Anda di halaman 1dari 35

REFLEKSI KASUS

FRAKTUR FEMUR DISTAL SINISTRA


(FRAKTUR LEMPENG EPIFISIS SALTER HARRIS TIPE II)

Oleh :
FATMA ANGGITA IBRAHIM
N111 16 085

Pembimbing :
dr. Harris Tata, M.Kes, Sp.OT
PENDAHULUAN

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas dari tulang ,tulang


rawan sendi,tulang rawan epifisis baik yang bersifat total
ataupun bersifat parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena
kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok ,memutar dan tarikan.
DEFINISI

Lempeng epifisis merupakan suatu diskus tulang rawan yang terletak diantara
diafisis dan metafisis. Fraktur lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur
pada anak-anak. Tulang rawan lempeng epifisis lebih lemah daripada tulang lain.
Daerah yang paling lemah dari lempeng epifisis adalah zona transformasi tulang
rawan pada daerah hipertrofi dimana biasanya terjadi garis fraktur disebabkan oleh
meningkatkan aktivitas metabolik dan berkurangnya suplai darah.2
EPIDEMIOLOGI

 terjadi antara 15-30% dari


total semua trauma skeletal
pada anak-anak
 Kurang lebih 80% dari trauma
fisis terjadi dalam kisaran umur
10-16 tahun.
 Lebih sering terjadi pada anak
laki-laki.
 Distal radius merupakan tempat
paling sering terjadi, berkisar
30-60%
ANATOMI & HISTOLOGI
1. shearing
(pergeseran)
ETIOLOGI 2. avulsion (tarikan)
3. Splitting
(pemisahan)
4. crushing
(penghancuran)
KLASIFIKASI

TIPE I
TIPE II
TIPE III
TIPE IV
TIPE V
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto X-Ray

CT-scan

MRI
TATALAKSANA

TIPE I

TIPE II

TIPE III

TIPE IV

TIPE V
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MH
Umur : 12 tahun Tanggal masuk :02/06/2018
JK : Laki-laki Ruangan : Kenanga
Alamat : Toli-Toli Rumah Sakit: Undata
ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kiri.
Anamnesis terpimpin :
pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan Nyeri pada sendi lutut kanan
setelah mengalami KLL yang dialami sejak 3 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengendarai motor, kemudian saat ingin menghindari Lubang di
jalan, pasien kehilangan keseimbangan dan kemudian terjatuh ke arah kiri
dengan bagian lutut tertindih oleh motor. Pasien tetap sadar setelah
kecelakaan, riwayat mual atau muntah tidak ada, tidak ada pusing dan sakit
kepala. Setelah kejadian pasien diurut dan keesokan harinya dibawah ke
rumah sakit oleh keluarga. Setelah dilakukan foto x-ray pasien pulang
kerumah dan kembali diurut oleh keluarga. Dua minggu berada dirumah tidak
ada perbaikan,pasien dibawa ke RS toli-toli dan dilakukan perawatan
selama 3 hari kemudian dirujuk ke RSUD Undata
ANAMNESIS

Riwayat penyakit sebelumnya :


Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat keloid pada keluarga (-)
PEMERIKSAAAN FISIK

Status Generalisata : Sakit sedang


Tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 86 x/menit Suhu : 37 0C
Kepala : Bentuk normocephali
Conjunctiva anemis - / -
Sclera ikterik - / -
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAAN FISIK
Thorax
Paru-Paru :
Inspeksi : Simetris bilateral
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+) pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi jantung I/II reguler (+), Gallop (-),Murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi : Datar, kesan normal
Auskultasi: Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Tympani (+) pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegaly (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


• Ekstremitas :
Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Os laki-laki 12 tahun MRS dengan keluhan nyeri pada genu sinistra
setelah mengalami KLL 3 minggu sebelum masuk RS, os terjatuh ke arah kiri
dengan bagian genu tertindih motor. Dari pemeriksaan fisik pada regio
genue sinistra tampak deformitas (+), edema (+), sekitar luka tampak
hiperemis(+), nyeri tekan (+), ROM aktif-pasif tebatas akibat nyeri. Extensi
articulation genu sinistra 15 derajat. Pada pemeriksaan radiologi foto
rontgen Genu sinistra AP/AL tampak fraktur pada lempeng epifisis tipe II
regio distal femur sinistra
DIAGNOSIS
Fraktur femur distal sinistra (fraktur lempeng epifisis salter harris tipe II)
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA NON MEDIKAMENTOSA


• IVFD Futrolit 20 tpm • Diet bebas
• Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa
• Inj. Sharox 750 mg/12 jam pasien mengalami patah tulang lutut sebelah kiri

• Inj. Sagestam/12 jam • Konsul dokter bedah ortopedi untuk menangani


lebih lanjut
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam • Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa
diperlukan tindakan operasi untuk penanganan
• Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam lebih lanjut.
OPERATIF
• Debridement
• ORIF femur
PROGNOSIS
• Bonam
DOKUMENTASI
FOLLOW UP
Tanggal Follow Up
07/06/2018 S : nyeri lutut kanan post op

O:
T : 100/70 mmHg
N : 82 x/i
P : 22 x/i
S : 37 ºC

A:
Fraktur salter harris tipe II post Orif femur sinistra H1

P = Ivfd futrolit 20 tpm


Sharox 750mg/12 jam
Sagestam/12jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam
Ranitidin 50 mg/8jam
Foto kontrol
FOLLOW UP
08/06/2018 S : nyeri bekas luka (+), mual –, muntah-, flatus +, bab – bak biasa

O:
T : 110/80 mmHg
N : 82 x/i
P : 22 x/i
S : 36,8ºC
A : Fraktur salter harris tipe II post Orif femur sinistra H2
P: Ivfd futrolit 20 tpm
Sharox 750 mg/12 jam
Sagestam/12 jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam
Ranitidin 50 mg/8jam
PEMBAHASAN

Trauma yang menyebabkan tulang patah Diagnosis fraktur epifisis (fraktur salter harris tipe
II) selain berdasarkan gejala klinis juga
dapat berupa trauma langsung dan trauma
didasarkan pada hasil radiologi. Pada
tidak langsung. Trauma langsung
pemeriksaan radiologis pasien ini didapatkan
menyebabkan tekanan langsung pada tulang adanya fraktur pada lempeng epifisis os femur
dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. sinistra. Pemeriksaan penunjang laboratorium pada
Trauma tidak langsung, apabila trauma kasus fraktur adalah darah rutin untuk mendeteksi
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari ada tidaknya proses hidden blood lost atau
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan adanya proses infeksi. Pada pasien ini dilakukan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada pemeriksaan Darah rutin (Hb, leukosit, laju endap
klavikula, pada keadaan ini biasanya darah).
jaringan lunak tetap utuh.
PEMBAHASAN
Adapun fraktur yang diderita oleh pasien adalah fraktur lempeng
epifisis os femur sinistra tipe II, yakni disebabkan oleh trauma. Pada
permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost
yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase
jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase
konsolidasi. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang
sangat bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien.
KESIMPULAN

1. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya
disebabkan oleh trauma.
2. Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah adanya Garis fraktur,
Pembengkakan jaringan lunak, dan Iregularis kortikal.
3. Pemeriksaan penunjang yang cukup efisien untuk menunjang diagnosis fraktur
adalah pemeriksaan Foto Polos X-Ray
4. Terapi fraktur lempeng epifisis berdasarkan tipe dari salter harris
5. Proses penyembuhan fraktur terbagi atas 5 fase: fase Hematoma, fase
proliperatif, fase pembentukan callus, fase konsolidasi, & fase remodeling.
6. Komplikasi akibat fraktur antara lain seperti gangguan pertumbuhan tulang,
ketidakseimbangan pertumbuhan tulang & osteomyelitis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai