Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FISTULA URETROKUTAN, STRIKTUR


URETRA PARS PENDULOSA
DENGAN TINDAKAN JOHANSEN 1
Lt. 4 Ruang 4.06 (Bedah Urologi)
Instalasi Bedah Sentral RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
Tugas Mandiri
Stase Peminatan Keperawatan Bedah

Oleh:
Arinda Nivianita Sari
13/359219/KU/16542

PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

STRIKTUR URETRA
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat adanya
osbtruksi (long, 1996). Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan
jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. (UPF Ilmu Bedah, 1994).
Anatomi fisiologi striktur uretrha terdiri dari :
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari bulibuli melalui proses
miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra ini
diperlengkapi dengan spingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, dinding terdiri atas otot polos yang disyarafi oleh sistem otonomik dan spingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior, dinding terdiri atas otot
bergaris yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Panjang uretra dewasa
23-25 cm.
Secara anatomis uetra terdiri dari dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior.
Kedua uretra ini dipisahkan oleh spingter uretra eksternal. Uretra posterior pada pria terdiri
atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra
pars membranasea. Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu tonjolan
verumontanum, dan disebelah kranial dan kaudal dari verumontanum ini terdapat krista
uretralis. Bagian akhir dari vasdeferen yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir
kanan dan kiri verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara didalam duktus
prostatiks yang tersebar di uretra prostatika. Uretra anterior adalah bagian uretra yang
dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas :
a. Pars bulbosa
b. Pars pendularis
c. Fossa navikulare
d. Meatus uretra eksterna
Didalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses
reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada didalam diafragma urogenitalis bermuara diuretra
pars bulbosa, serta kelenjar Littre yaitu kelenjar para uretralis yang bermuara di uretra pars
pendularis.
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi atau mengitari
uretrha posterior dan disebelah proximalnya berhubung dengan bulli-buli, sedangkan bagian

distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai
otot dasar punggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau
jeruk nipis. Ukuran, panjang sekitar 4-6 cm, lebar 3-4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2-3 cm,
beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
a. Jaringan kelenjar < 50- 70%

c. Kapsul/muscule

b. Jaringan stroma (penyangga)


Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzim yang berfungsi
untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (pengumpalan) di dalam testis yang
membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja
memeras cairan prostat keluar melalui uretrha. Sel-sel sperma yang dibuat di dalam testis
akan ikut keluar melalui uretra.
Jumlah cairan yang dihasilkann meliputi 10-30% dari ejakulasi. Kelainan pada prostat
yang dapat mengganggu proses produksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain
seperti pertumbuhan yang banormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang
peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperan pada terjadinaya gangguan
aliran kencing. Kelainan yang disebut belakangan ini manifestasinya biasnya pada laki-laki
usia lanjut.
A. Etiologi
Berdasarkan penyebab/etiologinya struktur uretra di bagi menjadi 3 jenis :
a. Struktur uretra kongenital
Striktur ini bisanya sering terjadi di fossa navikularis dan pars membranase,
sifat striktur ini adalah stationer dan biasanya timbul terpisah atau bersamaan dengan
anomalia sakuran kemih yang lain.
b. Struktur uretra traumatik
Trauma ini akibat trauma sekunder seperti kecelakaan, atau karena instrumen,
infeksi, spasmus otot, atau tekanan dari luar, atau tekanan oleh struktur sambungan
atau oleh pertumbuhan tumor dari luar serta biasanya terjadi pada daerah kemaluan
dapat menimbulkan ruftur urethra, Timbul striktur traumatik dalam waktu 1 bulan.
Striktur akibat trauma lebih progresif daripada striktur akibat infeksi. Pada ruftur ini
ditemukan adanya hematuria gross.
c. Striktur akibat infeksi
Struktur ini biasanya sissebabkan oleh infeksi veneral. Timbulnya lebih lambat
daripada striktur traumatic.
Gejala klinis terdiri dari :

Keluhan berupa kesukaran dalam kencing, Pancaran air kencing kecil, lemah,
bercabang serat menetes dan sering di sertai dengan mengejan, biasanya karena ada retensio
urin timbul gejala-gejala sistitis, gejala gejala ini timbul perlahan-perlan selama beberapa
bulan atau bertahun-tahun apabila sehari keadaannya normal kemudian satu hari timbul tibatiba pancaran kecil dan lemah tidak dipikirkan striktur urethra tapi dipikirkan kearah batu
bulibuli yang turun keurethra. Dapat terjadinya pembengkakan dan getah/nanah dari daerah
perineum, scrotom dan kadang-kadang dapat juga didapat adanya bercakbercak darah
dicalana dalam, dicurigai adanya infeksi sistemik .
B. Patofisiologi
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan
kontraksi. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena
perbedaan panjangnya uretra. Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan
dengan anomali saluran kemih yang lain. Adapula Cedera uretral (akibat insersi peralatan
bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi), Cedera akibat
peregangan, Cedera akibat kecelakaan, Uretritis gonorrheal yang tidak ditangani, Infeksi,
Spasmus otot dan tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada urethra akan menyebabkan terbentuknya
jaringan sikatriks pada urethra. Jaringan sikatriks pada lumen urethra menimbulkan hambatan
aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat akan mecari jalan keluar di
tempat lain (di sebelah proksimal striktur) dan akhirnya akan mengumpul di rongga
periurethra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periurethra yang kemudian pecah membentuk
fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut
sebagai fistula seruling.
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada
uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari
epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan
berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Apabila terjadi perlukaan pada
uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti
oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini
menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur
uretra.
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu derajat:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.
C. Pemeriksaan diagnostik
1. Anamesis yang lengkap
Dengan anamnesis yang baik, diagnosis striktur urethra mudah ditegakkan, apabila ada
riwayat infeksi veneral atau straddle injury seperti uretritis, trauma dengan
kerusakan pada pinggul straddle injury, instrumentasi pada urethra, pemasangan
kateter, dan kelainan sejak lahir.
2. Inspeksi
Meatus, ekstermus yang sempit, pembengkakan serta fistula (e) didaerah penis,
skrotum, perineum dan suprapubik.
3. Palpasi
Teraba jaringan parut sepanjang perjalalanan urethra, anterior pada bagian ventral dari
penis, muara fistula (e) bila dipijat mengeluarkan getah / nanah.
4. Colok dubur
5. Kalibari dengan kateter lunak (lateks) akan ditemukan adanya hambatan
6. Untuk Kepastian diagnosis dapat ditegakkan dan dipastikan dengan uretrosistografi,
uretoskopi kedalam lumen urethra dimasukkan dimana kedalam urethra dimasukkan
dengan kontras kemudian difoto sehingga dapat terlihat seluruh saluran urethra dan
buli-buli. dan dari foto tersebut dapat ditentukan :
a. Lokalisasi striktur : Apakah terletak pada proksimal atau distal dari sfingter sebab
ini penting untuk tindakan operasi.
b. Besarnya kecilnya striktur
c. Panjangnya striktur
d. Jenis striktur
7. Bila sudah dilakukan sistomi : bipolar-sistografi dapat ditunjang dengan flowmetri

8. Pada kasus-kasus tertentu dapat dilakukan IVP, USG, (pada striktura yang lama dapat
terjadi perubahan sekunder pada kelenjar prostat,/batu/perkapuran/abses prostat,
Efididimis / fibrosis diefididimis.
D. Penatalaksanaan
a. Tergantung pada :
1. Lokalisasi
2. Panjang pendeknya struktur
3. Keadaan darurat
b. Dilatasi uretraperiodik
Dilakukan dengan halus dan hati-hati ( perlu pengalaman dan dituntut ketekunan seta
kesabaran kalau perlu dimulai dengan(bougie filiform) dan seterusnya. Kontraindikasi :
Pada anak kecil, bila gagal ( bougie terlalu sering / jarak 2-3 bulan, nyeri, perdarahan,
ekstravasasi, infeksi dipertimbangkan uretrotomia interna.
c. Uretrotomi Interna
1. Visual : sachse

2. Blind : Otis

Selalu dicoba urethromia interna dahulu terlebih dahulu kecuali terdapat fistula urethro
kutan atau abses perurethra. Bila dilatasi uretra akut urethrotomi interna gagal atau terdapat
abses/fistula dilakukan tindakan pembedahan :
1. Plastik urethra satu tahap dengan tanpa graft kulit ( syaraf tak ada infeksi dilakukan
tindakan pembedahan ).
2. Bila terjadi penyulit abses / fistula (e) operasi dalam 2 tahap.
3. Kateter (plastik,silikon, atau lateks) dipasang 5-7 hari bila terjadi striktur dapat dicoba
lagi.
4. Pemakaian Antibiotik (lihat dari standar lab bedah) :
Bila terdapat infeksi saluran air kemih : diberikan antibiotik yang sesuai hasil test
kepekaan.

Bila kultur urin steril : profilaksis dengan : anamnesa, pemeriksaan fisik, coba
kateterisasi / kateter karet ( lateks )
Retensi urin : Sistostomi, kemudian dirujuk
Ifiltrat urin : Sistostomi, insisi multipel, kemudian dirujuk bila proses infeksi
d. Uretrotomi eksterna
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian
dilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini
tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.
Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan
fibrotik. Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit
jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra
dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari. Stadium II, beberapa
bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan pembuatan uretra baru.
Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2
cm atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse.
Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di
eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau
pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan
menyertakan pembuluh darahnya.
E. Penegakan Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesa: Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga
mencari penyebab striktur uretra.
b. Pemeriksaan fisik dan lokal: Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk
meraba fibrosis di uretra, infiltrat, abses atau fistula.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

b. Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.


Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses
miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada
wanita 25 ml/detik.Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal
menandakan ada obstruksi.

c. Radiologi

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan
besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai
panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan
cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui
sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi.

d. Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan


kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan
ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter
ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra.

e. Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan


adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu
memotong jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.

PENGKAJIAN
- Identitas Pasien
Nama
Umur
Status

: Tn. RH
: 75 tahun
: Menikah

Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 30 9 - 2014
Tanggal pengkajian: 7 -10 - 2014
Sumber informasi : Tn. RH dan RM

- Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Diagnosa medis
: Fistula Uretrokutan, Striktur Uretra, Pars Pendulosa
Jenis Operasi
: Johansen 1
Jenis Anestesi
: Regiona Anestesi (Spinal)
Keluhan utama
: Sulit berkemih teratasi sementara dengan cystotomi
Riwayat Penyakit sekarang :
1,5 BSMRS pasien mengeluh sulit saat BAK, berkemih menetes, terasa masih ada
sisa, dilakukan cystotomi dikatakan striktur uretra, disarankan uretroplasty
Riwayat Penyakit Dahulu :
HT(+), DM(-), jantung(-), asma(-), alergi(-), BPH (+)
2. Pola kebiasaaan
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Sejak sakit Os selalu berusaha untuk mencari pengobatan termasuk periksa ke dokter
sejak 1,5 bulan yll dan disarankan operasi.
Nutrisi metabolik
A : IMT 50/1.672 = 18,37 BB Cukup
B : AL = 4,22 g/dL, Glukosa sewaktu : 101 mg/dL
C : TD = 130/70 mmHg, HB :12,6 g/dL
D : Tidak ada diit khusus di RS, pasien puasa dari jam 00.00.
Rencana Diit post op : TKTP
E : Natrium = 146 mmol/L, Kalium : 4,3 mmol/L, Clorida : 106 mmol/L
Pola eliminasi
BAB : 1-2 kali/hari, konsistensi lembek, tidak ada darah dan lendir
BAK : 700-100 cc/hari, warna kuning keruh, terpasang drain post cystotomi
untuk urin dari vesika urinaria.
Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
V
Mandi
V
Toileting
V
Berpakaian
V
Mobilitas di tempat tidur
V
Berpindah
V
Ambulasi/ROM
V
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

Oksigenasi: tidak memerlukan bantuan oksigen.


Pola tidur dan istirahat
Os mengatakan bisa tidur dengan nyenyak selama di RS sekitar 8 jam. Pasien juga
terlihat segar dan tidak mengantuk saat di ruang persiapan sebelum operasi.
Pola persepsi dan sensori kognitif
Pasien tidak ada gangguan penurunan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan
pengecapan dan tidak ada gangguan sensasi.
Pola persepsi diri
Pasien merasa bahwa saat ini ia sedang sakit dan selalu berusaha untuk mengobatkan
ke dokter agar sakitnya segera sembuh. Ia sudah mantap dengan pengobatan saat ini.
Awalnya pasien cemas untuk melakukan operasi, tetapi akhirnya beliau pasrah dan
berdoa untuk kelancaran operasinya, serta biar kembali sehat lagi.
Pola seksual dan reproduksi
Os sudah menikah dan lansia.
Pola peran hubungan
Selama di RS yang menunggu os adalah istri dan anak anaknya. Pasien
menggunakan JKN Non PBI
Pola manajemen koping stress
Os mengatakan sudah siap untuk menjalani operasi, walaupun Os masih terlihat
cemas karena ini merupakan operasi yang pertama.
Sistem nilai dan keyakinan
Os mengatakan telah berdoa agar operasinya lancar
Pemeriksaan fisik :
1)
2)
3)
4)

Keadaan umum : pasien compos mentis. GCS = 15, wajah terlihat tegang
Kulit : kulit utuh, turgor baik, sianosis(-), tidak terdapat luka pada kulit pasien.
Kepala : rambut hitam dan mulai beruban dan tidak ada benjolan disekitar kepala
Mata : CA(-), SI(-), os tidak menggunakan kacamata untuk membantu dalam

aktivitas nya sehari-hari


5) Telinga : telinga pasien bersih, tidak terdapat luka.
6) Hidung : cuping hidung(-), tidak ada nyeri tekan di hidung baik hidung kanan atau
kiri
7) Mulut : mukosa mulut lembab, bersih, gigi pasien baik.
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid ataupun pembesaran pembuluh vena
jugularis, jejas(-).
9) Dada :
Thorax
Inspeksi
Palpasi

Jantung

Paru

Terlihat ictus cordis di

Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada

SIC V

luka, tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan

Ictus cordis teraba di

Gerakan simetris, Vokal fremitus teraba, nyeri

SIC V

tekan(-)

Perkusi

Tidak ada perbesaran

Suara sonor, efusi(-)

jantung, suara redup


Auskultasi

S1-2 normal lub dup,

Suara nafas vesikuler, tidak ada nafas

reguler, tidak ada suara

tambahan

tambahan
10) Abdomen : BU(+) 12x/menit, nyeri (-), distensi (-), ascites(-), terpasang drain post
cystotomi sejak 30/9 di abdomen kuadran bawah dareah vesika urinaria
11) Genitalia : bersih dan tidak ada puss atau luka di area genital, rambut pubis (-),
teraba adanya jendalan didaerah di bagian spongiosum, nyeri tekan (-)
12) Anus dan rectum : bersih dan tidak ada luka dekubitus/ luka.
13) Muskuloskeletal : os masih mampu untuk menggerakkan ektremitas sendiri dan
masih mampu untuk berjalan sendiri, tidak ada kelainan bentuk. edema(-), capillary
refill < 2 detik
14) Neurologi : RP: -/-/-/-

RF: +/+/+/+

Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan darah
WBC (AL)

X10^3/UL

1 Okt 2014
10,37

RBC (AE)

X10^6/UL

4,78

4,7-6,1

Normal

HGB (Hb)

g/dl

12,8

13-18

Rendah

HCT (Hmt)

37,7

42-52

Rendah

x10^3/ul

318

150-450

Tinggi

PLT (AT)

Angka normal
4,5-10,5

Interpretasi
Normal

APTT

detik

33,2

22-37

Normal

PPT

detik

15,1

11,6-16,5

Normal

Alb

gr/dl

4,22

3,5-5,0

Normal

BUN

mg/dL

13,7

10-20

Normal

Creat

mg/dL

1,33

0,5-1,2

Tinggi

GDS

mg/dL

101

80-110

Normal

Na

mmol/L

146

136-145

Tinggi

mmol/L

4,3

3,8-5,1

Normal

Cl

mmol/L

106

97-113

Normal

Persiapan Operasi
1.

Dokumen untuk persetujuan tindakan operasi dan tindakan anestesi telah ditandatangani

2.
3.

baik dari keluarga pasien atau dari perawat yang berada di ruangan.
Os telah puasa dari jam 00.00 WIB 9-10-14
Gelang telah terpasang saat os mulai di rawat inap di RSUP DR Sardjito

Persiapan saat di ruang penerimaan pasien :


1.

Saat pasien datang, dokumen yang dibawa di cek kelengkapannya oleh perawat penerima

2.
3.
4.

pasien di GBST
Os di minta untuk tidur di brankard yang ada di gedung GBST
Os dipasang penutup kepala untuk operasi dan diberikan selimut untuk di ruang operasi.
Os ditanya mengenai alergi mapun penggunaan gigi palsu, perhiasan dan golongan serta

5.

persediaan darah.
Setelah pengecekkan dokumen lengkap os dibawa ke ruang induksi.

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF


PENGKAJIAN
1.

Persiapan perawat
a. Alat-alat disiapkan
b. Dipasang infus pada tangan kiri di ruang
c. Pasien dipindahkan dari brankard ke meja operasi
d. Dipasang negatif plate pada kaki kanan
e. Klien dipasang monitor: TD 140/80 mmHg, nadi 65 x/m, RR 20 x/m,
f. Pasien diposisikan litotomi
g. Operator, Asisten da instrumentator dan mencuci tangan secara steril lalu mengenakan
jas operasi dan sarung tangan dengan prinsip steril.

2.

Persiapan alat dan ruang


a. Alat steril
-

Bengkok
Kom kecil
Bepkok
Scalpel uk 5
Busi uk 17

- Gunting
-

jarungan
Gunting benang
Pinset anatomis
Pinset cirugis
Klem pean

Needle holder
Monopolar
Duk steril 5
Jas operasi 3
orang

b. Alat tidak steril


- Tempat sampah
- Monitor untuk tekanan darah, nadi, saturasi O2
- Suction pump
- Meja mayo
c. Bahan medis habis pakai
-

Spuit 10 cc (1)
Kateter ukuran 16 (1)
Urine bag (1)
Transfusi set (1)
Topi operasi (1)
Masker (4)
Sarung tangan steril (4)
Alkohol 100 cc (1)
Betadin 100 cc (1)

Aquadest 25 cc (1)
Asering 500 cc (5)
Jelly 10 cc (1)
Nacl 0,9% 500 ml (1)
vycril 4/0 (1)
Kasa steril pack(2)
Mess ukuran 20 (1)
Mess ukuran 15 (1)
Mess ukuran 11 (1)

3. Persiapan pasien
-

Klien diposisikan high fowler 90, kemudian dilakukan regional anestesi di spinal

Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas , NIBP, SpO2 dan monitor EKG

Klien nafas spontan, RR 20 x/m

Pasien diposisikan litotomi

Dalam stadium anestesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi: diolesi
alkohol 70 % betadin 10 %

Dipasang linen (doek biasa) pada 4 sisi dan doek lubang pada daerah yang akan
dilakukan pembedahan.

4. Prosedur operasi
- Operasi dimulai pada pukul 9.45 WIB
- Dilakukan businasi sampai dengan daerah striktur uretra pada pars pendulosa
- Dilakukan incisis ada bagan medial, diperdalam lapisan demi laposan hingga lumen
-

uretra/ proximal striktur dan fistula


Lumen uretra di businasi sampai dengan vesika urinaria, dipasang FC uk 20
Incisi striktur, dilaukan fstulatektomi
Jahin mukosauretra dengan kulit
Kontrol pendarahan
Tutp dengankassa steril
Operasi selesai pukul 11.45
Pasien dipindahkan ke brankard dan dirapikan kemudian pasien di bawa ke ruang RR

pada pukul 12.05.


5. Terminasi
- Saat dipindahkan ke ruang recovery room dilakukan pengecekan dokumen
- Dilakukan penilaian alderete score
1. 12.10 8
- Activity
- Respiration
- Circulation
- Conciousness
- Colour
-

:1
:2
:2
:1
:2

2. 12.30 9
- Activity
- Respiration
- Circulation
- Conciousness
- Colour

:1
:2
:2
:2
:2

12.45 pasien di jemput oleh perawat bangsal untuk kembali ke ruangan rawat inap

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


A. Risiko cedera akibat posisi perioperative
Definisi: Beresiko mengalami perubahan anatomis dan fisik yang tidak disengaja
akibat sikap tubuh atau peralatan yang digunakan saat prosedur invasif/ bedah
Faktor Resiko:
- Disorientasi
- Adema
- Emasiasi
- Imobilisasi
- Kelemahan otot
- Obesitas

- Gangguan Sensorik/ persepsi akibat anestesia

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF


A. NOC:
1. Pre-procedure readiness
Definisi: Kesiapan pasien untuk menjalani prosedur yang memerlukan anestesi atau
sedasi dengan selamat.
No
Indikator
1
Pengetahuan terkait prosedur
2
Pengetahuan terkait persiapan sebelum prosedur
3
Pengetahuan terkait setelah prosedur
4
Pengetahuan terkait potensi risiko dan komplikasi
5
Identifikasi perubahan status kesehatan
6
Identifikasi riwayat reaksi tambahan terhadap anestesi
7
Bowel prep status
8
Intake restriction status
9
Completion of skin prep
10
Pemberian marking site
11
Kelengkapan hasil lab
12
Penandatanganan informed concent
Keterangan:
1= not adequate;
2= slighly adequate;
3= moderately adequate;
4= substantially adequate;
5= totally adequate;

Target
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

B. NIC:
1. Teaching : Preoperative
Definisi : membantu pasien menjadi paham dan siap menjalankan operasi hingga
pemulihan post-operasi
Aktivitas:
a. Informasikan pasien dan orang terdekat terkait waktu dan lokasi
b. Informasikan pasien dan orang terdekat mengenai perkiraan lama operasi
c. Menentukan riwayat operasi sebelumya dan pengetahuan pasien serta
pengetahuan pasien mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan
d. Nilai kecemasan pasien dan orang terdekat pasien
e. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan hal terkait operasi
f. Jelaskan prosedur perioperatif secara jelas
g. Jelaskan mengenai obat, efek samping dan alasan menggunakan obat tersebut
h. Informasikan kepada rang terdekat lokasi ruang tunggu

i. Kenalkan pasien kepada tim yang ikut serta dalam proses operasi serta
menjelaskan peran masing-masing
j. Informasikan waktu kemungkinan nyeri akan timbul
ASUHAN KEPERAWATAN
NOC
NIC
IMPLEMENTASI
PreTeaching :
7-10-14 / 9.10
Procedure Preoperative Menanyakan nama dan
Readiness
tanggal lahir pasien dan
dicocokan di gelang
identitas pasien
Menanyakan
jenis
operasi
yang
akan
dilakukan ke pasien
Menanyakan persiapan
operasi seperti puasa,
riwayat alergi, golongan
darah dan persediaan
darah
Menjelaskan ke pasien
procedure
operasi
meliputi
pembiusan,
lama operasi dan tim
yang akan melakukan
operasi
Mempersiapkan
dan
mengecek
kembali
alat/instrument
yang
akan digunakan operasi

EVALUASI
Subjek:
Pasien
mengatakan
sudah
puasa sejak jam 00.00 WIB,
golongan darah O sudah sedia
2 kantong, tidak ada alergi.
Pasien
mengatakan
akan
dioperasi
saluran
kencing
dengan bius
Objek:
- Identitas
sesuai
dan
berkas/laporan
status
lengkap
- Pasien
direncanakan
tindakan johansen 1, pasien
sudah mengerti penjelasan
intraoperatif
- Alat/instrument sudah siap
pakai dan steril.
Analisis:
Pre-operative
procedure
teratasi seluruhnya
Planning:
- Monitor keamanan pasien
selama operasi
- Dokumentasikan tindakan/
alat

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF


A. NOC:
1. Kontrol risiko
Definisi: perilaku seseorang dalam mencegah penurunan fungsi atau mengurangi
ancaman kesehatan
No
Indikator
1.
Modifikasi ingkungan
2.
Menghindari eksposure risiko
3.
Monitor adanya risiko
Keterangan:
1= never demonstrated; 2= rarely demonstrated; 3= sometime demonstrated;
4= often demonstrated; 5= constantly demonstrated

Target
5
5
5

2. Vital sign status


Definisi: Tingkat temperatur, nadi dan tekanan darah dalam bata normal
No
Indikator
1.
Suhu tubuh
2.
Nadi
3.
RR
4.
Nadi
5.
Irama Nafas
Keterangan:
1= severe; 2= substantial; 3= moderate; 4= mild; 5= none

Target
5
5
5
5
5

3. Blood loss severity


Definisi: Tingkat keparahan perdarahan internal/ eksternal.
No
Indikator
1.
Menunjukkan adanya kehilangan darah secara spontan
2.
Kulit dan mukosa pucat
3.
Perdarahan post pembedahan
4.
Hematuria
5.
Hematemesis
6.
Penurunan tekanan darah systole
7.
Penurunan tekanan darah diastole
8.
Distensi abdomen
9.
Kehilangan panas tubuh
Keterangan:
1= severe; 2= substantial; 3= moderate; 4= mild; 5= none

B. NIC:
1. Surgical Precaution

Target
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Definisi: Meminimalkan potensi cedera iatrogenik kepada pasien yang


berhubungan dengan prosedur pembedahan.
a. Verifikasi fungsi peralatan
b. Periksa fungi suction selang dan tabung suction
c. Jauhkan alat-alat yang tidak aman
d. Verifikasi persetujuan untuk operasi
e. Verifikasi prosedur dan luka operasi
f. Verifikasi identitas dan persedian darah sesuai
g. Tanyakan identitas dasar pasien
h. Verivikasi alergi pada pasien
i. Menghitung spons, benda tajam, dan instrumen sebelum, selama dan setelah
operasi
j. Menyediakan unit electrosurgical, groundling pad, dan elektroda aktif
k. Verifikasi integritas kabel listrik
l. Verifikasi fungsi electrosurgical
m. Periksa kulit pasien setelah digunakan elektro
n. Dokumentasi informasi yang tepat pada catatan operasi
2. Positioning: Intraoperative
Aktivitas:
a. Cek sirkulasi perifer dan status neurologis
b. Cek integritas kulit
c. Tentukan ROM pasien dan kestabilan
d. Perhatikan kepala dan leher saat transfer pasien
e. Pertahankan IV line, selang oksigen dan kateter
f. Lindungi mata pasien
g. Imobilisasi tubuh pasien
h. Tempatkan pasien pada posisi operasi (supine, drone, lateral chest atau
litotomi)
i. Monitor posisi pasien selama operasi
3. Infection control: intraoperative
Aktivitas:
a. Monitor dan utamakan aliran pernapasan
b. Batasi dan control keluar masuk OK

c. Verifikasi antibiotic yang digunakan


d. Monitor teknik isolasi
e. Verifikasi indicator sterilisasi
f. Gaun, sarung tangan, dan baju operasi sesuai aturan/standar
g. Pisahkan barang-barang yang tidak steril
h. Inspeksi kulit/jaringan yang akan dilakukan operasi
i. Berikan larutan antimikroba pada area insisi
j. Hindari kontaminasi
k. Aplikasikan dressing bedah
l. Bersihkan dan sterilisasikan alat bedah
4. Vital Sign Monitoring
Aktifitas :
a. Monotoring TD, N, S, RR
b. Monitoring irama jantung
c. Monitoring pola pernafasan
d. Monitor sianosis, warna dan kelembapan kulit
e. Monitor crushing triad, TD meninggi, bradikrd, sistolik meninggi)
5. Bleeding reduction: wound
Aktivitas:
a. Berikan tekanan manual pada daerah yang mengalami perdarahan atau yang
berpotensi mengalami perdarahan
b. Monitor pendarahan (jumlah dan sumber)
c. Persiapkn transfusi darah yang sesuai
d. Berikan balutan yang menekan pada daerah yang mengalami perdarahan
Menginformasikan kepada pasien tentang perawatan area insisi saat mandi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
NOC
1
Kontrol
risiko

NIC
Surgical
precaution

IMPLEMENTASI
7-10-14 / 09.30
SIGN IN
- Mengkonfirmasi
identifikasi
gelang,
lokasi
operasi,
prosedur,
informed
concent)
- Memverifikasi lokasi
operasi
- Memeriksa mesin dan
obat anestesi
- Memasang
pulse
oxiometri
- Memverifikasi adanya
tanda
alergi
pada
pasien
- Mengobservasi nafas,
dan penggunaan alat
bantu
- Mengobservasi
kemungkinan
kehilangan darah > 500
cc
- Mengobservasi
penggunaan akses intra
vena/arteri
TIME OUT
7-10-14 / 09.45
- Menghitung
spons,
benda
tajam,
dan
instrumen
sebelum,
selama dan setelah
operasi
7-10-14 / 11.45
SIGN OUT
- Periksa kulit pasien
setelah
digunakan
elektro
- Dokumentasi informasi
yang tepat pada catatan
operasi

Positionong 7-10-14 / 09.30


intra
SIGN IN
operative
Cek sirkulasi perifer
dan status neurologis

EVALUASI
Subjekif:
Pasien tidak memiliki
alergi
Objektif:
Os dengan identitas AS
akan dilakukan prosedur
Johansen prosedur 1
pada bagian pars
pendulosa, Informed
concent sudah disetujui.
Pulse oxiometri sudah
terpasang dan terhubung
denga monitor
Pernafasan pasien
reguler, akan dilakukan
intubasi
Kemungkinan
kehilangan darah <
500cc
Pasien terpasang IV line
pada tangan kiri dengan
cairan asering 500 cc
Jumlah kasa yang
disiapkan sama dengan
jumlah yag terpakai+sisa
Kulit yang terpasang
elektroda tidak ada
masalah
Analisis:
Kontrol risiko
Planning:
Monitor keadaan umum
pasien

Subjekif:
Objektif:
CPR < 2det, GCS 15

Cek integritas kulit


melindungi mata pasien
Imobilisasi
tubuh
pasien
mnempatkan
pasien
pada posisi operasi
Monitor posisi pasien
selama operasi

Blood
Loss
Severity

Infection
control
intraoperati
ve

7-10-14 / 09.30
SIGN IN
Monitor dan utamakan
aliran pernapasan
Batasi dan control
keluar masuk OK
7-10-14 / 09.45
TIME OUT
Memverifikasi
antibiotic
yang
digunakan
Menggunakan Gaun,
sarung tangan, dan baju
operasi
sesuai
aturan/standar
Memberikan
larutan
antimikroba pada area
insisi
7-10-14 / 11.45
SIGN OUT
Melakukan
Dressing
bedah
membersihkan
dan
packing alat bedah

Bleeding
Reduction:
Wound

7-10-14 / 09.45
Monitor perdarahan
selama tindakan
operasi
Melakukan penekanan

Mukosa kulit lembab


Mata pasien ditutup
dengan hypafix
Mmposisikan pasien
litotomi setelah anestsi
selesai
Analisis:
*ositioning
intraoperatoive teratasi
seluruhnya
Planning:
Monitor posisi pasien
selama operasi
Subjekif:
Objektif:
Pernafasan reguler
Ruang OK tertutup,
pasien, operator, asisten,
scrub nurse, sirkuler
nurse, dokter anestesi,
perawat anestesi
Tekah dilakukan skin
test cefriaxone, hasil
negatif, administrasi
ceftriaxone 1 gr
Telah diginakan APD
prinsip steril
Disinfektan
menggunakan povidine
iodine
Dressing telah dilakukan
tertutup dan steril
Telah dilakukan
pembersihan dan
packing alat untuk
dikirim ke CSSD
Analisis:
Infection control
intraoperative teratasi
seluruhnya
Planning:
Monitor tanda-tanda infeksi
selama operasi
Subjekif:
Objektif:
Jumlah perdarahan 200
cc

manual atau
penggunaan elektronik
couter untuk
menghentikan
perdarahan
Memberikan balutan
yang menekan pada
daerah yang mengalami
perdarahan

Pendarahan abnormal
berhasil dicgah dengan
dep-ing dan menutup
aliran dengn elektronik
couter
Analisis:
Blood loss severity
teratasi
Planning:
Monitor tanda-tanda
perdarahan
Vital Sign Vital sign 7-10-14 / 09.45
Subjekif:
Status
monitoring TIME OUT
Monitor TD, S, N,RR
Objektif:
Monitor irama jantung TD: 125/84 mmHg
Monitor
pola RR: 22x/menit (regular)
pernafasan
N: 84x/menit (regular)
Monitor
sianosis, S : afebris
warna & kelembapan Sianosis (-), puscat (-),
kulit
kulit lembab (+)
Analisis:
Vital sign Status teratasi
Planning:
Monitor vital sign

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


A. NOC:
1. Post-procedure recovery
Definisi: meningkatkan pengembalian fungsi dasar seseorang dari efek sedasi atau
anestesia dengan sesuai prosedur
No
Indikator
1.
Kepatenan jalan nafas
2.
Nafas spontan
3.
RR
4.
Saturasi Oksigen
5.
Aldrete Score
6.
Menjawab pertanyaan
7.
Sadar penuh
8.
Menggerakkan ekstremitas dengan perintah
9.
Toleransi Ambulasi
10.
Thermoregulation
Keterangan:
1= severe deviation from normal range;
2= substantial deviation from normal range;
3= moderate deviation from normal range;
4= mild deviation from normal range;
5= no deviation from normal range;

Target
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

B. NIC:
1. Recovery, post operative
Definisi: meningkatkan pengembalian fungsi dasar seseorang dari efek sedasi atau
anestesia dengan sesuai prosedur Aktivitas:
a. Monitoring kepatenan jalan nafas
b. Monitoring pola respirasi (spontan, O2)
c. Monitoring TD, RR, N, S
d. Monitoring sat. O2
e. Obsrvasi aldrete score
f. Observasi repon dan kemampuan pasien
g. Awasi KU pasien
h. Observasi adanya risiko jatuh
i. Observasi risiko nyeri
j. Observasi dan monitoring tanda-tanda perdarahan
k. Observasi kesiapan klien untuk ambulasi

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


No
NOC
1
Post-

NIC
IMPLEMENTASI
Recovery, 7-10-14 / 12.00

procedure

Post

recovery

Operative

Monitoring

EVALUASI
Subjektif:

kepatenan Objektif:

jalan nafas
Monitoring

pola

respirasi (spontan, O2)


Monitoring TD, RR, N,

Pasien bernapas
spontan, dan tidak
ada obstruksi
TD : 140/82

mmHg

Monitoring sat. O2
Obsrvasi aldrete score

RR 20x/m

Observasi

N : 74x/m

repon

dan

S : afebris

kemampuan pasien
Awasi KU pasien

Sat O2 : 100%

Observasi adanya risiko

Aldrete score : 5
mnt (8), 20 mnt

jatuh
Observasi risiko nyeri
Observasi

dan

(9)
Mampu menerima

monitoring tanda-tanda

perintah secara

perdarahan

sederhana

Observasi kesiapan klien


untuk ambulasi

Keadaan
somnolen
Tidak ada
rembesan pada
balutan
Analisis:
Post-procedure
recovery teratasi
Planning:
Operan kondisi
dan pasien
kepada perawat
bangsal

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan pendukomentasian

perawatan

Pasien, Edisi-3, Alih

bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta


Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP
dr.Sardjito, yogyakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,
USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai