Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA Tn.M (43Thn) DENGAN TRAUMA SERVIKAL DAN MEDULA SPINALIS

di RSUD RADEN MATTAHER.

Dosen Pengampu : Ns. Amrih Widiati, M.Kep

Disusun oleh : KELOMPOK II

1. Nur Hasan Bayu 1807118


2. Selgia Siahaya 1807148

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEMARANG
2019

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Trauma Servikal Dan Medula Spinalis

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis
terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7.
Apabila cidera pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma
servikal, dimana trauma servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang
servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau
frakutur vertebra servikalis dan ditandai kompresi pada medulla spinal daerah
servikal (Muttaqin, 2011).
Spinal Cord Injury (SCI) adalah cidera yang terjadi karena trauma spinal cord
atau tekanan pada spinal cord karena kecelakaan. Trauma pada tulang belakang
(spinal cors injury) adalah cedera yang mengenai servikal, vertebralis, dan
lumbalis dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang (Mutttaqin, 2008).

2. Etiologi
Penyebab dari cedera medulla spinalis servikal menurut Batticaca (2008),
antara lain:
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian
c. Kecelakaan sebab olahraga (penunggang kuda, pemain sepak bola,
penyelam, dll
d. Luka jejas, tajam, tembak, pada daerah vertebra
e. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.

Menurut Ducker dan Perrot dalam dr. Iskandar Japardi (2002), melaporkan :
a. 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas
b. 20% jatuh
c. 40% luka tembak, olahraga, kecelakaan kerja
3. Klasifikasi
Menurut Yefta D. Bastian, dapat dibedakan menjadi :
a. Whiplash Injury : akibat strain atau sprain pada segmen servikal.
Disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b. Fraktur Kompresi (Wedge) : karena gaya vertical di depan garis tengah
vertebra yang menekan tepi anterior vertebra. Sering terjadi pada
torakolumbal. Pada lansia dikarenakan akibat jatuh terduduk sedangkan
pada usia mudah akibat jatuh mendarat pada kaki.
c. Burst Fracture : karena kompresi aksial dari bagian anterior vertebra.
Bagian-bagian tepi vertebra terdoromg keluar, materi diskus dapar terdorong
ke korpus vertebra atau ke kanal spinal sehingga sering disertai kerusakan
neurologis karena pergeseran korpus vertebra atau fragmennya ke belakang.
d. Fraktur Distraksi : deselerasi cepat pada kecelakaan lalu lintas akan
melembar korban ke depan sehingga tubuh akan tertekan pada sabuk
pengamanan yang mengakibatkan fraktur korpus vertebra dan dapat terjadi
displacement berat.
e. Fraktur Dislokasi : kombinasi gaya fleksi, kompresi dan rotasi yang
mengakibatkan fraktur korpus vertebra, fraktur pledikel dan dislokasi sendi
faset yang menyebabkan paraplegia atau tetraplegia.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan apakah
trauma terjadi secara parsial atau total. Berikut ini adalah manifestasi berdasarkan
lokasi trauma:
a. Antara C1 sampai C5 Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien
meninggal
b. Antara C5 dan C6 Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan
fleksi siku yang lemah; kehilangan refleks brachioradialis.
c. Antara C6 dan C7 Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan
bahu dan fleksi siku masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep.
d. Antara C7 dan C8 Paralisis kaki dan tangan
e. C8 sampai T1 Horner’s syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis),
paralisis kaki.
f. Antara T11 dan T12 Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut
g. T12 sampai L1 Paralisis di bawah lutut
h. Cauda Equine Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan
sangat sensitive terhadap sensasi, kehilangan control bowel dan baldder.
i. S3 sampai S5 atau Conus Medullaris pada L1 Kehilangan control bowel dan
blodder secara total.

Tanda dan gejala yang akan muncul:


a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada
daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
d. Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
e. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
f. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri
atau spasme otot.

g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi
normalnya tidak terjadi pergerakkan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Defirmitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
i. Shock hipovolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

5. Patofisiologi
Penyebab tersering terjadinya cedera tulang belakang cervical adalah
kecelakaan mobil, kecelakaan motor, jatuh, cedera olah raga, dan luka akibat
tembakan atau pisau. Menurut mekanisme terjadinya cidera, cidera servikal di
bagi atas fleksi, fleksi rotasi, ekstensi, kompresi aksial. Cidera cervical atas adalah
fraktura atau dislokasi yang mengenai Basis Occiput-C2. Cidera tulang belakang
cervical bawah termasuk fraktura dan dislokasi ruas tulang belakang C3-C7. Ruas
tulang belakang C5 adalah yang tersering mengalami fraktur.
C1 hanya berupa cincin tulang yang terdiri atas arcus anterior yang tebal dan
arcus posterior yang tipis, serta masa lateralis pada masing-masing sisinya. Tulang
ini berartikulasi dengan kondilus occipitalis membentuk articulatio
atlantooccipitalis, tempat berlangsungnya gerakan mengangguk. Dibawah, tulang
ini beratikulasi dengan C2, membentuk articulasio atlanto-axialis, tempat
berlangsungnya gerakan memutar kepala. Ketika cidera terjadi fraktur tunggal
atau multiple pada cincin C1 dan dislokasi atlanto-occipitalis sehingga
menyebabkan ketidakmampuan menggerakkan kepala dan kerusakan pada batang
otak. Cedera pada C1 dan C2 menyebabkan ventilasi spontan tidak efektif. Pada
C3-C5 dapat terjadi kerusakan nervus frenikus sehingga dapat terjadi hilangnya
inervasi otot pernafasan aksesori dan otot interkostal yang dapat menyebabkan
komplience paru menurun.
Pada C4-C7 dapat terjadi kerusakan tulang sehingga terjadi penjepitan
medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi
osteosif/material diskus dari anterior yang bisa menyebabkan nekrosis dan
menstimulasi pelepasan mediator kimia yang menyebabkan kerusakan myelin dan
akson, sehingga terjadi gangguan sensorik motorik. Lesi pada C5-C7 dapat
mempengaruhi intercostal, parasternal, scalenus, otot2 abdominal. Intak pada
diafragma, otot trapezius, dan sebagian pectoralis mayor.
Cedera pada tulang servikal dapat menimbulkan lesi atau cedera pada medulla
spinalis yang dapat terjadi beberapa menit setelah adanya benturang keras
mengenai medulla spinalis. Saat ini, secara histologis medulla spinalis masih
normal. Dalam waktu 24-48 jam kemudian terjadi nekrosis fokal dan inflamasi.
Pada waktu cedera terjadi disrupsi mekanik akson dan neuron. Ini disebut cedera
neural primer. Disamping itu juga terjadi perubahan fisiologis dan patologis
progresif akibat cedera neural sekunder.
Beberapa saat setelah terjadi kecelakaan atau trauma pada servikal maka akan
terjadi kerusakan secara struktural yang mengakibatkan gangguan pada saraf
spinal dan pembuluh darah disekitarnya yang akan menghambat suplai O2 ke
medulla spinalis atau akan terjadi ischemik pada jaringan tersebut. Karena terjadi
ischemik pada jaringan tersebut, dalam beberapa menit atau jam kemudian akan
ada pelepasan vasoactive agent dan cellular enzym yang menyebabkan konstriksi
kapiler pada pusat substansi abu-abu medula spinalis. Ini merupakan permulaan
dari cedera neural sekunder pada cedera medula spinalis. Selanjutnya adalah
peningkatan level Ca pada intraselular yang mengakibatkan kerusakan pada
endotel pembuluh darah yang dalam beberapa jam kemudian dapat menimbulakan
aneurisma dan ruptur pada pembuluh darah di medula spinal. Peningkatan
potasium pada ekstraseluler yang mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada sel
(Conduction Block). Hipoxia akan merangsang pelepasan katekolamin sehingga
terjadi perdarahan dan nekrosis pada sel.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Imobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian/kecelakaan
sampai ke unit gawat darurat.. Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan
leher dalam posisi normal; dengan menggunakan ’cervical collar’. Cegah agar
leher tidak terputar (rotation). Baringkan penderita dalam posisi terlentang
(supine) pada tempat/alas yang keras. Pasien diangkat/dibawa dengan cara ”4
men lift” atau menggunakan ’Robinson’s orthopaedic stretcher’.
b. Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesis/ tetraplegia, lakukan :
o Periksa vital signs Segera normalkan ’vital signs’. Pertahankan tekanan
darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik. Berikan oksigen,
monitor produksi urin, bila perlu monitor AGD (analisa gas darah), dan
periksa apa ada neurogenic shock.
o Pasang ’nasogastric tube’
o Pasang kateter urin
o Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio
medula spinalis.
c. Mempertahankan posisi normal vertebra ”Spinal Alignment”
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau
Gardner-Wells tong dengan beban 2.5 kg perdiskus. Bila terjadi dislokasi
traksi diberikan dengan beban yang lebih ringan, beban ditambah setiap 15
menit sampai terjadi reduksi.
d. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi ’realignment’ artinya terjadi dekompresi. Bila ’realignment’
dengan caran tertutup ini gagal maka dilakukan ’open reduction’ dan
stabilisasi dengan ’approach’ anterior atau posterior.
e. Rehabilitasi: mungkin. Termasuk dalam program ini adalah ‘bladder training’,
’bowel training’, latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi
neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.
B. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
1. Pengkajian
Identitas Penderita
Nama : Tn. MA
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mandai
Pekerjaan : Wiraswasta
MRS : 15 Mei 2019 Jam 11.00
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Os mengalami nyeri pada tulang belakang setelah jatuh dari atap rumah ± 1 Jam
SMRS.
b. Riwayat Perjalan Penyakit :
± 1 jam SMRS Os mengalami jatuh dari atap rumah pada saat memperbaiki
genteng, pada saat diatas genteng os terpeleset dan menginjak suatu genteng namun
genteng nya pecah dan os terjatuh ke tanah ± 4 Meter dari ketinggian. Os terjatuh
dengan posisi terduduk dan Setelah kejadian tersebut os dalam keadaan sadar
namun os merasa kedua kakinya tidak bisa digerakkan dan os merasakan nyeri yang
hebat pada tulang belakang dan terus menerus dengan skala 9, lalu Os dibawa ke
RSUD Raden Mattaher.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Primary Survey
1) Airway : snoring (-), gargling (-), os dapat mengeluarkan suara dengan baik,
tanpa hambatan.
2) Breathing : Inspeksi : jejas (-), deviasi trakea (-), pergerakan dinding dada
simetris, RR: 26 x/menit, pernapasan dangkal dan cepat, dispnea, Palpasi :
krepitasi (-), nyeri tekan (-), pengembangan dinding dada simetris. Perkusi :
sonor +/+ Auskultasi : Vesikuler +/+
Pasang Pulse oksimetri (saturasi O2 87%), dan beri O2 nasal kanul 4L/menit.
3) Circulation : Perdarahan aktif eksternal (-), TD : 130/90 mmHg, Nadi : 124
x/menit, , pucat pada wajah dan ektremitas (-)
Pasang IV line dengan cairan Ringer Laktat 30gtt/I, pasang kateter.
4) Disability : GCS= E4M5V6 = 15 Pupil bulat Ø 3mm/3mm, isokor, RC +/+,
Clear
5) Exposure : Seluruh pakaian os dibuka, lalu os diselimuti.
b. Secondary survey
Anamnesis :
A : Alergi : tidak ada
M : Medikasi : tidak ada obat-obatan yang diminum saat ini
P : Past Illness : tidak ada penyakit penyerta lainnya
L: Last meal : sebelum kejadian os belum makan.
E: Event/environment : os terjatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk

Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : E4V5M6 15
4. Tanda Vital : TD: 130/90 Nadi: 124x/m RR:26 x/m T: 37,4 °C
5. Kepala : normocephale.
6. Mata : raccoon eyes -/-, CA -/-, ukuran Pupil 3mm/3mm, isokor, reflex cahaya
+/+.
7. Leher : jejas (-), deviasi trakea (-) JVP 5±2cmH2O
8. THT : hematorrhe auricula dextra (-) rinorhea (-/-), battle sign -/-
9. Thoraks :
a) Pulmo :
- Inspeksi : jejas (-), simetris,
- Palpasi : krepitasi -/-, nyeri tekan -/-
- Perkusi : sonor +/+,
- Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
b) Cor :
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea aksilaris anterior sinistra, tidak
kuat angkat
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : BJ I, II reguler, murmur (-), gallop
10. Abdomen :
- Inspeksi : jejas (-), distensi (-)
- Auskultasi : Bising usus +/+ Normal
- Palpasi : soepel, Nyeri tekan (-), defans muscular (-)
- Perkusi : timpani (+)
11. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), deformitas (-), krepitasi (-)
Kekuatan otot :
5 5

1 1
4. ANALISA DATA

No Data Etiologi Dx Keperawatan


1 DS: Etiologi (jatuh dari Ketidakefektifan pola nafas
ketinggian, kecelakaan, b.d gangguan
 Klien mengatakan
jatuh saat olahraga, muskuloskeletal
sulit bernafas
osteoporosis)
DO:

 Tampak pernafasan
dangkal dan cepat Fraktur tulang belakang
 Klien mengalami
dispnue
Blok saraf parasimpatis
 RR meningkat 26x/m
 Hasil laboratorium
saturasi oksigen
Kelumpuhan otot
menurun (kurang dari
pernafasan
normal yaitu 87%)

Otot diafragma lemah

Ketidakefektifan pola nafas

Etiologi (jatuh dari


2 DS: ketinggian, kecelakaan, Nyeri akut b.d agen cedera
jatuh saat olahraga, fisik
 Klien mengeluh nyeri
osteoporosis)
hebat pada tulang
belakang
 Klien mengatakan
Fraktur tulang belakang
nyerinya terus
menerus dengan
skala 9 terjadi gencetan antar
kolumna vertebre
DO:
sekaligus terlepasnya
 Hasil pemeriksaan mediator kimia
TTV:
TD : 130/90mmHg
Nyeri akut
RR : 26x/m

Nadi : 124x/m

Suhu : 37,4 °C
Jatuh dari ketinggian, Hambatan mobilitas fisik
DS :
kecelakaan lalu lintas, b.d gangguan
3 musculoskeletal dan
 Klien merasa kedua kecelakaan olahraga, dll
kakinya tidak bisa neuromuskuler
Frkatur servicalis
digerakan

DO :
Fraktur dapat berupa patah
 Klien terlihat lemah tulang
 Kebutuhan klien di
sederhana,kompresi,
bantu oleh keluarga
kominutif, dislokasi
dan perawat
 Klien hanya ↓
beraktifitas di tempat
Gangguan neurologis dan
tidur dan itu pun
Gangguan musculoskeletal
hanya berbaring
 Kekuatan otot lemah

5 5 Kemampuan dalam
menggerakan anggota
1 1 badan menurun (lemah)

Hambatan mobilitas fisik


No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Ketidakefektifan pola nafas b.d Tujuan : NIC:
gangguan muskuloskeletal
Setelah dilakukan Mechanical Ventilation
intervensi selama 1x24 Management:Noninvas
jam pola nafas klien ive
efektif
 Monitor kondisi
Kriteria Hasil: pasien yang
mengindikasikan
NOC: Mechanical
untuk pemasangan
Ventilation Response:
ventilator mekanik
Adult
noninvasive (pada
 RR klien dalam pasien trauma
rentang normal (16- tulang belakang
20x/menit) yang
 Ritme respirasi menyebabkan
klien teratur kelemahan otot
 Tidal volum sesuai pernafasan (otot
kebutuhan (500cc) diafragma)
Saturasi oksigen klien
 Monitor
dalam rentang normal
kontraindikasi
pemasangan
ventilator mekanik
noninvasive

 Observasi
kesadaran pasien
terlebih dahulu
sebelum
memutuskan
memasang alat
ventilator mekanik

 Secara rutin cek


kepatenan alat
ventilator mekanik

 Secara teratur
evaluasi efek
pemasangan
ventilator mekanik
(apakah ada
5. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d gangguan muskuloskeletal
b. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
c. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal dan
neuromuskuler

6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap penilaian dari tindakan yang telah direncanakan. Untuk
masalah kegawatdaruratan dengan trauma servikal dan medulla spinalis ini adalah
ketidakefektifan pola nafas dapat kembali efektif, gangguan rasa aman nyaman / nyeri
dapat berkurang atau teratasi, hambtan mobilitas fisik dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.diagnosis_dan_penatalaksanaan_cedera_servikal_dan_medulla-
spinalis. unsrat.ac.id/4339. Diakses pada tanggal 8-09-2019
https://id.sribd.com/doc/131538860/Askep_cedera_servikal. Diakses pada tanggal
8-09-2019
https://www.slidesshare.net/gadar_trauma-spinal. Diakses pada tanggal 8-09-2019

Anda mungkin juga menyukai