DISUSUN OLEH
KELOMPOK IX KELAS A2 :
1. MARDIYANA
2. M. KHAIRUL FAHMI
3. I WAYAN BUDIARTHA
4. PUJI HUMAEDI RUMINDRA
5. SALIS AGUS ALFIAN
Disetujui Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.Berkat karunianya,
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA.
Makalah ini kami susun sesuai dengan kurikulum dan pembahasan perkuliahan sehingga
bisa digunakan sebagai bahan materi untuk membantu kemudahan dalam menerima proses
pembelajaran di dalam kelas.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan kesalahan yang terkandung di
dalamnya baik dari segi isinya maupun kata-katanya bahkan dalam hal penulisan, maka dari itu
kami mohon kritik dan sarannya dari bapak dosen demi perbaikan makalah-makalah kami di
edisi berikutnya.
Terakhir, ucapan terima kaasih kami sampaikan kepaada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen
atas bimbingan dan dukungannya selama ini, kami pun mengucapkan terima kasih kepaada para
penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan makalah kami. Kami harap makalah ini dapat
membantu kita semua dalam proses pembelajaran.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan 2
1.3.Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1.Pengertian3
2.2.Klasifikasi 4
2.3.Etiologi 5
2.4.Patofisiologi 6
2.5.Manifestasi Klinis 7
2.6.Komplikasi........................................................................................ 9
2.7.Pencegahan........................................................................................ 10
2.8.Pemeriksaan Penunjang 10
2.9.Pathway keperawatan....................................................................... 14
2.10. Fokus Keperawatan 15
BAB III PENUTUP 23
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia adalah suatu kelemahan pada dinding otot perut di segmen usus atau struktur perut
menonjol. Hernia dapat juga penetreate melalui cacat lainnya di dinding perut, melalui
diafragma, atau melalui struktur lainnya dalam rongga perut. (Donna,2000)
Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu obstruksi usus,
seperti muntah-muntah, sakit perut crampy, distensi, nyeri abdomen, panas, adanya tonjolan pada
area inguinal atau abdomen femoral, nausea, dan tachi cardi, disuria disertai hematuria dan sesak
nafas. Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus hernia diantaranya potensial injuri,
knowledge defisid, gengguan rasa nyaman, retaensi urine, dan potensial infeksi.
Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi komplikasi seperti
incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal edema, dehinse post operasi, dan
evisceration. Berdasarkan masalah tersebut diatas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada
pasien hernia bila tidak dilakukan secara adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara
komprehensif yang mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait dengan masalah
tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah ilmiah dengan judul Askep
Hernia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut
lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).
Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum.
( Sjamsuhidajat, 1997, hal 717 )
Post adalah awalan yang menyatakan setelah atau di belakang. (Dorlan, 1994,hal 1477)
Operasi merupakan pembedahan, setiap tindakan yang dikerjakan oleh ahli bedah,
khususnya tindakan yang memakai alat-alat. (Ramali dan Pamoentjak, 2000, hal 244)
Dextra merupakan istilah yang menyatakan sesuatu yang berada disebelah kanan
dari dua struktur yang serupa atau yang berada disebelah kanan tubuh. (Dorlan, 1994,hal
517)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia scrotalis dextra
adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan yang
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan mencapai scrotum
bagian kanan dan telah dilakukan tindakan pembedahan oleh ahli bedah.
2.2 KLASIFIKASI
Menurut Sachdeva ( 1996, hal 232-234) menklasifikasikan hernia sebagai berikut ;
1. Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat dimasukkan oleh
penderita atau ahli bedah.
2. Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak adanya
komplikasi.
3. Hernia Obstruksi
Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya mengalami onstruksi dari luar
atau adanya gangguan suplai darah dari usus.
4. Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat terganggu yang
dapat mengakibatkan gangren.
Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2 macam yaitu;
1. Tindakan konservatif
Yaitu tindakan dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia.
2. Tindakan definitive
Tindakan definitive untuk mengatasi hernia berupa operasi yang dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal. Dengan melakukan insisi pada garis linear di atas kanalis inguinalis yaitu 1
inci diatas dan sejajar terhadap 2/3 medial ligamentum inguinalis. Adapun prinsip dasar operasi
hernia terdiri dari Herniotomi dan Herniorapi.
a. Herniotomi
Merupakan operasi pemotongan untuk memperbaiki hernia.
b. Herniorapi
Herniorapi yaitu dengan melakukan perbaikan pada dinding posterior tanpa menggunakan
bahan asesoris. Apabila dalam melakukan perbaikan dinding posterior menggunakan bahan
asesoris maka disebut dengan Hernioplasti.
2.3 ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal
706)
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:
obesitas dan kehamilan.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini dikarenakan
penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia umbilikalis pada anak sebelum
usia dua tahun dan pada hernia ventralis. Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah
mengalami stadium lanjut yaitu;
1. Mengisi kantong scrotum
2. Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.
3. Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.
Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena ditakutkan
terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi tindakan bedah harus
dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
(Sachdeva, 1996, hal 235 236 ; Mansjoer, 2000, hal 315)
2.4 PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka
dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke
dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga
hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal sehingga
akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat kesadran,
depresi pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi
juga mengakibatkan produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas
terganggu, serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan
muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah
dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah
mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk
bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi / stimulasi ujung syaraf
oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau karena ischemi jaringan akibat gangguan
suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma.
(Mansjoer, 2000, hal 314 ; Sjamsuhidajat,1997, hal 704 ; Long,1996, hal 55 82).
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia
geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka
dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi testis
karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan yang paling
penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien,
letak hernia, teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.
(Sjamsuhidajat, 1997, hal 718-719)
2.7 PENCEGAHAN
Kelemahan otot bawaan tidak dapat dicegah, namun, latihan penguatan otot yang
mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan
teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal pengakuan dan diagnosis
herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada
cekikan.
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika
tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam
kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak
ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah.
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk
menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang. Obat-obatan biasanya
diberikan untuk mengatasi nyeri setelah penderita menjalani pembedahan. Kadang setelah
menjalani pembedahan penderita dianjurkan untuk memakai korset untuk menyokong otot
yang lemah selama masa pemulihan.
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah
inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah
kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal
indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan
apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan
dignosis hernia inguinal indirek.
Resti infeksi
Kompresi saraf
Gg. Peristalticusus
ansi
etas
Aliran darah kejar. terhambat
Perdarahan
Defisit of
knowledge
Peru
bah
an
statu
skes
ehat
an
Turun ke jaringanlain
Otot dinding
Trigonumhasselbach melemah
Herniorapi / Herniotomi
Luka insisi
Efek anestesi
(
Kerusakanmobilitas
fisik
2.10FOKUS KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Status Respiratori
Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi nafas : ada dan
sifatnya.
b. Status Sirkulatori
Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.
c. Status Neurologis
Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala shock dan harus segera
dilaporkan kepada ahli bedah dan disertai gejala lain yang jelas.
d. Balutan
Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung dengan system
drainase.
e. Kenyamanan
Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar ventilasi.
f. Keamanan
Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat, makanan,
plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.
(Long, 1996, hal 60)
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi trakeobronkial
sekunder terhadap efek anestesi; batuk tidak efektif sekunder terhadap depresi SSP atau nyeri
dan splinting otot.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, prosedur bedah.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan
hematoma.
3) Intervensi
NO DX KEP KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1.Membantu
menentukan
pilihan intervensi
dan memberikan
dasar untuk
perbandingan dan
evaluasi terhadap
terapy.
3. Perubahan
kecepatan nadi
mencerminkan
hipovolemi akibat
5)Kolaborasi
kehilangan darah,
dalam
pembatasan
pemberian
pemasukan oral,
therapy
mual, muntah.
4. Terapi cairan
1)Lakukan pengganti
penilaian tergantung pada
terhadap fungsi derajat
neurologist hipovolemi.
secara periodik
Kriteria hasil:
Melaporkan atau
mendemonstrasikan
situasi normal. 2)Pertahankan
pasien dalam
posisi terlentang
Perubahan sempurna
3. perfusi jaringan selama beberapa
berhubungan jam
dengan
penurunan aliran 3) Pantau tanda-
darah tanda vital, catat
pembentukan kehangatan,
hematoma. pengisian
kapiler
4)Kolaborasi
dalam
pemberian
cairan atau darah
sesuai indikasi
(Doengoes, 2000; Swearingen,2001)
3. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha sebelah kanan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Benjolan di lipat paha kanan, dialami penderita sejak kurang lebih 2 tahun sebelum masuk
rumah sakit. Benjolan dirasakan penderita keluar masuk. Benjolan keluar dan membesar bila
penderita mengangkat beban berat atau berjalan jauh dan benjolan akan masuk kembali bila
penderita beristirahat (tiduran). Penderita tidak merasakan nyeri, mual muntah, serta demam.
Frekuensi kencing 3 kali sehari, kencing tidak terputus-putus, tidak dirasakan nyeri saat
BAK.
Rectal Toucher : Tonus sfingther ani cekat, ampula kosong, mukosa licin, prostat kesan
normal.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 14,1 gr%
Leukosit : 4800/mm3
Trombosit : 188.000/mm3
Radiologi
X-rays : Foto Thorax : kronik bronkiolitis
EKG : LAHB
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS : Tindakan Nyeri
- Klien mengatakan lemas
untuk bergerak
- Klien mengatakan nyeri di
bagian bekas operasi
DO :
Klien tampak lemah
Terdapat luka insisi
Terdapat jahitan di perut
Adany
a insisi bedah
Nyeri
Gangguan
nyaman/Nyeri
Perubahan suhu
tubuh
Gangguan
Berkemih
3. DS : Tingkat Kurang
Klien / keluarga mengatakan pendidikan pengetahuan
tidak mengetahui komplikasi, rendah
cara perawatan serta tanda dan
gejala dari hernia
DO :
Klien dan keluarga tampak
bingung saat ditanya
komplikasi, cara perawatan keterbatasan
serta tanda dan gejala dan dari pengatahuan
hernia
Klien dan keluarga tampak
tidak bisa menunjukkan cara
penanggulangan pasien hernia
Kurang
pengetahuan
mengenai
penyakit hernia
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan
penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan
tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
D. INTERVENSI
NO Dx Keperawatan NOC NIC RASIONAL
1. 1. Nyeri (khususnya Hasil yang a. Kaji dan catat nyeri a.Untuk
dengan mengedan) diperkirakan : b. Beritahu pasien untuk mengetahui
yang berhubungan dalam 1 jam menghindari mengejan, tingkat nyeri
dengan kondisi hernia intervensi, meregang, batuk danb. Mengejan ,
atau intervensi -persepsi subjektif mengangkat benda yang batuk dan
pembedahan. klien tentang berat. meregang dapat
ketidaknyamanan c. Ajarkan bagaimana memperbesar
menurun seperti bila menggunakan resiko hernia
ditunjukkan skala dekker (bila c. Dekker adalah
nyeri. diprogramkan). terapi yang baik
- Indikator objektifd. Ajarkan pasien untuk hernia
seperti meringis pemasangan penyokongd. Kompres
tidak ada/menurun. skrotum/kompres es dingin dapat
yang sering mengendalikan /
diprogramkan untuk mengurangi
membatasi edema dan nyeri
mengendalikan nyeri. e. Analgesik
e. Berikan analgesik dapat
sesuai program. mengurangi
2. nyeri
a. Kaji dan catat distensi
suprapubik atau
keluhan pasien tidaka. Untuk
Hasil yang dapat berkemih. mengetahui
diharapkan b.: Pantau haluaran urine. perkembangan
dalam 8-10 jam Catat dan laporkan kondisi klien
Retensi urine (resiko pembedahan, berkemih yang sering <b. Urine adalah
terhadap hal yang pasien berkemih 100 ml dalam suatu tolak ukur dari
sama) yang tanpa kesulitan. waktu. fungsi ginjal
berhubungan dengan Haluaran urine c. Permudah berkemih
nyeri, trauma dan 100 ml selama dengan
penggunaan anestetik setiap berkemih mengimplementasikan : c. Merangsang
selama pembedahan dan adekuat (kira- pada posisi normal berkemih adalah
abdomen. kira 1000-1500 ml) untuk berkemih cara untuk
selama periode 24 rangsang pasien dengan memulihkan
3. jam. mendengar air fungsi ginjal
mengalir/tempatkan
pada baskom hangat.
pengetahuan usus.
b. Dorong pasien untuk
tentang tanda dan
1. Kurang pengetahuan : gejala komplikasi mengikuti regumen
potensial komplikasi GI dan medis : penggunaan
GI yang berkenaan menjalankan dekker atau penyokong
dengan adanya hernia tindakan yang lainnya dan
dan tindakan yang diprogramkan oleh menghindari mengejan
dapat mencegah pencegahan. meregang, konstipasi b. Penggunaan
kekambuhan mereka. dan mengangkat benda dekker adlah
yang berat. terpai terbaik
untuk hernia
c. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi diit
tinggi residu atau
menggunakan
suplement diet serat
untuk mencegah
konstipasi, anjurkan
masukan cairan
sedikitnya 2-3 l/haric. Makanan
untuk meningkatkan berserat dpaat
konsistensi feses lunak. meminimalisir
d. Beritahu pasien mengedan
mekanika tubuh yang
tepat untuk bergerak
dan mengangkat.
d. Latihan gerak
dapat membantu
untuk
mengindarkan
dari luka
dekubitus
E. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Dx keperawatan Tindakan Paraf
10 2. Nyeri (khususnya dengan a. Mengkaji dan TT
Novembe mengedan) yang mencatat nyeri
r 2011 berhubungan dengan b. Memberitahu
09.00 kondisi hernia atau pasien untuk
WITA intervensi pembedahan. menghindari
mengejan,
meregang, batuk
dan mengangkat
benda yang berat.
c. Mengajarkan
bagaimana bila
menggunakan
dekker (bila
12 diprogramkan).
Novembe d. Mengajarkan
r 2011 pasien
09.00 pemasangan
WITA penyokong
skrotum/kompres
es yang sering
diprogramkan
untuk membatasi
edema dan
mengendalikan
nyeri.
13
e. Memberikan
Novembe
analgesik sesuai
r 2011
program.
09.00
WITA
Retensi urine (resiko
a. Mengkaji dan
terhadap hal yang sama) mencatat distensi
yang berhubungan dengan suprapubik atau
nyeri, trauma dan keluhan pasien
penggunaan anestetik tidak dapat
selama pembedahan berkemih.
abdomen. b. Memantau
haluaran urine.
Mencatat dan
melaporkan
berkemih yang
sering < 100 ml
dalam suatu
waktu.
c. Mempermudah
berkemih dengan
mengimplementa
14
sikan : pada
Novembe
posisi normal
r 2011
untuk berkemih
09.00
rangsang pasien
WITA
dengan
mendengar air
mengalir/tempatk
an pada baskom
hangat.
2. Kurang pengetahuan :
potensial komplikasi GI
a. Mengajarkan
yang berkenaan dengan pasien untuk
adanya hernia dan waspada dan
tindakan yang dapat melaporkan nyeri
mencegah kekambuhan berat, menetap,
mereka. mual dan muntah,
demam dan
distensi abdomen,
yang dapat
memperberat
awitan
inkarserasi/strang
ulasi usus.
b. Mendorong
15
pasien untuk
Novembe
mengikuti
r 2011 regumen medis :
09.00 penggunaan
WITA dekker atau
penyokong
lainnya dan
menghindari
mengejan
meregang,
konstipasi dan
mengangkat
benda yang berat.
c. Menganjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
diit tinggi residu
atau
menggunakan
suplement diet
serat untuk
mencegah
konstipasi,
anjurkan masukan
cairan sedikitnya
2-3 l/hari untuk
meningkatkan
konsistensi feses
lunak.
d. Memberitahu
pasien mekanika
tubuh yang tepat
untuk bergerak
dan mengangkat.
F. EVALUASI
Catatan perkembangan
Tanggal /Jam Dx Perkembangan SOAP
Keperawatan
10 November
1. S : Keluar benjolan dilipat paha kanan
2011 O:
09.00 WITA KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 120/80 mmhg, Nadi 84 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,4oC
Regio inguinalis dekstra : terdapat
benjolan yang dapat keluar masuk.
A : Hernia inguinalis lateralis dekstra
reponibilis
P : Bed rest
Pro herniotomi dengan pemasangan
mesh
12 November
2011 S : (-)
S : (-)
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 120/80 mmhg, Nadi 80 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36oC
Regio inguinalis dekstra : terdapat
benjolan yang dapat keluar masuk.
A : Hernia inguinalis lateralis dekstra
reponibilis
P : Dilakukan herniotomi dengan
pemasangan mesh
Laporan operasi.
Omentum dikembalikan
kerongga abdomen
14 November
Identifikasi funiculus
2011
spermatikus
9.00 WITA
Pasang mesh dengan jahitan
pada tuberculum pubicum,
ligamentum inguinal dan
conkoin tendon
Kontrol perdarahan
Operasi selesai
IVFD RL : D5% = 2 : 2 28
gtt/menit
15 November
Interome 2 dd 1 gr i.v
2011
9.00 WITA
Metronidazole 3 dd 1 drips
Interome 2 dd 1 gr i.v
Metronidazole 3 dd 1 drips
Ranitidin 3 dd 1 amp i.v
Ketorolac 3% drips dalam D5 100 cc/8
jam
Diet makanan lunak
Mobilisasi ( miring kanan/kiri )
Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
P : Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
20 November
2011 S : Nyeri pada luka bekas operasi
9.00 WITA berkurang
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
S : (-)
P : Cespam 2 dd 100 mg
Metronidazole 3 dd 500 mg
Intervensi dihentikan
A: masalah teratasi
A: masalah teratasi
A: masalah teratasi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot
perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
2. Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka
muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai hernia
inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen,
3% adalah hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik
hernia.
3.2 Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan adalah diharapkan agar pembaca melatih
penguatan otot yang mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara
fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal
pengakuan dan diagnosis herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah
herniasi terjadi, individu harus mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan
tegang, yang berkontribusi pada cekikan.