Diajukan kepada :
dr. Leonardus Hartoko Budi Riantoro, Sp.OT (K)
Disusun oleh :
Firdous Nurrohman – 20204010022
Indira Rifqi Amalia – 20204010077
Disusun oleh :
Firdous Nurrohman – 20204010022
Indira Rifqi Amalia - 20204010077
Oleh :
Dokter Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
karunia yang telah senantiasa dilimpahkan oleh-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Tinjauan Pustaka Orthopaedi yang berjudul “Shoulder
Impingement Syndrome” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir di
bagian Ilmu Bedah, dan juga untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa tugas Tinjauan Pustaka ini
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penelitian ke depannya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa telah memberikan nikmat tak terhingga kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas Presentasi Kasus ini.
2. dr. Leonardus Hartoko Budi Riantoro, Sp.OT (K) selaku dokter pembimbing
dalam menyelesaikan tugas Tinjauan Pustaka ini.
3. Teman-teman koass seperjuangan di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Akhir kata dari penulis. Penulis sangat berharap semoga Allah SWT pahala
yang setimpal atas segala kebaikan apapun yang penulis dapatkan dari pihak-
pihak di atas. Aamiin Aamiin Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin. Penulis juga sangat
berharap semoga tugas Presentasi Kasus ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I – PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Epidemiologi.................................................................................................3
C. Anatomi.........................................................................................................4
D. Etiologi..........................................................................................................7
E. Faktor Resiko................................................................................................9
F. Klasifikasi.....................................................................................................9
1. Subacromial Impingement..................................................................10
2. Internal Impingement..........................................................................12
3. Subcoracoid Impingement..................................................................13
G. Penegakan Diagnosis..................................................................................14
1. Anamnesis...........................................................................................14
2. Pemeriksaan Fisik...............................................................................15
3. Pemeriksaan Penunjang......................................................................20
H. Tatalaksana..................................................................................................27
1. Konservatif..........................................................................................27
2. Operasi................................................................................................29
I. Komplikasi..................................................................................................30
1. Rotator Cuff Disease...........................................................................30
2. Adhesive Capsulitis / Frozen Shoulder...............................................31
J. Prognosis.....................................................................................................32
BAB III – KESIMPULAN...................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(61,5%) setelah punggung bawah (84,6%) pada pekerja pabrik bata merah. Bila
diperhatikan, kelompok profesi di atas dalam pekerjaannya banyak menggunakan
sendi bahu yang merupakan faktor risiko Shoulder Impingement Syndrome.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Shoulder Impingement Syndrome adalah suatu kejadian / fenomena dimana
terjadi siklus gesekan (rubbing) pada rotator cuff di antara tulang humerus dengan
tulang acromion. Gesekan tersebut akan memicu terjadinya swelling pada rotator
cuff, sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan jalan rotator cuff.
Penyempitan tersebut akan memicu terjadinya penjempitan (impinge) pada
rotator cuff, sehingga menyebabkan terjadinya iritasi, inflamasi, dan nyeri.
Shoulder Impingement Syndrome merupakan kejadian / fenomena shoulder
pain tersering. Kejadian ini ditemukan pada sekitar 50% pasien yang datang
dengan keluhan shoulder pain.
B. Epidemiologi
Shoulder pain merupakan indikasi / keluhan tersering yang menyebabkan
pasien datang ke pelayanan primer atau ke klinik Orthopaedi di seluruh dunia.
Terhitung sekitar 7 – 34% pasien datang dengan keluhan shoulder pain, dan
terdeteksi bahwa Shoulder Impingement Syndrome termasuk di dalamnya.
Shoulder Impingement Syndrome ditemukan pertama kali pada tahun 1852,
dan diketahui bahwa kejadian ini merupakan penyebab tersering dari pasien-
pasien dengan keluhan shoulder pain. Terhitung sekitar 44 – 65% pasien dengan
keluhan shoulder pain mengalami Shoulder Impingement Syndrome. Di Inggris,
terhitung sekitar 20 – 50% pasien dengan keluhan shoulder pain datang ke dokter
umum, sekitar 25% dari pasien tersebut terdiagnosis mengalami Shoulder
Impingement Syndrome. Tidak hanya shoulder pain biasa, tapi juga ditemukan
kejadian kronik ataupun relapse, dengan sekitar 54% pasien dilaporkan bergejala
persisten dengan waktu lebih dari 3 tahun.
3
4
C. Anatomi
Perlu diketahui bahwa bahu disusun oleh 3 tulang besar, yaitu tulang
klavikula, tulang skapula, dan tulang humerus proksimal. Tulang skapula
memiliki dua leher yang letaknya berhadapan, yaitu acromion di posterior, dan
coracoid di anterior. Tulang acromion ini yang akan bersambungan dengan tulang
klavikula. Tulang skapula juga memiliki bagian lain, yaitu kavitas glenoid,
dimana kavitas ini yang menjadi tempat untuk melekat / menempelnya tulang
humerus proksimal, yaitu di bagian kepala humerus (head of humerus).
5
D. Etiologi
Perlu diingat bahwa berdasarkan anatomi, rotator cuff terletak di bawah
acromion, yang merupakan leher posterior dari tulang skapula. Shoulder
Impingement Syndrome terjadi apabila tendon rotator cuff tersebut terjepit oleh
acromion, dimana paling sering terjepit antara acromion dengan kepala humerus
(head of humerus). Penyebab yang mungkin dari fenomena penjepitan itu adalah:
Tendon mengalami bengkak / swelling. Hal ini bisa terjadi karena aktivitas
berlebihan yang berulang pada bahu, perlukaan, atau berkaitan dengan usia.
Hal ini memicu tendon untuk terjadi inflamasi sehingga bengkak, dan
mempersempit ruang antara bawah acromion dengan atas kepala humerus
(head of humeri).
8
Bentuk Acromion
E. Faktor Resiko
Penyebab-penyebab terjadinya Shoulder Impingement Syndrome telah
disebutkan di atas, dan penyebab-penyebab tersebut berhubungan dengan faktor-
faktor resiko yang memicu. Faktor resiko tersebut adalah:
Orang-orang dengan aktivitas yang berlebih atau berat. Orang dengan
aktivitas yang dimaksud paling sering berhubungan dengan atlet olahraga
dimana membutuh banyak gerakan overhead (gerakan di atas kepala) seperti
berenang, baseball, voli, dan tenis. Selain atlet olahraga, juga sering pada
orang-orang seperti pelukis, hairdresser, tukang kayu.
Orang-orang dengan usia lanjut. Hal ini berhubungan usia-usia yang rentan
mengalami degenerasi seperti kelemahan otot dan juga kejadian bone spur
yang memicu terjadinya inflamasi dan penjepitan rotator cuff.
Orang-orang yang mengalami perlukaan baik dengan mekanisme tumpuan
tangan telentang atau secara langsung ke bahu.
Telah diketahui juga bahwa terdapat faktor-faktor predisposisi yang dapat
memicu resiko terjadinya Shoulder Impingement Syndrome selain membawa
beban berat, yaitu seperti infeksi, merokok, dan antibiotik fluoroquinolone.
Namun, faktor merokok dan antibiotik tersebut masih belum diketahui hubungan
pastinya.
F. Klasifikasi
Shoulder Impingement Syndrome dapat dikategorikan / diklasifikasikan
berdasarkan lokasi dan juga penyebab yang mendasari. Berdasarkan lokasinya,
Shoulder Impingement Syndrome dapat dibagi menjadi:
External Impingement atau biasa disebut dengan Subacromial Impingement.
Jenis ini terjadi karena hasil dari fenomena penjepitan dari jaringan lunak di
subacromial space.
Internal Impingement. Jenis ini terjadi karena hasil dari fenomena penjepitan
dari rotator cuff tendon di antara kepala humerus (head of humerus) dengan
glenoid rim.
Sedangkan berdasarkan penyebab yang mendasari, dapat dibagi menjadi:
10
G. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tahapan menggali riwayat penyakit pasien,
dimana dapat menunjang sebesar 60% untuk menegakkan suatu diagnosis.
Ada beberapa poin dari tiap jenis Shoulder Impingement Syndrome yang akan
menjadi khas dalam anamnesis, namun secara umum anamnesis yang dapat
dilakukan adalah menanyakan:
Umur pasien. Shoulder Impingement Syndrome bisa terjadi pada semua
kelompok umur, namun biasanya paling sering pada orang-orang tua.
Pada orang muda biasanya terjadi pada kelompok atlet.
Karakter nyeri. Pada Shoulder Impingement Syndrome, yang menjadi
khas karakter nyerinya adalah:
Onset. Pada pasien-pasien ini, onset yang dirasakan biasanya kronik.
Faktor yang memperingan / memperberat. Pada pasien-pasien
Shoulder Impingement Syndrome, dengan aktivitas overhead justru
akan memperberat gejala.
Pekerjaan / aktivitas. Pasien-pasien Shoulder Impingement Syndrome
biasanya adalah pasien-pasien dengan aktivitas yang banyak melibatkan
gerakan overhead. Banyak juga terjadi pada orang-orang atlet olahraga.
15
untuk feel. Hasil pemeriksaan move untuk menilai ROM bisa bervariasi dari
tiap jenis Shoulder Impingement Syndrome.
a. Subacromial Impingement
Pada Subacromial Impingement, umumnya pemeriksaan kekuatannya
normal. Ada beberapa pemeriksaan khusus untuk menunjang diagnosis
Subacromial Impingement, yaitu:
1) Neer Impingement Sign
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan forward fleksi
tangan secara pasif sebesar > 90º. Hasil positif apabila pasien
merasakan nyeri.
Hawkin-Kennedy Test
4) Jobe Test
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan forward fleksi
tangan secara pasif sebesar 90º, kemudian melakukan internal rotasi
secara maksimal, lalu melakukan penekanan tangan ke arah bawah.
Hasil positif apabila pasien merasakan nyeri.
Jobe Test
b. Internal Impingement
Pada Internal Impingement, bisa ditemukan adanya hasil pemeriksaan
fisik seperti:
Look kadang ditemukan adanya gambaran retroversi pada
proksimal humerus.
Feel ditemukan nyeri saat palpasi di bagian infraspinatus.
18
Apprehension Test
2) Whipple Test
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah kemungkinan sudah terjadi
supraspinatus tear. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan
forward fleksi tangan yang sakit secara pasif sebesar 90º hingga di
depan bahu kontralateral, kemudian melakukan penekanan tangan ke
arah bawah. Hasil positif apabila pasien merasa nyeri.
19
Whipple Test
c. Subcoracoid Impingement
Pada Subcoracoid Impingement, umumnya pemeriksaan fisik yang
ditemukan adalah adanya tenderness di bagian anterior coracoid.
Pemeriksaan khusus untuk menunjang diagnosis Subcoracoid
Impingement dikenal dengan istilah Coracoid Impingement Test.
Pemeriksaan ini dilakukan hampir sama dengan Hawkin-Kennedy Test,
namun yang membedakan adalah pada pemeriksaan ini adduksi tangan
yang dilakukan sebesar 120 – 130º, lalu dilakukan internal rotasi. Hasil
positif jika terdapat gambaran clicking and pain.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan setelah anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Tujuan dilakukannya pemeriksaan penunjang adalah untuk menunjang
diagnosis penyakit pasien melalui bantuan alat. Namun perlu diingat bahwa
pemeriksaan penunjang tidak menjadi keputusan ditegakkannya diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kombinasi hasil temuan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dengan mengingat anamnesis
sebagai presentase terbesar penegakkan diagnosis sebesar 60%.
Seperti halnya anamnesis, dan pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan
penunjang tiap jenis Shoulder Impingement Syndrome memiliki khas masing-
masing.
a. Subacromial Impingement
1) Radiologi Foto Polos
a) True AP View
Pengambilan foto ini diambil boleh dalam keadaan pasien
berdiri, duduk, ataupun berbaring. Pengambilan foto diambil
dari anterior bahu dengan membentuk sudut 45º dan film
diletakkan di posterior bahu.
b) Scapular Y View
Pengambilan foto ini diambil secara posterior oblique.
Gambaran pengambilan foto akan dilampirkan di bawah ini.
2) MRI
MRI merupakan modalitas pilihan lain imaging sebagai pemeriksaan
penunjang untuk Subacromial Impingement. MRI pada kasus ini
biasanya digunakan apabila pasien sudah menjalankan terapi
konservatif selama 6 bulan sebelumnya namun tidak menunjukkan
adanya perbaikan. MRI digunakan untuk melihat adanya kaitan
dengan rotator cuff pathology.
b. Internal Impingement
1) Radiologi Foto Polos / CT-Scan
Pemeriksaan Foto Polos ataupun CT-Scan digunakan untuk melihat
kemungkinan adanya kelainan pada tulang – tulang bahu. Yang jadi
khas kasus ini pada pemeriksaan Foto Polos / CT-Scan adalah
ditemukan gambaran Bennett lesion. Bennett lession adalah
gambaran mineralisasi / eksostosis (pertumbuhan tulang baru jinak
di atas tulang normal) pada glenoid posterior inferior. Biasanya
gambaran ditemukan saat pengambilan foto pada posisi AP view /
axillary view.
2) MR Arthrography
Pemeriksaan MR Arthrography pada Internal Impingement bertujuan
untuk melihat adanya gambaran PASTA lesion dan SLAP lesion.
PASTA (Partial Articular surface Supraspinatus Tendon Avulsion)
lesion adalah suatu kejadian putusnya secara parsial tendon
supraspinatus pada bagian sisi artikular. SLAP (Superior Labrum
tear Anterior to Posterior of the biceps root) lesion adalah suatu
kejadian putusnya labrum glenoid pada bagian atas.
25
c. Subcoracoid Impingement
1) Radiologi Foto Polos / CT-Scan
Pemeriksaan Foto Polos ataupun CT-Scan pada kasus Subcoracoid
Impingement digunakan untuk melihat jarak antara coracoid dengan
humerus (coracohumeral distance). Pengambilan foto dilakukan
dengan posisi tangan pasien yang diperiksa ditempelkan /
disebrangkan ke dada pasien. Normalnya, coracohumeral distance
sebesar 8.7 mm pada posisi adduksi, sedangkan pada posisi fleksi
sebesar 6.7 mm. Pada kasus ini, akan ditemukan coracohumeral
distance sebesar < 6 mm.
26
2) MRI
MRI juga merupakan modalitas pilihan lain imaging sebagai
pemeriksaan penunjang untuk Subcoracoid Impingement. MRI
digunakan untuk melihat adanya kaitan dengan rotator cuff
pathology. Hasil temuan MRI pada kasus ini berupa dua hal, yaitu:
Increased signal in subscapularis
27
H. Tatalaksana
1. Konservatif
Pasien-pasien yang datang dengan keluhan shoulder pain dan terbukti
mengalami Shoulder Impingement Syndrome perlu diedukasi untuk diberikan
terapi konservatif terlebih dahulu sebagai terapi lini pertama. Terapi
konservatif meliputi physical therapy, konsumsi obat NSAID, dan injeksi
subacromial. Beberapa literatur menyebutkan bisa juga dengan melakukan
kompresi dengan es.
Physical therapy diketahui memberikan hasil yang cukup baik pada
beberapa penelitian. Terapi ini difokuskan pada penguatan rotator cuff
terutama pada otot supraspinatus, infraspinatus, trapezius, dan serratus
anterior. Terapi ini juga berfokus untuk mencegah terjadinya scapular
dyskinesia. Telah diketahui juga bahwa terapi ini bila dikombinasikan dengan
terapi konservatif lainnya akan memberikan hasil yang sangat baik jika
dibandingkan dengan terapi sendirian. Beberapa jenis latihan terapi fisik bisa
dilakukan.
28
Akan lebih baik jika proses injeksi dilakukan dengan bantuan USG
(ultrasound-guided injection).
I. Komplikasi
Dikarenakan penyebab yang mendasari dari Shoulder Impingement
Syndrome, komplikasi bisa berkembang menjadi kerusakan secara struktural di
subacromial space, perubahan biomekanik, atau menghindari penggunaan yang
berujung pada atrofi. Patologi yang mungkin berpotensial muncul menjadi
komplikasi dari Shoulder Impingement Syndrome adalah:
1. Rotator Cuff Disease
Rotator Cuff Disease ini merupakan kelanjutan dari Impingement
Syndrome dan akan berprogresi menjadi partial tear, full thickness tear, dan
massive tear, yang berujung menjadi Rotator Cuff Tear Arthropathy.
Rotator Cuff Tear berhubungan dengan Chronic Impingement Syndrome
yang biasanya dimulai dari permukaan bursa atau tendon itu sendiri. Apabila
ruptur / putusnya rotator cuff ini berada di sisi yang dekat dengan bursa akan
menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
31
J. Prognosis
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa apabila terdapat pasien datang
dengan keluhan shoulder pain dan terbukti mengalami Shoulder Impingement
Syndrome maka edukasi untuk diberikan terapi konservatif terlebih dahulu.
Apabila pasien telah melakukan terapi konservatif yang diberikan seperti physical
terapi, NSAID, injeksi kortikosteroid maka bisa memberikan perbaikan bahu
sekitar beberapa minggu hingga beberapa bulan. Sekitar 60% yang melakukan
terapi konservatif dilaporkan menghasilkan hasil yang memuaskan sekitar dua
tahun. Jika pasien mengeluhkan dengan terapi konservatif tidak membaik, maka
bisa dipertimbangkan terapi operatif.
BAB III
KESIMPULAN
33
34
Bain, Gregory I., Eiji Itoi, Giovanni Di Giacomo, and Hiroyuki Sugaya, eds.
2015. Normal and Pathological Anatomy of the Shoulder. Berlin,
Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. https://doi.org/10.1007/978-3-
662-45719-1.
Creech, Julie A., and Sabrina Silver. 2021. “Shoulder Impingement Syndrome.”
In StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554518/.
“Internal Impingement - Shoulder & Elbow - Orthobullets.” n.d. Accessed July
13, 2021. https://www.orthobullets.com/shoulder-and-
elbow/3054/internal-impingement.
Miller, Mark D, and Stephen R Thompson. n.d. “Miller’s Review of
Orthopaedics,” 2392.
nabil ebraheim. n.d. Coracoid, Conoid, Coronoid - Everything You Need To
Know - Dr. Nabil Ebraheim. Accessed July 13, 2021a.
https://www.youtube.com/watch?v=cCxRcqCtikw&t=168s.
———. n.d. Internal Impingement of the Shoulder- Everything You Need To
Know - Dr. Nabil Ebraheim. Accessed July 13, 2021b.
https://www.youtube.com/watch?v=UzeGuzJJGlo&t=91s.
———. n.d. Shoulder Impingement Syndrome - Everything You Need To Know -
Dr. Nabil Ebraheim. Accessed July 13, 2021c.
https://www.youtube.com/watch?v=o3bIGZijKzY&t=363s.
______. n.d. Shoulder Impingement Syndrome Handout. in The Portland Clinic
Journal. Sports Injury Medicine Department.
Orthopedic Tutor. n.d. Shoulder Impingement - Subcoracoid Impingement.
Accessed July 13, 2021. https://www.youtube.com/watch?
v=f3KmREkp7yk&t=339s.
Santausa, Febrian Mulya. 2018. “Injeksi Steroid sebagai Tatalaksana Awal Nyeri
pada Shoulder Impingement Syndrome: Laporan Kasus Berbasis Bukti” 45
(5): 4.
Solomon, David Warwick, and Selvadurai Nayagam. 2010. “Apley’s System of
Orthopaedics and Fracture Ninth Edition,” 993.
“Subacromial Impingement - Shoulder & Elbow - Orthobullets.” n.d. Accessed
July 13, 2021. https://www.orthobullets.com/shoulder-and-
elbow/3041/subacromial-impingement.
36
37