Anda di halaman 1dari 64

EFEKTIVITAS STIMULASI SENSORI (GARPUTALA, AROMATIC,

CUBITAN) TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN PASIEN


POST OPERASI MENGGUNAKAN GENERAL
ANESTESI DI RUANG RECOVERY ROOM
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

“Untuk Memenuhi Pengembangan Profesi Keperawatan dan Sebagai


Usulan Penetapan Angka Kridit”

Disusun Oleh :
ABDUL AZIS,AMK
NIP : 196910222006041003

UNIT KERJA : UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan hasil penelitian yang berjudul “EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI (


GARPUTALA ,AROMATIK,CUBITAN ) TERHADAP PERCEPATAN
KESADARAN PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN GENERAL
ANESTESI DI RUANG RECOVERY ROOM RSUUD RAA SOEWONDO
PATI PADA TAHUN 2021” telah disetujui untuk dijadikan persyaratan
pengembangan profesi keperawatan dalam usulan penilaian angka kredit pada:

Hari :
Tanggal :

Mengetahui Pati , Mei 2021


Kepala Bidang Keperawatan
UPT RSUD RAA Soewondo Pati Pembimbing,,

Warji, S.Kep., Ns Ns.Kristanti Wahyuningtyas,Mkep.Sp.MB


NIP. 19701116 199803 1 003 NIP. 19820104 200903 2 009

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmah dan


hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
Efektifitas Stimulasi Sensori ( Garputala, Aromatic, Cubitan) terhadap Percepatan
Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan General Anestesi di Ruang
Recovey Room UPT RSUD RAA Soewondo Pati”. Makalah ini digunakan dalam
rangka peningkatan kompetensi penulis untuk jenjang kenaikan pangkat
Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).
Penulis menyadai bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaiakan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Direktur UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI, yang memberikan
dorongan penulis untuk pembuatan makalah
2. Perawat di Ruang Instalasi bedah sentral ( IBS ) UPT RSUD RAA
SOEWONDO PATI yang telah bersedia membantu dalam penulisan
makalah ini
3. Keluargaku yang telah memberikan doa dan kasih sayang sepanjang
masa.
4. Semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan
makalah ini

Akhirnya Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


banyak pihak dan kami sangat bersyukur apabila makalah ini dapat dijadikan
pedoman bag ipembaca.

Pati, Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1


A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................4
E. Keaslian Penelitian....................................................................5
F. Ruang Lingkup...........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7


A. Percepatan Kesadaran GCS Pasien Post Operasi
Menggunakan General Anestesi................................................7
B. Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan)....................13
C. Hubungan Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic,
Cubitan) terhadap Percepatan Kesadaran Pasien Post
Operasi Menggunakan General Anestesi.................................16
D. Kerangka teori..........................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................19


A. Variabel Penelitian...................................................................19
B. Hipotesis Penelitian..................................................................19
C. Kerangka Konsep Penelitian....................................................19
D. Rancangan Penelitian..............................................................20
E. Jadwal Penelitian.....................................................................27

BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................28


A. Gambaran Lokasi Penelitian....................................................28
B. Karakteristik Responden..........................................................29
C. Analisa Univariat......................................................................30
D. Analisa Bivariat........................................................................31

iv
BAB V PEMBAHASAN..............................................................................32
A. Analisa Univariat......................................................................32
B. Analisa Bivariat........................................................................34
C. Keterbatasan Penelitian...........................................................36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................38


A. Kesimpulan .............................................................................38
B. Saran ..................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
ABSTRAK

EFEKTIVITAS STIMULASI SENSORI (GARPUTALA, AROMATIC, CUBITAN)


TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN
GENERAL ANESTESI DI RUANG RECOVEY ROOM RSUD RAA SOEWONDO PATI

Abdul Azis1, Rusnoto2, Heny Siswanti3

Latar Belakang : Data di Pati didapatkan bahwa jumlah pasien yang dilakukan tindakan
di Instalasi Bedah Sentral pada tahun 2018 sebesar 2.380 klien, rata-rata operasi per hari
sebanyak 6,6 klien. Apabila dibandingkan tahun 2017 sebanyak 2.268 klien, dengan rata-
rata operasi per hari 6,3 klien menunjukkan adanya percepatan sebanyak 112 tindakan
(4,49%). Pasien kasus bedah yang dirujuk pada tahun 2018 sebanyak 154 klien (6,47%)
dan yang dirujuk pada tahun 2017 sebanyak 278 klien (12,26%) sehingga untuk klien
yang rujuk ada penurunan sebesar (47,22%). Data pasien post operasi yang
menggunakan anestesi general pada bulan Agustus 2019 sebanyak 38 pasien, bulan
September sebanyak 34 dan bulan Oktober sebanyak 44 pasien. Rata-rata setiap bulan
pasien post operasi yang menggunakan anestesi general sebanyak 39 pasien.

Tujuan : Mengetahui efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) terhadap


percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan general anestesi di Ruang
Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati.

Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah metode metode quasy eksperimen
dengan pendekatan One-Group Pra Test – Post Test Design. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 28 responden yang dipilih secara Purposive Sampling. Untuk
menganalisis data menggunakan Uji Wilcoxon.

Hasil : Hasil uji analisis didapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari 0,05 maka hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan
general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati.

Kata kunci : Stimulasi Sensori, Percepatan Kesadaran dan Post Operasi


Kepustakaan : 23 Buah (2010-2018)

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tingkat kesadaran merupakan salah satu indikator kegawatan dan
prognosis pada pasien pasca pembedahan menggunakan anestesi
general. Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan psikologis dan
fisiologis, oleh karena itu peran perawat kritis merupakan posisi sentral
untuk memahami semua perubahan yang terjadi pada pasien,
mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan diberikan
pada pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan
gangguan kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi,
gangguan aktifitas menelan, kemampuan berkomunikasi, gangguan
eliminasi. Pengkajian tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa
digunakan pada kondisi emergensi atau kritis sebagian besar
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) (Potter, 2012).
Data WHO menunjukan bahwa selama lebih dari satu abad,
perawatan operasi telah menjadi komponen penting dari perawatan
kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta
tindakan operasi dilakukan di seluruh dunia baik operasi kecil maupun
operasi besar (Hasri, 2012). Kejadian efek anestesi umum (general
anestesi) post operasi di Amerika 2 Serikat sekitar 2-4% dari pasien yang
menjalani operasi setiap tahunnya (Anderson, 2011). Prevalensi efek
anestesi umum (general anestesi) di Indonesia menurut Putra el al .(2011)
sekitar 2,3-18,3%. Presentase efek anestesi umum (general anestesi) post
operasi di RSUD Dr.Pringadi Medan Tahun 2009 (12%), RSUP Dr. Sarjidto
Tahun 2010 (5,9%) dan RSUP Adam Malik Medan Tahun 2011 (5,6%).
Dari data Rekam Medik Rumah Sakit Harjono Ponorogo pada tahun 2015
ini ada 181 operasi besar menggunakan anestesi general yang telah
dilakukan dan 334 operasi kecil menggunakan anestesi local. Dampak
yang sering timbul dari afek anestesi khususnya anestesi general adalah

1
1
kelemahan fisik dikarenakan adanya penurunan kesadaran (Novantama,
2016).
Penatalaksanaan komplikasi anestesi di ruang pulih sadar dapat
berupa farmakologi dan terapi komplementer sebagai terapi pendamping.
Terapi komplementer dapat dilaksanakan dengan menggunakan music
untuk merangsang pendengaran pasien (Rusnoto, dkk, 2017). Menurut
Potter (2012) terapi komplementer salah satunya adalah stimulasi sensori
untuk meningkatkan kesadaran pasien post operasi. Sebagai perawat kita
dapat memberikan terapi komplementer yaitu stimulasi sensori sebagai
salah satu terapi modifikasi lingkungan dan suasana hati pasien agar
pasien dalam keadaan tenang dan rileks.
Terapi stimulasi sensori yang diberikan pada pasien yang
mengalami gangguan kesadaran mampu meningkatkan respon mobilitas
dengan adanya rangsang sensori. Fungsi panca indera pasien yang
sedang mengalami penurunan kesadaran juga dapat segera merespon
dengan adanya rangsangan stimulasi yang telah diberikan. Cara kerja
stimulasi sensori dengan memberikan stimulusatau rangsangan yang
mampu tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari
pasien tersebut (Purwaningsih, 2010).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Yuniarti
(2012) dengan judul “Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap
Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien Cedera Otak Sedang”. Hasil
penelitian diperoleh terdapat pengaruh terapi musik terhadap nilai GCS pada
pasien cedera otak sedang dibuktikan dengan nilai modus yang sering
muncul sebelum terapi musik adalah yaitu nilai GCS 10 setelah terapi
musik menjadi nilai GCS 12.
Hasil penelitian terkait lainnya juga dilaksanakan oleh Valentina
(2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai
Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical
Critical Care Unit RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Hasil uji statistik
menunjukkan adanya pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada
pasien cedera kepala primer (p=0,041).
Data yang diambil di RSUD RAA Soewondo Pati didapatkan
bahwa jumlah pasien yang dilakukan tindakan di Instalasi Bedah Sentral
pada tahun 2018 sebesar 2.380 klien, rata-rata operasi per hari sebanyak

2
6,6 klien. Apabila dibandingkan tahun 2017 sebanyak 2.268 klien, dengan
rata-rata operasi per hari 6,3 klien menunjukkan adanya percepatan
sebanyak 112 tindakan (4,49%). Pasien kasus bedah yang dirujuk pada
tahun 2018 sebanyak 154 klien (6,47%) dan yang dirujuk pada tahun 2017
sebanyak 278 klien (12,26%) sehingga untuk klien yang rujuk ada
penurunan sebesar (47,22%). Data pasien post operasi yang
menggunakan anestesi general pada bulan Agustus 2019 sebanyak 38
pasien, bulan September sebanyak 34 dan bulan Oktober sebanyak 44
pasien. Rata-rata setiap bulan pasien post operasi yang menggunakan
anestesi general sebanyak 39 pasien (Rekam Medik RSUD RAA
Soewondo Pati, 2019).
Studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti pada tanggal 22-27
November 2019 dengan observasi secara langsung menggunakan GCS
pada 10 pasien post operasi dengan anestesi general di Ruang IBS RSUD
RAA Soewondo Pati, sebanyak 10 (100%) pasien tersebut mengalami
penurunan kesadaran. Hal tersebut efek dari anestesi yang dilaksanakan
sesuai dengan prosedur operasi. Pasien mengalami percepatan kesadaran
berbeda-beda. Sebanyak 6 (60%) pasien sadar dalam waktu 1/2 jam
meskipun masih mengalami kelemahan fisik. Sebanyak 3 (30%) pasien
mengalami percepatan kesadaran dalam waktu 1 jam dan 1 (10%) pasien
sadar penuh dalam waktu 1 jam 10 menit. Selama ini pasien post operasi
di Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati hanya diberikan tindakan
pemantauan Tanda-Tanda Vital dan pemberian rangsang dengan minyak
kayu putih sehingga kesadaran pasien pasa pembedahan mengalami
percepatan secara lambat.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan Judul “Efektivitas Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan)
terhadap Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan
General Anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post

3
operasi menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD
RAA Soewondo Pati ?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA
Soewondo Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui percepatan kesadaran pasien
post operasi menggunakan General Anestesi sebelum diberikan
stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.
b. Mengetahui percepatan kesadaran pasien
post operasi menggunakan General Anestesi sesudah diberikan
stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.
c. Menganalisis efektivitas percepatan
kesadaran pasien post operasi sebelum dan sesudah pemberian
stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi RSUD RAA
Soewondo Pati dalam memberikan penyuluhan kepada pasien
sebelum operasi menggunakan General Anestesi agar lebih
mempersiapkan diri menjalani operasi khususnya tentang kesadaran
pasien pasca operasi.
2. Bagi Pengembangan ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan kepada pasien pasca
operasi menggunakan General Anestesi khususnya tentang cara

4
meningkatkan kesadaran pasien pasca operasi menggunakan
stimulasi sensori.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Menambah referensi pada mahasiswa tentang pembelajaran
keperawatan Medikal Bedah khususnya terapi dalam meningkatkan
kesadaran pasien pasca operasi dengan menggunakan stimulasi
sensori.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai dasar untuk kepustakaan atau informasi awal bagi
peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan kesadaran pasien pasca pembedahan di
Ruang Pemulihan.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukkan oleh peneliti lain di RSUD
RAA Soewondo Pati, sedangkan penelitian terkait seperti di bawah ini :
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian

Peneliti/ Judul Metode Perbedaan


Tahun
Martono Deteksi Dini Explanatory 1.
(2016) Derajat research menggunakan metode
Kesadaran Explanatory research
Menggunakan dan penelitian
Pengukuran sekarang
Nilai Kritis Mean menggunakan metode
Artery Pressure quasi eksperimen.
2.
menggunakan uji
regresi sederhana dan
penelitian sekarang
menggunakan Uji
Wilcoxon

Yuniarti Pengaruh Quasi Eksperimen 1. Penelitian terdahulu


(2012) Stimulasi menggunakan
Auditorik Terapi perlakuan stimulasi
Musik Terhadap auditorik dan
Nilai Glasgow penelitian sekarang
Coma Scale menggunakan
(GCS) Pada perlakuan stimulasi
Pasien Cedera sensori
Otak Sedang 2. Penelitian terdahulu

5
menggunakan sampel
pasien cedera otak
sedang dan penelitian
sekarang sampel
Pasien post operasi
general anestesi

Valentina Pengaruh Quasi Eksperimen 1. Penelitian terdahulu


(2015) Stimulasi Sensori menggunakan
terhadap Nilai variable dependent
Glaslow Coma GCS dan penelitian
Scale Pada sekarang variable
Pasien Cedera dependent kesadaran
Kepala di Ruang pasien post operasi
Neurosurgical 2. Penelitian terdahulu
Critical Care Unit menggunakan uji T-
RSUP dr. Hasan Test dan penelitian
Sadikin Bandung sekarang
menggunakan Uji
Wilcoxon

F. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan standart
pengumpulan data dan izin pelaksanaan penelitian dari institusi serta
Bappeda Pati yaitu satu bulan. Penelitian ini rencananya akan
dilaksanakan pada Bulan Februari-Maret 2020.
2. Ruang lingkup tempat
Lokasi penelitian ini dilakukan dalam satu tempat yaitu RSUD
Raa Soewondo Pati dimana sampel yang dijadikan penelitian yaitu
pasien post operasi yang menggunakan general anestesi.
3. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi ini termasuk Keperawatan Medikal Bedah
yakni tentang efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan General Anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA
Soewondo Pati.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan General


Anestesi
1. Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi
a. Pengertian
Kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Untuk mengukur tingkat kesadaran maka digunakanlah suatu cara
pemeriksaan yakni dengan standar Glasgow Coma Scale (GCS).
Pasien post anestesia seperti tanda lambat bangun yaitu yang
terjadi bila ketidaksadaran selama 60-90 menit setelah anestesi
umum. Post anestesia secara umum akan terjadi sadar penuh
setelah operasi selama 30-60 menit (Muhlisin, 2018).
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. Tingkat
kesadaran seseorang dapat diukur menggunakan Glascow Coma
Scale (GCS). GCS dipakai untuk menentukan reflek membuka
mata, respon verbal, dan motorik (Hidayat, 2014).
Tingkat kesadaran merupakan ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan yang berasal dari
lingkungan, dengan demikian maka tentu kondisi tingkat kesadaran
seseorang tidak selalu berada dalam kondisi normal. Pada
keadaan tertentu, seperti keracunan, kekurangan oksigen baik
karena berada di tempat sempit, tertutup atau karena
berkurangnya aliran darah ke otak dan adanya tekanan yang
berlebihan di dalam rongga tulang kepala dapat menyebabkan
seseorang dapat mengalami penurunan tingkat kesadaran (Willy,
2018).
b. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran menurut Maramis (2012) adalah
sebagai berikut :

7
7
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).
c. Faktor Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit
fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran
darah (seperti pada keadaan syok); efek anestesi pasca
pembedahan; penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis); pada keadaan hipo atau hipernatremia; dehidrasi;
asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan:
hipertermia, hipotermia; percepatan tekanan intrakranial (karena
perdarahan, stroke, tumor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi
(Hidayat, 2014).
d. Cara Menukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran
dengan hasil subjektif mungkin adalah menggunakan GCS
(Glasgow Coma Scale) (Aipviki, 2011).

8
1) Membuka mata
a) Spontan dengan nilai 4
b) Dengan perintah dengan nilai 3
c) Dengan rangsang nyeri dengan nilai 2
d) Tidak berespon dengan nilai 1
2) Respons Verbal
a) Berorientasi dengan nilai 5
b) Bicara membingungkan dengan nilai 4
c) Kata-kata tidak tepat dengan nilai 3
d) Suara tidak dapat dimengerti dengan nilai 2
e) Tidak berespons dengan nilai 1
3) Respons Motorik
a) Berorientasi dengan nilai 6
b) Melokalisasi nyeri dengan nilai 5
c) Menarik area yang nyeri dengan nilai 4
d) Fleksi abnormal dengan nilai 3
e) Ekstensi dengan nilai 2
f) Tidak berespons dengan nilai 1
Pasien post operasi dapat meninggalkan ruang
pemulihan apabila nilai GCS mencapai 10-15 atau pasien
keadaan pasien somnolent. Total skor GCS (Glasgow Coma
Scale) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Skor 14-15 : compos mentis
2) Skor 12-13 : apatis
3) Skor 10-11 : somnolent
4) Skor 5-9 : stupor
5) Skor < 5 : koma
2. Post Operasi
a. Pengertian
Post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan
yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tahap pasca-operasi dimulai
dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pascaoperasi
dan berakhir saat pasien pulang (Uliyah & Hidayat, 2014).

9
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya
pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak
lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Setelah pembedahan,
keadaan pasien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis
yang mungkin terjadi (Adeputra, 2018).
Post operasi adalah periode pulih sadar dimulai segera
setelah pasien meninggalkan meja operasi dan langsung diawasi
oleh ahli anestesi. Semua komplikasi dapat terjadi setiap saat,
termasuk pada waktu pemindahan pasien dari kamar operasi ke
ruang pemulihan. Ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut
juga Post Anesthesia Care Unit (PACU) adalah ruangan tempat
pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru
saja menjalani operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil
(Smeltzer, 2012).
b. Jenis-Jenis Operasi
Jenis-jenis operasi yang dikutip oleh Potter (2012) adalah
sebagai berikut :
1) Menurut fungsinya (tujuannya)
a) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi
b) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktomi
c) Reparatif: memperbaiki luka multiple
d) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.
e) Paliatif: menghilangkan nyeri
f) Transplantasi: penanaman organ tubuh untuk
menggantikan organ atau struktur tubuh yang malfungsi
(cangkok ginjal, kornea).
2) Menurut Luas atau Tingkat Resiko
a) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas
dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap
kelangsungan hidup klien.
b) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang
mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan
dengan operasi mayor.

10
c. Komplikasi Post Operasi
Komplikasi post operasi yang akan muncul antara lain yaitu
hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan
darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari
nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia
yang diakibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat anestetika.
Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak
adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi dan ventilasi
yang tidak adekuat (Smeltzer, 2012). Sedangkan menurut Majid,
(2011) komplikasi post operasi adalah perdarahan dengan
manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa
haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun,
pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.
d. Infrastruktur Pengawasan Post Operasi
Menurut Adeputra (2018) Infrastruktur dalam ruang
pemulihan harus dibawah pengawasan dokter anestesi yaitu :
1) Perawat terlatih khusus dan trampil dalam pengawasan
keadaan darurat
2) Rasio : Pasien yaitu 3:1 (Ideal), 2:1 (Gawat), 1:1 (Sangat
gawat)
3) Peralatan :
a) Satu tempat punya 1 sumber O2
b) Suction, stetoskop, tensimeter, termometer
c) Monitor : ECG dan SaO2
d) Resusitasi set
e) Obat-obat emergency / cairan
e. Serah Terima Pasien Post Operasi di Ruang Pulih
Menurut Smeltzer (2012) hal-hal yang perlu disampaikan
pada saat serah terima adalah:
1) Masalah-masalah tatalaksana anestesia, penyulit selama
anetesia/pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang
mungkin terjadi.
2) Tindakan pembedahan yang dikerjakan, penyulit-penyulit saat
pembedahan, termasuk jumlah perdarahan.

11
3) Jenis anestesia yang diberikan dan masalah-masalah yang
terjadi, termasuk cairan elektrolit yang diberikan selama
operasi, diuresis serta gambaran sirkulasi dan respirasi.
4) Posisi pasien di tempat tidur.
5) Hal-hal lain yang perlu mendapatkan pengawasan khusus
sesuai dengan permaslaahan yang terjadi selama
anestesi/operasi.
6) Apakah pasien perlu mendapatkan penanganan khusus di
ruangan terapi intensif (sesuai dengan instruksi dokter)
f. Tujuan Perawatan di Ruang Pulih
Tujuan perawatan pasca anestesia yang dikutip dari
Smeltzer yaitu untuk memulihkan kesehatan fisiologi dan psikologi
antara lain:
1) Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi,
memasang sunction dan pemasangan mayo/gudel.
2) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi, dengan pemberiam
bantuan napas melalui ventilator mekanik atau nasal kanul.
3) Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan
pemberian cairan plasma ekspander.
4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk
mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat pengaruh anestesia
sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase
sangat penting untuk dilakukan observasi terkait dengan
kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5) Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output
cairan. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi
lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru
kelebihan cairan yang mengakibatkan menjadi beban bagi
jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi
pasien.

12
6) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injuri
Pasien post anestesi biasanya akan mengalami
kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh.
Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang
side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien,
diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi
dengan medis terkait dengan agen pemblok nyerinya.

B. Stimulasi sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan)


1. Pengertian
Stimulasi sensorik adalah proses manusia dalam menerima
informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui penginderaan
dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal neural
yang bermakna dan dipahami oleh penginderaan (Stuard, 2013).
Stimulasi sensori merupakan stimulus atau rangsang yang
datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke
dalam tubuh melalui organ sensori (panca indera) yang diteruskan ke
otak sehingga otak tersebut akan melanjutkan menjadi respon tubuh
(Keliat, 2014).
Stimulus sensori adalah rangsangan sensori untuk memberi
makna dan kesan pada kejadian yang telah terjadi pada lingkungan
mereka (Purwaningsih, 2010).
2. Sensori Normal
Proses penerimaan, persepsi dan reaksi tubuh adalah 3
komponen setiap pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya
organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi
sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah
persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu. Reaksi yang
ditimbulkan setiap individu berbeda-beda tergantung dari stimulus yang
diberikan (Purwaningsih, 2010)
3. Tujuan Stimulus Sensori
Tujuan pemberian stimulus sensori menurut Purwaningsih
(2010) adalah sebagai berikut :
a. Digunakan bagi klien yang tidak mau menggungkapkan komunikasi
verbal.

13
b. Meningkatkan fungsi panca indera klien yang sedang mengalami
penurunan kesadaran.
c. Respon mobilitas dengan adanya rangsang sensori.
d. Menstimulasi emosi dan alam perasaan yang sedang dialami.
4. Macam-Macam Stimulus Sensori
Beragam stimulus tersebut merupakan dasar dalam
pembentukan persepsi yang datang dari banyak sumber, menurut Keliat
(2014) dapat melalui :
a. Indera penglihatan (visual)
Rangsang yang diberikan dengan tujuan memberikan
respon pada mata. Sebagai contoh pemberian perintah secara
langsung maupun dengan rangsang nyeri. Ulangi perintah tersebut
sebanyak 3 kali.
b. Indera pendengaran (auditori)
Pemberian stimulus pendengaran memberikan kesan bahwa
seseorang tersebut mengalami gangguan pendengaran atau
penurunan fungsi pendengaran yang diakibatkan karena adanya
hal-hal tertentu. Terapi pendengaran dapat diberikan dengan
berbicara secara langsung didekat telinga seseorang ataupun
dengan mendekatkan garputala dan dipukul didekat telinga pasien
yang bertujuan merangsang pemulihan indera pendengaran. Ulangi
perintah tersebut sebanyak 3 kali.
c. Indera perabaan (taktil)
Stimulus perabaan dengan mencoba memberikan rangsang
pada kulit seseorang sebagai contoh dengan memberikan cubitan
(rangsang nyeri) atau memberikan rangsang geli bagian sensitive
syarat sepeti pada perabaan pada telapak kaki. Ulangi perintah
tersebut sebanyak 3 kali.
d. Indera penciuman (olfaktori)
Penurunan indera penciuman akibat dari penurunan
kesadaran seseorang dapat diberikan aroma terapi yang diberikan
didepan hidung pasien seperti minyak kayu putih maupun bau-
bauan yang menyengat hidung.

14
e. Indera pengecap/rasa (gustatori)
Penurunan indera perasa atau pengecap biasanya dialami
oleh seorang yang sudah berusia lansia. Dalam meningkatkan
fungsi indera pengecap dapat memberikan rasa asin dengan
diberikan lewat mulut penderita yang bertujuan pasien mampu
merasakan indera pengecap. Pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran pasca pembedahan tidak dapat diberikan
intervensi karena akan memberikan kontraksi pada lambung
sehingga akan meningkatkan tekanan pada luka post operasi.
5. Prosedur Pelaksanaan Stimulasi sensori
Prosedur pelaksanaan stimulasi sensori menurut Keliat (2014)
adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan kontrak waktu dengan pasien
atau keluarga
b. Menyiapkan pasien
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilaksanakan pada pasien maupun keluarga
d. Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga
e. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
mata (visual) dengan memberikan perintah secara langsung.
Apabila tidak ada respon maka dengan merangsang nyeri di area
tangan. Ulangi prosedur sampai 3 kali.
f. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
pendengaran dengan berbicara secara langsung didekat telinga
seseorang ataupun dengan mendekatkan garputala dan dipukul
didekat telinga pasien. Ulangi prosedur sampai 3 kali.
g. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
perabaan dengan memberikan cubitan (rangsang nyeri) atau
memberikan rangsang geli bagian sensitive syarat sepeti pada
perabaan pada telapak kaki. Ulangi perintah tersebut sebanyak 3
kali.
h. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
penciuman dengan memberikan aroma terapi yang diberikan
didepan hidung pasien seperti minyak kayu putih maupun bau-
bauan yang menyengat hidung.

15
i. Berpamitan dengan pasien dan keluarga

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stimulus Sensori


Faktor-faktor yang mempengaruhi stimulus sensori yang dikutip
oleh Stuard (2013) yaitu sebagai berikut :
a. Usia
Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ
sensori dan fungsi persyarafan sehingga mengalami penurunan
ketajaman dan lapang pandang, penurunan pendengaran,
perubahan gustatori dan olfaktori.
b. Medikasi
Beberapa antibiotika (streptomisin, gentamisin) bersifat
ototoksik dan secara permanen dapat merusak syaraf pendengaran
dan kloramfenikol dapat mengiritasi syaraf optic.
c. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang terlalu berlebih (ramai/bising)
dapat menimbulkan beban sensori yang berlebih, yang biasanya
ditandai dengan kebingungan, disorientasi dan tidak mampu
membuat keputusan.
d. Tingkat Kenyamanan
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi
dan bereaksi terhadap stimulus.
e. Penyakit yang Diderita
Katarak dapat menyebabkan penurunan penglihatan, infeksi
pada telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran serta
penderita pasca pembedahan akan mengalami penurunan
kesadaran akibat efek anestesi yang berakibat terganggunya fungsi
panca indera.
f. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan
atrofi ujung2 saraf pengecap sehingga mengurangi persepsi rasa.

C. Hubungan Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan) terhadap


Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan General
Anestesi

16
Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator kegawatan
dan prognosis pada pasien pasca pembedahan menggunakan anestesi
general. Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan psikologis dan
fisiologis, oleh karena itu peran perawat kritis merupakan posisi sentral
untuk memahami semua perubahan yang terjadi pada pasien,
mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan diberikan
pada pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan
gangguan kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi,
gangguan aktifitas menelan, kemampuan berkomunikasi, gangguan
eliminasi. Pengkajian tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa
digunakan pada kondisi emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) (Potter, 2012).
Penatalaksanaan komplikasi anestesi di ruang pulih sadar dapat
berupa farmakologi dan terapi komplementer sebagai terapi pendamping.
Menurut Potter (2012) terapi komplementer saat ini mengalami percepatan
ketertarikan dan penggunaan, salah satunya adalah stimulasi sensori untuk
meningkatkan kesadaran pasien post operasi. Sebagai perawat kita dapat
memeberikan terapi komplementer yaitu stimulasi sensori sebagai salah
satu terapi modifikasi lingkungan dan suasana hati pasien agar pasien
dalam keadaan tenang dan rileks.
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Valentina (2016) dengan
judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai Glaslow Coma
Scale Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
primer (p=0,041).

17
D. Kerangka Teori

Post Operasi Afek Anestesi Penurunan


General Anestesi Kesadaran

Faktor yang
mempengaruhi Terapi
Stimulasi :
Stimulasi Sensori
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Garputala Aromatic Cubitan

Tujuan Stimulasi Sensori :


Keluarga
a. Digunakan bagi klien yang tidak
mau menggungkapkan komunikasi
verbal.
b. Meningkatkan fungsi panca
indera klien yang sedang
mengalami penurunan kesadaran.
c. Respon mobilitas dengan adanya
rangsang sensori.
d. Menstimulasi emosi dan alam
perasaan yang sedang dialami.

Sumber : Stuard (2013), Purwaningsih (2010) dan Smeltzer (2012)

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Keterangan :
: Diteliti

18
: Tidak diteliti

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki oleh kelompok lain.
Definisi lain variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2015). Variabel penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independent) yaitu stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan).
2. Variabel terikat (dependent) yaitu percepatan kesadaran pasien post
operasi.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentang jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang disusun berdasarkan teori (Nursalam,
2016). Hipotesis dalam penelitian ini mempunyai 2 kemungkinan yaitu :
1. Ha : terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan)
terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan
general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati.
2. H0 : tidak terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA
Soewondo Pati.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Stimulasi Sensori (Garputala, Percepatan Kesadaran


Aromatic, Cubitan) Pasien Post Operasi

Gambar 3.1

19
Kerangka Konsep Penelitian

19
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk
mengetahui efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan)
terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan
general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati,
maka peneliti menggunakan metode quasy eksperimen yaitu salah satu
jenis metode penelitian yang memungkinkan peneliti untuk mengubah
variabel serta meniliti akibat yang terjadi (Nursalam, 2016).
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan One-Group Pra Test – Post Test
Design. Ciri dari tipe penelitian ini adalah pengungkapan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok
subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
lagi setelah intervensi. Berikut adalah gambar rancangan penelitian
yang diadopsi dari Nursalam (2016) :

O1 X O2

Sumber : (Nursalam, 2010)


Gambar 3.2
Rancangan Penelitian
Keterangan :
O1 : Observasi I (Kesadaran Pasien Post Operasi Sebelum
Stimulasi Sensori)
X : Intervensi (Stimulasi sensori)
O2 : Observasi II (Kesadaran Pasien Post Operasi Sesudah
Stimulasi Sensori)

3. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data menggunakan SOP pemeriksaan GCS dan
hasilnya berupa data dalam bentuk kategorik. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama atau dengan kata lain data yang pengumpulannya

20
dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung (Nursalam, 2016).
Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut :
1) Mengurus perizinan penelitian kepada institusi pendidikan yaitu
Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus.
2) Selanjutnya meminta izin kepada Kepala Bappeda Pati dan
permohonan izin penelitian di RSUD RAA Soewondo Pati.
3) Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk
memberikan penjelasan tujuan penelitian sebelum pasien
melaksanakan pembedahan, diharapkan bersedia menjadi
responden dan bersedia menandatangani lembar persetujuan.
4) Kesadaran responden diobservasi oleh peneliti dengan
menggunakan prosedur GCS dalam menilai kesadaran
sebelum diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).
5) Peneliti memberikan stimulasi sensori (perlakuan).
6) Peneliti mengobservasi kembali kesadaran pasien
menggunakan prosedur GCS dalam selang waktu 20 menit
setelah diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).
7) Mengumpulkan dan menilai hasil observasi yang didapat dari
hasil penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Notoatmodjo,
2015). Data sekunder adalah data pengumpulannya bukan
diusahakan sendiri oleh peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah diperoleh dari catatan rekam medis RSUD RAA Soewondo
Pati, buku dan literatur internet.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini yaitu
data pasien post operasi yang menggunakan anestesi general selama 3

21
bulan yaitu sebanyak 116 pasien. Rata-rata setiap bulan pasien post
operasi yang menggunakan anestesi general sebanyak 39 pasien.
5. Prosedur Sampel dan Sampling Penelitian
Sampel adalah subunit populasi survei atau populasi survei itu
sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan
kata lain, sample adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar
kemampuan mewakilinya (Sugiyono, 2014).
Sampel penelitian ini adalah populasi dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien post operasi menggunakan anestesi general.
2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien pasca pembedahan menggunakan anestesi lokal.
2) Responden mengundurkan diri.
Prosedur dan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara
Purposive Sampling yaitu salah satu teknik sampling non random
sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian
(Sugiyono, 2014). Sampel ditentukan dengan rumus Slovin dikarenakan
jumlah populasi masih dapat dijangkau oleh peneliti :
3) N
n = ––––––––––
4) 1 + N (d)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikansi / 0,1

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang


digunakan adalah :
N
n
1  N(d 2 )
39

1  39.(0,12 )

22
39

1,39
= 28,0 sampel dibulatkan 28 sampel.
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan atau karakteristik yang
dapat diamati atau diukur (Nursalam, 2016).
Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur dan


Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Cara Ukur
Penelitian
Variabel Pemberian Menggunakan 1. Diberikan Nominal
Independen rangsangan SOP stimulasi sensori
Stimulasi stimulasi menggunakan sesuai SOP
sensori sensori panca alat garputala 2. Tidak diberikan
indera kepada stimulasi sensori
pasien post sesuai SOP
operasi yang
menggunakan
Anestesi
General di
Ruang
Pemulihan
RSUD RAA
Soewondo Pati.

Variabel Respon pasien Menggunakan Skor yang Nominal


Dependen post operasi pedoman diperoleh yaitu :
Percepatan terhadap observasi 15 1. Terjadi
kesadaran rangsangan item Percepatan
pasien post dari lingkungan pernyataan Kesadaran :
operasi di Ruang yang mengacu 10-15
Pemulihan pada skala 2. Tidak Terjadi
RSUD RAA GCS. Percepatan
Soewondo Pati. 1) Skor 14-15 : Kesadaran : <
compos 10
mentis
2) Skor 12-13 :
apatis
3) Skor 10-11 :
somnolent
4) Skor 5-9 :
stupor
5) Skor < 5 :
koma

23
7. Instrumen Penelitian dan Cara Penilaian Data Penelitian
a. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu chek list
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan), SOP stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan)
dan pedoman observasi GCS.
b. Cara penilaian Data Penelitian
1) Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi
umur responden, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan
pekerjaan responden. Untuk menentukan karakteristik
responden menggunakan chek list yang telah disediakan pada
lampiran instrument penelitian.
2) Percepatan Kesadaran sebelum dan sesudah stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan)
Menggunakan 15 pernyataan yang diisi oleh peneliti
dengan acuan GCS. Kategori percepatan kesadaran yaitu
terjadi percepatan kesadaran dan tidak terjadi percepatan
kesadaran. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
skala nominal.
3) Pengujian Validitas
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data
yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2014). Uji validitas tidak
dilaksanakan karena pedoman observasi sudah sesuai dengan
standart operasional prosedur.
4) Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan (Sugiyono, 2014). Uji reliabilitas tidak dilaksanakan
karena pedoman observasi sudah sesuai dengan standart
operasional prosedur.

24
8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa
a. Tehnik Pengolahan Data
Untuk penelitian ini, tehnik penilaian data dilakukan dengan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Editing
Peneliti segera mengecek kembali hasil observasi yang
telah dimasukan dalam tabel penolong sementara. Kekurangan
dari hasil observasi segera diisi kembali untuk melengkapi.
2) Coding
Peneliti memasukan kode-kode hasil penelitian yang
didapatkan dari observasi yang dilakukan. Kategori kesadaran
yaitu terjadi percepatan kesadaran dengan kode 1 dan tidak
terjadi percepatan kesadaran dengan kode 2.
3) Scoring
Scoring dalam penelitian ini yaitu kategori terjadi
percepatan kesadaran : 10-15 dan tidak terjadi percepatan
kesadaran : < 10.
4) Tabulating
Tabulasi ini dilakukan untuk menggolongkan sesuai
kode yang didapat. Peneliti dapat mengetahui apakah
penelitian ini ada hubungan atau pengaruh atau tidak dengan
melihat hasil tabulasi sementara.
b. Analisa Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel
(Sugiyono, 2014).
Analisis data menggunakan program SPSS untuk
mengetahui bagaimana gambaran data yang telah selesai
dikumpulkan dengan bentuk distribusi frekuensi dan variabel

25
umur responden, jenis kelamin responden, pendidikan
responden, pekerjaan responden, kesadaran sebelum dan
sesudah diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis data yang dilakukan pada
dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi
(Sugiyono, 2014).
Sebelum dilakukan penelitian telah dilakukan uji
normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk
menentukan rumus uji yang digunakan dalam sistem
komputerisasi (SPSS). Pengujian normalitas data dengan
sampel kurang dari 50 menggunakan rumus Shapiro-Wilk. Nilai
Shapiro-Wilk hitung dibandingkan dengan nilai Z tabel (1,96).
Apabila nilai Z hitung kurang dari Z tabel (1,96) maka data yang
digunakan dalam penelitian sebelum pemberian terapi stimulasi
(garputala, aromatic, cubitan) dapat dikatakan normal.
Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon merupakan salah
satu uji statistik yang digunakan pada data berdistribusi normal
serta untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang bermakna
(Riwidikdo, 2012).
Rumus yang digunakan :

SS1 + SS2 1 1
Sx1 – x2 = +
n1+ n2 – 2 n1 n2
Keterangan :
SS1 : sumsquare dari sampel 1
SS2 : sumsquare dari sampel 1
n1 : besar sampel 1
n2 : besar sampel 2
Sx1 – Sx2 : standar error dari beda
Uji Wilcoxon dilaksanakan menggunakan sistem
komputerisasi (olah data SPSS). Intepretasi hasil Uji Wilcoxon
yaitu bila ρ value ≤ 0,05 Ho ditolak, Ha diterima yang berarti

26
terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan General Anestesi di Ruang Recovey Room
RSUD RAA Soewondo Pati.

E. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal penelitian tahun 2019-2020

Tahun 2019/2020
F.No KEGIATAN
Nov Des Jan Febr Mar Apr Mei Juni
1. Pengusulan Judul √
2. Bimbingan √ √ √ √
Proposal
3. Ujian Proposal √ √
4. Pengambilan Data √ √
Penelitian

5. Pengolahan Data √
6. Penyusunan Hasil √ √
dan Pembahasan

7. Ujian Skripsi √
8. Revisi dan √ √
Pengumpulan
Skripsi

27
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati adalah sebuah
rumah sakit pemerintah daerah terakreditasi sebagai Rumah Sakit
Pendidikan. Rumah sakit ini memiliki luas bangunan 24.180 meter persegi
dan terdiri dari 93 gedung. RSUD RAA Soewondo Pati merupakan rumah
sakit yang besar dengan kapasitas 309 tempat tidur yang terdiri dari ruang
Gakin, kelas III, kelas II, kelas I, kelas VIP dan VVIP. Lokasi rumah sakit ini
di Jalan dr. Soesanto No. 114 jalan raya Pati-Tayu. Tugas pokok dan Fungsi
RSUD RAA Soewondo Pati berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pati
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah dan Polisi Pamong Praja, RSUD RAA Soewondo Pati mempunyai
tugas pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah di bidang kesehatan melalui upaya kegiatan peningkatan,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan serta melaksanakan
upaya rujukan (Profil RSUD RAA Soewondo Pati, 2019).
Lokasi penelitian yang diambil yaitu di Ruang Recovey Room RSUD
RAA Soewondo Pati. Pasien yang diambil penelitian adalah pasien post
operasi menggunakan anestesi general dan bersedia menjadi responden
dalam penelitian. Rata-rata setiap bulan pasien post operasi yang
menggunakan anestesi general sebanyak 39 pasien. Penelitian ini
dilaksanakan dengan cara peneliti melakukan pendekatan kepada calon
responden untuk memberikan penjelasan tujuan penelitian, kesadaran
responden diobservasi oleh peneliti dengan menggunakan prosedur GCS
dalam menilai kesadaran sebelum diberikan stimulasi sensori, peneliti
memberikan stimulasi sensori (perlakuan) kemudian peneliti mengobservasi
kembali kesadaran pasien menggunakan prosedur GCS dalam selang waktu
20 menit setelah responden diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).

28

28
B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati

Mean Median Modus SD Minimal Maksimal


31,14 31,50 36 8,209 18 46

Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan nilai mean sebesar 31,14


tahun, nilai median sebesar 31,50 tahun, nilai modus sebesar 36 tahun,
nilai standar deviasi 8,209, umur minimal responden sebesar 18 tahun
dan umur maksimal responden 46 tahun.
2. Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-Laki 13 46,4
Perempuan 15 53,6
Jumlah 28 100
Sesuai Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, paling
banyak responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 responden
(53,6%) dan paling sedikit berjenis kelamin laki-laki 13 responden
(46,4%).
3. Pendidikan Responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati

Pendidikan Frekuensi %
SD Sederajat 5 17,9
SLTP Sederajat 7 25,0
SLTA Sederajat 16 57,1
Jumlah 28 100
Sesuai Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, paling
banyak responden mempunyai pendidikan SLTA sederajat sebanyak 16
responden (57,1%) dan paling sedikit responden berpendidikan SD
sederajat sebanyak 5 responden (17,9%).

29
4. Pekerjaan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati

Pekerjaan Frekuensi %
Tidak Bekerja 11 39,3
Petani 3 10,7
Wiraswasta 14 50,0
Jumlah 28 100

Sesuai Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, paling


banyak responden bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 14 responden
(50,0%) dan paling sedikit bekerja sebagai petani sebanyak 3
responden (10,7%).

C. Analisa Univariat
1. Percepatan Kesadaran Sebelum Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Percepatan Kesadaran Sebelum
Stimulasi Sensori di Ruang Recovey Room
RSUD RAA Soewondo Pati

Percepatan Kesadaran Sebelum Frekuensi %


Stimulasi Sensori
Terjadi Percepatan Kesadaran 0 0
Tidak Terjadi Percepatan Kesadaran 28 100
Jumlah 28 100

Sesuai Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, semua


responden tidak terjadi percepatan kesadaran yaitu sebanyak 28
responden (100%).
2. Percepatan Kesadaran Sesudah Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Percepatan Kesadaran Sesudah
Stimulasi Sensori di Ruang Recovey Room
RSUD RAA Soewondo Pati

Percepatan Kesadaran Sesudah Frekuensi %


Stimulasi Sensori
Terjadi Percepatan Kesadaran 20 71,4
Tidak Terjadi Percepatan Kesadaran 8 28,6
Jumlah 28 100

30
Sesuai Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, paling
banyak responden terjadi percepatan kesadaran sebanyak 20
responden (71,4%) dan responden tidak terjadi percepatan kesadaran
sebanyak 8 responden (28,6%).

D. Analisa Bivariat
Tabel 4.7
Efektivitas Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan) Terhadap
Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan General
Anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati

Sebelum Stimulasi Sebelum Stimulasi


Percepatan Sensori Sensori P
Kesadaran Frekuensi % Frekuensi % value
Terjadi 0 0 20 71,4
Percepatan
Kesadaran 0,000
Tidak Terjadi 28 100 8 28,6
Percepatan
Kesadaran
Jumlah

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa sebelum stimulasi sensori


paling banyak responden tidak terjadi percepatan kesadaran sebanyak 28
(100%) sedangkan sesudah diberikan terapi sensori paling banyak
responden terjadi percepatan kesadaran sebanyak 20 responden (71,4%).
Hasil uji analisis didapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari 0,05 maka hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post
operasi menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD
RAA Soewondo Pati.

BAB V
31
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Percepatan Kesadaran Sebelum Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Hasil penelitian diperoleh semua responden tidak terjadi
percepatan kesadaran yaitu sebanyak 28 responden (100%). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebelum diberikan stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan) semua responden tidak terjadi percepatan
kesadaran. Hasil tersebut dikarenakan adanya efek anestesi general
yang dapat menurunkan kesadaran responden pasca pembedahan ang
dilaksanakan. Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan adanya
difisit fungsi otak dari responden. Tingkat kesadaran dapat menurun
ketika otak mengalami kekurangan oksigen. Hasil diatas ditunjukkan
bahwa responden mengalami kesadaran somnolent dan stupor di
bawah nilai 10 pada pemeriksaan tingkat kesadaran dengan
menggunakan GCS.
Menurut analisis peneliti, tidak terjadi percepatan kesadaran
responden diatas dikarenakan responden paling banyak didominasi
jenis kelamin perempuan. Percepatan kesadaran seseorang berbeda-
beda termasuk faktor yang mempengaruhi kesadaran salah satunya
yaitu jenis kelamin seseorang. Pada responden dengan jenis kelamin
perempuan kurang aktif dalam gerakan motorik saat pemeriksaan
kesadaran dengan menggunakan GCS sebelum stimulasi sensori. Hal
ini secara tidak langsung berdampak pada kekuatan otot responden
dalam menanggapi rangsang saat pemeriksaan GCS (Pearce, 2012).
Hasil ini didasari dari hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin
responden yaitu paling banyak responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 15 responden (53,6%) dan paling sedikit berjenis kelamin
laki-laki 13 responden (46,4%).
Menurut Muhlisin (2018) bahwa kesadaran seseorang dapat
diperoleh dari rangsangan yang berasal dari lingkungan. Untuk
mengukur tingkat kesadaran maka digunakanlah suatu cara
pemeriksaan yakni dengan standar Glasgow Coma Scale (GCS).
Pasien post anestesia seperti tanda lambat bangun yaitu yang terjadi
32
32
bila ketidaksadaran selama 60-90 menit setelah anestesi umum. Post
anestesia secara umum akan terjadi sadar penuh setelah operasi
selama 30-60 menit.
Penelitian terkait dilaksanakan oleh Martono (2016) dengan
judul “Deteksi Dini Derajat Kesadaran Menggunakan Pengukuran Nilai
Kritis Mean Artery Pressure”. Penelitian ini menggunakan desain
explanatory research dengan pendekatan cross sectional yang
menjelaskan pengaruh dan prediksi kecukupan nilai kritis mean arteria
pressure terhadap derajat kesadaran pada pasien cidera kepala yang
berjumlah 34 sampel. Uji statistik penelitian ini menggunakan regresi
sederhana. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang positif nilai kritis mean artery pressure terhadap derajat kesadaran
yang ditunjukkan nilai p=0.00<0.05 dan nilai mean artery pressure
mampu mendeteksi tingkat kesadaran pasien cidera kepala sebesar
77.8%.
2. Percepatan Kesadaran Sesudah Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Hasil penelitian diperoleh responden sesudah diberikan
Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan) paling banyak
responden terjadi percepatan kesadaran sebanyak 20 responden
(71,4%) dan responden tidak terjadi percepatan kesadaran sebanyak 8
responden (28,6%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sesudah
diberikan Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan), kesadaran
responden meningkat menjadi lebih baik yaitu 20 responden (71,4%).
Hasil tersebut menunjukkan pemberian stimulasi sensori efektif dalam
meningkatkan percepatan kesadaran pasien post operasi.
Menurut analisis peneliti, hasil diatas masih terdapat responden
yang tidak terjadi percepatan kesadaran setelah pembedahan. Analisis
tersebut didukung hasil penelitian yang diperoleh responden tidak
terjadi percepatan kesadaran sebanyak 8 responden (28,6%). Hal ini
dikarenakan kurangnya respon responden dari pemeriksaan GCS dan
hasil pemeriksaan masih menunjukkan keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri. Terdapat juga responden dengan
kesadaran menurun, respon gerakan yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (Aipviki, 2011).

33
Hasil diatas sesuai dengan teori Maramis (2012) bahwa tingkat
kesadaran dapat dibedakan menjadi lima tingkatan. Compos Mentis
(conscious) merupakan kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Kesadaran Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Kesdaran
delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Kesadaran somnolen (Obtundasi, Letargi) dimana kesadaran
seseorang menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. Tingkat
kesadaran selanjutnya Stupor (soporo koma) yaitu keadaan seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri serta kesadaran coma
(comatose) dimana seseorang tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)..
Penelitian terkait dilaksanakan oleh Yuniarti (2012) dengan judul
“Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap Nilai Glasgow
Coma Scale (GCS) Pada Pasien Cedera Otak Sedang”. Hasil Nilai
GCS sebelum diberikan terapi musik diperoleh data lebih dari setengah
(77,8%) dengan nilai GCS 10-11. Nilai GCS sesudah diberikan terapi
musik diperoleh data sebanyak 12 (66,7%) mengalami peningkatan nilai
GCS dari nilai GCS 10 menjadi nilai GCS 12. Terdapat pengaruh terapi
musik terhadap nilai GCS pada pasien cedera otak sedang dibuktikan
dengan nilai modus yang sering muncul sebelum terapi musik adalah
yaitu nilai GCS 10 setelah terapi musik menjadi nilai GCS 12..

B. Analisa Bivariat
Hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai ρ value
0,000 kurang dari 0,05 maka hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) terhadap
percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan general anestesi
di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati. Hasil ini menunjukkan

34
bahwa stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) efektif dalam
meningkatkan kesadaran pasien post operasi.
Menurut analisis peneliti, dengan pengulangan sebanyak 3 kali dalam
pemberian stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) mampu
meningkatkan percepatan kesadaran pasien pasca pembedahan. Prosedur
stimulasi sensori tersebut yaitu memberikan stimulasi sensori penginderaan
mata (visual) dengan memberikan perintah secara langsung. Apabila tidak
ada respon maka dengan merangsang nyeri di area tangan. Memberikan
stimulasi sensori penginderaan pendengaran dengan berbicara secara
langsung didekat telinga seseorang ataupun dengan mendekatkan garputala
dan dipukul didekat telinga pasien. Memberikan stimulasi sensori
penginderaan perabaan dengan memberikan cubitan (rangsang nyeri) atau
memberikan rangsang geli bagian sensitive syarat sepeti pada perabaan
pada telapak kaki. Memberikan stimulasi sensori penginderaan penciuman
dengan memberikan aroma terapi yang diberikan didepan hidung pasien
seperti minyak kayu putih maupun bau-bauan yang menyengat hidung
(Keliat, 2014).
Hasil diatas sesuai teori Purwaningsih (2010) bahwa tujuan
pemberian stimulus sensori digunakan bagi klien yang tidak mau
menggungkapkan komunikasi verbal. Stimulus sensori juga dapat
meningkatkan fungsi panca indera klien yang sedang mengalami penurunan
kesadaran pasca pembedahan akibat dari efek anestesi yang telah dijalani.
Tujuan selanjutnya dapat meningkatkan respon mobilitas dengan adanya
rangsang sensori serta menstimulasi emosi dan alam perasaan yang sedang
dialami.
.Hasil diatas juga sesuai dengan teori Potter (2012) bahwa
penatalaksanaan efek anestesi di ruang pulih sadar dapat berupa
farmakologi dan terapi komplementer sebagai terapi pendamping. Terapi
komplementer saat ini mengalami percepatan ketertarikan dan penggunaan,
salah satunya adalah stimulasi sensori untuk meningkatkan kesadaran
pasien post operasi. Sebagai perawat kita dapat memeberikan terapi
komplementer yaitu stimulasi sensori sebagai salah satu terapi modifikasi
lingkungan dan suasana hati pasien agar pasien dalam keadaan tenang dan
rileks.

35
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Valentina (2016) dengan
judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai Glaslow Coma
Scale Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
primer (p=0,041).
Penelitian terkait lainnya juga dilaksanakan oleh Dewi (2014) dengan
judul penelitian “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow
Coma Scale (GCS) di RSUD Dr Moewardi”. Penelitian dilaksanakan di ruang
ICU menggunakan 8 sampel dengan pembagian kelompok intervensi
sebanyak 4 responden dan kelompok kontrol sebanyak 4 responden. Hasil
uji analisis menggunakan t test diperoleh nilai p value sebesar 0,002 kurang
dari 5 % yang artinya ada pengaruh terapi musik terhadap peningkatan
Glasgow Coma Scale (GCS) di RSUD Dr Moewardi.
Penelitian selanjutnya juga dilaksanakan oleh Purnama (2011)
dengan judul penelitian “Pengaruh Acupressure terhadap Nilai GCS Pada
Pasien Cedera Kepala Sedang di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
acupressure terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala sedang di
RSUP dr Hasan Sadikin Bandung dengan dibuktikan nilai p value sebesar
0,000 kurang dari 0,05 atau 5%.

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Waktu penelitian yang diberikan pihak Bappeda dan RSUD RAA
Soewondo Pati hanya 1 Bulan.
2. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol sehingga tidak
mampu membedakan percepatan kesadaran antara yang diberikan
stimulasi sensori dan yang tidak diberikan terapi stimulasi sensori.
3. Tidak adanya SOP stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di
Ruang Pulih sadar IBS RSUD RAA Soewondo Pati.

36
4. Sampel yang digunakan kurang dari 30 responden sehingga dibutuhkan
penelitian yang mempunyai jumlah sampel lebih besar.
5. Penelitian ini tidak menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi sensori yaitu usia, medikasi, lingkungan, tingkat kenyamanan,
penyakit yang diderita dan merokok.

37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian sebelum diberikan stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan) diperoleh semua responden tidak terjadi percepatan
kesadaran yaitu sebanyak 28 responden (100%).
2. Hasil penelitian sesudah diberikan stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan) diperoleh paling banyak responden terjadi
percepatan kesadaran sebanyak 20 responden (71,4%).
3. Hasil uji analisis didapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari 0,05 maka
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas stimulasi
sensori (garputala, aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran
pasien post operasi menggunakan general anestesi di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.

B. Saran
1. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi RSUD
RAA Soewondo Pati dalam memberikan penyuluhan kepada pasien
sebelum operasi menggunakan General Anestesi agar lebih
mempersiapkan diri menjalani operasi khususnya tentang kesadaran
pasien pasca operasi.
2. Bagi Pengembangan ilmu Keperawatan
Bagi perawat dapat meningkatkan pengembangan profesi
perawat melalui perencanaan keperawatan kepada pasien pasca
operasi menggunakan General Anestesi khususnya cara meningkatkan
kesadaran pasien pasca operasi menggunakan stimulasi sensori.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Hasil penelitian ini dapat digunakan pada institusi pendidikan
sebagai bahan tugas belajar dari institusi dan bahan masukan untuk
kegiatan proses belajar mengajar mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah.

38

38
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat pembuatan karya
ilmiah selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
sensori yaitu usia, medikasi, lingkungan, tingkat kenyamanan, penyakit
yang diderita dan merokok.

DAFTAR PUSTAKA
39
Adeputra, Ivan. Monitoring pasien post operasi. https://www.
scribd.com/document/201932645/Post-Operasi, 2018.

Aipviki. Standar Operasional Prosedur. Assosiasi Institusi Pendidikan D III


Keperawatan. Jawa Tengah, 2011.

Anderson L W dan Krathwohl D R. Revisi Taksonomi Bloom Ranah Kognitif.


http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/04/21/revisitaksonomi-bloomranah-
kognitif/. 2011, Diakses 29 Desember 2014.

Dewi, Sri. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow Coma Scale
(GCS) di RSUD Dr Moewardi. Stikes Kusuma Husada Surakarta, 2014.

Keliat, Budi A. Proses Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta, 2014.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran mengembangkan Standar


Kompetensi. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011.

Martono. Deteksi Dini Derajat Kesadaran Menggunakan Pengukuran Nilai Kritis


Mean Artery Pressure. Politeknik Kesehatan Surakarta, 2016.

Muhlisin, Ahmad. Penilaian Tingkat Kesadaran (Nilai GCS) Dewasa dan Anak.
https://www.honestdocs.id/penilaian-tingkat-kesadaran-berdasarkan-nilai-
gcs, 2018. Dikases 12 Desember 2019.

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta,


2015.

Novantama, Adistya. Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Infeksi Luka


Post Operasi Di Poli Bedah RSUD dr. Harjono Ponorogo, Surabaya, 2016.

Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan


pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Salemba
Medika, Jakarta, 2016.

Potter, Perry. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. EGC,


Jakarta, 2012.

Purnama, I. Pengaruh Acupressure Terhadap Nilai GCS Pada Pasien Cedera


Kepala Sedang di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung. Bandung. Thesis FIK
UNPA, 2011.

Purwaningsih W & Karlina. Asuhan Keperawatan Jiwa Terapi Modalitas dan


Standard Operating Procedure (SOP). Nuha Medika, Yogyakarta, 2010.

Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisa Data Dalam


Penelitian Kesehatan. (plus Aplikasi sofwer SPSS), Yogyakarta, 2012.

40
Rusnoto, dkk. Efektifitas Pemberian Musik Religi dengan penurunan tingkat
kecemasan pasien pre operasidengan regional anestesi sub arhacnoid
Blok RSU PKU Muhammdiyah Kudus. Scholar Goglle.co.ic., 2017.

Smeltzer & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih, EGC, Jakarta, 2012.

Stuart & Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta, 2013.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2014.

Uliyah & Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika,


Jakarta, 2014.

Valentina B. M. Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai Glaslow Coma Scale


Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Universitas Padjadjaran, 2016.

Willy. Penilaian Tingkat Kesadaran (Nilai GCS) Dewasa dan Anak.


https://www.honestdocs.id/penilaian-tingkat-kesadaran-berdasarkan-nilai-
gcs. Di Akses 2 November 2018.

Yuniarti, Enny V. Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap Nilai


Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien Cedera Otak Sedang. STIKes Bina
Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto, 2012.

41
LAMPIRAN
Lampiran Pedoman Observasi

EFEKTIVITAS STIMULASI SENSORI (GARPUTALA, AROMATIC, CUBITAN)


TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN PASIEN POST OPERASI
MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI DI RUANG RECOVEY
ROOM UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

No Responden :
Umur Responden : Tahun
Jenis Kelamin Responden : Laki-laki
Perempuan
Pendidikan : Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
DIII/SI
Pasca Sarjana
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Buruh
Petani
Wiraswasta
Karyawan
PNS

A. Kesadaran Sebelum dan Sesudah Perlakuan

a. Membuka mata
4) Spontan dengan nilai
5) Dengan perintah dengan nilai
6) Dengan rangsang nyeri dengan nilai
7) Tidak berespon dengan nilai
b. Respons Verbal
1) Berorientasi dengan nilai
2) Bicara membingungkan dengan nilai
3) Kata-kata tidak tepat dengan nilai
4) Suara tidak dapat dimengerti dengan nilai
5) Tidak berespons dengan nilai
c. Respons Motorik
1) Berorientasi dengan nilai
2) Melokalisasi nyeri dengan nilai
3) Menarik area yang nyeri dengan nilai
4) Fleksi abnormal dengan nilai
5) Ekstensi dengan nilai
6) Tidak berespons dengan nilai

B. SOP Terapi Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan)

SOP TERAPI STIMULASI SENSORI

Pengertian 1. Stimulasi sensorik adalah proses manusia dalam menerima


informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui
penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut
menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna dan dipahami
oleh penginderaan (Stuard, 2013).
2. Stimulasi sensori merupakan stimulus atau rangsang yang
datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut
masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori (panca indera)
yang diteruskan ke otak sehingga otak tersebut akan
melanjutkan menjadi respon tubuh (Keliat, 2014).

Tujuan 1. Digunakan bagi klien yang tidak mau menggungkapkan


komunikasi verbal.
2. Meningkatkan fungsi panca indera klien yang sedang
mengalami penurunan kesadaran.
3. Respon mobilitas dengan adanya rangsang sensori.
4. Menstimulasi emosi dan alam perasaan yang sedang
dialami

Alat dan Bahan Garputala dan Minyak Kayu Putih

Kebijakan 1. Sebagai pedoman dalam meningkatkan kesadaran pasien


post operasi menggunakan anestesi general.
2. Pelaksanaan terapi stimulasi sensori harus mengikuti
langkah-langkah yang tertuang dalam SOP.
Prosedur 1. Melaksanakan kontrak waktu dengan pasien atau keluarga
2. Menyiapkan pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan
pada pasien maupun keluarga
4. Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga
5. Memberikan stimulasi sensori penginderaan mata (visual)
dengan memberikan perintah secara langsung. Apabila
tidak ada respon maka dengan merangsang nyeri di area
tangan. Ulangi prosedur sampai 3 kali.
6. Memberikan stimulasi sensori penginderaan pendengaran
dengan berbicara secara langsung didekat telinga
seseorang ataupun dengan mendekatkan garputala dan
dipukul didekat telinga pasien. Ulangi prosedur sampai 3
kali.
7. Memberikan stimulasi sensori penginderaan perabaan
dengan memberikan cubitan (rangsang nyeri) atau
memberikan rangsang geli bagian sensitive syarat sepeti
pada perabaan pada telapak kaki. Ulangi perintah tersebut
sebanyak 3 kali.
8. Memberikan stimulasi sensori penginderaan penciuman
dengan memberikan aroma terapi yang diberikan didepan
hidung pasien seperti minyak kayu putih maupun bau-
bauan yang menyengat hidung.
9. Berpamitan dengan pasien dan keluarga

Hal-Hal yang Tindak lanjut umpan balik dari pasien atau keluarga setelah
perlu diperhatikan pemberian terapi stimulasi sensori

Dokumen Terkait 1. Keliat, Budi A. Proses Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta,


2014.
2. Stuart & Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC,
Jakarta, 2013.
Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PERCEPATAN
KESADARAN SESUDAH 28 100.0% 0 0.0% 28 100.0%
STIMULASI SENSORI

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PERCEPATAN
KESADARAN SESUDAH .447 28 .000 .568 28 .000
STIMULASI SENSORI

a. Lilliefors Significance Correction


Frequencys

Statistics

PERCEPATAN PERCEPATAN
KESADARAN KESADARAN
SEBELUM SESUDAH
JENIS STIMULASI STIMULASI
UMUR KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN SENSORI SENSORI

N Valid 28 28 28 28 28 28

Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 31.14 1.54 2.39 2.11 2.00 1.29
Median 31.50 2.00 3.00 2.50 2.00 1.00
Mode 36 2 3 3 2 1
Std. Deviation 8.209 .508 .786 .956 .000 .460
Range 28 1 2 2 0 1
Minimum 18 1 1 1 2 1
Maximum 46 2 3 3 2 2
Sum 872 43 67 59 56 36
Percenti 10 19.90 1.00 1.00 1.00 2.00 1.00
les 20 22.00 1.00 1.80 1.00 2.00 1.00

25 24.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00

30 25.40 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00

40 27.60 1.00 2.00 1.60 2.00 1.00

50 31.50 2.00 3.00 2.50 2.00 1.00


60 35.40 2.00 3.00 3.00 2.00 1.00

70 36.00 2.00 3.00 3.00 2.00 1.30

75 37.50 2.00 3.00 3.00 2.00 2.00

80 38.40 2.00 3.00 3.00 2.00 2.00

90 42.30 2.00 3.00 3.00 2.00 2.00


Frequency Table

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 1 3.6 3.6 3.6

19 1 3.6 3.6 7.1

20 1 3.6 3.6 10.7

21 1 3.6 3.6 14.3

22 2 7.1 7.1 21.4

24 2 7.1 7.1 28.6

26 2 7.1 7.1 35.7

27 1 3.6 3.6 39.3

28 1 3.6 3.6 42.9

29 1 3.6 3.6 46.4

31 1 3.6 3.6 50.0

32 1 3.6 3.6 53.6

34 1 3.6 3.6 57.1

35 1 3.6 3.6 60.7

36 4 14.3 14.3 75.0

38 2 7.1 7.1 82.1

40 1 3.6 3.6 85.7


41 1 3.6 3.6 89.3

42 1 3.6 3.6 92.9

45 1 3.6 3.6 96.4

46 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 13 46.4 46.4 46.4

PEREMPUAN 15 53.6 53.6 100.0


Total 28 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD SEDERAJAT 5 17.9 17.9 17.9

SLTP SEDERAJAT 7 25.0 25.0 42.9

SLTA SEDERAJAT 16 57.1 57.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK BEKERJA 11 39.3 39.3 39.3

PETANI 3 10.7 10.7 50.0

WIRASWASTA 14 50.0 50.0 100.0

Total 28 100.0 100.0

PERCEPATAN KESADARAN SEBELUM STIMULASI SENSORI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK TERJADI PERCEPATAN


28 100.0 100.0 100.0
KESADARAN

PERCEPATAN KESADARAN SESUDAH STIMULASI SENSORI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TERJADI PERCEPATAN


20 71.4 71.4 71.4
KESADARAN

TIDAK TERJADI PERCEPATAN


8 28.6 28.6 100.0
KESADARAN

Total 28 100.0 100.0


NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsa

PERCEPATAN
KESADARAN
SESUDAH STIMULASI
SENSORI -
PERCEPATAN
KESADARAN
SEBELUM STIMULASI
SENSORI

Z -4.472b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
PENGAJUAN ANGKA KREDIT
PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ABDUL AZIS,AMK
NIP : 196910222006041003
Pangkat/ Golongan : PENATA /III C
Unit Kerja : UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI
Mengajukan angka kredit pengembangan profesi dengan jenis pengembangan
profesi :
Membuat karya tulis/ karya ilmiah hasil penelitian/ pengkajian/ survey/
evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan

Dalam bentuk Makalah

Demikian pengajuan angka kredit pengembangan profesi, untuk menjadikan


periksa.

Pati, 2021
Pemohon,

Abdul Azis, Amk


NIP. 196910222006041003
PENILAIAN
PENULISAN KTI /MAKALAH ( OLEH PENULIS )

JUDUL : EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI ( GARPUTALA


,AROMATIK,CUBITAN ) TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN
PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI DI
RUANG RECOVERY ROOM RSUUD RAA SOEWONDO PATI

NO PERIHAL HALAMAN
Pada semua
1. Tata cara penulisan sesuai
halaman
Informasi pada latar belakang relevan dengan kondisi di RSUD
2.
RAA Soewondo Pati
Data–data pada latar belakang memberikan gambaran hasil-hasil
3
pengamatan yang terkini
4 Tinjauan pustaka sesuai dengan hasil identifikasi masalah
5 Diskripsi isi KTI sesuai dengan fakta
6 Analisis permasalahan sesuai dengan hasil temuan
7 Simpulan mampu merangkum seluruh isi makalah
8 Saran bisa diterapkan di RSUD RAA Soewondo Pati
9 Referensi yang dilampirkan 10 tahun terakhir
10 Tidak ada unsur plagiat
Pada semua
11 Bukti publikasi / Penyerahan di Perpustakaan
halaman

Pati 2021

Penulis,

Abdul Azis, Amk


NIP. 196910222006041003

PENILAIAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH / MAKALAH


JUDUL : EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI ( GARPUTALA
,AROMATIK,CUBITAN ) TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN
PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI DI
RUANG RECOVERY ROOM RSUUD RAA SOEWONDO PATI

NO PERIHAL YA TIDAK
1. Apakah tata cara penulisan sesuai ?
Apakah informasi pada latar belakang relevan
2.
dengan kondisi di RSUD RAA Soewondo Pati?
Apakah data – data pada latar belakang
3 memberikan gambaran hasil – hasil pengamatan
yang terkini ?
Tinjauan pustaka sesuai dengan hasil identifikasi
4
masalah
5 Diskripsi isi KTI sesuai dengan fakta
Analisis permasalahan sesuai dengan hasil
6
temuan
Apakah simpulan mampu merangkum seluruh isi
7
makalah ?
Apakah saran bisa diterapkan di RSUD RAA
8
Soewondo Pati ?
Adakah referensi yang dilampirkan 10 tahun
9
terakhir ?
10 Tidak ada unsur plagiat
11 Kualifikasi ( tupoksi) pengamat sesuai
Adakah Bukti publikasi / Penyerahan di
12
Perpustakaan ?

Pati, Mei 2021


REKOMENDASI DITERIMA Tim
DIREVISI Penilai Pengembangan
DITOLAK Profesi

Ns. Kristanti Wahyuningtyas, M.Kep.,Sp.Kep.MB


NIP : 19820104 200903 2 009

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ABDUL AZIS, AMK
NIP : 196910222006041003
Unit Kerja : UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI
No. Hp : 08156647447
Alamat Email : abdul.azis.pati@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah saya yang
berjudul : EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI ( GARPUTALA
,AROMATIK,CUBITAN ) TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN
PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI DI
RUANG RECOVERY ROOM RSUUD RAA SOEWONDO PATI PADA
TAHUN 2021

Bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain. Apabila di kemudian
hari diketemukan seluruh atau sebagian dari karya ilmiah tersebut terdapat
indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
perundang–undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keaadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
dari siapapun.

Pati, Mei 2021


Yang membuat pernyataan,

Abdul Azis, Amk


NIP. 196910222006041003

PEMERINTAH KABUPATEN PATI


UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI
Jl.dr Soesanto No. 114 Pati- Kode Pos 59118 Pati
Telepon : (0295) 381102 ( 5Saluaran) Http : rsud.patikab.go.id
Faxmile : (0295) 381684 E-mail :
Bankir : BPDJateng CabPati
HASIL PENILAIAN PENGEMBANGAN PROFESI
Nomor : ........../................../........./.................

IDENTITAS PEMOHON
Nama
ABDUL AZIS, AMK

NIP
196910222006041003
Pangkat/golongan
ruang/TMT Penata/ III C / 01 Oktober 2018
Jabatan Perawat Penyelia
Unit kerja UPT RSUD RAA Soewondo Pati
Membuat karya tulis/ karya ilmiah hasil penelitian/
Jenis pengembangan profesi pengkajian/ survey/ evaluasi di bidang pelayanan
keperawatan yang tidak dipublikasikan
EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI
( GARPUTALA ,AROMATIK,CUBITAN )
TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN
Judul PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN
GENERAL ANESTESI DI RUANG RECOVERY
ROOM RSUUD RAA SOEWONDO PATI PADA
TAHUN 2021
Pelaksanaan Penilaian Januari – Juni 2021
Hasil
Jumlah angka kredit

Demikian hasil penilaian dari tim penilaian pengembangan profesi untuk dapat di
perguna kan sebagaimana mestinya
Pati, Mei 2021
Tim Penilai Pengembangan Profesi,

Ns.Kristanti Wahyuningtyas,Mkep.Sp.MB
PEMERINTAH KABUPATEN PATI
NIP. 19820104 200903 2 009

UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI


Jl.dr Soesanto No. 114 Pati- Kode Pos 59118 Pati
Telepon : (0295) 381102 ( 5Saluaran) Http : rsud.patikab.go.id
Faxmile : (0295) 381684 E-mail : brsdsoewondopati4@yahoo.co.id
Bankir : BPD JatengCabangPati

SURAT KETERANGAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :Ns,Kristanti Wahyuningtyas,Mkep.Sp.Kep.MB
NIP : 19820104 200903 2 009
Pangkat/golongan ruang : Penata / III C
Jabatan : Tim Penilai Pengembangan Profesi
Menyatakan bahwa:
Nama : Abdul Azis, Amk
NIP : 196910222006041003
Pangkat/golongan ruang/TMT : Penata /III C / 01 Oktober 2018
Jabatan : Perawat Penyelia
Unit kerja : UPT RSUD RAA Soewondo Pati
Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut:

Jumlah
Satua Jumlah
Uraian Vol Angka
No Tgl n Angka Keterangan/ buktifisik
Kegiatan Kegiata Kredit
Hasil Kredit
n
1 Membuat karya - 05 1 EFEKTIFITAS
tulis/ karya – STIMULASI SENSORI
ilmiah hasil 2021 ( GARPUTALA
penelitian/ ,AROMATIK,CUBITAN
pengkajian/ ) TERHADAP
survey/ evaluasi PERCEPATAN
di bidang KESADARAN PASIEN
pelayanan POST OPERASI
keperawatan MENGGUNAKAN
yang tidak GENERAL ANESTESI
dipublikasikan DI RUANG RECOVERY
ROOM RSUUD RAA
SOEWONDO PATI
PADA TAHUN 2021
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Pati, Mei 2021


Tim Penilai,

Ns.Kristanti Wahyuningtyas,Mkep.Sp.MB
NIP. 19820104 200903 2 009

Anda mungkin juga menyukai