Definisi
Orthosis merupakan alat bantu eksternal yang digunakan untuk memodifikasi struktur dan
karakteristik fungsional sistem neuromuskuloskeletal. Peresepan Orthosis adalah prosedur/
tindakan penilaian gangguan dan penentuan/penetapan jenis orthosis. Evaluasi orthosis
adalah tindakan evaluasi ketepatan dan kenyamanan orthosis yang telah diresepkan.
Tujuan
• Proteksi: menyediakan gaya kompresi dan traksi yang terkontrol, melindungi
bagian tubuh yang cedera. Membatasi dan mencegah gerakan sendi untuk koreksi
kesegarisan, mencegah deformitas, stabilisasi jaringan dan mempercepat
penyembuhan jaringan lunak dan tulang.
• Koreksi: membantu koreksi keterbatasan gerak sendi dan subluksasi sendi atau
tendon, membantu mencegah dan mengurangi deformitas.
• Membantu fungsi: dengan cara mengkompensasi deformitas, kelemahan otot atau
meningkatkan tonus otot.
Indikasi
Semua gangguan fisik yang memerlukan orthosis, dengan tujuan:
1. Koreksi deformitas
2. Stabilisasi
3. Proteksi, misal: fraktur
4. Meningkatkan fungsi
Kontra Indikasi
1. Alergi terhadap bahan orthosis
2. Terdapat luka
Efek Samping
1. Peningkatan energy expenditure pada pemakaian material yang berat
2. Rasa tidak nyaman
3. Reaksi alergi terhadap bahan orthosis
Persiapan Alat dan Bahan
1. Formulir resep
2. Formulir check out
Persiapan pasien
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan, manfaat, efek samping dan
komplikasi penggunaan orthosis
2. Menjelaskan tahapan pelaksanaan
Durasi
15-20 menit
Daftar Pustaka
1. Wirawan RP, Wahyuni LK, Hamzah Z; Asesmen dan Prosedur Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi. Jakarta: PERDOSRI; 2012.
2. Norbury JW, Tilley E, Moore DP. Spinal Orthoses dalam Cifu DX, Kaelin DL,
Kowalske KJ, Lew HL, Miller MA, Ragnarsson K et al, editor. Braddom’s Physical
Medicine & Rehabilitation. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier; 2016. h. 275-287.
3. Pomerantz F, Durand E. Spinal Orthosis dalam: Frontera WR, DeLisa JA, Gans
BM, Walsh NE, Robins LR et al, editor. DeLisa’s Physical Medicine &
Rehabilitation. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2010. h.
2081-2095.
4. Kelly BM, Patel AT, Dodge CV. Upper Limb Orthoses dalam Cifu DX, Kaelin DL,
Kowalske KJ, Lew HL, Miller MA, Ragnarsson K et al, editor. Braddom’s Physical
Medicine & Rehabilitation. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier; 2016. h. 225-248.
5. Uustal H. Upper Limb Orthotics dalam: Frontera WR, DeLisa JA, Gans BM, Walsh
NE, Robins LR et al, editor. DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation. Edisi
ke-5. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2010. h. 2051-2061.
6. Hennessey WJ, Uustal H. Lower Limb Orthoses dalam Cifu DX, Kaelin DL,
Kowalske KJ, Lew HL, Miller MA, Ragnarsson K et al, editor. Braddom’s Physical
Medicine & Rehabilitation. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier; 2016. h. 249-274.
7. Esquenazi. A. Lower Extremity Orthotics, Shoes, and Gait Aids dalam: Frontera
WR, DeLisa JA, Gans BM, Walsh NE, Robins LR et al, editor. DeLisa’s Physical
Medicine & Rehabilitation. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins; 2010. h. 2063-2080.
8. Scrub Notes Medical Blog: Tips For Med Students; Pope’s Blessing vs Claw hand;
http://www.scrubnotes.com/2008/02/popes-blessing-vs-claw-hand.html
9. Splinting for Radial Nerve Palsy,
http://handlab.com/articles/radial_palsy_splint.pdf
10. Tan, JC. Practical Manual of Physical Medicine and Rehabilitation, Mosby, 1998.
h. 178-228
LAMPIRAN 1
f. Rotary Control
Apakah cukup ruang gerak antara brace dan axilla?
g. Abdominal Support
• Apakah ukurannya cukup besar? Tinggi yang sebaiknya adalah ½ inci di bawah Proc.
• Xiphoideus sampai ½ inci di atas simfisis pubis.
• Apakah batas posterior-inferior tepat pada puncak daerah bokong? Pada wanita
dengan lordosis letaknya dapat sedikit di bawah puncak gluteal agar dapat lebih
nyaman dipakai.