan
Do: terapi komplementer
5. Tekanan darah yang sudah
meningkat diberikan
6. Polah napas -Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
7. Nafsu makan
berubah 5. Terapeutik:
8. Proses -Berikan
berpikir nonfarmakologis
terganggu untuk menguragi rasa
nyeri
-Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
tidur
-Pertimbagkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi merendah
nyeri

6. Edukasi:
44

-Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi
merendahkan nyeri
-Jelaskan monitor
nyeri secara mandiri
-Anjurkan
menggunkan
analgenetik secara
tepat
-Ajarkan teknik
nonfarmal kologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
7. Kolaborasi:
-Kolaborasi
pemebrian analgetik,
jika perlu

2. INTRA OPERASI
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Monitor KU & TTV


b.d posisi intra tindakan keperawatan 2. Monitor cek list
operasi selama 1x24 jam keselamatan pasien
diharapkan tingkat cidera 3. Siapkan peralatan
menurun lengkap yang aman
dan siap pakai
4. Kaji apakah pasien
mempunyai factor
sebelumnya, mis:
kedinginan, luka
bakar, injury
5. Kaji kondisi pasin
seperti kemampuan
rentang gerak,
abnormalitas fisik,
status sirkulasi
6. Kurangi kerentaan
terhadap cedera
jaringan/ anggota
45

tubuh
7. Observasi selama
operasi berlangsung
apakah ada penekanan
pada anggota tubuh
pasien dengan alat-alat
8. Kaji ulang kondisi dan
keluhan pasien post
operasi
9. Selalu minta ijin
kepada ahli anestesi
untuk memindahkan
pasien/ merubah posisi
pasien yang sudah
dianestesi

3. POST OPERASI
Diagnosa keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
No (Standar Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI, 2019) (SIKI 2018)
indonesia)
1 Setelah dilakukan Intervensi utama :
(D.0077) Nyeri tindakan keperawatan Observasi
akut berhubungan selama 3x24 jam nyeri 10. Identifikasi lokasi,
dengan agen berkurang karakteristik,
pencedera fisik durasi, frekuensi,
(prosedur operasi) Dengan Kriteria Hasil ; kualitas, intensitas
12. Keluhan nyeri nyeri
-Gejalah dan
menurun (5) 11. Identifikasi
tanda mayor 13. Meringis menurun (5) skala nyeri
Ds: 14. Gelisah menurun (5) 12. Identifikasi
- Mengelu nyeri 15. Kesulitan respons nyeri non
Do: tidur menurun verbal
-Tampak meringis (5) 13. Identifikasi faktor
-Gelisa 16. Perasaan takut yang memperberat
-Prekuensi mengalami cedera dan memperingan
nadi berulang menurun nyeri
meningkat (5) 14. Identifikasi
- Sulit tidur 17. Uterus teraba pengetahuan dan
membulat menurun keyakinan tentang
(5) nyeri
-Gejala dan tanda 18. Muntah menurun (5) 15. Identifikasi
minor Ds: 19. Mual menurun (5) pengaruh budaya
- 20. Frekuensi nadi terhadap respon
46

Do: membaik (5) nyeri


-Tekanan 21. Pola nafas 16. Identifikasi
darah membaik (5) pengaruh nyeri pada
meningkat Tekanan darah kualitas hidup
membaik (5) 17. Monitor
-Polah napas berubah
keberhasilan terapi
-Nafsu makan berubah komplementer yang
-Proses berpikir sudah diberikan
terganggu 18. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
5. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri ( teknik
relaksasi tarik
napas dalam)
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitas istirahat
dan tidur

8. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
10. Ajarkan teknik non
farmakologis (
teknik tarik nafas
dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
47

analgetik, jika
perlu

2 (D.00142) Resiko infeksi Setelah dilakukkan


berhubungan dengan tindakkan keperawatan
selama ...x 24 jam, Obsevasi :
prosedur invasi
diharapkan resiko infeksi 2. Monitor tanda
dapat teratasi gejala infeksi dan
sistemik
Dengan Kriteria Hasil ; Teraupeutik:
1. Kemerahan (5) 1. Batasi jumlah
2. Nyeri (5) pengunjung
3. Bengkak (5) 2. Berikanperawatan
Culture Urine (5) kulit pada daerah
edema
3. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukkan kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi:
4. Jelaska tanda
dan gejala
infeksi
5. Ajarkan cara
memeriksa luka
6. Anjurkan
meningkatkkan
asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
Imunisasi
3 Resiko Injury b.d Resiko Injury tidak 1. kaji keluhan pasien
terjadi setelah mengenai aktivitas
kelemahan akibat efek
dilakukan tindakan
anastesi dan 2x24 jam 2. kaji tingkat
pembedahan kemampuan aktivitas
pasien dan kaji skor
jatuh pasien
Ds: OT Pasien
3. observasi ttv setiap 2-
mengatakan pasien
4 jam
Lemas & menangis.
4. bantu pasien dalam
melakukan aktivitas
Do: Pasien terbaring di
tempat tidur, Nadi 84x/m 5. pasang penghalang
teraba kuat teratur, tempat tidur dan kunci
Pasien terpasang infuse roda tempat tidur
Nilai resiko jatuh pasca
48

tindakan humpty dumpty 6. Libatkan keluarga


17, Stewart score 6. saat memberikan
informasi tentang
pembatasan aktivitas
klien

7. jelaskan hal-hal yang


tidak boleh dilakukan
dan menjelaskan resiko
jatuh pada pasien dan
keluarga

8. kolaborasi untuk
pemberian therapi
sedative bila pasien
gelisah
4
9

4. Implementasi Keperawatan

RUMAH SAKIT UMUM

HERMINASUKABUMI
LABEL IDENTITAS
Jl. Raya Sukaraja Sukabumi
(LABEL RAWAT INAP)
Jawa Barat

Telp. (0266) 6252525 Fax. (0266) 235020 AN. A (2 Tahun 2 Bulan)

1100075634

PERIOPERATIF NURSING CARE PLAN


PRE OPERASI

DIAGNOSIS TUJUAN DAN


PENGKAJIAN KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
RENCANA TINDAKAN

TGL : 09/09/2023 JAM : 07:00 WIB  Anxietas b.d :  Tingkat anxietas menurun :  Memonitoring tanda verbal dan non verbal Anxietas :
kecemasan
 Kurang informasi  Monitor tanda verbal dan non verbal  Teratasi
cemas  Menciptakan suasana terapeutik
A. ANAMNESA : □ Kekhawatiran □ Tidak
Keluhan :  Cemas Nyeri □ kegagalan pasien  Mengorientasikan lingkungan & Tim operasi Teratasi
Gelisah
 Orientasikan lingkungan dan tim operasi  Membimbing pasien untuk berdoa
□ Menanyakan dampak pasca
operasi  Ciptakan suasana terapeutik  Mendampingi pasien untuk mengurangi
kecemasan
 Dampingi pasien utk mengurangi rasa
5
0

√ menanyakan prosedur operasi cemas  Menganjurkan keluarga untuk mendampingi


seperti apa …………………. selama pre operasi

Nyeri Akut/  Tingkat nyeri menurun :  Memonitoring keadaan umum, TTV Nyeri Akut/
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran :  CM □ Kronis b.d :  Monitor keadaan umum dan TTV  Mengidentifikasi nyeri (PQRST) Kronis :
Apatis
□ Somnolen □ Koma  Inflamasi  Identifikasi nyeri (PQRST)  Mengajarkan teknik relaksasi untuk  Teratasi

GCS = E : 4 M : 6 V : 6 □ Iskemi  Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri □ Tidak
mengurangi nyeri (distraksi & relaksasi) Teratasi
2. TD : - mmHg, Sh: 37 ͦ C □ Neoplasma  Mengajarkan teknik non farmakologi untuk
3. Nadi 95 x/mnt,  Kuat □ mengurangi nyeri (distraksi & relaksasi)
Lemah
Kulit :  Hangat □ Dingin

CRT = ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik Risiko Infeksi :


□ Risiko Infeksi □ Tingkat infeksi menurun : □ Memonitoring keadaan umum, TTV
d.d
RR : 21 x/mnt SPO2: 99 % □ Monitor tanda dan gejala infeksi □ Memonitoring tanda dan gejala infeksi □ Teratasi
Penumpukan cairan
(nilai lekosit/ CRP) □ Tidak
4. Pemakaian Oksigen : intestinal di abdomen □ Melakukan teknik aseptic untuk tindakan Teratasi
□ Ya  Tidak □ Nasal □ Pertahankan teknik aseptik yang akan dilakukan

□ Kolaborasi pemberian terapi pra □ Melakukan pemasangan akses intravena


□ Sungkup □ ............
medikasi
ltr/mnt □ Memberikan terapi pramedikasi sesuai
program pengobatan
5. Skala nyeri : 4(0-10)
6. Fraktur :  Tidak □ Ya,
□ Koping tidak □ Status koping meningkat : □ Memonitoring tanda verbal dan non verbal Koping Tidak
Lokasi : ...................
kecemasan
efektif b.d □ Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Efektif :
7. Perdarahan :  Tidak □ Ya
ketidakadekuatan □ Menciptakan suasana terapeutik
□ Aktif terbuka : ± ............. ml □ Anjurkan pasien untuk selalu berdoa □ Teratasi
strategi koping &
sistem pendukung untuk ketenangan □ Mengorientasikan lingkungan & Tim
□ Aktif tertutup □ Tidak
□ Mendampingi pasien untuk mengurangi
5
1

Lokasi : ................. □ Anjurkan keluarga memberi support ke kecemasan Teratasi

8. Hasil Penunjang : pasien


Laboratorium :  Hb :9,9gdl 
Ht : 33,3% □ Defisit pengetahuan □ Tingkat pengetahuan meningkat : □ Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan Defisit
b.d kurang terpapar pengetahuan
 Lek : 15.40 10^3/uL informasi □ Berikan informasi tentang prosedur yang □ Memberikan informasi tentang prosedur yang
akan dilakukan (persiapan, efek setelah tindakan) □ Teratasi
 Trombosit : 322000 akan dilakukan (persiapan, efek setelah
10^3/uLGDS :mg/dL □ Tidak
tindakan) Teratasi
 PT : 7.30” APTT : 2.30”
□ Risiko hipovolemia □ Status cairan meningkat : □ Memonitoring keadaan umum, TTV Risiko
Radiologi : Hasil : Terlampir b.d perdarahan Hipovolemia
dalam batas normal □ Periksa tanda/ gejala hipovolemia □ Memonitoring intake, output
□ Teratasi
□ Monitor intake, output (termasuk (termasuk perdarahan)
□ Tidak
perdarahan) □ Berkolabotasi pemberian cairan Teratasi

□ Kolaborasi pemberian cairan isotonis/ isotonis/ hipotonis/ koloid

hipotonis/ koloid

Retensi Urine b.d retensi urin teratasi : Mengkaji frekuensi berkemih pasien Teratasi
penyempitan lumen Mengkaji jumlah dan warna urine □ Tidak
uretra.......................... Kaji frekuensi berkemih Mengajarkan pasien mencatat jumlah urine Teratasi
Kaji jumlah dan warna urine Memotivasi pasien untuk tetap banyak minum
..
Ajarkan pasien untuk mencatat Menghitung diuresis
jumlah urine
…………………
Memotivasi pasien untuk banyak
minum
Hitung diuresis
INTRA OPERASI

PENGKAJIAN DIAGNOSIS TUJUAN DAN IMPLEMENTASI EVALUASI


5
2

KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

JAM : □ Bersihan Bersihan jalan


Jalan Nafas
□ Bersihan jalan nafas meningkat (jalan □ Memonitoring keadaan umum & TTV
nafas tidak
 Masuk OK :08:30  Keluar OK : nafas paten) : □ Mengisi dan memonitor cek list
Tidak Efektif efektif :
09:15 b.dadanya □ Monitor pola nafas keselamatan pasien
jalan nafas □ Pertahankan kepatenen jalan nafas □ Mempertahankan kepatenen jalan nafas
□ Teratasi
 Mulai Anestesi : 08:35 Selesai buatan (ETT) □ Berikan oksigen □ Melakukan suction, bila perlu
□ Tidak
anestesi : 08:40 □ Memberikan oksigen sesuai program terapi
Teratasi
oksigen
 Risiko Cedera d.d  Tingkat cedera menurun :  Melakukukan desinfeksi daerah operasi dengan Risiko
terpapar alat medis cairan bethadine (tidak boleh menggunakan Cedera :
PEMERIKSAAN FISIK  Monitor keadaan umum dan TTV
(cauter/ patient alcohol)
plate)  Teratasi
Kesadaran : CM √DPO Apatis  Monitor cek list keselamatan pasien  Menggunakan alat couter dan patient plate yang
compatible (satu paket) □ Tidak
□ Somnolen
 Siapkan peralatan lengkap, aman dan Teratasi
siap pakai  Menyiapkan peralatan lengkap, aman & siap pakai
□ Koma

GCS = E : - M : - V : -
Risiko Hipovolemi d.d Status cairan membaik : Memonitoring adanya tanda – tanda kehilangan Risiko
□ TD : - mmHg, Sh: 37 ͦ C kehilangan cairan cairan (mis. Perdarahan, dll) Hipovolemi :
□ Nadi : 95 x/mnt,  Kuat □ aktif (mis. Monitor pemberian cairan parenteral dan
Lemah perdarahan) balance cairan Memonitoring pemberian cairan parenteral dan Teratasi
Kulit :  Hangat □ Dingin balance cairan
Monitor TTV □ Tidak
CRT = ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik memonitor Tanda-Tanda Vital Teratasi
□ Kolaborasi pemberian cairan isotonik,
RR : 22 x/mnt SPO2 : 100 % hipotonik dan koloid □ Memasang akses intravena 2 line, bila perlu

□ Jenis Anestesi : □ Berkolaborasi pemberian cairan isotonik, hipotonik


dan koloid dan pemberian infus cairan hangat
√ General Regional Blok
□ Posisi operasi : □ Risiko Perdarahan □ Tingkat perdarahan menurun : □ Memonitoring nilai HT/ Hb sebelum dan setelah Risiko
5
3

d.d : kehilangan darah Perdarahan :


√Terlentang Litotomi tengkurap/
Knee chest Lateral : kanan/ kiri □ Tindakan □ Memonitoring adanya tanda – tanda perdarahan □ Teratasi
□ Monitor nilai HT/ Hb sebelum dan
□ Pemakaian Oksigen :
 Ya □ Tidak □ ............ pembedahan setelah kehilangan darah □ Berkolaborasi pemberian cairan isotonik, hipotonik □ Tidak
ltr/mnt dan koloid Teratasi
□ Komplikasi □ Monitoring tanda adanya perdarahan
√ Nasal ETT□ LMA
kehamilan
□ Skala nyeri (VAS) : 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10
□ Perdarahan : √ Tidak Ya, Lokasi : □ Risiko Jatuh d.d □ Tingkat jatuh menurun : □ Memastikan roda TT dalam kondisi terkunci Risiko Jatuh :
prostat
kondisi sedang □ Pastikan roda TT dalam kondisi terkunci □ Memasang handrail tempat tidur □ Teratasi
Aktif terbuka : ml
operasi □ Pasang handrail tempat tidur □ Mendampingi pasien selama tindakan berlangsung □ Tidak
□ Aktif tertutup
(jangan di tinggal) Teratasi
□ Dampingi pasien selama tindakan
□ Terpasang patient plate :
□ Kaki : Kanan Kiri berlangsung (jangan di tinggal)
√ Paha : □ Kanan √
□ Nyeri Akut b.d □ Tingkat nyeri menurun : □ Memonitor karakteristik luka Nyeri Akut :
Kiri
□ Terpasang kateter : prosedur operasi □ Monitor keadaan umum dan TTV □ Mengidentifikasi nyeri (PQRST) □ Teratasi
□ √ Tidak
□ Identifikasi nyeri (PQRST) □ Berkolaborasi pemberian analgetik □ Tidak
□ Ya, Jml urin: tidak terukur Teratasi
karena Bersatu dengan
darah dan air irigasi □ Risiko Infeksi d.d □ Tingkat infeksi menurun : □ Memonitor karakteristik luka Risiko Infeksi :
Warna: □ Jernih □ Keruh □
efek prosedur invasif □ Pertahankan teknik aseptik □ Mempertahankan teknik aseptik & menggunakan □ Teratasi
Pekat
□ Gunakan APD sesuai standar APD sesuai standar □ Tidak
□ Merah/ darah
Teratasi
□ Memasang balutan sesuai jenis luka
□ Status cairan :
 Intake : 500 cc  Output : 50 □ Berkolaborasi pemberian antibiotik
cc
5
4

 Balance :±450 cc □ Risiko Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko
Perioperatif d.d : Hipotermi
□ Pasang selimut/ penutup kepala/pakaian □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal Perioperatif :
□ Prosedur
tebal □ Berkolaborasi pemberian infus cairan hangat □ Teratasi
pembedahan
□ Kolaborasi pemberian infus cairan □ Tidak
□ Suhu kamar Teratasi
hangat
operasi (<36C)

□ Gangguan Integritas □ Integritas kulit/ jaringan meningkat : □ Memonitor karakteristik luka Gangguan
Kulit/ Jaringan b.d Integritas
faktor mekanis □ Monitor karakteristik luka □ Memonitoring adanya tanda – tanda perdarahan Kulit/ Jaringan
(pembedahan)
□ Pasang balutan sesuai jenis luka □ Memasang balutan sesuai jenis luka □ Teratasi

□ Kolaborasi pemberian antibiotik □ Berkolaborasi pemberian antibiotik □ Tidak


Teratasi

POST OPERASI

DIAGNOSIS TUJUAN DAN


PENGKAJIAN KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
RENCANA TINDAKAN

JAM MASUK RR : 09:30 WIB □ Memonitor TTV


□ Resiko Aspirasi □ Aspirasi tidak terjadi : □ Teratasi
□ Memonitor keadaan umum
A. ANAMNESA : nafas d.d efek agen □ Monitor TTV □ Tidak Teratasi
farmakologis efek
□ Memonitor tingkat kesadaran
Keluhan : Cemas  Nyeri □ □ Monitor keadaan umum
panastesi □ Mengidentifikasi refleks batuk dan
Gelisah □ Monitor tingkat kesadaran kemampuan menelan
□ Identifikasi refleks batuk dan □ Mengauskultasi dada untuk mendengar
√ Pusing □ Mual □ Muntah kemampuan menelan suara nafas tambahan
□ Auskultasi dada untuk mendengar
5
5

□ Mengggigil
suara nafas tambahan
□ Anxietas b.d : □ Tingkat anxietas menurun : □ Memonitor tanda verbal dan non verbal cemas Anxietas :
Ekstremitas bawah terasa baal
pasien
□ Kurang informasi □ Monitor tanda verbal dan non verbal □ Teratasi
□ Menanyakan dampak pasca
cemas □ Mendampingi pasien untuk mengurangi
operasi
□ Ancaman kecemasan □ Tidak
terhadap pasien Teratasi
□ ……………….
□ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan
konsep diri □ Dampingi pasien utk mengurangi dan perawatan pasca tindakan
kecemasan
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran :  CM □
Apatis
□ Somnolen □ Koma □ Risiko Hipovolemi □ Status cairan membaik : □ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko
d.d kehilangan Hipovolemi :
GCS = E : 4 M : 6 V : 5 cairan aktif (mis. □ Monitor pemberian cairan parenteral □ Memonitoring pemberian cairan parenteral dan
perdarahan) dan balance cairan balance cairan □ Teratasi
2. TD : - mmHg, Sh: 36,5 ͦ C
3. Nadi : 95 x/mnt,  Kuat □ □ Kolaborasi pemberian cairan isotonik, □ Memberikan cairan isotonik, hipotonik dan koloid □ Tidak
Lemah hipotonik dan koloid sesuai program pengobatan Teratasi
Kulit : √Hangat □ Dingin
□ Memberikan infus cairan hangat
CRT = ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik

RR : 22 x/mnt SPO2 : 100 %


Nyeri Akut :
4. Pemakaian Oksigen : □ Nyeri Akut b.d □ Tingkat nyeri menurun : □ Mengidentifikasi nyeri (PQRST)
Efek kondisi
 Ya □ Tidak  Nasal □ Monitor keadaan umum dan TTV □ Memonitor karakteristik luka □ Teratasi
□ Tidak
Pembedahan □ Identifikasi nyeri (PQRST) □ Mengajarkan teknik relaksasi untuk
□ Sungkup □ ............ Teratasi
ltr/mnt mengurangi
□ Ajarkan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri □ nyeri
5. Skala nyeri ( wong bacher ) :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 □ Berikan analgetik sesuai program □ Memberikan terapi analgetik sesuai dengan
pengobatan program pengobatan
6. Perdarahan :  Tidak □ Ya
5
6

□ Aktif terbuka : ± ............. ml √ Risiko Infeksi d.d √ Tingkat infeksi menurun : Risiko Infeksi :
 Memonitoring keadaan umum & TTV
□ Aktif tertutup efek prosedur invasif √ Pertahankan teknik aseptik  Memonitoring tanda dan gejala infeksi □ Teratasi

Lokasi : ................. √ Gunakan APD sesuai standar  Mempertahankan teknik aseptik √ Belum
 Menggunakan APD sesuai standar Teratasi
7. Terpasang kateter : √ Monitor kondisi luka operasi
 Memberikan terapi antibiotik sesuai
□ √ Tidak √ monitor tanda dan gejala infeksi program terapi

□ Ya, Jml urin : tidak terukur


√ berikan antibiotik sesuai program terapy
karena tercampur air
irigasi
Warna : Jernih □ Keruh □
□ Risiko Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum TTV Risiko
Pekat
Perioperatif d.d : Hipotermi
□ Pasang selimut/ penutup kepala/ pakaian □ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan Perioperatif :
□ Merah
□ Prosedur dan perawatan pasca tindakan
tebal □ Teratasi
8. Terpasang Drain :  Tidak □
pembedahan □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal
Ya □ Ajarkan teknik distraksi untuk mengurangi □ Tidak
9. Area balutan luka operasi : □ Suhu kamar □ Memberikan infus cairan hangat, jika perlu Teratasi
Lokasi : tidak ada esi hanya di rasa dingin
pangkal penis dibalut betadin Operasi (<36°C)
bekas insersi alat endo □ Kolaborasi pemberian infus cairan hangat

10. Pemakaian Implant :  Tidak


□ Ya □ Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum TTV Hipotermi
Lokasi : ………………………… Perioperatif d.d : Perioperatif :
□ Pasang selimut/ penutup kepala/ pakaian □ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan
□ Terpapar suhu dan perawatan pasca tindakan □ Teratasi
tebal
lingkungan rendah □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal □ Tidak
□ Ajarkan teknik distraksi untuk mengurangi Teratasi
□ Efek agen □ Memberikan infus cairan hangat, jika perlu
rasa dingin
11. Hasil Penunjang : farmakologis
5
7

Laboratorium : □ Kolaborasi pemberian infus cairan hangat

 Hb : □ Gangguan Mobilitas □ Mobilitas fisik meningkat : □ Membantu pasien melakukan ambulasi & Gangguan
Fisik b.d : mobilisasi Mobilitas Fisik
 Ht : - □ Bantu pasien melakukan ambulasi & :
□ Nyeri □ Melibatkan keluarga dalam membantu pasien
 Lek : - mobilisasi □ Teratasi
□ Gangguan □ Meletakkan barang yang di butuhkan dekat dengan
 Trombosit :- □ Libatkan keluarga dalam membantu pasien □ Tidak
sensoripesepsi pasien Teratasi
□ Letakkan barang yang di butuhkan dekat
(rasa baal)
dengan pasien

□ Gangguan Integritas □ Integritas kulit/ jaringan meningkat : □ Memonitoring karakteristik luka Gangguan
Kulit/ Jaringan b.d : Integritas
□ Monitor karakteristik luka □ Memberikan terapi antibiotik sesuai dengan Kulit/ Jaringan
Faktor mekanis program pengobatan :
(pembedahan) □ Pasang balutan sesuai jenis luka
□ Memberikan terapi antibiotik sesuai program □ Teratasi
□ Kolaborasi pemberian antibiotik terapi
□ Tidak
Teratasi

 Risiko Jatuh d.d :  Tingkat jatuh menurun :  Memastikan roda TT dalam kondisi terkunci Risiko Jatuh :

Kondisi pasca  Pastikan roda TT dalam kondisi terkunci  Memasang handrail tempat tidur  Teratasi
operasi
 Pasang handrail tempat tidur  Mendampingi pasien (jangan di tinggal tanpa □ Tidak
dalam keadaan tidak terkunci) Teratasi
 Dampingi pasien selama di ruang RR
(jangan di tinggal)

 Resiko infeksi  Infeksi tidak terjadi :  Memonitor TTV  Teratasi


d.d efek  Monitor TTV  Memonitor Keadaan umum pasien □ Tidak
prosedur  Monitor Keadaan umum pasien  Memonitor tanda-tanda infeksi dan Teratasi
invasif  Monitor tanda-tanda infeksi dan peradangan (demam,adanya kemerahan
5
8

peradangan (demam,adanya pada sekitar luka,adanya pus pada luka)


kemerahan pada sekitar luka,adanya
pus pada luka)

Perawat Sirkulasi Perawat RR Verifikasi DPJP

Br. B Br. B Dr.W,Sp.B

Nama &TTD Nama & TTD


Nama& TTD
5
9

5. Evaluasi Keperawatan

Waktu Evaluasi Nama Perawat


Pelaksanaan
9 September S : OT Pasien mengatakan sudah tenang karena Br. B
2023 operasi sudah selesai, OT Pasien mengatakan tidak ada
Jam 12:00 WIB kekakuan dan tidak ada luka bakar pada tubuh, OT
pasien mengatakan pasien rewel karena nyeri luka
operasi, OT pasien mengatakan pasien terlihat lemas.

O : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis,


GCS 15 (E4, M6, V5), TD :-mmhg, Nadi 90x/menit,
Suhu 36,5c, RR 21x/menit, SPO2 100%, Tampak
tenang, skala cemas 0 (0-5), tidak ada kekakuan sendi,
tidak ada luka bakar, integritas kulit utuh, pasien
tampak rewel dan menangis, skala nyeri 4 (0-10),
pasien tampak lemah, aktivitas dibantu, skor jatuh
humpty dumpty 17, post anastesi umum, stewart score
5, BAK spontan, terpasang IVFD RL 10tpm ditangan
kiri, terdapat luka operasi pada abdomen kanan bawah
tertutup lumatul, kasa steril dan hypafix, tidak ada
rembesan diluka.

A : DX I Nyeri b.d benjolan diinguinal teratasi


DX II Cemas b.d prosedur pembedahan teratasi
DX III Resti Cedera Posisi Operatif b.d posisi
pembedahan teratasi
DX IV Nyeri b.d terputusnya kontinuitas
jaringan belum teratasi
DX V Resti Injury b.d efek anastesi belum
terjadi
DX VI Resti infeksi b.d prosedur invasif belum
Teratasi
6
0

P : -INTERVENSI DX I, DX II, DX III


DIHENTIKAN
-INTERVENSI DX IV, DX V, DX VI
DILANJUTKAN
6
1

BAB IV
PEMBASAHAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada An. A
Dengan HILL Dextra Di Ruang Operasi Rumah Sakit Hermina Sukabumi 2023.
Berdasarkan pengkajian 09 September 2023. Penulis rnenemukan 6 diagnosa
berdasarkan data pendukung yang ditemukan pada pasien. Penulis membagi dalam 5
(lima) proses kepcrawatan yaitu meliputi Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, implementasi,
& Evaluasi :

A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan format yang telah ada pada
format pengkajian asuhun keperawatan. Selama proses pengkajian penulis tidak
menemukan hambatan, pasien dan keluarga kooperatif sehingga menpermudah penulis
untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dan semua aspek meliputi : Bio-psiko-
sosio-spiritual.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 September 2023 jam 08:00 WIB dan
didapat data identitas klien bernama An. A (2 Tahun 2 Bulan) dengan diagnosa medis
HILL Dextra. Adapun alasan masuk klien adalah keluarga mengatakan ada benjolan
diselangkangan kanan disertai nyeri. Klien sering mengulang-ngulang pertanyaan karena
akan dilakukan tindakan operasi herniotomy atas indikasi HILL Dextra. Hal ini sesuai
dengan terori bahwa tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang
akan mendatangkan stressor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan
membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon
psikologis adalah cemas. Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80% dari pasien yang
akan menjalani pembedahan mengalami kecemasan.

B. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian didapat prioritas masalah keperawatan yaitu Nyeri akut b.d
benjolan di inginal. Nyeri Aktual adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disebabkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa yang tiba-tibaatau lambat dan
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi diprediksi dan
berlangsung kurang 6 bulan (Nanda 2012).
6
2

Penulis menegakan diugnosa ini, berdasarkan data subjektif yaitu klien


rnengatakan nyeri pada selangkangan kanan bawah, P: nyeri pasca operasi hernia, Q:
nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : abdomen bagian kiri bawah, S : Skala 4, T : hilang
timbul. Data objektif yaitu pasien terlihat meringis & menangis. Oleh sebab itu
penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas yang utama sehingga tindakan
pengurangan nyeri harus segera ditangani. Diagnosa ini menjadi prioritas utama
karena saat pengkajian Keluhan utama adalah nyeri, klien yang mengalami nyeri
akanmenyebabkan gangguan rasa nyaman.
Sejalan dengan teori yang terdapat dalam jurnal (Ratnasari,2013) Nyeri dapat
disebabkan karena adanya kerusakan jaringan dalam tubuh sebagai akibat dari adanya
cedera, kecelakaan, maupun tindakan medis seperti operasi. Penulis memprioritaskan
diagnosa nyeri akut karena saat pengkajian keluhan utama adalah nyeri, klien yang
mengalami nyeri akan menyebabkan gangguan rasa nyaman.

C. Intervensi Keperawatan
Pada kasus perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan
kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (jelas),Measureable (dapat
diukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang dilakukan oleh penulis adalah nyeri
akut berkurang/hilang dengan kriteria hasil: skala nyeri 1-3, tanda-tanda vital dalam batas
normal (frekuensi pernafasan 16-20 x/menit), pasien tidak meringis. Perencanaan
keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri akut, yaitu: Observasi
tanda-tanda vital terutama pada tekanan darah dan frekuensi pernafasan untuk mengetahui
respon tubuh terhadap nyeri, evaluasi intensitas dan frekuensi nyeri untuk menunjukkan
skala nyeri, Beri penjelasan kepada orang tua pasien tentang penyebab nyeri untuk
menambah pengetahuan orang tua pasien tentang nyeri, Ajarkan manajemen nyeri yaitu
teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik. Jadi, tidak ada perbedaan antara teori dan kasus.

D. Implementasi Keperawatan
Pada teori disebutkan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuinitas jaringan akibat tindakan pembedahan ( insisi pembedahan ) selama 2x24
jam dilakukan tindakan keperawatan, seperti membina hubungan saling percaya kepada
pasien dan keluarga, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, memberikan posisi
senyaman mungkin, mengobservasi tanda-tanda vital pasien, mengevaluasi intensitas dan
6
3

frekuensi nyeri, menjelaskan kepada pasien tentang penyebab nyeri, mengobservasi


keadaan luka, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
E. Evaluasi Keperawatan
Sesuai teori Muttaqin, 2010 Evaluasi keperawatan pada pasien hernia inguinalis
dengan masalah keperawatan nyeri akut yaitu :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau dapat di tangani
2. Skala nyeri klien berkurang menjadi 0-1 (0-4)
3. Klien dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri.
4. Klien mampu mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik nonfarmakologi
yaitu dengan menggunakan tehnik distraksi pendengaran, mendengarkan musik
murottal.
6
4

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
fermonalis (Dwi, 2018).
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha.
Benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
rnengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila
terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum biasanya baik pada inspeksi
ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan danmenutup mulut dalam keadaan berdiri
palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan Hernia. Diraba konsistensinya dan coba
didorong apakah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak, kadang cincin Hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
B. Saran
Bagi perawat diharapkan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang benar untuk meningkatkan keberhasilan tindakan keperawatan.

C. Kesenjangan
Kesenjangan yang terjadi antara teori dan lapangan adalah dalam proses
pemberian komunikasi, informasi dan edukasi , terkadang kolaborasi dalam pemberian
informasi terhadap proses penyakit, tindakan yang akan dilakukan,efek samping dan
resiko tindakan yang seharusnya disampaikan oleh DPJP operator dan anastesi jarang
dilakukan terhadap pasien ataupun keluarga di ruang persiapan sebelum tindakan operasi
dimulai.
6
5

DAFTAR PUSTAKA

Adi, (2017). Pengaruh Tehnik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri
pada Pasien Post Operasi Hernia dengan Spinal Anestes

Amrizal. (2015). Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka Program Pendidikan Dokter


Spesialis Departemen Ilmu Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Djamil
Padang. Syifa' Medika, Vol. 6 (No. 1)

Annang, 20 November (2019), SOP IMAJINASI TERBIMBING/ GUIDANCE

IMAGERY, diakses melalui http://annangdsz.blogspot.com/2019/11/sop-


imajinasi-terbimbing-guidance.html?m=1 pada 26 Mei 2022

Antara, H., Dengan, O., & Hernia, K. (2014). Unnes Journal of Public Health Ardiansa,

(2014) ,Hubungan Informed Concent Terhadap Kecemasan Pada


Pasien Pra Operasi Hernia Di Rsud Salewangang Maros, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Baredo, (2015), Efek pada Kecemasan yang Terdapat pada Pasien Hernia Inguinalis,
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Budiono, (2015) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Bumi Medika

Darmadi, (2020), Efektivitas Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery) Terhadap


Penurunan Nyeri Pasien Post Operasi, Alauddin Scientific Journal of Nursing,
2020, 1(1), 42-54 Received September 2020, Accepted Desember 2020

Dewi Saputra, (2014), Analisis Efektivitas Biaya Laparoskopik Herniotomy dan Open
Herniotomy pada Pasien Hernia Inguinalis Unilateral di Rumah Sakit Gading
Pluit Jakarta Utara Tahun 2014, Program Studi Pasca Sarjana Kajian
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Jurnal ARSI/Februari 2016

Deden, (2010), hernia pada orang dewasa, Jakarta Timur


Dino, (2018), Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi TerbimbingDan Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Tahun 2018,
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

GA Sri, (2019), Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Setelah


Pelaksanaan Relaksasi Imajinasi Terbimbing Di Rsud Patut Patuh Patju
Gerung, Vol. 1 No. 2 (2019); Oktober

Herry, (2010), Tanda dan Gejala serta Penyebab Hernia Inguinalis, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup

Anda mungkin juga menyukai