Disusun Oleh :
1. Dedi Ismanto
2. Endra Maulana
3. Esa Riyolita
4. Ferdian Nugroho
Mengetahui, Mengesahkan,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna.Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ns.Nuria Muliani,
M.Kep.,S.Kep.J.yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan
lebih mudah menulis laporan ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam
penyelesaian laporan ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan.Akhirnya penyusun hanya
dapat mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah SWT.Semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah skizofrenia adalah suatu
sindrom yang mempengaruhi otak. menyebabkan timbulnya
pikiran,persepsi,emosi,gerakan,danperilakuyang aneh dan terganggu.Insiden puncak
awitannya adalah15sampai 25tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun untuk
wanita.Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk.Di
Amerika Serikat angka tersebut menggambarkan bahwa hamper tiga juta penduduk
yang sedang, telah,atau akan terkena gangguan tesebut.Insiden dan prevalensi seumur
hidup secara kasar sama diseluruh dunia(Videbeck,2008).
Gejala yang sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi dimana gejala ini
mencapai 70% dari seluruh gejala yang ada. Halusinasi didefinisikan hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal atau pikiran dan
rangsangan eksternal atau dunialuar.Seseorang memberpersepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yangnyata (Kusumawati,2010).
Menurut WHO (World Head Organitation) ada satu dari empat orang di dunia yang
mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekita 450 jutaorang di dunia
mengalamigangguan kesehatan jiwa. Masyarakat umum terdapat 0,2 –0,8%
penderita Skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira
–kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis dalam
Widiyatmoko, 2004).
Gangguan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah adanya gangguan pada fungsi
kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses pikir, emosi, kemauan dan perilaku
psikomotorik termasuk bicara, dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah
kondisi terganggunya fungsi, mental, emosi, pikiran,kemauan, perilakupsikomotorik
dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinisyang disertai oleh
penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistic individu (Dalami,
2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah
ini dalam membuat analisa kasus dengan judul “Asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan Resiko perilaku Kekerasan di ruang Cendrawasih RSJ Provinsi
Lampung”.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan
Resiko perilaku kekerasan
b. Tujuan khusus
Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan prilaku
kekerasan.
Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Resiko
perilaku Kekerasan
Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan Resiko
perilaku Kekerasan
Mampu membuat implementasi keperawatan pada klien dengan Resiko
perilaku Kekerasan
Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Resiko
perilaku Kekerasan
3. Manfaat
a. Praktis
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam
memahami ilmu yang dipelajari yang telah diberikan khususnya dalam
melaksanakan proses keperawatan jiwa
b. Teoritis
Sebagai bahan dalam masukan atau referensi dalam keperawatan jiwa
khusunya berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Resiko perilaku Kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
c. Tahap 3: Krisis
Perasaan : Peningkatan kemarahan dan agresi
Perilaku : Agitasi, gerakan mengancam, menyerang orang
disekitar, berkata kotor; berteriak
Tindakan perawat : Lanjutkan intervensi tahap 2, dalam menjaga jarak
pribadi, hangat (tidak mengancam) konsekuensi, cobalah untuk menjaga
komunikasi
a. Asertif
Prilaku asertif adalah menyampaikan suatu persaan diri dengan paasti dan
merupakan komunikasi untuk menghormati orang lain .individu yang asertif
berbicara dengan jujur dan jelas. Mereka dapat melihat normal dari individu
lainnya dengantepat sesuai dengan setuasi pada saat berbicara kontak mata
langsung tapi tidak mengganggu,intonasi sura dalam berbicara tidak
mengancam ,postur tegak dan santai, kesan keseluruhan adalah bahwa
individu tersebut kuat tapi tidak mengancam. Permintaan masukan yang
positif juga termasuk perilaku asertif ( Stuart& Laraia, 2005; Stuart, 2009).
b. Pasif
Individu yang sering pasif sering menyampaikan haknya dari persepsinya
terhadap hak orang lain. Ketika seseorang yang pasif marah makan dia akan
berusaha menutupi kemarahannya sehingga meningkatkan tekanan pada
dirinya (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009). Perilaku pasif dapat
diekspresikan secara nonverbal, seseorang yang pasif biasanya bicara pelan,
sering dengan cara kekanak-kanakan dan kontak mata yang sedikit. Individu
tersebut mungkin dalam posisi membungkuk, tangan memegang tubuh
dengan dekat ( Stuart, 2009)
c. Frustasi
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang kurang
realistis atau hambatan dalam mencapai tujuan (Stuart & Laraia,
2005).Frustasi adalah kegagalan individu dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Frustasi akan bertambah berat jika keinginan yang tidak tercapai
memiliki nilai yang tinggi dalam kehidupan (Keliat & Sinaga, 1991).
d. Agresif
Individu yang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu harus
merasa bersaing untuk mendapatkan apa yang diinginkanya seorang yang
agresif didalam hidupnya selalu mengarah pada kekerasan fisik dan perbal
.berlaku agresif pada dasarnya disebabkan karena menutupi kurangnya rasa
percaya diri ( bushman & baumeister,1998 dalam stuart &
laraia,2005;stuart,2009 ) prilaku agresif juga ditunjukkan secara non
perbal,seseorang yangagresif melanggar batas orang lain ,bicaranya keras
dan lantang,biasanya kontak mata yang berlebihan dan mengganggu ,postur
kaku dan tanpak mengancam ( stuart,2009)
e. Amuk
Amuk atau prilaku kekerasan adalah perasaan marah dan permusuhan yang
kuat dan disertai kehilangan control diri sehingga individu dapat merusak
diri,orang lain dan lingkungan( melihat keliat & sinaga,1991). Menurut stuart
dan laraya (2009)prilaku kekerasan berplukstuasi dari tingkat rendah sampai
tinggi yaiyu yang disebut dengan hirarki prilaku agresi dan kekerasan
(gambar 2.1 )
Gambar 2.1 hirarki prilaku pada klien dengan prilaku kekerasan
Stressor presipitasi
Sumber koping
Mekanisme koping
Konstruktif destruktif
……………………………………………………..
………………………………………………………………
1 faktor predisposisi
a. Faktor biologi
Faktor biologi secara alami dapat menjadi salah satu faktor penyebab
(predisposisi) atau menjadi faktor pencetus (presipitasi) terjadinya perilaku
kekerasan pada individu. Fraktor predisposisi yang berasal dari biologis dapat
dilihat sebagai suatu keadaanatau faktor risiko yang dapat mempengaruhi peran
dalam menghadapi stressor adapun yang termasuk dalam faktor biologis ini
adalah :
Penelitian telah di fokuskan pada tiga area otak yang diyakini terlibat dengan
perilaku agresif adalah sistem limbik ,lobus frontal,dan
hiphotalamus.Neurotransmiter juga di usulkan memiliki peran dalam munculnya
prilaku kekerasan atau penekanan prilaku kekerasan
(Niehoff,2002;Hoptman,2003 Stuart & Laraia ,2005;Stuart & laraia,2005;Stuart
,2009)
Kerusakan struktur pada limbik dan lobus frontal serta lobus temporal otak
dapat mengubah kemampuan individu untuk memodulasiagresif sehingga
menyebabkan perilaku agresif sehingga menyebabkan perilaku
agresif/kekerasan (Videback,2008).Penelitian telah menemukan bahwa pada
epilepsi pada daerah lobus temporal dan frontal ada pada klien episodik agresif
dan perilaku kekerasan (townsend,2009;Fontaine;2009)
Sistem limbik di kaitkan dengan mediasi dorongan dasar dan ekspresi emosi
serta tingkah laku manusia seperti :makan ,agresi,dan respon sexual,termasuk
proses pengolahan informasi dan memori. Sintesis informasi ke dan dari area
lain otak mempunyai pengaruh pada emosional dan perilaku .perubahan dalam
sistem limbik dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan perilaku agresif
.Secara khusus amigdala bagian dari sistem limbik menjadi mediasi ekpresi
kemarahan dan ketakutan (Stuart,2009).
Lobus Frontal berperan penting dalam mediasi tingkah laku yang berarti dan
berfikir rasional.Lobus ini merupakan bagian dari otak dimana pikiran dan emosi
beriinteraksi. Kerusakan pada lobus frontal dapat mengakibatkan gangguan
penilaian,perubahan kepribadian ,masalah pengambilan
keputusan,ketidaksesuaian dalam berhubungan dan ledakan
agresif.Hipotalamus di dasar otak berfungsi sebagai sistem alarm/peringatan
otak. Kondisi stress menaikan jumlah steroid,hormon yang di keluarkan oleh
kelenjar adrenal,saraf reseptor untuk hormon ini menjadi kurang sensitif dalam
upaya mengkompensasi peningkatan steroid dan hipotalamus merangsang
kelenjar pituitari untuk menghasilkan lebih banyak steroid. Setelah stimulasi
berulang sistem berespon lebih kuat terhadap provokasi. Ini menjadi salah satu
alasan mengapa stress traumatik pada anak secara permanen dapat
meningkatkan potensi seseorang untuk melakukan kekerasan (Stuart,2009).
2) Genetik
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang
menunjukan anak kembar identik beresiko mengalami skizofrenia sebesar,
sedangkan pada kembar nonidentik/fraternal beresiko 15% mengalami
skizofrenia.Risiko 15% jika salah satu orang tua menderita skizofrenia. Angka ini
meningkat 40% - 50% jika kedua orangtua biologis menderita skizofrenia
3) Neurotransmiter
4. Imunovirologi
b. Faktor Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Suatu pandangan psikologi tentang perilaku agresif menyatakan bahwa
pentingnya mengetahui predisposisi faktor perkembangan atau
pengalaman hidup yang membatasi kemampuan individu untuk memilih
mekanisme yang bukan perilaku kekerasan. Faktor perkembangana atau
pengalaman hidup yang membatasi mekanisme koping nonviolence
menurut Stuart dan Laraia (2009) sebagai berikut:
gangg uan otak organik, mental reterdasi, ketidakmampuan belajar karena
kerusakan kapasitas bertindak secara efektif terhadap anak, orang tua
yang terlalu penyayang dan berkontribusi pada kurang rasa percaya dan
harga rendah diri; mengalami kekerasan bertahun-tahun, korban child
abuse atau sering melihat kekerasan dalam keluarga dapat menanamkan
pola oenggunaan kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.
2) Teori pembelajaran
Teori pembelajaran sosial mengemukakan bahwa perilaku agresif
dipelajari melalui proses sosialisasi sebagai hasil dari pembelajaran
internal dan eksternal. Pembelajaran internal terjadi selama individu
mendapat penguatan pribadi ketika melakukan perilaku agresif
kemungkinan sebagai kepuasan dalam mencapai tujuan atau pengalaman
merasa penting, mempunyai kekuatan dan control terhadap orang lain.
Pembelajaran eksternal terjadi selama observasi medel peran seperti
peran sebagai orang tua, teman sebaya, saudara, oleh raga dan tokoh
hiburan (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009).
Menurut teori pembelajaran sosial, perilaku imitasi/meniru perilaku
agresif sebagai perilaku yang dapat diterima untuk memecahkan masalah
dan sesuai status sosial.Peran pemodelan merupakan salah satu bentuk
pembelajaran terkuat, model perilaku anak-anak pada fase awal adalah
orang tua, bagaimana orang tua atau orang terdekat mengekspresikan
marah menjadi contoh anak dalam ekspresi marahnya (Townsend, 2009)
Role model/contoh tidak selalu dirumah, penelitian membuktikan bahwa
acara kekersan ditelevisi sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
(American Psychological Assocation,2006, dalam Townsend, 2009).
Menurut American Psychological Assocation,, (2006, dalam Townsend,
2009) menyarankan pentingnya pengawasan terhadap apa yang anak lihat
dan peraturan tentang acara kekerasan dimedia untuk mencegah
pemodelan kekerasan. Faktor psikologis lain dapat berupa kegagalan,
kegagaglan dapat berakibat frustasi (Stuart & Laraia, 2005).
Kegagalan sering diartikan oleh individu oleh ketidakmampuan, respon
yang mucul pada saat individu mengalam kegagalan dapat berupa
penyalahan terhadap diri sendiri, atau orang lain yang ditunjukan dengan
perilaku kekerasan (Dyah, 2009).
a. Faktor Biologi
b. Faktor Psikologis
3. Penilaian Stressor
Model stress Diatesis dalam sebuah karya klasik oleh Liberman dan rekan
(1994) menjelaskan bahwa gejala sskizofrenia berkembang berdasarkan
pada hubungan antara jumlah stress dalam pengalaman seseorang dan
toleransi internal terhadap ambang stress. Ini adalah model penting karena
mengintegrasikan faktor budaya biologis ,psikologis,dan social ,cara ini mirip
dengan stress adaptasi model stuart yang di guinakan sebagai kerangka kerja
konseptual (Stuart ,2009). Menurut Wuerker (2000) model adaptasi ini
membantu menjelaskan hubungan stress dengan skizofrenia ,meskipun
tidak ada penelitian ilmiah telah menunjukan bahwa stress menyebabkan
skizofrenia ,namun semakin jelas bahwa skizofrenia adalah gangguan yang
tidak hanya menyebabkan stress ,tetapi juga di perparah oleh stress (Jones
dan Fernyhougi ,2007 dalam Stuart ,2009). Penilaian seseorang tentang
stressor ,dan masalah yang terkait dengan koping untuk mengatasi stress
dapat memprediksi timbulnya gejala.
4. Sumber Koping
5. Mekasnisme koping
b. Data objektif:
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak (Kemenkes RI, 2012)
D. Pohon masalah
Menurut keliat dkk (2005) pohon masalah perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
E. Diagnosis
1.diagnosis keperawatan : risiko prilaku kekerasan
2. diagnosa medis : skizoprenia
F. Rencana tindakan
Sp.4 Sp.4
Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarha
fisik dan obat,verbal,beri dalam merawat
pujian /melatihpaisen
Latihan cara mengontrol ,fisik,memberikan
spiritual ( 2 kegiatan ) obat,latihan bicara yang
Masukkan pada jadwal baik dan kegiatan spiritual ,
kegiatan beri pujian
untuk latihan fisik minum Jelaskan follow up ke RSJ
,obat,verbal dan spiritual /pkm ,tanda kambuh
,rujukan
Anjurkan membanntu
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
b.Anti parkingson
Trihexyphenidile
Arthan
Dyah W (2009) .pengaruh assertive training terhadap perilaku Kekerasan pada klien
skizoprenia,tesis.jakarta.FIK UI.tidak dipublikasikan
1. IDENTITAS PASEN
Nama : Tn.H
Alamat : Gading Rejo
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku/Bahasa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Informan : List dan Pasien
Tanggal Masuk RS : 4 Mei 2018
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2018
Nomor Register : 03.38.19
2. ALASAN MASUK
Klien masuk ke RS dengan diantar oleh keluarganya karna 2 minggu terakhir
klien gelisah, marah-marah dan membanting barang-barang, meresahkan warga dan
orang lain. Klien berbicara sndiri, sulit tidur.Klien langsung dibawa ke rumah sakit
jiwa.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a) Gangguan jiwa dimasa lalu
Ds :
- Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
Do:
b) Pengobatan sebelumnya
Ds:
- Klien tidak pernah berobat klien baru pertama kali masuk rsj
Do:
-
Masalah keperawatan: -
c) Penganiayaan
Ds:
- Klien mengatakan sering marah
- Klien mengatakan sering marah kalau ada yang
mengganggunya
Do:
- Suara klien keras
- Klien tampak tegang
4. Pemeriksaan fisik
1. TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2oC
P : 20 x/menit
TB : 173 cm
BB : 60 KG
Masalah Keperawatan : Tidak ada keluhan fisik
5. PSIKSOSIAL
1. Genogram
X X X X
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Hubungan Pernikahan
: Tinggal Serumah
X : Meninggal
Penjelasan:
B. Komunikasi keluarga baik dan harmonis, Pengambilan keputusan keluarga
yaitu orangtua, Pola asuh dekmokratif
MK : Tidak ditemukan masalah
2. Konsep diri
A. Gambaran diri
Ds:
- Klien mengatakan tidak ada bagian/atau salah satu anggota
tubuh yang tidak disukai, klien mengatakan menyukai dengan
apa yang diberikan oleh allah swt
Do:
Masalah keperawatan : -
B. Identitas diri
Ds:
- Klien mengatakan anak ke tujuh dari 7 bersaudara dan belum
menikah
- Klien mengatakan bekerja sebagai petani
- Klien mengatakan puas terlahir sebagai laki – laki
Do:
C. Peran
Ds:
- Klien mengatakan dia dirumah sebagai anak laki – laki satu –
satu nya yang berada dirumah
- Klien mengatakan dirumah bertugas membantu orang tua
mencari nafkah
Do:
Masalah Keperawatan :-
D. Ideal dri
Ds:
- Klien mengatakan berharap bisa cepat sembuh dan keluar dari
rumah sakit, sehingga dapat membantu orang tuanya dirumah.
- Klien mengatakan masyarakat dapat menerima keberadaannya
Do:
E. Harga diri
Ds:
- Klien mengatakan suka membereskan rumah
- Klien mengatakan senang bila banyak teman
Do:
Masalah keperawatan :-
3. Hubungan sosial
a. Orang yang terdekat
Ds:
- Klien mengatakan orang yang sangat dekat adalah
keluarganya.
.
b. Peran serta kegiatan kelompok
Ds:
- Klien mengatakan saat dirumah tidak pernah mengikuti
kegiatan-kegiatan dalam masyarakat
- Klien mengatakan saat di RSJ, klien mengikuti kegiatan
seperti rehabilitasi, TAK, dan lain-lain.
Do:
-
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Ds:
- Klien mengatakan tidak minder untuk berkomunikasi dengan
orang lain.
- Klien mengatakan senang bila kumpul dengan kawan
Do:
Masalah keperawatan :-
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Ds:
- Klien mengatakan semua yang terjadi pada dirinya saat ini
adalah cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa
Do:
-
b. Kegiatan ibadah
Ds:
- Klien mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu maupun
kegiatan ibadah lainnya
Do:
6. STATUS MENTAL
a) Penampilan
Do:
- Klien tampak kurang rapih karena kumis dan jenggot belum di
cukur
- Gigi klien tampak kotor
- Rambut klien tampat tidak disisir
- Klien mandi bila harus disuruh oleh petugas
b) Pembicaraan
Do:
- Klien berbicara dengan nada yang keras
- Klien terkadang berbicara sendiri
c) Aktivitas motorik
Do:
- Klien tampak gelisah dan sering mondar-mandir diruangan
d) Alam perasaan
Ds:
- Klien mengatakan gembira jika yang mengajak ngobrol adalah
perempuan
Masalah keperawatan : -
e) Afek
Do:
- Saat diberi stimulasi cerita lucu klien ikut tertawa
- Saat diberi stimulasi cerita sedih klien tampak sedih
Masalah keperawatan : -
Do:
Masalah keperawatan :-
g) Persepsi
Ds:
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang
membuat klien kesal dan ingin marah
- Klien mengatakan suara-suara itu sering muncul ketika klien
melamun dan menyendiri.
- Klien mengatakan mendengar suara tersebut dengan frekuensi
3 – 4 kali sehari dan durasi kurang lebih 5 menit.
Do:
h) Proses pikir
Do:
- Klien berbicara sesuai dengan keadaan pasien sampai pada
tujuan pembicaraan
Masalah keperawatan : -
i) Isi pikir
Ds:
- Klien mengatakan ingin cepat menikah
- Klien mengatakan selalu memikirkan pacar nya.
Do:
Masalah keperawatan :
j) Tingkat kesadaran
Ds:
- Klien tidak tampak bingung
- Kesadaran klien baik
Do:
Masalah keperawatan :-
k) Memori
Ds:
- Klien mampu mengingat ke RS. Dibawa oleh kakak laki – laki
nya.
Do:
- Ingatan klien tampak bagus
Masalah keperawatan :-
Do:
Masalah keperawatan : -
m) Kemampuan penilaian
Ds:
- klien mengatakan memilih mandi dulu sebelum makan
Do:
Masalah keperawatan :-
Do:
Masalah keperawatan :
7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien tampak mandiri saat makan 3 x sehari, 1 porsi yang diberikan selalu
habis, tidak ada makanan / pantangan makanan, klien tampak tidak cuci
tangan saat sebelum dan setelah makan.
Masalah keperawatan :-
2. BAB / BAK
Klien mengatakan BAB ±1 x sehari, BAK ± 4 x sehari, klien bisa BAB dan
BAK secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah keperawatan :-
3. Mandi
Ds:
- Klien mengatakan mandi 1x sehari tidak menggunakan sabun
dan shampo, jarang sikat gigi.
Do:
4. Berpakaian
Ds:
Do:
Ds:
Do:
Masalah keperawatan :-
6. Penggunaan obat
Do:
- Klien minum obat Trihexyphenidyl 2x2mg,CPZ 1x50 mg,
resperidhone 2x2mg.
Masalah keperawatan :-
7. Pemeliharaan kesehatan
Ds:
- Klien mengatakan setelah pulang nanti klien akan berusaha
kontrol rutin ke RSJ.
Do: -
Masalah keperawatan :-
Do:
Masalah keperawatan :-
9. Kegiatan diluar rumah
Ds:
- Klien mengatakan bekerja sebagai petani
Do:
-
Masalah keperawatan :-
8. MEKANISME KOPING
Ds:
- Klien mengatakan jika ada masalah, klien sering
memendamnya dan tidak mau menceritakan dengan orang lain
- Klien mengatakan pernah meminum minuman alkohol saat
ada masalah
Do:
-
Data Subyektif :
Data Obyektif :
NO DATA MASALAH
1 DS :
- Klien mengatakan sering marah – marah dan
mengamuk Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan marah jka ada yang mengganggu
DO :
- Suara klien keras
- Klien tampak tegang
- Pandangan mata tajam
2
Gangguan sensori persepsi
: Halusinasi pendengaran
3 DS :
- Klien mengatakan mandi 1x sehari, namun tidak Defisit perawatan diri
memakai sabun, shampo dan jarang gosok gigi.
- Klien mengatakan jarang menggati pakaian
DO :
- Klien mandi jika disuruh oleh petugas kesehatan
4 DS :
- Klien mengatakan pernah minum minuman ber Koping individu in efektif
alkohol
- Klien mengatakan jika ada masalah, klien sering
memendamnya dan tidak mau menceritakan dengan
orang lain.
DO :
- Emosi klien tampak labil
- Saat membicarakan tentang kemarahannya klien
tampak sedikit kasar, pandangan tajam dan raut muka
agak tegang.
5 DS :
- Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab sakit Kurang pengetahuan
jiwa, obat yang diminum dan cara menghindari tentang penyakit jiwa
kekambuhan,
DO :
- Saat ditanya tentang penyebab, tata cara minum obat
yang baik dan cara menghindari kekambuhan klien
tampak tidak bisa menjawab.
14.Pohon Masalah
CP Resiko perilaku kekerasan
SP 2: SP 2:
Evaluasi kegiatan Evaluasi kegiatan keluarga
menghardik beri pujian dalam merawat/ melatih
Latih cara mengontrol klien menghardik, beri
halusinasi pujian
Latih cara mengontrol Jelaskan 6 benar cara
halusinasi dangan obat memberikan obat
(jelaskan 5 benar : jenis, Latih cara memberikan/
guna, dosis, frekuensi, cara membimbing minum obat
kontinuitas minum obat Anjurkan membantu klien
Masukkan pada jadwal sesuai jadwal dan memberi
kegiatan untuk latihan pujian
menghardik dan minum
obat
SP 3: SP 3:
Evaluasi kegiatan harian Evaluasi kegiatan keluarga
menghardik & obat, beri dalam merawat/ melatih
pujian klien menghardik dan
Latih cara mengontrol memberikan obat, beri
halusinasi dangan bercakap- pujian
cakap saat terjadi halusinasi Jelaskan cara bercakap-
Masukan pada jadwal cakap dan melakukan
kegiatan untuk latihan kegiatanuntuk mengontrol
menghardik, minum obat, halusinasi
dan bercakap-cakap Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dangan klien
terutama pada saat halusinasi
Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian
SP 4: SP 4:
Evaluasi kegiatan harian Evaluasi kegiatan keluarga
menghardik, minum obat & dalam merawat/ melatih
bercakap-cakap beri pujian klien menghardik,
Latih cara mengontrol memberikan obat, dan
halusinasi dangan bercakap-cakap, berikan
melakukan kegiatan harian pujian
(mulai 2 kegiatan) Jelaskan follow up ke
Masukan pada jadwal RSJ/PKM, tanda kambuh,
kegiatan untuk latihan rujukan
menghardik, minum obat, Anjurkan membantu klien
bercakap-cakap dan sesuai jadwal dan
kegiatanharian memberikan pujian
Sp2
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (Sp1)
- Jelaskan pentingnya
berdandan
- Latih cara berdandan
untuk pasien laki-laki
meliputi cara “Berpakaian,
Menyisir rambut,
Bercukur”
- Untuk pasien perempuan
“berpakaian, menyisir
rambut, berhias”
- masukkan jadwal kegiatan
pasien.
Sp3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (sp1 dan sp2)
- Jelaskan cara dan alat
makan yang benar
- Jelaskan cara menyiapkan
makanan
- Jelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah
makan
- Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik
- Latih kegiatan makan
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.
Sp4
- Evaluasi
kemampuanPasien
yangLalu(sp1,sp2 dan sp3)
- Latih cara BAB dan BAK
yang baik
- Menjelaskan cara
membersihkan berdiri
setelah BAB atau BAK
Sp2
- Evaluasi sp1
- Latih keluarga
- Merawat langsung ke
pasien,kebersihan diri dan
berdandan
- RTL keluarga atau jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
Sp3
- Evaluasi kemampuanSp2
- Latih keluarga merawat
langsung pasien cara
makan
- RTL keluarga atau jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
Sp4
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Rencana tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / Tanggal : senin, 21 Mei 2018
jam: 9.00 S:
Data : - Klien mengatakan masih sulit
mengontrol emosinya
- Klien mengatakan masih merasa
mendengar suara-suara yang tidak
ada wujudnya
- Klien mengatakan merasa nyaman
dan segar setelah mandi
menggunakan sabun
O:
- Klien mampu latihan cara tarik
napas dalam, pukul bantal / pukul
kasur
- Klien mampu menghardik
- Klien mandi menggunakan sabun
Diagnosa :
-
Nama : kelompok
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
DOKUMENTASI KEPERAWATAN SP I
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / Tanggal : selasa, 22 Mei 2018
Data : S:
- Klien mengatakan dulu sering - Klien mengatakan masih sulit
marah – marah dan mengamuk. mengontrol emosinya
- Klien mengatakan masih merasa
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
mendengar suara-suara yang ada wujudnya
- Klien mengatakan merasa nyaman
membuat klien kesal dan ingin dan segar setelah mandi
menggunakan sabun
marah.
O:
- Klien mengatakan mandi 2x - Klien mampu latihan cara tarik
sehari, namun tidak memakai napas dalam, pukul bantal / pukul
kasur
sabun, shampo dan jarang gosok - Klien mampu menghardik
gigi. - Klien mandi menggunakan sabun
Diagnosa : A :
- Resiko Perilaku Kekerasan - Resiko Perilaku Kekarasan (+)
- GSP : halusinasi pendengaran - GSP : halusinasi pendengaran (+)
- Defisit Perawatan diri - Defisit Perawatan diri (+)
Tindakan : P :
- 09.00 : mengajarkan klien - Latihan tarik nafas dalam dan
mengidentifikasimasalah RPK dan pukul bantal kasur 2x sehari
latihan tark nafas dalam dan pukul - Latihan menghardik halusinasi 2x
bantal/pukul kasur sehari
- 11.00 mengajarkan klien - Latihan mempraktekkan mandi
mengidentifikasi masalah minimal 2x/hari
halusinasi dan latihan menghardik - Latih dan masukan ke Rencana
- 13.00 : mengajarkan klien untuk Kegiatan Harian pasien
mengidentifikasi kebersihan
diri,berdandan,makan,dan BAB
atau BAK, mengajarkan cara
menjaga kebersihan diri(mandi)
Tanda tangan
Rencana Tindak Lanjut :
- Evaluasi SP 1
Nama : kelompok
- Latih mengontrol PK dengan cara
mengenal obat
- Latih mengontrol halusinasi
dengan mengenal obat
- Latih pasien cara berdandan
DOKUMENTASI KEPERAWATAN SP II
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / Tanggal :Rabu,23 Mei 2018
Data : S:
- Klien mengatakan dulu sering - Klien mengatakan masih sulit
marah – marah dan mengamuk. mengontrol emosinya
- Klien mengatakan masih merasa
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
mendengar suara-suara yang ada wujudnya
- Klien mengatakan merasa nyaman
membuat klien kesal dan ingin dan segar setelah mandi
menggunakan sabun
marah.
O:
- Klien mengatakan mandi 2x - Klien mampu latihan cara tarik
sehari, namun tidak memakai napas dalam, pukul bantal / pukul
kasur
sabun, shampo dan jarang gosok
- Klien mampu menghardik
gigi. - Klien mandi menggunakan sabun
Diagnosa :
- Resiko Perilaku Kekerasan A :
- GSP : halusinasi pendengaran - Resiko Perilaku Kekarasan (+)
- Defisit Perawatan diri - GSP : halusinasi pendengaran (+)
- - Defisit Perawatan diri (+)
Tindakan :
- 09.00 mengajarkan klien untuk
minum dan mengenal obat P :
- 11.00 mengajarkan klien untuk - Latihan mium obat dengan 6 benar
minum dan mengenal obat obat 2x sehari
- 13.00 mengajarkan cara berdandan - Latihan minum obat dengan 6
benar halusinasi 2x sehari
Rencana Tindak Lanjut : - Latihan cara berdandan minimal
- Evaluasi SP 2 2x/hari
- latih mengontrol prilaku kekerasan - Latih dan masukan ke Rencana
dengan latihan verbal (meminta, Kegiatan Harian pasien
- latih mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
- menolak, dan mengungkapkan
dengan cara yang baik)
- latih cara makan dan minum yang Tanda tangan
benar
Nama : kelompok
DOKUMENTASI KEPERAWATAN SP III
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / Tanggal :kamis, 24 Mei 2018
Data : S:
- Klien mengatakan dulu sering - Klien mengatakan masih sulit
marah – marah dan mengamuk. mengontrol emosinya
- Klien mengatakan masih merasa
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
mendengar suara-suara yang ada wujudnya
- Klien mengatakan mencuci tangan
membuat klien kesal dang ingin sebelum makan dan sesudah makan
marah.
O:
- Klien mengatakan mandi 2x - Klien mampu meninta, menolak,
sehari, namun tidak memakai dan mengungkapkan dengan baik
- Klien mampu bercakap – cakap
sabun, shampo dan jarang gosok dengan baik
gigi.. - Klien mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah makan
Diagnosa : A :
- Resiko Perilaku Kekerasan - Resiko Perilaku Kekarasan (+)
- GSP : halusinasi pendengaran - GSP : halusinasi pendengaran (+)
- Defisit Perawatan diri - Defisit Perawatan diri (+)
Tindakan :
- 09.00 : mengajarkan mengontrol P :
prilaku prilaku kekerasan dengan - Latihan cara meminta,menolak dan
belajar bicara yang baik/ meminta, mengunkapkan dengan baik
menolak dan mengungkap 3x/hari
mengajarkan mengontrol halusinasi - Latihan bercakap-cakap dengan
dengan bercakap cakap dengan orang lain 3x/hari
orang lain. - Latihan cara makan dan minum
- 11.00 : mengajarkan mengontrol dengan baik
halusinasi dengan bercakap cakap - Latih dan masukan ke dalam
dengan orang lain. rencana kegiatan harian klien
- 13.00 : mengajarkan cara makan
dan minum yang benar
Rencana Tindak Lanjut : Tanda tangan
- Evaluasi SP 3
- Latih cara mengontrol RPK dengan
spiritual Nama : kelompok
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan harian
terjadwal
- Latih cara BAK dan BAB yang
baik
DOKUMENTASI KEPERAWATAN SP IV
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / Tanggal :Jumat, 25 Mei 2018
Data : S:
- Klien mengatakan dulu sering - Klien mengatakan masih sulit
marah – marah dan mengamuk. mengontrol emosinya
- Klien mengatakan masih merasa
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
mendengar suara-suara yang ada wujudnya
- Klien mengatakan jarang cuci
membuat klien kesal dang ingin tangan setelah BAB dan BAK
O:
marah.
- Klien mampu sholat dan istigfar
- Klien mengatakan mandi 2x - Klien mampu mengontrol
sehari, namun tidak memakai halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan membereskan tempat
sabun, shampo dan jarang gosok tidur
gigi. - Klien mengerti BAB dan BAK
yang benar
Diagnosa :
- Resiko Perilaku Kekerasan A :
- GSP : halusinasi pendengaran - Resiko Perilaku Kekarasan (+)
- Defisit Perawatan diri - GSP : halusinasi pendengaran (+)
- Defisit Perawatan diri (+)
Tindakan : P :
- 09.00 : Mengajarkan klien - Latihan sholat 5 waktu
mengontrol prilaku kekerasan - Latihan membereskan tempat tidur
secara spiritual ( sholat dan 2x/sehari
istigfar) - Latihan BAB dan BAK dengan
- 11.00 : Mengajarkan klien baik 1x sehari
mengontrol halusinasi dengan cara - Masukan ke dalam jadwal rencana
melakukan kegiatan harian secara kegiatan harian klien
terjadwal ( merapihkan tempat
tidur)
- 13.00 : melatih cara melakukan Tanda tangan
BAB dan BAK yang baik
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / Tanggal :Sabtu,26 Mei 2018
Data : S:
- Klien mengatakan dulu sering - Klien mengatakan lebih tenang dan
marah – marah dan mengamuk tidak mudah marah
- Klien suara – suara bisikannya
- Klien mengatakan sering sudah mulai berkurang
mendengar suara-suara yang - Klien mengatakan merasa nyaman
P :
Tindakan :
- Latih mengontrol PK dengan tarik
- 09..00 : mengevaluasi cara
nafas dalam, pukul bantal/pukul
mengontrol resiko prilaku
kasur, obat, verbal/bicara yang
kekerasan
baik, dan spiritual/ibadah
- 11.00 : mengevaluasi cara
mengontrol halusinasi
- Latih mengontrol halusinasi
- mengevaluasi cara mengontrol
dengan menghardik, obat,
halusinasi
bercakap-cakap, dan melakukan
- 13.00 : mengevaluasi cara menjaga
kegiatan harian
kebersihan diri
- Latih menjaga kebersihan diri
dengan mendi, berdandan, makan
Rencana Tindak Lanjut : -
minum yg baik, BAB dan BAK
yang baik
- Masukan kedalam jadwal rencana
kegiatan harian klien
Tanda tangan
Nama : kelompok
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis yang penulis dapatkan antara
konsep dasar teori dan kasus nyata Tn.H di ruang Cendrawasih RSJ Provinsi
Lampung. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009)pengkajian merupakan
pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk
menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan
komunitas.Pengumpulan data pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan
masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan
aspek medik. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara
dengan Tn.H , observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku Tn. H
serta dari status Tn. H. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang
mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. H.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (dalam Nurjannah, 2005) menyatakan bahwa diagnosa
keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan
adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi
fungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian utama diagnosa
keperawatan.Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon pasien baik aktual maupun potensial (Stuart & Laraia, 2001). Sedangkan
Keliat, (2005) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai penilaian tehnik
mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual maupun potensial. Dalam kasus Tn.H terdapat sepuluh
diagnosa keperawatan jiwa, yaitu;Resiko Perilaku Kekerasan,Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Pendengaran, Defisit Perawatan Diri, Koping Individu In
Efektif, Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit Jiwa.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Ali (dalam Nurjanah, 2005) rencana tindakan keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus.Perencanaan
keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama
dengan landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai
dengan SOP (Standart Operasional Prosedure) yang telah ditetapkan.Dalam kasus
Tn.H melakukan intervensi keperawatan fokus pada tiga diagnosa, yaitu Resiko
perilaku kekerasan, Gangguan sensori persepsi; halusinasi, dan Defisit perawatan
diri.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Effendy (dalam Nurjannah, 2005) implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent),
saling ketergantungan atau kolaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan atau
ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan implementasi menggunakan
jenis tindakan mandiri dan saling ketergantungan.Implementasi keperawatan pada
Tn.H dilakukan dari tanggal 13 sampai dengan 18 november 2017.
5. Evaluasi
Menurut Kurniawati (dalam Nurjannah, 2005) evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan. Pada kasus ini, penulis menggunakan evaluasi formatif dan sumatif.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah
1. Bagi Tenaga keperawatan
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khusus nya pada masalah resiko prilaku
kekerasan.
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP(Standart Operasional Prosedure)
yang ditetapkan.
2. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien dengan resiko prilaku kekerasan.
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standart Operasional
Prosedure dan dilanjutkan dengan SOAP pada klien khususnya dengan
resiko prilaku kekerasan
3. Bagi klien dan keluarga
a. Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan
oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesembuhan klien.
b. Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam
porses pengobatan baik dirumah sakit maupun di rumah