Anda di halaman 1dari 13

3.

1 Articulatio Coxae

3.1.1 Anatomi

Tulang-tulang tungkai atas terdiri dari os femur dan patella atau tempurung lutut. Di atas,
femur bersendi dengan acetabulum untuk membentuk articulatio coxae dan dibawah dengan
tibia dan patella untuk membentuk articulation genu. Ujung atas femur memiliki caput,
collum, trochanter major dan trochanter minor. Caput membentuk kira – kira dua pertiga
bulatan dengan acetabulum os coxae untuk membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput
terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu untuk tempat perlengketan dari
ligamentum capitis femoris. Sebagian perdarahan untuk caput femoris dari arteria oburatoria
dihantarkan melalui ligamentum ini dan memasuki tulang melalui fovea capitis. Collum, yang
menghubungkan caput dengan corpus, berjalan kebawah, belakang, dan lateral dan
membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada perempuan lebih kecil) dengan sumbu
panjang corpus femoris.
Articulatio coxae adalah persendian di antara caput femoris yang berbentuk setengah
lingkaran dengan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk. Articulatio coxae juga
disebut sendi synovial “ ball and socket”. Konfigurasi sendi yang sedemikian ini
memungkinkan sendi tersebut mempunyai kelebihan dalam stabilitas weight bearing
sekaligus kebebasan pergerakan.

3.1.2 Capsula

Capsula membungkus sendi dan melekat di medial pada labrum acetabula. Di lateral, ke
depan melekat pada linea intertrochanterica femoris dan ke belakang setengah permukaan
posterior collum femoris. Pada perlekatannya di depan, yaitu pada linea intertrochanterica,
beberapa serabutnya yang dikuti oleh pembuluh darah melipat ke atas sepanjang collum femoris
sebagai sebuah pita, yang retinacula. Pembuluh darah ini mendarahi caput dan collum femoris.

3.1.3 Membrana Syinovial


Selaput ini melapisi capsula dan melekat pada pinggir facies articularis. Selaput ini
meliputi bagian collum femoris yang terletak di dalam simpai sendi dan membungkus
ligamentum capitis femoris serta meliputi bantalan lemak yang terdapat di dalam fossa acetabuli.
Kantong membrana synovialis sering menonjol keluar melalui celah yang ada pada dinding
anterior ansula di antara ligamentum pubofemorale.

3.1.4 Ligamen

Ligamen anterior lebih kuat daripada ligamentum posterior. Pada bagian anterior terdapat
dua buah ligamentum yaitu, ligamentum Iliofemoralis dan ligamentum Pubofemoralis,
sedangkan bagian posterior terdapat sebuah ligamnetum Iskiofemoralis.
Ligamentum iliofemorale adalah sebuah ligamentum yang kuat dan berbentuk seperti
huruf Y terbalik. Dasarnya, di sebelah atas melekat pada spina iliaca anterior inferior, di
bawah kedua lengan Y melekat pada bagian atas dan bawah linea intertrochanterica femoris.
Ligamentum yang kuat ini mencegah ekstensi berlebihan selama berdiri.
Ligamentum pubofemorale berbentuk segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus
superior ossis pubis, dan apex melekat di bawah pada bagian bawah linea intertrochanterica.
Ligamentum ini membatasi gerakan ekstensi dan abduksi.
Ligamentum ischiofemorale berbentuk spiral dan melekat pada corpus ossis ischii dekat
margo acetabula. Serabut-serabut berjalan ke atas dan lateral dan melekat pada trochanter
major. Ligamentum ini membatasi ekstensi
Ligmentum transversum acetabuli dibentuk oleh labrum acetabuli sewaktu
menghubungkan incisura acetabula . Ligamentum ini mengubah incisura menjadi terowongan
yang dilalui oleh pembuluh darah dan saraf yang memasuki sendi.
Ligamentum capitis femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat
melalui puncaknyapada lubang yang ada di caput femoris (fovea capitis) dan melalui dasarnya
pada ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak di
dalam sendi dan dibungkus oleh membrana synovialis.

3.1.5 Vaskularisasi

Femur diperdarahi oleh arteria femoralis. Arteri femoralis sampai ditungkai atas dengan
berjalan di belakang ligamentum inguinale, sebagai lanjutan dari A. liaca externa. Disini, arteria
terletak di pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan symphisis pubis. A. Femoralis
merupakan pembuluh nadi utama untuk membrum inferius. Arteria ini berjalan ke bawah hampir
vertical ke arah tuberculum adductor magnus (hiatus adductorius) dengan memasuki spatium
poplitea sebagai A. Poplitea.

Batas-batas:
 Anterior: pada bagian atas perjalanannya A. Femoralis terletak superficial dan ditutup
oleh kulit dan fascia. Pada bagian bawah perjalanannya a. Femoralis berjalan di belakang
M.Sartorius
 Posterior: A. Femoralis terletak di atas M. Psoas, yang memisahkannya dari articulatio
coxae, M. Pectineus, dan M. Adductor longus. Vena femoralis terletak diantara A.
Femoralis dan M. Adductor longus
 Medial:berbatas dengan V. Femoralis pada bagian atas perjalanannya
 Lateral: N. Femoralis dan cabang-cabangnya

Cabang-cabang:

 A. Circumflexa ilium superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan ke atas ke
regio spina iliaca anterior superior
 A. Epigastrica superficialis adalah sebuah cabang kcil yang menyilang ligamentum
inguinale dan berjalan ke regio umbilicus
 A. Pudenda externa superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan
ke medial untuk mempersyarafi kulit scrotum (labium majus)
 A. Pudenda externa profunda berjalan ke medial dan mempersyarafi kulit scrotum
(labium majus)
 A. Profunda femoris adalah sebuah cabang besar dan penting yang muncul dari sisi
lateral A.Femoralis kira-kira 1,5 inchi (4 cm) di bawah ligamentum inguinale. Arteria ini
berjalan ke medial di belakang A. Femoralis dan masuk ke dalam ruang medial fascia
tungkai bawah. Arteria ini berakhir sebagai A. Perforans IV.Pada pangkalnya, arteria ini
mempercabangkan A. Cireumflexa femoris medialis dan A. Cireumfless femoris leterslis
dan dalam perjalanannya mempercabangkan 3 buah aa. Perfonmiles A. Circumflexa
femoris medialis, berjalan ke belakang di antara otot-otot yang membentuk dasar
trigonum femorale dan memberikan cabang-cabang musculares di ruang fascial medial
tungkai atas, arteri ini ikut serta membentuk anstomosis crucintum. A. Cireumflexa
femoris Ieteralis berjalan ke lateral di antara cabang cabang terminal n Femoralis. Arteri
ini bercabang-cabang untuk mendarahi otot-otot di daerah ini dan ikut serta membentuk
anstomisis cruciatum an. Perforantes 1, 11, 11 berasal dari cabang a. Profundus femoris;
an perforanies IV merupakan bagian terminal dari a. Profundus femoris. An. Perforantes
berjalan ke belakang, menembus berbagai lapisan otot dan berakhir dengan anastomosis
bersama a Glunes inferior dan a. Circumflexa femoris di stas, serta rami musculares a
poplites di bawah.
 A. Genic ularis descendens adalah cabang kecil yang dipercabangkan dari A. Femoralis
dekat ujung akhimya. Arteria ini membantu mendarahi articulatio genu.

Vena Femoralis
Vena femoralis masuk tungkai atas dengan berjalan melalui hiatus m. Di adductor
magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea. Vena ini berjalan ke atas melalui tungkai atas,
awalnya di sisi lateral a.Femoralis, kemudian di sebelah posterior, dan akhimya di sisi medianya
Pembuluh ini meninggalkan tungkai atas pada ruang intermedia dari vagina femoralis dan
berjalan di belakang ligamentum inguinale untuk berlanjut scbagai v. lliaca externa, Cabang-
cabang vena femoralis adalah vena sephena magia, dan vena yang bersesuaian cabang-cabang .
Femoralis. Vena circumflexa ilim superficialis, vena epigastrica superficialis, dan vv, Pudendae
externae bermuara ke vena saphena magna.

Caput femoralis mendapat perdarahan dari percabangan dari :


1. Extracapsuler arterial ring: Extracapsular arterial ring terdiri dari cabang arteri circumflexa
femoralis lateral ascenden dan arteri circumflexa femoralis medial ascenden.
2. Cabang arteri cervical ascenden
3. Subsynovial intracapsuler
4. Arteri ligamentum teres : berasal dari arteri obturatoria

3.1.6 Persyarafan
n. femoralis merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis (1.2,34) Saraf ini keluar dari
pinggir lateral m. Psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah di dalam celah antara m. Psoas
dan m. Iliacus. Saraf ini terletak di belakang fascia iliaca dan memasuki tungkai atas di lateral a.
Femoralis vagina femoralis, di belakang ligamentum inguinale 1,5 inchi (4cm) distal dari
ligamentum inguinale, saraf ini berakhir dengan bercabang 2 dalam divisi anterior dan divisi
posterior n. Femoralis mempersyarafi scluruh otot di ruang anterior tungkai atas. N. Femoralis
tidak berada di dalam selubung femoralis saat memasuki tungkai atas.

Cabang-cabang:
 Divisi anterior memberikan 2 cabang kulit dan 2 cabang otot. Cabang kulit yaitu n.
Cutaneus femoris medialis dan n. Cutaneus femoris intermedius yang masing-masing
mempersyarafi kulit permukaan medial dan anterior tungkai atas. Cabang-cabang otot
mempersyarafi m. Sartorius dan m.pectineus
 Divisi posterior memberikan 1 cabang kulit n. Saphenus dan cabang- cabang ke otot ke
m. Quadriceps femoris. N. Saphenus berjalan ke bawah dan medial dan menyilangi a.
Femoralis dari sisi lateral ke medialnya.Saraf ini muncul dari sisi medial lufut di antara
tendo-tendo dari m.Sartorius dan m. Gracilis. Kemudian saraf ini berjalan turun pada
sisimedial tungkai bersama dengan v. Saphena magna. N. Saphenus berjalandi depan
malleolus medialis dan sepanjang sisi medial kaki, dan saraf iniakan berakhir pada daerah
ibu jari kaki.
 Ramus muscularis ke m. Rectus femoris juga mempersyarafi articulation coxae; cabang-
cabang untuk ketiga mm. Vasti juga mempersyarafari aticulatio genu.

3.2 Total hip replacement ( Artoplasti )

3.2.1 Definisi

Total hip replacement adalah penggantian sendi panggul yang rusak melalui pembedahan dengan
sendi panggul prostetis. Penggantian sendi total dengan prostesis untuk memberikan stabilitas dan
gerakan yang dilakukan pada penderita penyakit atau trauma sendi. 1

3.2.2 Tujuan

Tujuan dari penggantian sendi panggul ini adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan
pergerakan sendi panggul, mengganti sendi panggul yang mengalami kerusakan, memperbaiki
jaringan lunak disekitarnya, dan meningkatkan kemampuan sendi panggul secara fungsional
(Beagen, 2010)

3.2.3 Etiologi

Total hip replacement dapat digunakan dengan indikasi kerusakan sendi hip kronik dan
kecacatan yang berhubungan dengan :

 Osteoartritis (OA). Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan
kekakuan pada sendi. 2 Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya
degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang
subkondral, perubahan pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas
berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas.

 Rheumatoid arthritis (RA). Penyakit autoimun di mana membran sinovial menjadi


meradang dan menebal. menghasilkan cairan sinovial terlalu sedikit, peradangan kronis
ini dapat merusak tulang rawan, menyebabkan rasa sakit dan kaku.
 Post-traumatic arthritis. Trauma arthritis dapat menjadi cedera serius atau patah tulang
pinggul.Tulang rawan artikular menjadi rusak dari waktu ke waktu, menyebabkan rasa
sakit pinggul dan kekakuan.

 Avascular necrosis (AVN). Cedera pada pinggul, seperti dislokasi atau fraktur, dapat
membatasi suplai darah ke kepala femoral. Hal Ini disebut nekrosis avaskular
(osteonekrosis). Pada keadaan ini kekurangan darah dapat menyebabkan permukaan
tulang runtuh, dan artritis akan terjadi.

 Childhood hip disease. Beberapa bayi dan anak-anak memiliki masalah pinggul.
Meskipun masalah tersebut berhasil diobati selama masa kanak-kanak, beberapa masih
menyebabkan radang sendi di kemudian hari, keadaan ini terjadi karena pinggul mungkin
tidak tumbuh secara normal, dan berpengaruh terhadap permukaan sendi.
3.2.4 Indikasi dan kontraindikasi pembedahan

Indikasi untuk dilakukan tindakan Total hip replacement, yaitu :

1. Rasa nyeri
Nyeri merupakan indikasi utama untuk penggantian panggul , dimana nyeri biasanya
terletak di bokong dan selakangan. Nyeri kadang-kadang sampai ke paha maupun lutut.
Nyeri biasanya digambarkan sebagai nyeri tumpul yang sulit dilokalisasi. Aktivitas
memperparah rasa sakit, peningkatan aktivitas di siang hari dapat diikuti dengan rasa
sakit yang berkelanjutan dimalam hari.
2. Keterbatasan fungsional
Pada osteoartritis, keterbatasan fungsional biasanya dikaitkan dengan nyeri tetapi jarang
merupakan indikasi untuk penggantian hip. Rasa sakit timbul ketika berjalan dan menaiki
tangga. Kontraksi kapsul dan kelainan bentuk sendi menyebabkan penurunan pergerakan
di pinggul, yang biasanya menyebabkan pasien mengeluh masalah mengenakan sepatu
dan kaus kaki. Keterbatasan fungsional biasanya lebih parah pada pasien dengan
inflamasi artritis. Perbaikan fungsional dapat diprediksi secara pasti pada pasien dengan
osteoartritis dan artritis reumatoid setelah penggantian pinggul total.
3. Kekakuan
Ada beberapa subkelompok pasien mengalami kekakuan sendi tanpa nyeri pinggul
merupakan indikasi untuk operasi. Pada ankylosis, dapat menyebabkan pasien dengan
ketidakmampuan fungsional yang luar biasa tanpa adanya rasa sakit. Pinggul umumnya
memadukan fleksion, yang bergabung dengan tulang belakang torakolumbalis yang kaku
berkontribusi menjadi postur bungkuk. Hal ini dapat membuat penderita sulit beraktifitas
dan jika bergerak sering membutuhkan alat bantu berjalan.
4. Usia
Sebagian besar penggantian pinggul dilakukan pada pasien antara 60 dan 80 tahun, usia
yang lebih tua atau lebih muda bukanlah kontraindikasi untuk operasi. Penggantian
pinggul kadang-kadang dilakukan pada pasien di usia remaja dan dibawah dua puluh
tahun. Pada kelompok usia ini, indikasi yang paling berhasil adalah meredakan nyeri dan
meningkatkan fungsi pada peradangan sendi pada masa kanak-kanak (artritis juvenile).
5. Perubahan sendi pada radiografi
Biasanya pada artitis sendi mengalami perubahan pada saat pengambilan gambar
menggunakan radografi tetapi tidak selalu mencerminkan keparahan kecacatan pasien.
Namun keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat berdasarkan keparahan gejala
bukan keparahan perubahan radiografi. Kadang-kadang, khususnya pada osteoartritis
yang terkait dengan respons peradangan yang lebih jelas, terdapat perubahan radiografi
ringan pada sendi panggul dengan gejala yang parah.

Kontraindikasi untuk dilakukannya Total hip replacement salah satunya adalah infeksi
bakteri pada sendi panggul atau pada lokasi disekitar panggul, infeksi bakteri ditempat jauh
seperti pada rongga mulut, pasien dengan keterbelakangan fisik dan mental, pemyakit demensia.
3.2.5 komponen tulang pinggul buatan (artificial hip joint)

Komponen sambungan tulang pinggul buatan terdiri dari sistem acetabular dan femoral.
Dalam acetabular terdiri dari komponen acetabular shell dan acetabular liner, sedangkan pada
femoral terdiri dari komponen femoral head dan femoral stem.

Acetabular Shell adalah bagian terluar dari total hip joint replacement sebagai metal cup
yang menempel pada acetabulum (bagian tulang dari pelvis), bagian permukaan luar acetabular
shell terdapat porous (permukaan kasar yang mirip jarring-jaring) fungsinya adalah merangsang
tulang agar tumbuh dan merekat pada acetabular shell secara alami, sebagai penguat acetabular
shell di tanam baut kedalam tulang pelvis secara permanen.

Acetabular liner adalah untuk menopang femoral head yang direkatkan/diikat menempel
pada acetabular shell. Femoral head merupakan implant pengganti bonggol tulang femur yang
telah dinyatakan secara medis tidak berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena
penyakit atau sebab lainnya.

Desain geometri acetabular liner untuk total hip joint replacement dengan menggunakan
bahan Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) (polymer on metal),
memungkinkan konstruksi total hip joint replacement menjadi lebih ringan dibandingkan dengan
konstruksi metal on metal hip joint replacement yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini.
Kombinasi ini telah teruji memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi
material metal on metal.
Femoral Stem adalah komponen stem untuk total hip joint replacement yang digunakan
untuk menggantikan kepala femur yang rusak dan telah dipotong/ dibuang. Fungsi Femoral Stem
memberikan dudukan pada femoral head yang menggantikan fungsi kerja kepala femur yang
telah hilang melalui proses operasi medis.

3.2.6 Cemented Total hip arthroplasty

Bahan cement yang digunakan dalam tindakan total hip arthroplasty adalah
polymethylmethacrylate yang digunakan untuk memfiksasi prosthesis dengan tulang tanpa sifat
perekat. Semen yang mengelilingi prostesis ini bersifat mengisis celah-celah di dalam tulang dan
kemudian setelah kering prostesis akan terfiksasi dengan sendiri. Beberapa dokter bedah
memasukkan antibiotik profilaksis didalam semen tersebut untuk mengurangi infeksi post
operatif. Namun beberapa dokter bedah berpendapat bahwa antibiotik dapat melemahkan
kandungan semen dan dapat meningkatkan resistensi. Masalah yang sering dihadapi pada
cemented total hip arthroplasty adalah prostesis yang longgar diakibatkan osteolisis. Osteolisis
ini disebabkan karena reaksi fagositosis dari logam, partikel semen, dan prostesis oleh makrofag
dengan resorpsi tulang sendiri.

3.2.7 Uncemented Total hip arthroplasty

Uncemented Total hip arthroplasty dikembangkan untuk merespon bahwa yang paling
berperan dalam proses osteolisis dan kelonggaran cemented total hip arthroplasty adalah partikel
dari semen. Pada prinsipnya prosteosis yang dikembangkan dalam tindakan ini adalah fiksasi
tanpa semen dengan mengandalkan pertumbuhan tulang femur itu sendiri. Maka dari teknik ini
sering disebut juga teknik press-fit. Teknik ini ditujukan terutama pada pasien yang berusia
dewasa muda. Uncemented Total hip arthroplasty memerlukan ketelitian yang besar daripada
teknik cemented karena prostesis harus benar-benar terfiksasi menempel langsung pada tulang
femur. Tulang yang tumbuh kedalam pori-pori dari prostesis akan dimulai 6-12 minggu setelah
implantasi. Pada beberapa penelitian menyatakan bahwa teknik uncemented maupun cemented
memberikan hasil kesuksesan terapi yang hampir sama, namun derajat pasca operasi cemented
THA lebih rendah daripada uncemented THA.

3.2.8 Prosedur pembedahan

Prosedur pembedahannya yang pertama adalah insisi lateral paha untuk dapat melhat
sendi panggul. Setelah masuk ke sendi panggul, dokter bedah melepas caput dan collum femur
dari asetabulum. Komponen tempurung buatan acetabulum dimasukkan kea rah proksimal untuk
memperbesar ruang asetabulum itu sendiri. Dengan menggunakan bor khusus, corpus femur
dibentuk seperti kanan agar prostesis stem bisa dimasukkan. Pada uncemented stem prostesis
langsung dimasukkan ke dalam kanalis femoralis dibuat seikit lebih besar dari stem tujuannya
agar semen bisa melekat antara stem dengan tulang paha. Bola logam sebagai pengganti caput
femur diletakkan pada acetabulum setelah pinggul buatan direlokasi sekaligus dipastikan apakah
pinggul dan paha dapat bekerja dengan baik. Dokter bedah menutup bekas insisi dengan jahitan
kemudian pasien bisa dipindah ke ruang pemulihan.
3.2.9 Pemulihan pasca operasi

Keberhasilan operasi akan sangat tergantung pada seberapa baik pasien mengikuti instruksi
dokter bedah ortopedi mengenai perawatan di rumah selama beberapa minggu pertama setelah operasi.
Pemuliahan pasca operasi dapat berupa :

 Perawatan Luka. Pasien mungkin memiliki jahitan atau staples di sepanjang luka atau jahitan di
bawah kulit. Jahitan atau staples akan dilepas sekitar 2 minggu setelah operasi. Hindari
membasahi luka sampai benar-benar tertutup dan kering. Pasien dapat terus membalut luka untuk
mencegah iritasi.
 Diet. Kehilangan nafsu makan sering terjadi selama beberapa minggu setelah operasi. Diet
seimbang, seringkali dengan suplemen zat besi, penting untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan dan mengembalikan kekuatan otot serta minum banyak cairan.
 Aktivitas. Olahraga adalah komponen penting dari perawatan di rumah, terutama selama
beberapa minggu pertama setelah operasi. Pasien dapat melanjutkan aktivitas ringan paling
normal dari kehidupan sehari-hari dalam waktu 3 hingga 6 minggu setelah operasi. Beberapa
ketidaknyamanan dengan aktivitas dan pada malam hari sering terjadi selama beberapa minggu.

Program kegiatan harus mencakup:


 Program jalan kaki bertahap untuk perlahan-lahan meningkatkan mobilitas,
 Melanjutkan kegiatan normal rumah tangga lainnya, seperti duduk, berdiri, dan menaiki tangga
 Latihan khusus beberapa kali sehari untuk mengembalikan gerakan dan menguatkan pinggul ,
dapat melakukan latihan tanpa bantuan, tetapi mungkin memiliki terapis fisik yang membantu di
rumah atau di pusat terapi beberapa minggu pertama setelah operasi.

.2.10 Komplikasi
Tingkat komplikasi setelah operasi penggantian pinggul rendah. Komplikasi serius, seperti infeksi
sendi, terjadi pada kurang dari 2% pasien. Komplikasi medis utama, seperti serangan jantung atau
stroke, terjadi bahkan lebih jarang. Namun, penyakit kronis dapat meningkatkan potensi
komplikasi. Meskipun komplikasi jarang terjadi, ketika komplikasi ini terjadi dapat
memperpanjang atau membatasi pemulihan secara penuh. Dimana komplikasi yang dapat terjadi
yaitu :

 Infeksi
Infeksi dapat terjadi secara dangkal pada luka atau jauh di sekitar prostesis. Ini mungkin
terjadi saat di rumah sakit atau setelah pulang. Bahkan mungkin terjadi bertahun-tahun
kemudian.Infeksi kecil pada luka umumnya diobati dengan antibiotik. Infeksi mayor atau dalam
mungkin memerlukan operasi dan pengangkatan protesa.

 Blood clots
Gumpalan darah di vena kaki atau panggul adalah salah satu komplikasi paling umum dari
operasi penggantian pinggul. Gumpalan-gumpalan ini bisa mengancam jiwa perjalanan sampai ke
paru-paru. Cara mencegah hal ini dengan obat pengencer darah, pemasangan draine, penutup kaki
karet, latihan pompa pergelangan kaki, dan mobilisasi dini.
 Deep vein thrombosis
Gumpalan darah dapat terbentuk di salah satu vena dalam tubuh.Sementara gumpalan darah
dapat terjadi di setiap vena dalam, mereka paling sering terbentuk di vena panggul, betis, atau
paha.

 Ketimpangan panjang kaki


Kadang-kadang setelah penggantian pinggul, satu kaki mungkin terasa lebih panjang atau lebih
pendek dari yang lain.

 Dislokasi
Dislokasi implan pinggul. Hal ini terjadi ketika bola keluar dari soket. Risiko dislokasi paling
besar dalam beberapa bulan pertama setelah operasi sementara jaringannya sedang sembuh.
Dislokasi jarang terjadi. Jika bola keluar dari soket, reduksi tertutup biasanya dapat
mengembalikannya tanpa perlu operasi lagi. Dalam situasi di mana pinggul terus terkilir, operasi
lebih lanjut mungkin diperlukan.

 Komplikasi Lainnya
Saraf dan cedera pembuluh darah, perdarahan, fraktur, dan kekakuan dapat terjadi. Pada sejumlah
kecil pasien, beberapa nyeri dapat berlanjut atau nyeri baru dapat terjadi setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai