Disusun Oleh :
ABDUL AZIS,AMK
NIP : 196910222006041003
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari :
Tanggal :
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................vi
iv
BAB V PEMBAHASAN..............................................................................32
A. Analisa Univariat......................................................................32
B. Analisa Bivariat........................................................................34
C. Keterbatasan Penelitian...........................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
ABSTRAK
Latar Belakang : Data di Pati didapatkan bahwa jumlah pasien yang dilakukan tindakan
di Instalasi Bedah Sentral pada tahun 2018 sebesar 2.380 klien, rata-rata operasi per hari
sebanyak 6,6 klien. Apabila dibandingkan tahun 2017 sebanyak 2.268 klien, dengan rata-
rata operasi per hari 6,3 klien menunjukkan adanya percepatan sebanyak 112 tindakan
(4,49%). Pasien kasus bedah yang dirujuk pada tahun 2018 sebanyak 154 klien (6,47%)
dan yang dirujuk pada tahun 2017 sebanyak 278 klien (12,26%) sehingga untuk klien
yang rujuk ada penurunan sebesar (47,22%). Data pasien post operasi yang
menggunakan anestesi general pada bulan Agustus 2019 sebanyak 38 pasien, bulan
September sebanyak 34 dan bulan Oktober sebanyak 44 pasien. Rata-rata setiap bulan
pasien post operasi yang menggunakan anestesi general sebanyak 39 pasien.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah metode metode quasy eksperimen
dengan pendekatan One-Group Pra Test – Post Test Design. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 28 responden yang dipilih secara Purposive Sampling. Untuk
menganalisis data menggunakan Uji Wilcoxon.
Hasil : Hasil uji analisis didapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari 0,05 maka hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan
general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati.
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
kelemahan fisik dikarenakan adanya penurunan kesadaran (Novantama,
2016).
Penatalaksanaan komplikasi anestesi di ruang pulih sadar dapat
berupa farmakologi dan terapi komplementer sebagai terapi pendamping.
Terapi komplementer dapat dilaksanakan dengan menggunakan music
untuk merangsang pendengaran pasien (Rusnoto, dkk, 2017). Menurut
Potter (2012) terapi komplementer salah satunya adalah stimulasi sensori
untuk meningkatkan kesadaran pasien post operasi. Sebagai perawat kita
dapat memberikan terapi komplementer yaitu stimulasi sensori sebagai
salah satu terapi modifikasi lingkungan dan suasana hati pasien agar
pasien dalam keadaan tenang dan rileks.
Terapi stimulasi sensori yang diberikan pada pasien yang
mengalami gangguan kesadaran mampu meningkatkan respon mobilitas
dengan adanya rangsang sensori. Fungsi panca indera pasien yang
sedang mengalami penurunan kesadaran juga dapat segera merespon
dengan adanya rangsangan stimulasi yang telah diberikan. Cara kerja
stimulasi sensori dengan memberikan stimulusatau rangsangan yang
mampu tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari
pasien tersebut (Purwaningsih, 2010).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Yuniarti
(2012) dengan judul “Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap
Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien Cedera Otak Sedang”. Hasil
penelitian diperoleh terdapat pengaruh terapi musik terhadap nilai GCS pada
pasien cedera otak sedang dibuktikan dengan nilai modus yang sering
muncul sebelum terapi musik adalah yaitu nilai GCS 10 setelah terapi
musik menjadi nilai GCS 12.
Hasil penelitian terkait lainnya juga dilaksanakan oleh Valentina
(2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai
Glaslow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical
Critical Care Unit RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Hasil uji statistik
menunjukkan adanya pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada
pasien cedera kepala primer (p=0,041).
Data yang diambil di RSUD RAA Soewondo Pati didapatkan
bahwa jumlah pasien yang dilakukan tindakan di Instalasi Bedah Sentral
pada tahun 2018 sebesar 2.380 klien, rata-rata operasi per hari sebanyak
2
6,6 klien. Apabila dibandingkan tahun 2017 sebanyak 2.268 klien, dengan
rata-rata operasi per hari 6,3 klien menunjukkan adanya percepatan
sebanyak 112 tindakan (4,49%). Pasien kasus bedah yang dirujuk pada
tahun 2018 sebanyak 154 klien (6,47%) dan yang dirujuk pada tahun 2017
sebanyak 278 klien (12,26%) sehingga untuk klien yang rujuk ada
penurunan sebesar (47,22%). Data pasien post operasi yang
menggunakan anestesi general pada bulan Agustus 2019 sebanyak 38
pasien, bulan September sebanyak 34 dan bulan Oktober sebanyak 44
pasien. Rata-rata setiap bulan pasien post operasi yang menggunakan
anestesi general sebanyak 39 pasien (Rekam Medik RSUD RAA
Soewondo Pati, 2019).
Studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti pada tanggal 22-27
November 2019 dengan observasi secara langsung menggunakan GCS
pada 10 pasien post operasi dengan anestesi general di Ruang IBS RSUD
RAA Soewondo Pati, sebanyak 10 (100%) pasien tersebut mengalami
penurunan kesadaran. Hal tersebut efek dari anestesi yang dilaksanakan
sesuai dengan prosedur operasi. Pasien mengalami percepatan kesadaran
berbeda-beda. Sebanyak 6 (60%) pasien sadar dalam waktu 1/2 jam
meskipun masih mengalami kelemahan fisik. Sebanyak 3 (30%) pasien
mengalami percepatan kesadaran dalam waktu 1 jam dan 1 (10%) pasien
sadar penuh dalam waktu 1 jam 10 menit. Selama ini pasien post operasi
di Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati hanya diberikan tindakan
pemantauan Tanda-Tanda Vital dan pemberian rangsang dengan minyak
kayu putih sehingga kesadaran pasien pasa pembedahan mengalami
percepatan secara lambat.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan Judul “Efektivitas Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan)
terhadap Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan
General Anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post
3
operasi menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD
RAA Soewondo Pati ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA
Soewondo Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui percepatan kesadaran pasien
post operasi menggunakan General Anestesi sebelum diberikan
stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.
b. Mengetahui percepatan kesadaran pasien
post operasi menggunakan General Anestesi sesudah diberikan
stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.
c. Menganalisis efektivitas percepatan
kesadaran pasien post operasi sebelum dan sesudah pemberian
stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi RSUD RAA
Soewondo Pati dalam memberikan penyuluhan kepada pasien
sebelum operasi menggunakan General Anestesi agar lebih
mempersiapkan diri menjalani operasi khususnya tentang kesadaran
pasien pasca operasi.
2. Bagi Pengembangan ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan kepada pasien pasca
operasi menggunakan General Anestesi khususnya tentang cara
4
meningkatkan kesadaran pasien pasca operasi menggunakan
stimulasi sensori.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Menambah referensi pada mahasiswa tentang pembelajaran
keperawatan Medikal Bedah khususnya terapi dalam meningkatkan
kesadaran pasien pasca operasi dengan menggunakan stimulasi
sensori.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai dasar untuk kepustakaan atau informasi awal bagi
peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan kesadaran pasien pasca pembedahan di
Ruang Pemulihan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukkan oleh peneliti lain di RSUD
RAA Soewondo Pati, sedangkan penelitian terkait seperti di bawah ini :
Tabel 1.1
Originalitas Penelitian
5
menggunakan sampel
pasien cedera otak
sedang dan penelitian
sekarang sampel
Pasien post operasi
general anestesi
F. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan standart
pengumpulan data dan izin pelaksanaan penelitian dari institusi serta
Bappeda Pati yaitu satu bulan. Penelitian ini rencananya akan
dilaksanakan pada Bulan Februari-Maret 2020.
2. Ruang lingkup tempat
Lokasi penelitian ini dilakukan dalam satu tempat yaitu RSUD
Raa Soewondo Pati dimana sampel yang dijadikan penelitian yaitu
pasien post operasi yang menggunakan general anestesi.
3. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi ini termasuk Keperawatan Medikal Bedah
yakni tentang efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan General Anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA
Soewondo Pati.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
7
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya).
c. Faktor Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit
fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran
darah (seperti pada keadaan syok); efek anestesi pasca
pembedahan; penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis); pada keadaan hipo atau hipernatremia; dehidrasi;
asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan:
hipertermia, hipotermia; percepatan tekanan intrakranial (karena
perdarahan, stroke, tumor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi
(Hidayat, 2014).
d. Cara Menukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran
dengan hasil subjektif mungkin adalah menggunakan GCS
(Glasgow Coma Scale) (Aipviki, 2011).
8
1) Membuka mata
a) Spontan dengan nilai 4
b) Dengan perintah dengan nilai 3
c) Dengan rangsang nyeri dengan nilai 2
d) Tidak berespon dengan nilai 1
2) Respons Verbal
a) Berorientasi dengan nilai 5
b) Bicara membingungkan dengan nilai 4
c) Kata-kata tidak tepat dengan nilai 3
d) Suara tidak dapat dimengerti dengan nilai 2
e) Tidak berespons dengan nilai 1
3) Respons Motorik
a) Berorientasi dengan nilai 6
b) Melokalisasi nyeri dengan nilai 5
c) Menarik area yang nyeri dengan nilai 4
d) Fleksi abnormal dengan nilai 3
e) Ekstensi dengan nilai 2
f) Tidak berespons dengan nilai 1
Pasien post operasi dapat meninggalkan ruang
pemulihan apabila nilai GCS mencapai 10-15 atau pasien
keadaan pasien somnolent. Total skor GCS (Glasgow Coma
Scale) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Skor 14-15 : compos mentis
2) Skor 12-13 : apatis
3) Skor 10-11 : somnolent
4) Skor 5-9 : stupor
5) Skor < 5 : koma
2. Post Operasi
a. Pengertian
Post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan
yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tahap pasca-operasi dimulai
dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pascaoperasi
dan berakhir saat pasien pulang (Uliyah & Hidayat, 2014).
9
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya
pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak
lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Setelah pembedahan,
keadaan pasien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis
yang mungkin terjadi (Adeputra, 2018).
Post operasi adalah periode pulih sadar dimulai segera
setelah pasien meninggalkan meja operasi dan langsung diawasi
oleh ahli anestesi. Semua komplikasi dapat terjadi setiap saat,
termasuk pada waktu pemindahan pasien dari kamar operasi ke
ruang pemulihan. Ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut
juga Post Anesthesia Care Unit (PACU) adalah ruangan tempat
pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru
saja menjalani operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil
(Smeltzer, 2012).
b. Jenis-Jenis Operasi
Jenis-jenis operasi yang dikutip oleh Potter (2012) adalah
sebagai berikut :
1) Menurut fungsinya (tujuannya)
a) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi
b) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktomi
c) Reparatif: memperbaiki luka multiple
d) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.
e) Paliatif: menghilangkan nyeri
f) Transplantasi: penanaman organ tubuh untuk
menggantikan organ atau struktur tubuh yang malfungsi
(cangkok ginjal, kornea).
2) Menurut Luas atau Tingkat Resiko
a) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas
dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap
kelangsungan hidup klien.
b) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang
mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan
dengan operasi mayor.
10
c. Komplikasi Post Operasi
Komplikasi post operasi yang akan muncul antara lain yaitu
hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan
darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari
nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia
yang diakibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat anestetika.
Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak
adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi dan ventilasi
yang tidak adekuat (Smeltzer, 2012). Sedangkan menurut Majid,
(2011) komplikasi post operasi adalah perdarahan dengan
manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa
haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun,
pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.
d. Infrastruktur Pengawasan Post Operasi
Menurut Adeputra (2018) Infrastruktur dalam ruang
pemulihan harus dibawah pengawasan dokter anestesi yaitu :
1) Perawat terlatih khusus dan trampil dalam pengawasan
keadaan darurat
2) Rasio : Pasien yaitu 3:1 (Ideal), 2:1 (Gawat), 1:1 (Sangat
gawat)
3) Peralatan :
a) Satu tempat punya 1 sumber O2
b) Suction, stetoskop, tensimeter, termometer
c) Monitor : ECG dan SaO2
d) Resusitasi set
e) Obat-obat emergency / cairan
e. Serah Terima Pasien Post Operasi di Ruang Pulih
Menurut Smeltzer (2012) hal-hal yang perlu disampaikan
pada saat serah terima adalah:
1) Masalah-masalah tatalaksana anestesia, penyulit selama
anetesia/pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang
mungkin terjadi.
2) Tindakan pembedahan yang dikerjakan, penyulit-penyulit saat
pembedahan, termasuk jumlah perdarahan.
11
3) Jenis anestesia yang diberikan dan masalah-masalah yang
terjadi, termasuk cairan elektrolit yang diberikan selama
operasi, diuresis serta gambaran sirkulasi dan respirasi.
4) Posisi pasien di tempat tidur.
5) Hal-hal lain yang perlu mendapatkan pengawasan khusus
sesuai dengan permaslaahan yang terjadi selama
anestesi/operasi.
6) Apakah pasien perlu mendapatkan penanganan khusus di
ruangan terapi intensif (sesuai dengan instruksi dokter)
f. Tujuan Perawatan di Ruang Pulih
Tujuan perawatan pasca anestesia yang dikutip dari
Smeltzer yaitu untuk memulihkan kesehatan fisiologi dan psikologi
antara lain:
1) Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi,
memasang sunction dan pemasangan mayo/gudel.
2) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi, dengan pemberiam
bantuan napas melalui ventilator mekanik atau nasal kanul.
3) Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan
pemberian cairan plasma ekspander.
4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk
mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat pengaruh anestesia
sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase
sangat penting untuk dilakukan observasi terkait dengan
kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5) Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output
cairan. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi
lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru
kelebihan cairan yang mengakibatkan menjadi beban bagi
jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi
pasien.
12
6) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injuri
Pasien post anestesi biasanya akan mengalami
kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh.
Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang
side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien,
diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi
dengan medis terkait dengan agen pemblok nyerinya.
13
b. Meningkatkan fungsi panca indera klien yang sedang mengalami
penurunan kesadaran.
c. Respon mobilitas dengan adanya rangsang sensori.
d. Menstimulasi emosi dan alam perasaan yang sedang dialami.
4. Macam-Macam Stimulus Sensori
Beragam stimulus tersebut merupakan dasar dalam
pembentukan persepsi yang datang dari banyak sumber, menurut Keliat
(2014) dapat melalui :
a. Indera penglihatan (visual)
Rangsang yang diberikan dengan tujuan memberikan
respon pada mata. Sebagai contoh pemberian perintah secara
langsung maupun dengan rangsang nyeri. Ulangi perintah tersebut
sebanyak 3 kali.
b. Indera pendengaran (auditori)
Pemberian stimulus pendengaran memberikan kesan bahwa
seseorang tersebut mengalami gangguan pendengaran atau
penurunan fungsi pendengaran yang diakibatkan karena adanya
hal-hal tertentu. Terapi pendengaran dapat diberikan dengan
berbicara secara langsung didekat telinga seseorang ataupun
dengan mendekatkan garputala dan dipukul didekat telinga pasien
yang bertujuan merangsang pemulihan indera pendengaran. Ulangi
perintah tersebut sebanyak 3 kali.
c. Indera perabaan (taktil)
Stimulus perabaan dengan mencoba memberikan rangsang
pada kulit seseorang sebagai contoh dengan memberikan cubitan
(rangsang nyeri) atau memberikan rangsang geli bagian sensitive
syarat sepeti pada perabaan pada telapak kaki. Ulangi perintah
tersebut sebanyak 3 kali.
d. Indera penciuman (olfaktori)
Penurunan indera penciuman akibat dari penurunan
kesadaran seseorang dapat diberikan aroma terapi yang diberikan
didepan hidung pasien seperti minyak kayu putih maupun bau-
bauan yang menyengat hidung.
14
e. Indera pengecap/rasa (gustatori)
Penurunan indera perasa atau pengecap biasanya dialami
oleh seorang yang sudah berusia lansia. Dalam meningkatkan
fungsi indera pengecap dapat memberikan rasa asin dengan
diberikan lewat mulut penderita yang bertujuan pasien mampu
merasakan indera pengecap. Pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran pasca pembedahan tidak dapat diberikan
intervensi karena akan memberikan kontraksi pada lambung
sehingga akan meningkatkan tekanan pada luka post operasi.
5. Prosedur Pelaksanaan Stimulasi sensori
Prosedur pelaksanaan stimulasi sensori menurut Keliat (2014)
adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan kontrak waktu dengan pasien
atau keluarga
b. Menyiapkan pasien
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilaksanakan pada pasien maupun keluarga
d. Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga
e. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
mata (visual) dengan memberikan perintah secara langsung.
Apabila tidak ada respon maka dengan merangsang nyeri di area
tangan. Ulangi prosedur sampai 3 kali.
f. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
pendengaran dengan berbicara secara langsung didekat telinga
seseorang ataupun dengan mendekatkan garputala dan dipukul
didekat telinga pasien. Ulangi prosedur sampai 3 kali.
g. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
perabaan dengan memberikan cubitan (rangsang nyeri) atau
memberikan rangsang geli bagian sensitive syarat sepeti pada
perabaan pada telapak kaki. Ulangi perintah tersebut sebanyak 3
kali.
h. Memberikan stimulasi sensori penginderaan
penciuman dengan memberikan aroma terapi yang diberikan
didepan hidung pasien seperti minyak kayu putih maupun bau-
bauan yang menyengat hidung.
15
i. Berpamitan dengan pasien dan keluarga
16
Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator kegawatan
dan prognosis pada pasien pasca pembedahan menggunakan anestesi
general. Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan psikologis dan
fisiologis, oleh karena itu peran perawat kritis merupakan posisi sentral
untuk memahami semua perubahan yang terjadi pada pasien,
mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan diberikan
pada pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan
gangguan kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi,
gangguan aktifitas menelan, kemampuan berkomunikasi, gangguan
eliminasi. Pengkajian tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa
digunakan pada kondisi emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) (Potter, 2012).
Penatalaksanaan komplikasi anestesi di ruang pulih sadar dapat
berupa farmakologi dan terapi komplementer sebagai terapi pendamping.
Menurut Potter (2012) terapi komplementer saat ini mengalami percepatan
ketertarikan dan penggunaan, salah satunya adalah stimulasi sensori untuk
meningkatkan kesadaran pasien post operasi. Sebagai perawat kita dapat
memeberikan terapi komplementer yaitu stimulasi sensori sebagai salah
satu terapi modifikasi lingkungan dan suasana hati pasien agar pasien
dalam keadaan tenang dan rileks.
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Valentina (2016) dengan
judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai Glaslow Coma
Scale Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
primer (p=0,041).
17
D. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi Terapi
Stimulasi :
Stimulasi Sensori
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Garputala Aromatic Cubitan
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Keterangan :
: Diteliti
18
: Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki oleh kelompok lain.
Definisi lain variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2015). Variabel penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independent) yaitu stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan).
2. Variabel terikat (dependent) yaitu percepatan kesadaran pasien post
operasi.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentang jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang disusun berdasarkan teori (Nursalam,
2016). Hipotesis dalam penelitian ini mempunyai 2 kemungkinan yaitu :
1. Ha : terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan)
terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan
general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati.
2. H0 : tidak terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA
Soewondo Pati.
Gambar 3.1
19
Kerangka Konsep Penelitian
19
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk
mengetahui efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan)
terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan
general anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati,
maka peneliti menggunakan metode quasy eksperimen yaitu salah satu
jenis metode penelitian yang memungkinkan peneliti untuk mengubah
variabel serta meniliti akibat yang terjadi (Nursalam, 2016).
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan One-Group Pra Test – Post Test
Design. Ciri dari tipe penelitian ini adalah pengungkapan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok
subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
lagi setelah intervensi. Berikut adalah gambar rancangan penelitian
yang diadopsi dari Nursalam (2016) :
O1 X O2
20
dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung (Nursalam, 2016).
Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut :
1) Mengurus perizinan penelitian kepada institusi pendidikan yaitu
Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus.
2) Selanjutnya meminta izin kepada Kepala Bappeda Pati dan
permohonan izin penelitian di RSUD RAA Soewondo Pati.
3) Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk
memberikan penjelasan tujuan penelitian sebelum pasien
melaksanakan pembedahan, diharapkan bersedia menjadi
responden dan bersedia menandatangani lembar persetujuan.
4) Kesadaran responden diobservasi oleh peneliti dengan
menggunakan prosedur GCS dalam menilai kesadaran
sebelum diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).
5) Peneliti memberikan stimulasi sensori (perlakuan).
6) Peneliti mengobservasi kembali kesadaran pasien
menggunakan prosedur GCS dalam selang waktu 20 menit
setelah diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).
7) Mengumpulkan dan menilai hasil observasi yang didapat dari
hasil penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Notoatmodjo,
2015). Data sekunder adalah data pengumpulannya bukan
diusahakan sendiri oleh peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah diperoleh dari catatan rekam medis RSUD RAA Soewondo
Pati, buku dan literatur internet.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini yaitu
data pasien post operasi yang menggunakan anestesi general selama 3
21
bulan yaitu sebanyak 116 pasien. Rata-rata setiap bulan pasien post
operasi yang menggunakan anestesi general sebanyak 39 pasien.
5. Prosedur Sampel dan Sampling Penelitian
Sampel adalah subunit populasi survei atau populasi survei itu
sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan
kata lain, sample adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar
kemampuan mewakilinya (Sugiyono, 2014).
Sampel penelitian ini adalah populasi dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien post operasi menggunakan anestesi general.
2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien pasca pembedahan menggunakan anestesi lokal.
2) Responden mengundurkan diri.
Prosedur dan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara
Purposive Sampling yaitu salah satu teknik sampling non random
sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian
(Sugiyono, 2014). Sampel ditentukan dengan rumus Slovin dikarenakan
jumlah populasi masih dapat dijangkau oleh peneliti :
3) N
n = ––––––––––
4) 1 + N (d)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikansi / 0,1
22
39
1,39
= 28,0 sampel dibulatkan 28 sampel.
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan atau karakteristik yang
dapat diamati atau diukur (Nursalam, 2016).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
23
7. Instrumen Penelitian dan Cara Penilaian Data Penelitian
a. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu chek list
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan), SOP stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan)
dan pedoman observasi GCS.
b. Cara penilaian Data Penelitian
1) Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi
umur responden, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan
pekerjaan responden. Untuk menentukan karakteristik
responden menggunakan chek list yang telah disediakan pada
lampiran instrument penelitian.
2) Percepatan Kesadaran sebelum dan sesudah stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan)
Menggunakan 15 pernyataan yang diisi oleh peneliti
dengan acuan GCS. Kategori percepatan kesadaran yaitu
terjadi percepatan kesadaran dan tidak terjadi percepatan
kesadaran. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
skala nominal.
3) Pengujian Validitas
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data
yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2014). Uji validitas tidak
dilaksanakan karena pedoman observasi sudah sesuai dengan
standart operasional prosedur.
4) Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan (Sugiyono, 2014). Uji reliabilitas tidak dilaksanakan
karena pedoman observasi sudah sesuai dengan standart
operasional prosedur.
24
8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa
a. Tehnik Pengolahan Data
Untuk penelitian ini, tehnik penilaian data dilakukan dengan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Editing
Peneliti segera mengecek kembali hasil observasi yang
telah dimasukan dalam tabel penolong sementara. Kekurangan
dari hasil observasi segera diisi kembali untuk melengkapi.
2) Coding
Peneliti memasukan kode-kode hasil penelitian yang
didapatkan dari observasi yang dilakukan. Kategori kesadaran
yaitu terjadi percepatan kesadaran dengan kode 1 dan tidak
terjadi percepatan kesadaran dengan kode 2.
3) Scoring
Scoring dalam penelitian ini yaitu kategori terjadi
percepatan kesadaran : 10-15 dan tidak terjadi percepatan
kesadaran : < 10.
4) Tabulating
Tabulasi ini dilakukan untuk menggolongkan sesuai
kode yang didapat. Peneliti dapat mengetahui apakah
penelitian ini ada hubungan atau pengaruh atau tidak dengan
melihat hasil tabulasi sementara.
b. Analisa Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel
(Sugiyono, 2014).
Analisis data menggunakan program SPSS untuk
mengetahui bagaimana gambaran data yang telah selesai
dikumpulkan dengan bentuk distribusi frekuensi dan variabel
25
umur responden, jenis kelamin responden, pendidikan
responden, pekerjaan responden, kesadaran sebelum dan
sesudah diberikan stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan).
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis data yang dilakukan pada
dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi
(Sugiyono, 2014).
Sebelum dilakukan penelitian telah dilakukan uji
normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk
menentukan rumus uji yang digunakan dalam sistem
komputerisasi (SPSS). Pengujian normalitas data dengan
sampel kurang dari 50 menggunakan rumus Shapiro-Wilk. Nilai
Shapiro-Wilk hitung dibandingkan dengan nilai Z tabel (1,96).
Apabila nilai Z hitung kurang dari Z tabel (1,96) maka data yang
digunakan dalam penelitian sebelum pemberian terapi stimulasi
(garputala, aromatic, cubitan) dapat dikatakan normal.
Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon merupakan salah
satu uji statistik yang digunakan pada data berdistribusi normal
serta untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang bermakna
(Riwidikdo, 2012).
Rumus yang digunakan :
SS1 + SS2 1 1
Sx1 – x2 = +
n1+ n2 – 2 n1 n2
Keterangan :
SS1 : sumsquare dari sampel 1
SS2 : sumsquare dari sampel 1
n1 : besar sampel 1
n2 : besar sampel 2
Sx1 – Sx2 : standar error dari beda
Uji Wilcoxon dilaksanakan menggunakan sistem
komputerisasi (olah data SPSS). Intepretasi hasil Uji Wilcoxon
yaitu bila ρ value ≤ 0,05 Ho ditolak, Ha diterima yang berarti
26
terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic,
cubitan) terhadap percepatan kesadaran pasien post operasi
menggunakan General Anestesi di Ruang Recovey Room
RSUD RAA Soewondo Pati.
E. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal penelitian tahun 2019-2020
Tahun 2019/2020
F.No KEGIATAN
Nov Des Jan Febr Mar Apr Mei Juni
1. Pengusulan Judul √
2. Bimbingan √ √ √ √
Proposal
3. Ujian Proposal √ √
4. Pengambilan Data √ √
Penelitian
5. Pengolahan Data √
6. Penyusunan Hasil √ √
dan Pembahasan
7. Ujian Skripsi √
8. Revisi dan √ √
Pengumpulan
Skripsi
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
28
28
B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati
Pendidikan Frekuensi %
SD Sederajat 5 17,9
SLTP Sederajat 7 25,0
SLTA Sederajat 16 57,1
Jumlah 28 100
Sesuai Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, paling
banyak responden mempunyai pendidikan SLTA sederajat sebanyak 16
responden (57,1%) dan paling sedikit responden berpendidikan SD
sederajat sebanyak 5 responden (17,9%).
29
4. Pekerjaan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati
Pekerjaan Frekuensi %
Tidak Bekerja 11 39,3
Petani 3 10,7
Wiraswasta 14 50,0
Jumlah 28 100
C. Analisa Univariat
1. Percepatan Kesadaran Sebelum Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Percepatan Kesadaran Sebelum
Stimulasi Sensori di Ruang Recovey Room
RSUD RAA Soewondo Pati
30
Sesuai Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 28 responden, paling
banyak responden terjadi percepatan kesadaran sebanyak 20
responden (71,4%) dan responden tidak terjadi percepatan kesadaran
sebanyak 8 responden (28,6%).
D. Analisa Bivariat
Tabel 4.7
Efektivitas Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan) Terhadap
Percepatan Kesadaran Pasien Post Operasi Menggunakan General
Anestesi di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati
BAB V
31
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Percepatan Kesadaran Sebelum Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Hasil penelitian diperoleh semua responden tidak terjadi
percepatan kesadaran yaitu sebanyak 28 responden (100%). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebelum diberikan stimulasi sensori
(garputala, aromatic, cubitan) semua responden tidak terjadi percepatan
kesadaran. Hasil tersebut dikarenakan adanya efek anestesi general
yang dapat menurunkan kesadaran responden pasca pembedahan ang
dilaksanakan. Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan adanya
difisit fungsi otak dari responden. Tingkat kesadaran dapat menurun
ketika otak mengalami kekurangan oksigen. Hasil diatas ditunjukkan
bahwa responden mengalami kesadaran somnolent dan stupor di
bawah nilai 10 pada pemeriksaan tingkat kesadaran dengan
menggunakan GCS.
Menurut analisis peneliti, tidak terjadi percepatan kesadaran
responden diatas dikarenakan responden paling banyak didominasi
jenis kelamin perempuan. Percepatan kesadaran seseorang berbeda-
beda termasuk faktor yang mempengaruhi kesadaran salah satunya
yaitu jenis kelamin seseorang. Pada responden dengan jenis kelamin
perempuan kurang aktif dalam gerakan motorik saat pemeriksaan
kesadaran dengan menggunakan GCS sebelum stimulasi sensori. Hal
ini secara tidak langsung berdampak pada kekuatan otot responden
dalam menanggapi rangsang saat pemeriksaan GCS (Pearce, 2012).
Hasil ini didasari dari hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin
responden yaitu paling banyak responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 15 responden (53,6%) dan paling sedikit berjenis kelamin
laki-laki 13 responden (46,4%).
Menurut Muhlisin (2018) bahwa kesadaran seseorang dapat
diperoleh dari rangsangan yang berasal dari lingkungan. Untuk
mengukur tingkat kesadaran maka digunakanlah suatu cara
pemeriksaan yakni dengan standar Glasgow Coma Scale (GCS).
Pasien post anestesia seperti tanda lambat bangun yaitu yang terjadi
32
32
bila ketidaksadaran selama 60-90 menit setelah anestesi umum. Post
anestesia secara umum akan terjadi sadar penuh setelah operasi
selama 30-60 menit.
Penelitian terkait dilaksanakan oleh Martono (2016) dengan
judul “Deteksi Dini Derajat Kesadaran Menggunakan Pengukuran Nilai
Kritis Mean Artery Pressure”. Penelitian ini menggunakan desain
explanatory research dengan pendekatan cross sectional yang
menjelaskan pengaruh dan prediksi kecukupan nilai kritis mean arteria
pressure terhadap derajat kesadaran pada pasien cidera kepala yang
berjumlah 34 sampel. Uji statistik penelitian ini menggunakan regresi
sederhana. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang positif nilai kritis mean artery pressure terhadap derajat kesadaran
yang ditunjukkan nilai p=0.00<0.05 dan nilai mean artery pressure
mampu mendeteksi tingkat kesadaran pasien cidera kepala sebesar
77.8%.
2. Percepatan Kesadaran Sesudah Stimulasi Sensori (Garputala,
Aromatic, Cubitan)
Hasil penelitian diperoleh responden sesudah diberikan
Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan) paling banyak
responden terjadi percepatan kesadaran sebanyak 20 responden
(71,4%) dan responden tidak terjadi percepatan kesadaran sebanyak 8
responden (28,6%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sesudah
diberikan Stimulasi Sensori (Garputala, Aromatic, Cubitan), kesadaran
responden meningkat menjadi lebih baik yaitu 20 responden (71,4%).
Hasil tersebut menunjukkan pemberian stimulasi sensori efektif dalam
meningkatkan percepatan kesadaran pasien post operasi.
Menurut analisis peneliti, hasil diatas masih terdapat responden
yang tidak terjadi percepatan kesadaran setelah pembedahan. Analisis
tersebut didukung hasil penelitian yang diperoleh responden tidak
terjadi percepatan kesadaran sebanyak 8 responden (28,6%). Hal ini
dikarenakan kurangnya respon responden dari pemeriksaan GCS dan
hasil pemeriksaan masih menunjukkan keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri. Terdapat juga responden dengan
kesadaran menurun, respon gerakan yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (Aipviki, 2011).
33
Hasil diatas sesuai dengan teori Maramis (2012) bahwa tingkat
kesadaran dapat dibedakan menjadi lima tingkatan. Compos Mentis
(conscious) merupakan kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Kesadaran Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Kesdaran
delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Kesadaran somnolen (Obtundasi, Letargi) dimana kesadaran
seseorang menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. Tingkat
kesadaran selanjutnya Stupor (soporo koma) yaitu keadaan seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri serta kesadaran coma
(comatose) dimana seseorang tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)..
Penelitian terkait dilaksanakan oleh Yuniarti (2012) dengan judul
“Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap Nilai Glasgow
Coma Scale (GCS) Pada Pasien Cedera Otak Sedang”. Hasil Nilai
GCS sebelum diberikan terapi musik diperoleh data lebih dari setengah
(77,8%) dengan nilai GCS 10-11. Nilai GCS sesudah diberikan terapi
musik diperoleh data sebanyak 12 (66,7%) mengalami peningkatan nilai
GCS dari nilai GCS 10 menjadi nilai GCS 12. Terdapat pengaruh terapi
musik terhadap nilai GCS pada pasien cedera otak sedang dibuktikan
dengan nilai modus yang sering muncul sebelum terapi musik adalah
yaitu nilai GCS 10 setelah terapi musik menjadi nilai GCS 12..
B. Analisa Bivariat
Hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai ρ value
0,000 kurang dari 0,05 maka hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat efektivitas stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) terhadap
percepatan kesadaran pasien post operasi menggunakan general anestesi
di Ruang Recovey Room RSUD RAA Soewondo Pati. Hasil ini menunjukkan
34
bahwa stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) efektif dalam
meningkatkan kesadaran pasien post operasi.
Menurut analisis peneliti, dengan pengulangan sebanyak 3 kali dalam
pemberian stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) mampu
meningkatkan percepatan kesadaran pasien pasca pembedahan. Prosedur
stimulasi sensori tersebut yaitu memberikan stimulasi sensori penginderaan
mata (visual) dengan memberikan perintah secara langsung. Apabila tidak
ada respon maka dengan merangsang nyeri di area tangan. Memberikan
stimulasi sensori penginderaan pendengaran dengan berbicara secara
langsung didekat telinga seseorang ataupun dengan mendekatkan garputala
dan dipukul didekat telinga pasien. Memberikan stimulasi sensori
penginderaan perabaan dengan memberikan cubitan (rangsang nyeri) atau
memberikan rangsang geli bagian sensitive syarat sepeti pada perabaan
pada telapak kaki. Memberikan stimulasi sensori penginderaan penciuman
dengan memberikan aroma terapi yang diberikan didepan hidung pasien
seperti minyak kayu putih maupun bau-bauan yang menyengat hidung
(Keliat, 2014).
Hasil diatas sesuai teori Purwaningsih (2010) bahwa tujuan
pemberian stimulus sensori digunakan bagi klien yang tidak mau
menggungkapkan komunikasi verbal. Stimulus sensori juga dapat
meningkatkan fungsi panca indera klien yang sedang mengalami penurunan
kesadaran pasca pembedahan akibat dari efek anestesi yang telah dijalani.
Tujuan selanjutnya dapat meningkatkan respon mobilitas dengan adanya
rangsang sensori serta menstimulasi emosi dan alam perasaan yang sedang
dialami.
.Hasil diatas juga sesuai dengan teori Potter (2012) bahwa
penatalaksanaan efek anestesi di ruang pulih sadar dapat berupa
farmakologi dan terapi komplementer sebagai terapi pendamping. Terapi
komplementer saat ini mengalami percepatan ketertarikan dan penggunaan,
salah satunya adalah stimulasi sensori untuk meningkatkan kesadaran
pasien post operasi. Sebagai perawat kita dapat memeberikan terapi
komplementer yaitu stimulasi sensori sebagai salah satu terapi modifikasi
lingkungan dan suasana hati pasien agar pasien dalam keadaan tenang dan
rileks.
35
Hasil penelitian terkait dilaksanakan oleh Valentina (2016) dengan
judul penelitian “Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai Glaslow Coma
Scale Pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
primer (p=0,041).
Penelitian terkait lainnya juga dilaksanakan oleh Dewi (2014) dengan
judul penelitian “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow
Coma Scale (GCS) di RSUD Dr Moewardi”. Penelitian dilaksanakan di ruang
ICU menggunakan 8 sampel dengan pembagian kelompok intervensi
sebanyak 4 responden dan kelompok kontrol sebanyak 4 responden. Hasil
uji analisis menggunakan t test diperoleh nilai p value sebesar 0,002 kurang
dari 5 % yang artinya ada pengaruh terapi musik terhadap peningkatan
Glasgow Coma Scale (GCS) di RSUD Dr Moewardi.
Penelitian selanjutnya juga dilaksanakan oleh Purnama (2011)
dengan judul penelitian “Pengaruh Acupressure terhadap Nilai GCS Pada
Pasien Cedera Kepala Sedang di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
acupressure terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala sedang di
RSUP dr Hasan Sadikin Bandung dengan dibuktikan nilai p value sebesar
0,000 kurang dari 0,05 atau 5%.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Waktu penelitian yang diberikan pihak Bappeda dan RSUD RAA
Soewondo Pati hanya 1 Bulan.
2. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol sehingga tidak
mampu membedakan percepatan kesadaran antara yang diberikan
stimulasi sensori dan yang tidak diberikan terapi stimulasi sensori.
3. Tidak adanya SOP stimulasi sensori (garputala, aromatic, cubitan) di
Ruang Pulih sadar IBS RSUD RAA Soewondo Pati.
36
4. Sampel yang digunakan kurang dari 30 responden sehingga dibutuhkan
penelitian yang mempunyai jumlah sampel lebih besar.
5. Penelitian ini tidak menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi sensori yaitu usia, medikasi, lingkungan, tingkat kenyamanan,
penyakit yang diderita dan merokok.
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian sebelum diberikan stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan) diperoleh semua responden tidak terjadi percepatan
kesadaran yaitu sebanyak 28 responden (100%).
2. Hasil penelitian sesudah diberikan stimulasi sensori (garputala,
aromatic, cubitan) diperoleh paling banyak responden terjadi
percepatan kesadaran sebanyak 20 responden (71,4%).
3. Hasil uji analisis didapatkan nilai ρ value 0,000 kurang dari 0,05 maka
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas stimulasi
sensori (garputala, aromatic, cubitan) terhadap percepatan kesadaran
pasien post operasi menggunakan general anestesi di Ruang Recovey
Room RSUD RAA Soewondo Pati.
B. Saran
1. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi RSUD
RAA Soewondo Pati dalam memberikan penyuluhan kepada pasien
sebelum operasi menggunakan General Anestesi agar lebih
mempersiapkan diri menjalani operasi khususnya tentang kesadaran
pasien pasca operasi.
2. Bagi Pengembangan ilmu Keperawatan
Bagi perawat dapat meningkatkan pengembangan profesi
perawat melalui perencanaan keperawatan kepada pasien pasca
operasi menggunakan General Anestesi khususnya cara meningkatkan
kesadaran pasien pasca operasi menggunakan stimulasi sensori.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Hasil penelitian ini dapat digunakan pada institusi pendidikan
sebagai bahan tugas belajar dari institusi dan bahan masukan untuk
kegiatan proses belajar mengajar mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah.
38
38
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat pembuatan karya
ilmiah selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
sensori yaitu usia, medikasi, lingkungan, tingkat kenyamanan, penyakit
yang diderita dan merokok.
DAFTAR PUSTAKA
39
Adeputra, Ivan. Monitoring pasien post operasi. https://www.
scribd.com/document/201932645/Post-Operasi, 2018.
Dewi, Sri. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow Coma Scale
(GCS) di RSUD Dr Moewardi. Stikes Kusuma Husada Surakarta, 2014.
Muhlisin, Ahmad. Penilaian Tingkat Kesadaran (Nilai GCS) Dewasa dan Anak.
https://www.honestdocs.id/penilaian-tingkat-kesadaran-berdasarkan-nilai-
gcs, 2018. Dikases 12 Desember 2019.
40
Rusnoto, dkk. Efektifitas Pemberian Musik Religi dengan penurunan tingkat
kecemasan pasien pre operasidengan regional anestesi sub arhacnoid
Blok RSU PKU Muhammdiyah Kudus. Scholar Goglle.co.ic., 2017.
Smeltzer & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih, EGC, Jakarta, 2012.
Stuart & Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta, 2013.
41
LAMPIRAN
Lampiran Pedoman Observasi
No Responden :
Umur Responden : Tahun
Jenis Kelamin Responden : Laki-laki
Perempuan
Pendidikan : Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
DIII/SI
Pasca Sarjana
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Buruh
Petani
Wiraswasta
Karyawan
PNS
a. Membuka mata
4) Spontan dengan nilai
5) Dengan perintah dengan nilai
6) Dengan rangsang nyeri dengan nilai
7) Tidak berespon dengan nilai
b. Respons Verbal
1) Berorientasi dengan nilai
2) Bicara membingungkan dengan nilai
3) Kata-kata tidak tepat dengan nilai
4) Suara tidak dapat dimengerti dengan nilai
5) Tidak berespons dengan nilai
c. Respons Motorik
1) Berorientasi dengan nilai
2) Melokalisasi nyeri dengan nilai
3) Menarik area yang nyeri dengan nilai
4) Fleksi abnormal dengan nilai
5) Ekstensi dengan nilai
6) Tidak berespons dengan nilai
Hal-Hal yang Tindak lanjut umpan balik dari pasien atau keluarga setelah
perlu diperhatikan pemberian terapi stimulasi sensori
Cases
PERCEPATAN
KESADARAN SESUDAH 28 100.0% 0 0.0% 28 100.0%
STIMULASI SENSORI
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
PERCEPATAN
KESADARAN SESUDAH .447 28 .000 .568 28 .000
STIMULASI SENSORI
Statistics
PERCEPATAN PERCEPATAN
KESADARAN KESADARAN
SEBELUM SESUDAH
JENIS STIMULASI STIMULASI
UMUR KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN SENSORI SENSORI
N Valid 28 28 28 28 28 28
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 31.14 1.54 2.39 2.11 2.00 1.29
Median 31.50 2.00 3.00 2.50 2.00 1.00
Mode 36 2 3 3 2 1
Std. Deviation 8.209 .508 .786 .956 .000 .460
Range 28 1 2 2 0 1
Minimum 18 1 1 1 2 1
Maximum 46 2 3 3 2 2
Sum 872 43 67 59 56 36
Percenti 10 19.90 1.00 1.00 1.00 2.00 1.00
les 20 22.00 1.00 1.80 1.00 2.00 1.00
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Test Statisticsa
PERCEPATAN
KESADARAN
SESUDAH STIMULASI
SENSORI -
PERCEPATAN
KESADARAN
SEBELUM STIMULASI
SENSORI
Z -4.472b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Pati, 2021
Pemohon,
NO PERIHAL HALAMAN
Pada semua
1. Tata cara penulisan sesuai
halaman
Informasi pada latar belakang relevan dengan kondisi di RSUD
2.
RAA Soewondo Pati
Data–data pada latar belakang memberikan gambaran hasil-hasil
3
pengamatan yang terkini
4 Tinjauan pustaka sesuai dengan hasil identifikasi masalah
5 Diskripsi isi KTI sesuai dengan fakta
6 Analisis permasalahan sesuai dengan hasil temuan
7 Simpulan mampu merangkum seluruh isi makalah
8 Saran bisa diterapkan di RSUD RAA Soewondo Pati
9 Referensi yang dilampirkan 10 tahun terakhir
10 Tidak ada unsur plagiat
Pada semua
11 Bukti publikasi / Penyerahan di Perpustakaan
halaman
Pati 2021
Penulis,
NO PERIHAL YA TIDAK
1. Apakah tata cara penulisan sesuai ?
Apakah informasi pada latar belakang relevan
2.
dengan kondisi di RSUD RAA Soewondo Pati?
Apakah data – data pada latar belakang
3 memberikan gambaran hasil – hasil pengamatan
yang terkini ?
Tinjauan pustaka sesuai dengan hasil identifikasi
4
masalah
5 Diskripsi isi KTI sesuai dengan fakta
Analisis permasalahan sesuai dengan hasil
6
temuan
Apakah simpulan mampu merangkum seluruh isi
7
makalah ?
Apakah saran bisa diterapkan di RSUD RAA
8
Soewondo Pati ?
Adakah referensi yang dilampirkan 10 tahun
9
terakhir ?
10 Tidak ada unsur plagiat
11 Kualifikasi ( tupoksi) pengamat sesuai
Adakah Bukti publikasi / Penyerahan di
12
Perpustakaan ?
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah saya yang
berjudul : EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI ( GARPUTALA
,AROMATIK,CUBITAN ) TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN
PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI DI
RUANG RECOVERY ROOM RSUUD RAA SOEWONDO PATI PADA
TAHUN 2021
Bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain. Apabila di kemudian
hari diketemukan seluruh atau sebagian dari karya ilmiah tersebut terdapat
indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
perundang–undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keaadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
dari siapapun.
IDENTITAS PEMOHON
Nama
ABDUL AZIS, AMK
NIP
196910222006041003
Pangkat/golongan
ruang/TMT Penata/ III C / 01 Oktober 2018
Jabatan Perawat Penyelia
Unit kerja UPT RSUD RAA Soewondo Pati
Membuat karya tulis/ karya ilmiah hasil penelitian/
Jenis pengembangan profesi pengkajian/ survey/ evaluasi di bidang pelayanan
keperawatan yang tidak dipublikasikan
EFEKTIFITAS STIMULASI SENSORI
( GARPUTALA ,AROMATIK,CUBITAN )
TERHADAP PERCEPATAN KESADARAN
Judul PASIEN POST OPERASI MENGGUNAKAN
GENERAL ANESTESI DI RUANG RECOVERY
ROOM RSUUD RAA SOEWONDO PATI PADA
TAHUN 2021
Pelaksanaan Penilaian Januari – Juni 2021
Hasil
Jumlah angka kredit
Demikian hasil penilaian dari tim penilaian pengembangan profesi untuk dapat di
perguna kan sebagaimana mestinya
Pati, Mei 2021
Tim Penilai Pengembangan Profesi,
Ns.Kristanti Wahyuningtyas,Mkep.Sp.MB
PEMERINTAH KABUPATEN PATI
NIP. 19820104 200903 2 009
SURAT KETERANGAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI
Jumlah
Satua Jumlah
Uraian Vol Angka
No Tgl n Angka Keterangan/ buktifisik
Kegiatan Kegiata Kredit
Hasil Kredit
n
1 Membuat karya - 05 1 EFEKTIFITAS
tulis/ karya – STIMULASI SENSORI
ilmiah hasil 2021 ( GARPUTALA
penelitian/ ,AROMATIK,CUBITAN
pengkajian/ ) TERHADAP
survey/ evaluasi PERCEPATAN
di bidang KESADARAN PASIEN
pelayanan POST OPERASI
keperawatan MENGGUNAKAN
yang tidak GENERAL ANESTESI
dipublikasikan DI RUANG RECOVERY
ROOM RSUUD RAA
SOEWONDO PATI
PADA TAHUN 2021
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ns.Kristanti Wahyuningtyas,Mkep.Sp.MB
NIP. 19820104 200903 2 009