Anda di halaman 1dari 57

REFERAT

FRAKTUR PELVIS
Oleh: Rosyidah Q A’yun, S.Ked
Pembimbing: dr. I Putu Gede Dharmawan, M. Biomed, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN BEDAH


RSUD JOHN PIET WANANE
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA
2023
Outline
1 Pendahuluan

2 Tinjauan Pustaka

3 Kesimpulan
Pendahulan
1
Latar Belakang
 Fraktur pelvis atau fraktur tulang panggulCedera akibat patah pada pelvis yang
disebabkan oleh suatu trauma.
 Penyebab tersering fraktur pelvis pada usia dewasa muda Kecelakaan lalu lintas.
 Insiden 3% dari keseluruhan cedera tulang dan mortalitas 5-16%.
 Pada trauma pelvis yang tidak stabil  Cedera organ viseral dan syok hemoragik.
 Risiko fraktur pelvis meningkat populasi usia lanjut, individu dengan dengan riwayat
densitas mineral tulang yang rendah, serta pada individu dengan riwayat radiasi akibat
kanker ginekologi.
Tinjauan
pustaka
2
Anatomi Pelvis
Anatomi Os. Pelvis
 Berbentuk cincin, terdiri dari tulang ilium, ischium, pubis dan sacrum
 Di bagian anterior berartikulasi pada simfisis pubis dan di posterior pada
sendi sakroiliaka
 Di rongga pelvis banyak terdapat organ penting : saraf, pemb.darah, buli-
buli dll
Ligamentum pelvis
 Stabilitas pelvis tergantung dari integritas ligamen dan tulang
 Pada trauma pelvis yang tidak stabilKehilangan darah yang sangat
besar dan dapat terjadi komplikasi pada organ vissera pada rongga pelvis.
Anatomi Ligamentum pelvis
Posterior View:
ligamen sakroiliaka
posterior, ligamen
sakrotuberus dan
ligamen
sakrospinous.

Lateral View:
Ligamen
Superior View:
sakrotuberous
ligamen
dan ligamen
sakroiliaka
sakrospinosus.
anterior dan
ligamen iliolumbar
Anatomi Vaskularisasi pelvis
Definisi
 Fraktur pelvis cedera pada panggul yang dapat menyebabkan patah
cincin panggul atau patah tulang asetabular maupun keduanya.
 Menyebabkan terbukanya cincin pelvis dan dapat mengakibatkan
ketidakstabilan secara mekanik Ketidakstabilan hemodinamik bila
disertai dengan kerusakan vaskuler dalam rongga pelvisSyok.
Epidemiologi

 WHO tahun 2020kecelakaan lalu lintas menyebabkan sekitar satu juta


kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.
 Amerika Serikat Insiden fraktur pelvis sebesar 37 kasus per 100.000
orang setiap tahun.
 KEMENKES RI tahun 2013kejadian patah tulang di Indonesia cukup
tinggi, sekitar delapan juta orang mengalami patah tulang.
Epidemiologi
Insiden:
 Populasi usia <35 tahuninsiden fraktur pelvis pada pria lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.
 Populasi usia >35 tahun insiden fraktur pelvis lebih didominasi oleh wanita.
Mortalitas akibat fraktur pelvis:
 3% pada pasien yang MRS dengan hemodinamik stabil
 38% pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil.
Etiologi
Trauma energi Trauma energi
Kondisi patologis rendah
tinggi

Kecelakaan lalu lintas Osteoporosis Olahraga, dikenal sebagai


mobil, motor atau jatuh fraktur pelvis avulsi
dari ketinggian yang Fraktur yang stabil
signifikan
Fraktur yang stabil
Fraktur tidak stabil
Klasifikasi Fraktur
Pelvis

Terisolasi dengan cincin


Fraktur pada cincin pelvis
pelvis yang utuh

 Fraktur avulsi  Klasifikasi Young and


 Fraktur langsung Burgess
 Fraktur kompresi  Klasifikasi Tile
Terisolasi dengan cincin pelvis yang utuh

Fraktur avulsi Fraktur langsung Fraktur kompresi

Pukulan langsung pada Fraktur pada rami pubis


Sepotong tulang tertarik
pelvis setelah jatuh dari cukup sering ditemukan
oleh kontraksi otot yang
tempat tinggi, dapat dan sering dirasakan tidak
hebatditemukan pada
menyebabkan fraktur nyeri Osteoporosis dan
olahragawan dan atlet. iskium atau ala ossis ilii. osteomalasia yang berat.
Fraktur Pada Cincin Pelvis
Klasifikasi Young and
Klasifikasi Tile
Burgess

Memberikan penilaian
Berdasarkan mekanisme stabilitas panggul dan
cedera dan memprediksi memandu ahli bedah untuk
tingkat keparahan cedera menentukan apakah cedera
(kehilangan darah). membutuhkan fiksasi
operatif.
Klasifikasi Young and Burgess

Anteroposterior Jenis cedera ini diakibatkan oleh gaya front-on


compression (APC) yang ditransmisikan melalui panggul.

APC I Pelebaran simfisis pubis kurang dari 2,5 cm

APC II Pelebaran simfisis lebih dari 2,5 cm dengan


pelebaran anterior sendi sakroiliaka; ligamen
posterior utuh.

APC III Pelebaran simfisis lebih dari 2,5 cm dengan


dislokasi sendi sakroiliaka.
Klasifikasi Young and Burgess
Lateral compression Cedera kompresi lateral diakibatkan oleh gaya
(LC) yang diterapkan dan ditransmisikan dari sisi
panggul

LC I Fraktur rami dan fraktur alar sakralis anterior


ipsilateral
LC II Fraktur rami dan dislokasi fraktur ilium posterior
ipsilateral

LC III Kompresi lateral ipsilateral dan cedera pola APC


kontralateral (pelvis angin).
Klasifikasi Young and Burgess
Cedera biasanya terlihat setelah jatuh dari
Vertical shear (VS)
ketinggian, mendarat dengan satu kaki yang
menyebabkan salah satu hemipelvis terdorong
ke atas.

Cedera diakibatkan oleh kombinasi APC, LC,


Kombinasi 
dan VS. Ini dapat terjadi ketika seseorang
dikeluarkan dari mobil atau sepeda motor.
Young and
Burgess LC

APC

VS
Klasifikasi cedera panggul WSES: pasien stabil secara
hemodinamik dan tidak stabil secara mekanis tanpa lesi lain
Klasifikasi Tile
Tipe A: Fraktur Tipe B: Fraktur Stabil Tipe A: Fraktur Tidak
Stabil Sebagian Stabil

 B1: Disrupsi anterior


 A1: Fraktur yang tidak  C1: Disrupsi posterior
unilateral pada struktur
melibatkan cincin unilateral komplit
posterior (pelebaran SIJ
panggul (mis., fraktur  C2: Disrupsi posterior
atau fraktur sakral)
avulsi atau sayap iliaka) unilateral komplit dengan
 B2: Fraktur / subluksasi
 A2: Fraktur sayap iliaka disrupsi parsial
sendi SIJ unilateral (rotasi
atau fraktur rami anterior kontralateral
cincin anterior) B3 – SIJ
 A3: Fraktur sakral  C3: Disrupsi posterior
bilateral / fraktur /
transversal. bilateral komplit.
subluksasi sakralis
Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Fisik Penunjang

• Pemeriksaan
Berdasarkan riwayat Pemeriksaan fisik awal laboratorium (serum
trauma pada panggul, meliputi primary survey laktat dan base excess
yang dapat disertai rasa “ABCDE”Pemeriksaan dari analisa gas darah
nyeri dan mati rasa pada fisik head to toe untuk memantau upaya
ekstremitas bawah. Menilai nyeri pada area resusitasi).
Curiga pada pasien KLL. fraktur. • Standar baku emas CT
Scan.
Pendekatan Mekanisme cedera, usia

Diagnosis Nyeri perut, nyeri dibagian selangkangan, nyeri pada pinggul


atau punggung bawah

Nyeri hebat saat menggerakkan kaki atau berjalan

Mati rasa atau kesemutan pada area selangkangan atau kaki


Anamnesis
Tidak dapat bangun, berdiri ataupun kesulitan untuk berjalan

Terdapat pembengkakan dan memar di perut bagian bawah, area


panggul, paha, perineum, skrotum atau vulva

Sulit Berkemih
Pendekatan Manajemen Utama
Diagnosis Trauma

Airway Head to Toe

Breathing

Terutama untuk menilai


Primary Survey Circulation
nyeri pada area fraktur.

Disability

Exposure
Pemeriksaan FisikInspeksi
Kulit
Mencari posisi ekstremitas
bawah yang abnormal
• Hematom panggul
• Adanya fraktur terbuka
• Rotasi eksternal dari satu atau kedua • Hematom atau udem pada skrotum, labial

ekstremitas atau perineum


• Perbedaan panjang tungkai • Laserasi perineum
• Cedera degloving (lesi Morel-Lavallee).
Neurologi

Pemeriksaan
Fisik Urogenital

Vagina dan Rektal


Pemeriksaan Penunjang
 X-RaySinar-X menggunakan radiasi untuk mengambil gambaran tulang.
Pada pemeriksaan foto polos akan memberikan gambar struktur padat, seperti
tulang.
 CT-Scan Kerumitan jenis cedera fraktur pelvis yang mana pada CT scan
akan memberikan gambar penampang panggul yang lebih rinci.
 Magnetic resonance imaging (MRI)Menemukan patah tulang yang tidak
dapat dilihat pada x-ray atau CT scan
Diagnosis Banding
 Fraktur Asetabulum
Tatalaksana
World Society of
Emergency Surgery
Tujuan (WSES)

 Stabilisasi keadaan umum


 Mengontrol perdarahan
pasienATLSABCDE
 Stabilisasi status hemodinamik
 Resusitasi cairan
 Pemulihan integritas mekanik dan
 Penatalaksanaan syok hemoragik
stabilisasi cincin pelvis
 Stabilisasi frakturPelvic Binding
 Mencegah komplikasi
 Mengatasi nyeri akut
 Stabilisasi pelvis secara definitif
 Profilaksis awal
Algoritma
penatalaksanaan
fraktur pelvis
World Society of
Emergency
Surgery (WSES)
Klasifikasi cedera panggul WSES: pasien stabil secara hemodinamik dan tidak stabil secara mekanis
tanpa lesi lain. (CL= Lateral Compression; APC= Antero-posterior Compression; VS= Vertical Shear,
CM= Combined Mechanism, NOM= Non-Operative Management, OM= Operative Management,
REBOA= Resuscitative Endo-Aortic Balloon).
Manajemen Awal Pada Trauma
Primary Survey

Airway Breathing and Circulation


ventilation

Exposure and
Disability
environmental
Pasien fraktur pelvis dengan hemodinamik yang tidak
stabil akibat perdarahan pada pelvis.

Dilakukan hingga tercapai target tekanan darah sistolik 80-


Resusitasi Cairan 90 mmHg dan pemantauan urine output 0,5 ml/kgBB/jam
pada pasien dewasa.

Pemasangan kateter urinapabila cedera uretra telah


disingkirkan
Dipertimbangkan berdasarkan respon pasien terhadap
resusitasi cairan.

Pasien yang berespon minimal atau tidak berespon


Transfusi Darah
terhadap resusitasi cairan mungkin membutuhkan
massive transfusion protocol (MTP) dengan memberikan
red blood cell (RBC), plasma, dan trombosit dengan
perbandingan 1:1:1.
Stabilisasi Fraktur

 Stabilisasi pelvis sheet wrapping atau pelvic binder


eksternal.
 Indikasikan kecurigaan trauma pelvis dengan
hemodinamik stabil maupun tidak stabil.
 Mengontrol perdarahan internal pada cedera tipe APC
dan tidak digunakan untuk cedera LC yang disertai rotasi
internal.
 Pemasangan pelvic binder tidak boleh melebihi 24-48
jammencegah terjadinya nekrosis.
Manajemen Nyeri dan Medikamentosa

 Analgesik Narkotik Morfin


 Hindari pemberian obat antiinflamasi non-steroid
(OAINS) Aspirin.
 Antibiotik gram positif Cefazolin
 Antibiotik broad-spectrum Metronidazole
 Profilaksis terhadap tetanus
 Antifibrinolitik Asam traneksamat
Penatalaksanaan Non-Operatif

Traksi skeletal pelvis


 Tujuan Mencegah terjadinya translasi pelvis dan mengurangi rasa nyeri
akibat kontraksi otot.
 Beban yang digunakan adalah seberat 5-15 kg.
 Sebaiknya dilakukan pada femur distal ipsilateral, bila tidak ada
kontraindikasi.
Fractures of the pelvis. Stable fractures (A,
B); unstable fractures (C-E); skeletal traction
(F); hip spica (G, H).
Penatalaksanaan Operatif
 Rekonstruksi cincin panggul (pelvic ring) yang harus dilakukan dalam waktu 72 jam
setelah keadaan umum pasien stabil secara fisiologis.

Reduksi fraktur pelvis Fiksasi fraktur pelvis


Resuscitative Endovascular Balloon
 Fiksasi eksternal
Occlusion of the Aorta (REBOA)
 Fiksasi internal
 Angioembolisasi
 Preperitoneal Pelvic Packing
Fiksasi eksternal untuk stabilisasi Fiksasi internal untuk stabilisasi
fraktur pelvis fraktur pelvis
Rehabilitasi
 Tujuan utama pada fraktur pelvis Meningkatkan penyembuhan, meminimalisasi
disabilitas dan komplikasi, serta mengembalikan fungsi awal pasien seperti sebelum
trauma.
 Difokuskan untuk memperkuat otot (progressive resistance training), mengembalikan
pergerakan dan postur tubuh.
 Selain itu aktivitas fisik, seperti latihan keseimbangan dan berjalan di treadmill, dapat
berfungsi untuk mencegah penurunan fungsi fisik dan mengurangi nyeri panggul.
Komplikasi

Striktur uretra Infeksi

Cedera saraf Tromboemboli vena

Nonunion Impotensi
Prognosis
 Secara umum kurang baik, terutama jika disertai dengan syok hemoragik.
 Berupa nyeri pelvis kronis yang mengganggu pasien untuk beraktivitas
sehari-hari.
 Selain itu, komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan operasi yang
dilakukan, misalnya perdarahan, cedera organ visceral, kerusakan sistem
saraf, dan malunion pelvis.
Kesimpulan
 Fraktur pelvis atau fraktur tulang panggul, merupakan cedera akibat patah pada pelvis yang dapat
disebabkan oleh suatu trauma. Insiden fraktur pelvis terjadi pada 3–8% dari seluruh cedera
muskuloskeletal.
 Fraktur pelvis dapat terjadi karena adanya trauma energy tinggi, kondisi patologis dan trauma energi
rendah
 Klasifikasi fraktur pelvis berupa klasifikasi Young and Burgess, klasifikasi Tile dan berdasarkan
WSES.
 Diagnosis fraktur pelvis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang akan ditemukan manifestasi klinis dari fraktur pelvis.
 Tatalaksana fraktur pelvis dimulai dari manajemen awal trauma menurut ATLS, resusitasi cairan dan
transfusi darah jika didapatkan tanda-tanda syok, stabilisasi fraktur dengan pelvic binding,
manajemen nyeri dan medikamentosa, penatalaksanaan non-operatif berupa traksi skeletal pelvis,
penatalaksanaan operatif berupa reduksi dan fiksasi pelvis serta rehabilitasi medik.
Daftar Pustaka
1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley and Solomon’s concise system of orthopaedics
and trauma. Ed 8. Taylor & Francis Group: Boca Raton. 2018. 863-72p.
2. Davis DD, Foris LA, Kane SM, Waseem M. Pelvic fracture. State Pearls Publishing LLC:
2022 [cited 2023 March 2]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430734
/.
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter Indonesia [internet]: diunduh
dari: https://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf.
4. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system. Ed 3.
Lippincott Williams & Wilkins: Baltimore. 1999. 642-53p.
5. Thompson JC. Netter’s concise orthopaedic anatomy. 2nd edition. Elsivier. China: 2010. In
chapter 7 pelvic. p. 227-35.
6. Egol KA, Koval KJ, Zucherman J. Handbook of fracture. 6th edition. Woter Kluwer. USA:
2020. In pelvic fracture. p. 336-50.
7. Battista C. Pelvis Anatomy. Orthobullets [internet]. 2022. Available from:
https://www.orthobullets.com/recon/12768/pelvis-anatomy.
Daftar Pustaka
8. Efendiyeva E, Messova A, Myssayev A, et al. Epidemiology of Pelvic Ring Fractures and
Injuries: A Retrospective Study. Open Access Maced J Med Sci. 2021;9(A):901-905.
DOI:https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.6876.
9. Aryana IGADP. Karakteristik pasien fraktur pelvis di unit gawat darurat RSUP Prof. dr.
I.G.N.G Ngoerah periode Januari 2019- September 2022. Intisari Sains Medis. 2023.
Volume 14, Number 1: 28-35.
10. Fisher SJ. American Academy Of Orthopaedic Surgeons (AAOS). Pelvic Fracture
[internet]. OrthoInfo. 2016. Available from:
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/pelvic-fractures/.
11. Weatherford B. Pelvic ring fracture. Orthobullets [internert]. 2021. Available from:
https://www.orthobullets.com/trauma/1030/pelvic-ring-fractures.
Daftar Pustaka

12. Mostafa A, Kyriacou H, et al. An overview of the key principles and guidelines in the management of
pelvic fractures. Journal of Perioperative Practice. 2021;31(9):341–348 DOI:
10.1177/1750458920947358.
13. Tomberg S. Pelvic trauma: Initial evaluation and management. UpToDate. 2021.
14. Coccolini F, Stahel PF, Montori G, et al. Pelvic trauma: WSES classification and guidelines. World
Journal of Emergency Surgery. 2017;12(5):1-18 DOI:10.1186/s13017-017-0117-6.
15. Chilmi MZ, Dilogo IH. Definitive Management Option of Pelvic Ring Injury. Hip Knee J.2021;2(2):61-
71 DOI:http://dx.doi.org/10.46355/hipknee.v2i2.112.
16. Trauma Clinical Guideline Initial Management of Major Pelvic Fractures [internet].
https://doh.wa.gov/sites/default/files/legacy/Documents/Pubs//689165.pdf.
17. Pelvic Binder and Pelvic Fractures [internet]. https://www.maimonidesem.org/blog/pelvic-binders-
and-pelvic-fractures
Thank You
Cedera Degloving (Morel-
Lavallee)

Anda mungkin juga menyukai