Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

HERNIA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Program Internsip

di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro Sigli

Oleh:

dr. Fina Mastura

Pembimbing:

dr. Eval, Sp.B

Pendamping:

dr. Suriadi Umar, Sp. A

RUMAH SAKIT TGK. CHIK DITIRO SIGLI


KABUPATEN PIDIE
PROVINSI ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“HERNIA”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Program Internsip Dokter Indonesia. Ucapan terima kasih serta
penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada dr. Eval, Sp.B yang telah
bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam penulisan laporan kasus
ini dan juga kepada pendamping selama di rumah sakit yaitu dr. Suriadi Umar,
Sp.A yang telah mendampingi selama kegiatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Tgk. Chik Ditiro Sigli.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran dan berguna
bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran
pada umumnya dan ilmu kesehatan mata khususnya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk laporan kasus ini.

Sigli, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2

2.1 ANATOMI ............................................................................................ 2

2.1.1 Anatomi Dinding Perut ............................................................... 2

2.1.2 Anatomi Regio Inguinalis ........................................................... 3

2.2 HERNIA................................................................................................ 7
2.1.1. Pengertian Hernia...................................................................... 7
2.2.2. Komponen Hernia..................................................................... 7
2.2.3. Epidemiologi............................................................................. 7
2.2.4. Etiologi...................................................................................... 8
2.2.5. Klasifikasi Hernia...................................................................... 8
2.2.6. Patofisiologi.............................................................................. 11
2.2.7. Diagnosa................................................................................... 14
2.2.8. Diagnosa Banding.................................................................... 18
2.2.9. Penatalaksanaan....................................................................... 19
2.2.10. Komplikasi............................................................................... 20
2.2.11. Prognosis.................................................................................. 21

BAB III LAPORAN KASUS............................................................................ 22


3.1 Identitas Pasien.............................................................................. 22
3.2 Anamnesis .................................................................................. ... 22
3.3 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 23
3.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 25
3.5 Diagnosis Banding...................................................................... ... 25
3.6 Foto Klinis .................................................................................. ... 26

iii
3.7 Diagnosis Kerja.............................................................................. 26
3.8 Tatalaksana.................................................................................... 27
3.9 Prognosis........................................................................................ 27
3.3.10Follow Up .................................................................................. .. 27

BAB IV ANALISA KASUS .................................................................... .. 29


BAB V KESIMPULAN ......................................................................... .. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................33

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia berasal dari bahasa latin, Herniae artinya penonjolan isi suatu
dinding rongga. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen
yang berulang atau berkelanjutan.1
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan
hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 %. Perbandingan antara
pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur. Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia
adalah herniotomi atau herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada
pasien yang dilakukan herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko
terjadinya infeksi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI
2.1.1 ANATOMI DINDING PERUT

Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada


rongga pelvis. Abdomen terletak diantara diafragma dan pelvis.3

Batas dinding perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan


sebagai berikut. Bagian atas adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum.
Bagian Bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum
inguinal, krista pubikum dan krista iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang
belakang.3

Untuk memudahkan deskripsi visceral dan kondisi morbid dari isi di


dalamnya, rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner, 2 garis
horizontal dan 2 garis sagital. Garis Horizontal yang membagi abdomen adalah
garis transpyloric dan garis Transtubercular. Sedangkan garis vertikal yang
membagi abdomen adalah garis imajiner yang sejajar dengan midclavicular line.3

9 regio abdomen terdiri dari :3

1. Regio hipokondria kanan


2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondria kiri
4. Regio lumbalis kanan
5. Regio umbilikalis
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio iliaka kanan
8. Regio suprapubik
9. Regio iliaka kiri

2
Gambar 1 : Region Abdomen

2.1.2 ANATOMI REGIO INGUINALIS

Gambar 2 : Anatomi Regio Inguinalis

1. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus (MOE)

Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa
ke-8 bagian lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superfiacialis dan fascia
profundus dari otot ini menjadi satu setelah mencapai dinding depan abdomen dan

3
membentuk suatu Aponeurosis MOE, dibagian medial dekat tuberkulum pubicum,
Aponeurosis ini pecahmenjadi 2 bagian, yaitu: crus superior dan crus inferior.3

2. Muskulus Obliqus Abdomis Internus (MOI)

Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan
lateral ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral
muskulus Rectus Abdominis. 3

3. Ligamantum Inguinale (Poupart)

Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.


Terletak mulai dari Sias sampai ke ramus superior tulang pubis.3

4. Ligamentum lakunare (Gimbernat)

Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut
tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum
pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.3

5. Fasia transversalis

Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.3

6. Segitiga Hasselbach

Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tiga yang dibentuk
oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh : 3

Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika inferior

Medial : Bagian lateral rektus abdominis.

Inferior : Ligamentum ingunale.

4
Gambar 3 : Segitiga Hasselbach

7. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan


panjang ± 4 cm dan terletak di atas ligamentum inguinale.

Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah 3

 Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus abdominis eksternus


dan 1/3 lateralnya muskulus obliqus internus.
 Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang
bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding
posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia
transversa dan konjoin tendon.
 Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
 Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Isi kanalis inguinalis pria 3,4

a. Vas deferens
b. 3 arteri yaitu :
1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3. Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis

5
d. 3 nervus yaitu :
1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. 3 lapisan fasia:
1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut muskulus obliqus
abdominis internus.
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.

8. Annulus internus :

Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon ( tepi bawah muskulus


obliqus abdominis internus, dan muskulus transverses abdominus), dan vasa
epigastrika inferior. Annulus ini merupakan tempat keluarnya funikulus
spermatikus dari cavum abdomen ke kanalis inguinalis. Terletak diantara SIAS
dan Tuberkulum pubicum (± 1- 1,5cm diatas ligamentum inguinale). 3

9. Annulus eksternus :

Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan aponeurosis
MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya
n.Illioinguinalis dan funikulus spermatikus ke scrotum.(pada wanita berupa round
ligament).3,4

10. Kanalis Femoralis

Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter


kurang dari 4 cm, dan pada wanita mempunyai diameter lebih lebar dibanding
dengan laki-laki. Pada sisi medial femoral sheath dan vena femoralis yang
mengandung limfonodus dan lemak. Di sekelilingnya terdapat beberapa bagian
rigid yaitu pada sisi anterior terdapat ligamentum inguinale, sisi media terdapat
lacuna dari ligamentum inguinale, dan pada sisi posteriornya terdapat bagian
pectineus dari ligamentum inguinale. Cincin yang sempit ini beresiko tinggi untuk
mengalami inkarserasi (terjepitnya usus). Kanalis femoralis terletak medial dari

6
vena femoralis didalam lakuna vaserum dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat
vena saphena magna bermuara didalam vena femoralis. Foramen ini sempit dan
dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas kranio ventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudo dorsal oleh pinggir os pubis yang terdiri dari
ligamentum ilio pectineale (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh (sarung)
vena femoralis, dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare gimbernati.
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis.3,4

2.2 HERNIA
2.2.1. PENGERTIAN HERNIA
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal.1
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen
melalui anulus inguinalis externa/medialis.1,2

2.2.2. KOMPONEN HERNIA

3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:

1. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.


Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adiposa, hernia intertitialis)
2. Isi hernia (usus, omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen).

2.2.3. EPIDEMIOLOGI

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia

7
direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih
sedikit.4

Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria
: wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750.000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk
hernia femoralis, 166.000 hernia umbilicalis, 97.000 hernia post insisi dan 76.000
untuk hernia abdomen lainya.4 Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 %
dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan
inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan
laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal, meskipun kasus hernia
femoralis pada pria dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan
wanita 4 kali lebih sering dibandingkan di kalangan pria, karena secara
keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.

2.2.4 ETIOLOGI4

Penyebab hernia inguinalis adalah :

a. Kelemahan otot dinding abdomen.

1. Kelemahan jaringan
2. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
3. Trauma

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

1. Obesitas
2. Mengangkat benda berat
3. Mengejan karna Konstipasi
4. Kehamilan
5. Batuk kronik
6. Hipertropi prostate

8
2.2.5. KLASIFIKASI HERNIA

Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi hernia eksterna


dan hernia interna. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui
dinding perut, pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa
kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen
Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya
setelah operasi anastomosis usus. Berdasarkan arah hernia dibagi menjadi :

I : Hernia Eksterna ( tampak dari luar ).

a. Hernia Inguinalis Lateralis.

b. Hernia Inguinalis Medialis.

c. Hernia Femoralis.

d. Hernia umbilikalis, Sikatrikalis,

Sciatic, Petit, Spigelian dan Perinialis.

Gambar 5. Direct inguinal henia, indirect inguinal hernia

II : Hernia Interna ( tidak tampak dari luar).

a. Hernia Obturatoria

b. Hernia diafragmatika

9
c. Hernia Foramen Winslowi

d. Hernia Ligament Treit

e. Lain lain.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital


dan hernia yang didapat atau aquisita :

1. Hernia bawaan (congenital) : Timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-
anak, umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang
disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah proses
penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.
2. Hernia didapat (acquired) : Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia.
Hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan
dalam waktu yang lama, misalnya pada batuk kronis, gangguan proses
kencing (BPH), konstipasi kronis, asites dan sebagainya. Insiden ini
semakin meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-otot dinding
perut yang sudah lemah, manifestasi klinis umumnya adalah hernia
inguinalis medialis.6

` Menurut sifatnya hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia masih reponibel,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat
kembali ke perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong kepada peritoneumkantong hernia. Hernia ini disebut juga
hernia akreta (perlekatan karena fibrosis). Saat ini hernia masih tidak ada keluhan
nyeri, tidak ada juga tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau
hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan
hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai

10
gangguan vaskularisasi. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter.4

Gambar 6 : Hernia reponibel , Ireponibel dan strangulata .

2.2.6. PATOFISOLOGI

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, dan faktor usia. Masuknya isi rongga perut
melalui canalis ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
annulus ingunalis externus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan terjadinya hernia.

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan


tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil

11
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.5 Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.4

12
13
2.2.7. DIAGNOSA4

1. ANAMNESA

1. Anamnesa hernia inguinale :

Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan


keluhan, antara lain :

 Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya


“Benjolan” di pelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
 Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di pelipatan
paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
 Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra abdominal,
misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat. Benjolan
akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak
dapat kembali atau tidak menghilang ketika berbaring (irreponibilis) .
 Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia
 Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata
karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene
(akibat adanya gangguan vaskularisasi)
 Faktor-faktor predisposisi, antara lain:
- Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli
bangunan, dll)
- Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis,
ascites, atau susah BAB)
- Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin lemah.
- Faktor kegemukan (obesitas)

14
2. Ananmnesa hernia femoralis :

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama


pada waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang dan batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan hernia strangulate. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang
yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
tidak ditemukan, karena kecilnya atau penderita gemuk.

2. PEMERIKSAAN FISIK4

(Posisi penderita berdiri dan berbaring)

INSPEKSI

 Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri.
Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk melakukan
manuver valsava.
 Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
 Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tanda
radang (-).

PALPASI

 Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan
penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
 Tentukan konsistensinya
 Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
 Kompresable umumnya (+)
 Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)

AUSKULTASI

 Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan)

15
3. PEMERIKSAAN KHUSUS
 ZIEMAN’S TEST

Penderita dalam keadaan berdiri atau. Bilamana kantong hernia terisi, kita
masukkan dulu kedalam kavum abdomen. Untuk memeriksa bagian kanan
digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada
penderita laki-laki ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa
diletakkan diatas annulus inguinalis internus ( ± 1,5 cm diatas pertengahan
SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis
ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan maka
timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas. Bilamana dorongan pada
jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia
inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.

Gambar 7 : Zieman test

 FINGER TEST 4

Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan


jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus
eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita
disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari
maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari maka
didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

16
Gambar 8: Finger test

 THUMB TEST

Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada
annulus internus. Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau
mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia
inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.

Gambar 9 : Thumb test

17
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intra peritoneal meningkat,


sebagai penyebab timbulnya hernia.

 Rectum toucher : BPH,


 Stenosis Anal, Tumor Recti
 Thorax foto : Batuk kronis, asma, tumor paru
 USG Abdomen : Asites, tumor abdomen
 Genitalia Eksterna : Striktura urethra, phymosis

2.2.8. DIAGNOSA BANDING

1. Hernia Inguinale

 Hidrokel testis
 Limfadenopati
 Abses inguinal
 Varikokel
 Hematom karena trauma
 Lipoma
 Tumor testis

Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat


hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan, batuk dan gerak lain yang
disertai dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain tidak
berhubungan dengan aktifitas demikian. 4

2. Hernia Femoralis:

Limfadenitis yang disertai tanda radang local umum dengan sumber


infeksi di tungkai bawah, perineum, anus atau kulit tubuh kaudal dari umbilicus.

Berikut ini adalah tabel yang membandingkan antara hernia inguinalis


lateralis, medialis dan femoralis.4

18
H. Ing. Lateralis H. Ing. Medial H. Femoralis

Usia Semua umur Orang tua Dewasa & tua

Jenis Terutama pria Pria dan Wanita Terutama wanita


Kelamin

Lokasi Di atas ligamentum Di atas Di bawah


inguinal ligamentum ligamentum
inguinal

Thumb Test Tidak keluar Keluar benjolan Keluar benjolan


benjolan

Finger Test Benjolan pada ujung Tonjolan di sisi


jari jari .

Zieman Test Dorongan pada jari Tonjolan pada jari Dorongan pada jari
ke II ke III IV

2.2.9. PENATALAKSANAAN
1. NON OPERATIF

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi (pemakaian sabuk TRUSS). Indikasinya adalah :

 Bila menolak operasi


 Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal
(ascites, cirrhosis hepatic, tumor paru)
 Hernia Inguinalis Medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi
dulu factor penyebabnya)4

2. OPERATIF

Pada Hernia inguinalis:

 Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun stangulata.

19
 Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau
irreponibilis)
 Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu. 4

MACAM OPERASI

1. Herniotomy, yaitu: membuang kantong hernia seproximal mungkin,


terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah congenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
2. Herniorrhapy, yaitu: herniotomy disertai tindakan bedah untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis
(hernioplasty).

Untuk tindakan bedah ini (hernioplasty) ada 3 macam:

 Bassini : Menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal untuk


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Funiculus
spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
 Halstedt : Jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus berada
diatas aponeurosis MOE dibawah kulit.
 Fergusson : Conjoint tendon dijahitkan pada lig. Inguinal diatas
funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus eksternus dimana
tempat funiculus keluar menuju skrotum. Saat ini sering digunakan
prolene mesh (mersilen mesh) untuk menutup atau memperkuat
dinding belakang canalis inguinalis.2

2.2.10 KOMPLIKASI4
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis inkarserata.

20
3. Bila inkarserata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.

2.2.11 PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan


penanganan. Tapi pada umumnya ‘baik’ karena kekambuhan setelah operasi
jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang
memerlukan penggunaan materi prostesis. Pada penyakit hernia ini yang penting
adalah mencegah faktor predisposisinya.6

21
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An.FK
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Meunasah Kayee Jatoe Pidie Jaya, Kec. Bandar Baru
No CM : 283540
Tanggal Masuk : 17 Maret 2021

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan keluar masuk di lipat paha kanan

Keluhan Tambahan :
Benjolan masih bisa keluar masuk (+), Nyeri (-), Demam (-) BAB dan BAK
dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dirujuk dari Rumah Sakit Citra Husada dengan keluhan
terdapat benjolan di lipat paha kanan pasien yang dapat hilang timbul. Keluhan
dirasakan sejak pasien berusia 5 tahun. Benjolan sebesar telur puyuh, tetapi tidak
bertambah besar. Benjolan timbul dengan gerakan aktif pasien, batuk, ataupun
menangis dan menhilang saat tidur ataupun istirahat. Pasien tidak mengeluhkan
nyeri, demam (-), BAK 3-4 kali sehari, BAK berdarah (-), nyeri saat BAK (-),
BAK menetes (-). BAB 1-2 kali sehari, BAB lendir (-), BAB berdarah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat Pneumonia : disangkal
2. Riwayat Kejang Demam : disangkal
3. Riwayat Diare : disangkal

22
4. Riwayat Asma : disangkal
5. Riwayat Campak : disangkal
6. Riwayat Alergi Obat/Makanan : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama seperti
pasien.

Riwayat Pemakaian Obat


Tidak ada pemakaian obat yang berhubungan dengan keluhan pasien.

Riwayat Kebiasaan Sosial


Pasien merupakan seorang siswa di salah satu Sekolah Dasar dan saat ini
duduk dibangku kelas V.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesadaran Umum
− Keadaan umum : tampak sakit ringan
− Derajat kesadaran : compos mentis
− Derajat gizi : gizi kesan cukup
− Berat Badan : 32 kg
B. Tanda Vital
− Heart Rate : 100 x/i
− Respiratory Rate : 22 x/i
− Temperature : 36,0 C
− SPO2 : 99 %
C. Kulit
Kulit sawo matang, kering (-), kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-)
D. Kepala
Bentuk Normocephali, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar
dicabut.

23
E. Wajah
Oedema (-), wajah orang tua (-)

F. Mata
Cekung (-/-), Oedema palpebra (-/-), Oedema periorbita (-/-), Konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2mm/2mm).

G. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-)

H. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (+), kering (-)

I. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-)

J. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1-T1

K. Leher
Bentuk normal, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakea (-), JVP tidak
meningkat.

L. Thoraks
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris
Cor : Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung terkesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kiri=kanan

24
Palpasi : Fremitus dada kiri=kanan
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dada vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)

M. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

N. Genitalia
Penis normal, OUE di ujung glands penis

O. Skrotum
Testis dua buah

P. Inguinal
Status Lokalis
Regio inguinalis dextra
Inspeksi : benjolan (-), tanda peradangan (-), warna sama dengan
jaringan sekitar, berbentuk bulat.
Palpasi : teraba benjolan, batas tegas, Konsistensi Kenyal,
Ukuran 2 cm x 2 cm x 3 cm, bisa masuk kembali ke
rongga abdomen.
Valsava Test : Benjolan keluar (+)
Finger Test : tekanan timbul pada ujung jari

Q. Ekstremitas
Akral dingin Oedema Anemis
- - - - - -
- - - - - -

25
3.4 DIAGNOSA BANDING
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible
Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponible
Limfadenopati

3.5 PLAN I
Observasi
Cek darah lengkap, Golongan Darah, GDS

3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium
HEMATOLOGI (17/03/2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 5.0 4.0-10.0 x 103 /ul
LYM 3.1 1.2 – 3.2 x 103 / ul
MON 0.3 0.3 – 0.8 x 103 / ul
GRA 1.5 1.2 – 6.8 x 103 / ul
RBC 4.24 4.00 – 6.00 x 106 / ul
HGB 11.3 12.0 – 18.0 gr/dl
HCT 35.1 37.0 - 54.0 %
MCV 82.8 80.0 – 97.0 fL
MCH 26.7 26.0 – 34.0 pg
MCHC 32.2 31.0 – 35.0 pg
PLT 242 150 – 406 x 103 / ul
Golongan Darah A Rh (+)

KIMIA KLINIK (17/03/2021)


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Gula Darah Sewaktu 79 < 199 mg/dl

26
b. Foto Klinis

3.7 DIAGNOSA KERJA


Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible

3.8 PLAN II
Herniotomy
Konsul bagian anastesi

3.9 TATALAKSANA
− Rawat inap
− IVFD RL 20 tpm
− Rencana Herniotomy (18/03/2021)

3.10 PROGNOSIS
− Quo Ad Vitam : Bonam
− Quo Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
− Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam

27
3.11 FOLLOW UP
Hari, Tanggal Subject, Objective, Planning
Assement
18 Maret 2021 S/ nyeri (-) - IVFD RL 15 gtt/i
Muntah (-) - Inj. Ceftriaxone ½ gr/12 jam
Demam (-) - Inj. Paracetamol ½ Fls/12
O/ KU : sakit sedang jam
GCS : E4V6M5 - Kaltropen Supp K/P
HR : 98 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3 C
SPO2 : 99 %
A/ Post Herniotomi Hernia
Inguinalis Lateralis Dextra
Reponible.
19 Maret 2021 S/ nyeri (+) di bekas - IVFD RL 15 gtt/i (aff)
Operasi - Inj. Ceftriaxone ½ gr/12 jam
Muntah (-) (aff)
Demam (-) - Inj. Paracetamol ½ Fls/12
O/ KU : sakit sedang jam (aff)
GCS : E4V6M5 - Pasien di bolehkan untuk
HR : 100 x/i pulang dan kontrol ke Poli
RR : 20 x/i Bedah.
T : 36,5 C - Obat pulang : Cefixime
SPO2 : 100 % 2x500 mg, Paracetamol
A/ Post Herniotomi Hernia 3x250 mg.
Inguinalis Lateralis Dextra
Reponible.

28
BAB IV
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
 Hernia merupakan penonjolan isi suatu  Pasien ini datang dengan
rongga melalui bagian lemah dari keluhan benjolan di lipat
dinding rongga bersangkutan. Hernia paha kanan.
inguinalis lateralis adalah suatu
keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding
perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung yang merupakan jalan
tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar)
sesaat sebelum bayi dilahirkan.

Klasifikasi hernia :  Pada kasus ini pasien di


 Berdasarkan tempat terjadinya, hernia diagnosa dengan Hernia
terbagi atas : hernia inguinalis, hernia Inguinalis Lateralis Dextra
femoralis, hernia umbilikalis, dan Reponible
hernia scrotalis.
 Menurut sifatnya hernia terbagi atas:
hernia reponible, irreponible,
inkarserata atau strangulata.

 Hernia inguinalis dapat terjadi karena  Pada kasus ini pasiennya


anomali kongenital atau karena sebab seorang anak laki-laki yang
yang didapat. Pada bayi dan anak, berumur 11 tahun, dan
hernia inguinalis lateralis disebabkan diduga penyebab hernia
oleh kelainan bawaan berupa tidak pada anak tersebut karena
menutupnya prosesus vaginalis anomali kongenital.

29
peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke skrotum. Hernia
inguinalis dapat di jumpai pada semua
usia, lebih banyak pada pria dari pada
wanita.

 Untuk mendiagnosis Hernia ditegakkan


melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesis didapatkan :  Anamnesis pada pasien ini


 Salah satu tanda pertama hernia adalah di dapatkan : Benjolan
adanya massa dalam daerah inguinalis keluar masuk di lipat paha
manapun atau bagian atas skrotum. kanan, Benjolan timbul
Pasien hernia tidak nyaman dan pegal dengan gerakan aktif
pada daerah ini, yang dapat dihilangkan pasien, batuk, ataupun
sengan reposisi manual hernia ke dalam menangis dan menghilang
cavitas peritonealis. Tetapi dengan saat tidur ataupun istirahat.
berdiri atau dengan gerak badan Nyeri (-), flatus (+), BAK
biasanya hernia akan muncul kembali. dan BAB (+)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Pemeriksaan fisik yang di


 Daerah inguinalis pertama-tama dapatkan pada kasus : Regio
diperiksa dengan inspeksi, pada inguinalis dextra
inspeksi diperlihatkan keadaan asimetri  Inspeksi : benjolan (-),
pada kedua sisi lipat paha, skrotum, tanda peradangan (-), warna
atau labia dalam posisi berdiri dan sama dengan jaringan
berbaring. Pasien diminta mengedan sekitar, berbentuk bulat.
atau batuk sehingga adanya benjolan  Palpasi : teraba
atau keadaan asimetri dapat dilihat. benjolan, batas tegas,
 Palpasi dilakukan dalam keadaan ada Konsistensi Kenyal,
benjolan hernia, diraba konsistensinya Ukuran 2 cm x 2 cm x 3

30
dan dicoba mendorong apakah benjolan cm, bisa masuk kembali
dapat direposisi. Jari telunjuk ke Rongga abdomen.
ditempatkan pada sisi lateral kulit  Valsava Test :
skrotum dan dimasukkan sepanjang Benjolan keluar (+)
funiculus spermatikus sampai ujung jari  Finger Test : tekanan timbul
tengah mencapai annulus inguinalis pada ujung jari
profundus.

Pada Pemeriksaan penunjang didapatkan :  Pemeriksaan penunjang


a. Hitungan darah lengkap dan serum didapatkan :
elektrolit dapat menunjukkan - Laboratorium
hemokonsentrasi atau peningkatan Hb/RBC/WBC/PLT :
hematokrit, peningkatan sel darah (11.3/4.24/5.0/242)
putih dan ketidak seimbangan GDS : 79 mg/dl.
elektrolit pada hernia. Pada hasil pemeriksaan
b. Sinar X abdomen dapat penunjang laboratorium tidak
didapatkan kelainan. Nilai
menunjukkan abnormalnya kadar
leukosit yang normal dapat
gas dalam usus atau obstruksi usus. digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada
regio inguinal dan skrotal.

Penatalaksanaan
 Tujuan dari semua
 NON OPERATIF, pengobatan perbaikan hernia adalah
konservatif terbatas pada tindakan untuk menghilangkan
melakukan reposisi dan pemakaian kantong peritoneal (pada
penyangga atau penunjang untuk hernia inguinalis indirek)
mempertahankan isi hernia yang telah dan untuk menutupi defek
direposisi (pemakaian sabuk TRUSS). pada fasia di dinding
 OPERATIF : Herniotomy, inguinal. Pada pasien ini
Herniorrhapy dilakukan pembedahan
hernia yaitu herniotomy dan
isi dari hernia nya adalah

31
omentum.

32
BAB V
KESIMPULAN

Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus


masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung yang merupakan jalan tempat
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan.
Hernia Inguinalis Sebagian besar hernia adalah asymptomatic, pada
umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan pada daerah inguinal dan
meluas ke depan atau ke dalam skrotum yang timbul lebih menonjol pada waktu
mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring.
Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis
lateralis, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi ketika isi hernia terlalu besar,
misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia
akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate atau
inkarserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus sederhana. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia
obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3.
Jakarta : EGC. PP : 619-37.
2. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual
of Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy
and surface markings, Bartleby. Philadelphia.350-351
4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia,
Retroperitonium, dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615-
641
5. Sudoyo W, Aru, dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. PAPDI. Jilid
I. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
6. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery.
16th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 783-800

34

Anda mungkin juga menyukai