Oleh:
Arinda Nivianita Sari
13/359219/KU/16542
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
STRIKTUR URETRA
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat adanya
osbtruksi (long, 1996). Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan
jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. (UPF Ilmu Bedah, 1994).
Anatomi fisiologi striktur uretrha terdiri dari :
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari bulibuli melalui proses
miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra ini
diperlengkapi dengan spingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, dinding terdiri atas otot polos yang disyarafi oleh sistem otonomik dan spingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior, dinding terdiri atas otot
bergaris yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Panjang uretra dewasa
23-25 cm.
Secara anatomis uetra terdiri dari dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior.
Kedua uretra ini dipisahkan oleh spingter uretra eksternal. Uretra posterior pada pria terdiri
atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra
pars membranasea. Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu tonjolan
verumontanum, dan disebelah kranial dan kaudal dari verumontanum ini terdapat krista
uretralis. Bagian akhir dari vasdeferen yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir
kanan dan kiri verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara didalam duktus
prostatiks yang tersebar di uretra prostatika. Uretra anterior adalah bagian uretra yang
dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas :
a. Pars bulbosa
b. Pars pendularis
c. Fossa navikulare
d. Meatus uretra eksterna
Didalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses
reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada didalam diafragma urogenitalis bermuara diuretra
pars bulbosa, serta kelenjar Littre yaitu kelenjar para uretralis yang bermuara di uretra pars
pendularis.
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi atau mengitari
uretrha posterior dan disebelah proximalnya berhubung dengan bulli-buli, sedangkan bagian
distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai
otot dasar punggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau
jeruk nipis. Ukuran, panjang sekitar 4-6 cm, lebar 3-4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2-3 cm,
beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
a. Jaringan kelenjar < 50- 70%
c. Kapsul/muscule
Keluhan berupa kesukaran dalam kencing, Pancaran air kencing kecil, lemah,
bercabang serat menetes dan sering di sertai dengan mengejan, biasanya karena ada retensio
urin timbul gejala-gejala sistitis, gejala gejala ini timbul perlahan-perlan selama beberapa
bulan atau bertahun-tahun apabila sehari keadaannya normal kemudian satu hari timbul tibatiba pancaran kecil dan lemah tidak dipikirkan striktur urethra tapi dipikirkan kearah batu
bulibuli yang turun keurethra. Dapat terjadinya pembengkakan dan getah/nanah dari daerah
perineum, scrotom dan kadang-kadang dapat juga didapat adanya bercakbercak darah
dicalana dalam, dicurigai adanya infeksi sistemik .
B. Patofisiologi
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan
kontraksi. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena
perbedaan panjangnya uretra. Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan
dengan anomali saluran kemih yang lain. Adapula Cedera uretral (akibat insersi peralatan
bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi), Cedera akibat
peregangan, Cedera akibat kecelakaan, Uretritis gonorrheal yang tidak ditangani, Infeksi,
Spasmus otot dan tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada urethra akan menyebabkan terbentuknya
jaringan sikatriks pada urethra. Jaringan sikatriks pada lumen urethra menimbulkan hambatan
aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat akan mecari jalan keluar di
tempat lain (di sebelah proksimal striktur) dan akhirnya akan mengumpul di rongga
periurethra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periurethra yang kemudian pecah membentuk
fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut
sebagai fistula seruling.
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada
uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari
epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan
berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Apabila terjadi perlukaan pada
uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti
oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini
menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur
uretra.
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu derajat:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.
C. Pemeriksaan diagnostik
1. Anamesis yang lengkap
Dengan anamnesis yang baik, diagnosis striktur urethra mudah ditegakkan, apabila ada
riwayat infeksi veneral atau straddle injury seperti uretritis, trauma dengan
kerusakan pada pinggul straddle injury, instrumentasi pada urethra, pemasangan
kateter, dan kelainan sejak lahir.
2. Inspeksi
Meatus, ekstermus yang sempit, pembengkakan serta fistula (e) didaerah penis,
skrotum, perineum dan suprapubik.
3. Palpasi
Teraba jaringan parut sepanjang perjalalanan urethra, anterior pada bagian ventral dari
penis, muara fistula (e) bila dipijat mengeluarkan getah / nanah.
4. Colok dubur
5. Kalibari dengan kateter lunak (lateks) akan ditemukan adanya hambatan
6. Untuk Kepastian diagnosis dapat ditegakkan dan dipastikan dengan uretrosistografi,
uretoskopi kedalam lumen urethra dimasukkan dimana kedalam urethra dimasukkan
dengan kontras kemudian difoto sehingga dapat terlihat seluruh saluran urethra dan
buli-buli. dan dari foto tersebut dapat ditentukan :
a. Lokalisasi striktur : Apakah terletak pada proksimal atau distal dari sfingter sebab
ini penting untuk tindakan operasi.
b. Besarnya kecilnya striktur
c. Panjangnya striktur
d. Jenis striktur
7. Bila sudah dilakukan sistomi : bipolar-sistografi dapat ditunjang dengan flowmetri
8. Pada kasus-kasus tertentu dapat dilakukan IVP, USG, (pada striktura yang lama dapat
terjadi perubahan sekunder pada kelenjar prostat,/batu/perkapuran/abses prostat,
Efididimis / fibrosis diefididimis.
D. Penatalaksanaan
a. Tergantung pada :
1. Lokalisasi
2. Panjang pendeknya struktur
3. Keadaan darurat
b. Dilatasi uretraperiodik
Dilakukan dengan halus dan hati-hati ( perlu pengalaman dan dituntut ketekunan seta
kesabaran kalau perlu dimulai dengan(bougie filiform) dan seterusnya. Kontraindikasi :
Pada anak kecil, bila gagal ( bougie terlalu sering / jarak 2-3 bulan, nyeri, perdarahan,
ekstravasasi, infeksi dipertimbangkan uretrotomia interna.
c. Uretrotomi Interna
1. Visual : sachse
2. Blind : Otis
Selalu dicoba urethromia interna dahulu terlebih dahulu kecuali terdapat fistula urethro
kutan atau abses perurethra. Bila dilatasi uretra akut urethrotomi interna gagal atau terdapat
abses/fistula dilakukan tindakan pembedahan :
1. Plastik urethra satu tahap dengan tanpa graft kulit ( syaraf tak ada infeksi dilakukan
tindakan pembedahan ).
2. Bila terjadi penyulit abses / fistula (e) operasi dalam 2 tahap.
3. Kateter (plastik,silikon, atau lateks) dipasang 5-7 hari bila terjadi striktur dapat dicoba
lagi.
4. Pemakaian Antibiotik (lihat dari standar lab bedah) :
Bila terdapat infeksi saluran air kemih : diberikan antibiotik yang sesuai hasil test
kepekaan.
Bila kultur urin steril : profilaksis dengan : anamnesa, pemeriksaan fisik, coba
kateterisasi / kateter karet ( lateks )
Retensi urin : Sistostomi, kemudian dirujuk
Ifiltrat urin : Sistostomi, insisi multipel, kemudian dirujuk bila proses infeksi
d. Uretrotomi eksterna
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian
dilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini
tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.
Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan
fibrotik. Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit
jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra
dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari. Stadium II, beberapa
bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan pembuatan uretra baru.
Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2
cm atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse.
Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di
eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau
pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan
menyertakan pembuluh darahnya.
E. Penegakan Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesa: Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga
mencari penyebab striktur uretra.
b. Pemeriksaan fisik dan lokal: Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk
meraba fibrosis di uretra, infiltrat, abses atau fistula.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Uroflowmetri
c. Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan
besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai
panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan
cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui
sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi.
d. Instrumentasi
e. Uretroskopi
PENGKAJIAN
- Identitas Pasien
Nama
Umur
Status
: Tn. RH
: 75 tahun
: Menikah
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 30 9 - 2014
Tanggal pengkajian: 7 -10 - 2014
Sumber informasi : Tn. RH dan RM
- Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Diagnosa medis
: Fistula Uretrokutan, Striktur Uretra, Pars Pendulosa
Jenis Operasi
: Johansen 1
Jenis Anestesi
: Regiona Anestesi (Spinal)
Keluhan utama
: Sulit berkemih teratasi sementara dengan cystotomi
Riwayat Penyakit sekarang :
1,5 BSMRS pasien mengeluh sulit saat BAK, berkemih menetes, terasa masih ada
sisa, dilakukan cystotomi dikatakan striktur uretra, disarankan uretroplasty
Riwayat Penyakit Dahulu :
HT(+), DM(-), jantung(-), asma(-), alergi(-), BPH (+)
2. Pola kebiasaaan
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Sejak sakit Os selalu berusaha untuk mencari pengobatan termasuk periksa ke dokter
sejak 1,5 bulan yll dan disarankan operasi.
Nutrisi metabolik
A : IMT 50/1.672 = 18,37 BB Cukup
B : AL = 4,22 g/dL, Glukosa sewaktu : 101 mg/dL
C : TD = 130/70 mmHg, HB :12,6 g/dL
D : Tidak ada diit khusus di RS, pasien puasa dari jam 00.00.
Rencana Diit post op : TKTP
E : Natrium = 146 mmol/L, Kalium : 4,3 mmol/L, Clorida : 106 mmol/L
Pola eliminasi
BAB : 1-2 kali/hari, konsistensi lembek, tidak ada darah dan lendir
BAK : 700-100 cc/hari, warna kuning keruh, terpasang drain post cystotomi
untuk urin dari vesika urinaria.
Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
V
Mandi
V
Toileting
V
Berpakaian
V
Mobilitas di tempat tidur
V
Berpindah
V
Ambulasi/ROM
V
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Keadaan umum : pasien compos mentis. GCS = 15, wajah terlihat tegang
Kulit : kulit utuh, turgor baik, sianosis(-), tidak terdapat luka pada kulit pasien.
Kepala : rambut hitam dan mulai beruban dan tidak ada benjolan disekitar kepala
Mata : CA(-), SI(-), os tidak menggunakan kacamata untuk membantu dalam
Jantung
Paru
SIC V
SIC V
tekan(-)
Perkusi
tambahan
tambahan
10) Abdomen : BU(+) 12x/menit, nyeri (-), distensi (-), ascites(-), terpasang drain post
cystotomi sejak 30/9 di abdomen kuadran bawah dareah vesika urinaria
11) Genitalia : bersih dan tidak ada puss atau luka di area genital, rambut pubis (-),
teraba adanya jendalan didaerah di bagian spongiosum, nyeri tekan (-)
12) Anus dan rectum : bersih dan tidak ada luka dekubitus/ luka.
13) Muskuloskeletal : os masih mampu untuk menggerakkan ektremitas sendiri dan
masih mampu untuk berjalan sendiri, tidak ada kelainan bentuk. edema(-), capillary
refill < 2 detik
14) Neurologi : RP: -/-/-/-
RF: +/+/+/+
Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan darah
WBC (AL)
X10^3/UL
1 Okt 2014
10,37
RBC (AE)
X10^6/UL
4,78
4,7-6,1
Normal
HGB (Hb)
g/dl
12,8
13-18
Rendah
HCT (Hmt)
37,7
42-52
Rendah
x10^3/ul
318
150-450
Tinggi
PLT (AT)
Angka normal
4,5-10,5
Interpretasi
Normal
APTT
detik
33,2
22-37
Normal
PPT
detik
15,1
11,6-16,5
Normal
Alb
gr/dl
4,22
3,5-5,0
Normal
BUN
mg/dL
13,7
10-20
Normal
Creat
mg/dL
1,33
0,5-1,2
Tinggi
GDS
mg/dL
101
80-110
Normal
Na
mmol/L
146
136-145
Tinggi
mmol/L
4,3
3,8-5,1
Normal
Cl
mmol/L
106
97-113
Normal
Persiapan Operasi
1.
Dokumen untuk persetujuan tindakan operasi dan tindakan anestesi telah ditandatangani
2.
3.
baik dari keluarga pasien atau dari perawat yang berada di ruangan.
Os telah puasa dari jam 00.00 WIB 9-10-14
Gelang telah terpasang saat os mulai di rawat inap di RSUP DR Sardjito
Saat pasien datang, dokumen yang dibawa di cek kelengkapannya oleh perawat penerima
2.
3.
4.
pasien di GBST
Os di minta untuk tidur di brankard yang ada di gedung GBST
Os dipasang penutup kepala untuk operasi dan diberikan selimut untuk di ruang operasi.
Os ditanya mengenai alergi mapun penggunaan gigi palsu, perhiasan dan golongan serta
5.
persediaan darah.
Setelah pengecekkan dokumen lengkap os dibawa ke ruang induksi.
Persiapan perawat
a. Alat-alat disiapkan
b. Dipasang infus pada tangan kiri di ruang
c. Pasien dipindahkan dari brankard ke meja operasi
d. Dipasang negatif plate pada kaki kanan
e. Klien dipasang monitor: TD 140/80 mmHg, nadi 65 x/m, RR 20 x/m,
f. Pasien diposisikan litotomi
g. Operator, Asisten da instrumentator dan mencuci tangan secara steril lalu mengenakan
jas operasi dan sarung tangan dengan prinsip steril.
2.
Bengkok
Kom kecil
Bepkok
Scalpel uk 5
Busi uk 17
- Gunting
-
jarungan
Gunting benang
Pinset anatomis
Pinset cirugis
Klem pean
Needle holder
Monopolar
Duk steril 5
Jas operasi 3
orang
Spuit 10 cc (1)
Kateter ukuran 16 (1)
Urine bag (1)
Transfusi set (1)
Topi operasi (1)
Masker (4)
Sarung tangan steril (4)
Alkohol 100 cc (1)
Betadin 100 cc (1)
Aquadest 25 cc (1)
Asering 500 cc (5)
Jelly 10 cc (1)
Nacl 0,9% 500 ml (1)
vycril 4/0 (1)
Kasa steril pack(2)
Mess ukuran 20 (1)
Mess ukuran 15 (1)
Mess ukuran 11 (1)
3. Persiapan pasien
-
Klien diposisikan high fowler 90, kemudian dilakukan regional anestesi di spinal
Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas , NIBP, SpO2 dan monitor EKG
Dalam stadium anestesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi: diolesi
alkohol 70 % betadin 10 %
Dipasang linen (doek biasa) pada 4 sisi dan doek lubang pada daerah yang akan
dilakukan pembedahan.
4. Prosedur operasi
- Operasi dimulai pada pukul 9.45 WIB
- Dilakukan businasi sampai dengan daerah striktur uretra pada pars pendulosa
- Dilakukan incisis ada bagan medial, diperdalam lapisan demi laposan hingga lumen
-
:1
:2
:2
:1
:2
2. 12.30 9
- Activity
- Respiration
- Circulation
- Conciousness
- Colour
:1
:2
:2
:2
:2
12.45 pasien di jemput oleh perawat bangsal untuk kembali ke ruangan rawat inap
Target
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
B. NIC:
1. Teaching : Preoperative
Definisi : membantu pasien menjadi paham dan siap menjalankan operasi hingga
pemulihan post-operasi
Aktivitas:
a. Informasikan pasien dan orang terdekat terkait waktu dan lokasi
b. Informasikan pasien dan orang terdekat mengenai perkiraan lama operasi
c. Menentukan riwayat operasi sebelumya dan pengetahuan pasien serta
pengetahuan pasien mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan
d. Nilai kecemasan pasien dan orang terdekat pasien
e. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan hal terkait operasi
f. Jelaskan prosedur perioperatif secara jelas
g. Jelaskan mengenai obat, efek samping dan alasan menggunakan obat tersebut
h. Informasikan kepada rang terdekat lokasi ruang tunggu
i. Kenalkan pasien kepada tim yang ikut serta dalam proses operasi serta
menjelaskan peran masing-masing
j. Informasikan waktu kemungkinan nyeri akan timbul
ASUHAN KEPERAWATAN
NOC
NIC
IMPLEMENTASI
PreTeaching :
7-10-14 / 9.10
Procedure Preoperative Menanyakan nama dan
Readiness
tanggal lahir pasien dan
dicocokan di gelang
identitas pasien
Menanyakan
jenis
operasi
yang
akan
dilakukan ke pasien
Menanyakan persiapan
operasi seperti puasa,
riwayat alergi, golongan
darah dan persediaan
darah
Menjelaskan ke pasien
procedure
operasi
meliputi
pembiusan,
lama operasi dan tim
yang akan melakukan
operasi
Mempersiapkan
dan
mengecek
kembali
alat/instrument
yang
akan digunakan operasi
EVALUASI
Subjek:
Pasien
mengatakan
sudah
puasa sejak jam 00.00 WIB,
golongan darah O sudah sedia
2 kantong, tidak ada alergi.
Pasien
mengatakan
akan
dioperasi
saluran
kencing
dengan bius
Objek:
- Identitas
sesuai
dan
berkas/laporan
status
lengkap
- Pasien
direncanakan
tindakan johansen 1, pasien
sudah mengerti penjelasan
intraoperatif
- Alat/instrument sudah siap
pakai dan steril.
Analisis:
Pre-operative
procedure
teratasi seluruhnya
Planning:
- Monitor keamanan pasien
selama operasi
- Dokumentasikan tindakan/
alat
Target
5
5
5
Target
5
5
5
5
5
B. NIC:
1. Surgical Precaution
Target
5
5
5
5
5
5
5
5
5
NIC
Surgical
precaution
IMPLEMENTASI
7-10-14 / 09.30
SIGN IN
- Mengkonfirmasi
identifikasi
gelang,
lokasi
operasi,
prosedur,
informed
concent)
- Memverifikasi lokasi
operasi
- Memeriksa mesin dan
obat anestesi
- Memasang
pulse
oxiometri
- Memverifikasi adanya
tanda
alergi
pada
pasien
- Mengobservasi nafas,
dan penggunaan alat
bantu
- Mengobservasi
kemungkinan
kehilangan darah > 500
cc
- Mengobservasi
penggunaan akses intra
vena/arteri
TIME OUT
7-10-14 / 09.45
- Menghitung
spons,
benda
tajam,
dan
instrumen
sebelum,
selama dan setelah
operasi
7-10-14 / 11.45
SIGN OUT
- Periksa kulit pasien
setelah
digunakan
elektro
- Dokumentasi informasi
yang tepat pada catatan
operasi
EVALUASI
Subjekif:
Pasien tidak memiliki
alergi
Objektif:
Os dengan identitas AS
akan dilakukan prosedur
Johansen prosedur 1
pada bagian pars
pendulosa, Informed
concent sudah disetujui.
Pulse oxiometri sudah
terpasang dan terhubung
denga monitor
Pernafasan pasien
reguler, akan dilakukan
intubasi
Kemungkinan
kehilangan darah <
500cc
Pasien terpasang IV line
pada tangan kiri dengan
cairan asering 500 cc
Jumlah kasa yang
disiapkan sama dengan
jumlah yag terpakai+sisa
Kulit yang terpasang
elektroda tidak ada
masalah
Analisis:
Kontrol risiko
Planning:
Monitor keadaan umum
pasien
Subjekif:
Objektif:
CPR < 2det, GCS 15
Blood
Loss
Severity
Infection
control
intraoperati
ve
7-10-14 / 09.30
SIGN IN
Monitor dan utamakan
aliran pernapasan
Batasi dan control
keluar masuk OK
7-10-14 / 09.45
TIME OUT
Memverifikasi
antibiotic
yang
digunakan
Menggunakan Gaun,
sarung tangan, dan baju
operasi
sesuai
aturan/standar
Memberikan
larutan
antimikroba pada area
insisi
7-10-14 / 11.45
SIGN OUT
Melakukan
Dressing
bedah
membersihkan
dan
packing alat bedah
Bleeding
Reduction:
Wound
7-10-14 / 09.45
Monitor perdarahan
selama tindakan
operasi
Melakukan penekanan
manual atau
penggunaan elektronik
couter untuk
menghentikan
perdarahan
Memberikan balutan
yang menekan pada
daerah yang mengalami
perdarahan
Pendarahan abnormal
berhasil dicgah dengan
dep-ing dan menutup
aliran dengn elektronik
couter
Analisis:
Blood loss severity
teratasi
Planning:
Monitor tanda-tanda
perdarahan
Vital Sign Vital sign 7-10-14 / 09.45
Subjekif:
Status
monitoring TIME OUT
Monitor TD, S, N,RR
Objektif:
Monitor irama jantung TD: 125/84 mmHg
Monitor
pola RR: 22x/menit (regular)
pernafasan
N: 84x/menit (regular)
Monitor
sianosis, S : afebris
warna & kelembapan Sianosis (-), puscat (-),
kulit
kulit lembab (+)
Analisis:
Vital sign Status teratasi
Planning:
Monitor vital sign
Target
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
B. NIC:
1. Recovery, post operative
Definisi: meningkatkan pengembalian fungsi dasar seseorang dari efek sedasi atau
anestesia dengan sesuai prosedur Aktivitas:
a. Monitoring kepatenan jalan nafas
b. Monitoring pola respirasi (spontan, O2)
c. Monitoring TD, RR, N, S
d. Monitoring sat. O2
e. Obsrvasi aldrete score
f. Observasi repon dan kemampuan pasien
g. Awasi KU pasien
h. Observasi adanya risiko jatuh
i. Observasi risiko nyeri
j. Observasi dan monitoring tanda-tanda perdarahan
k. Observasi kesiapan klien untuk ambulasi
NIC
IMPLEMENTASI
Recovery, 7-10-14 / 12.00
procedure
Post
recovery
Operative
Monitoring
EVALUASI
Subjektif:
kepatenan Objektif:
jalan nafas
Monitoring
pola
Pasien bernapas
spontan, dan tidak
ada obstruksi
TD : 140/82
mmHg
Monitoring sat. O2
Obsrvasi aldrete score
RR 20x/m
Observasi
N : 74x/m
repon
dan
S : afebris
kemampuan pasien
Awasi KU pasien
Sat O2 : 100%
Aldrete score : 5
mnt (8), 20 mnt
jatuh
Observasi risiko nyeri
Observasi
dan
(9)
Mampu menerima
monitoring tanda-tanda
perintah secara
perdarahan
sederhana
Keadaan
somnolen
Tidak ada
rembesan pada
balutan
Analisis:
Post-procedure
recovery teratasi
Planning:
Operan kondisi
dan pasien
kepada perawat
bangsal
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan pendukomentasian
perawatan
LAMPIRAN