Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pembimbing : Endrian MJW, Ners., M. Kep

Disusun Oleh:
 Acep Hidayatul Mustopa
 Ai Nurjanah
 Amalia Maryam
 Cita Dean Sofiani
 Evi Nurlatifah
 Erna Daniati
 Desy Rosalina
 Fanny Rifatul Fuadah
 Fany Haifa Latifah
 Ginda Risgia
 Yuni Kurnia Putri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


3B
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


rahmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Medikal Bedah III dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien
Hernia” ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang bersangkutan
karena atas bimbingan yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat selesai.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami
sajikan masih kurang sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga makalah ini dapan bermanfaat umumnya bagi pembaca.
 

Ciamis, 3 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................3
2.1 Pengertian............................................................................................................3
2.2 Etiologi.................................................................................................................3
2.3 Klasifikasi............................................................................................................3
2.4 Manisfestasi klinis..............................................................................................4
2.5 Patofisiologi.........................................................................................................4
2.6 Komplikasi...........................................................................................................6
2.7 Pemeriksaan penunjang......................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan..................................................................................................6
2.9 Pencegahan..........................................................................................................7
BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................8
3.1 Pre Operasi..........................................................................................................8
3.2 Intra Operasi.......................................................................................................9
3.3 Post Operasi.......................................................................................................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................13
4.1 Kesimpulan........................................................................................................13
4.2 Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut,
secara kongenital yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain
yang biasa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga
perut yang meninggi (Mansjoer, 2002). Hernia inguinalis merupakan
penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki dari pada perempuan.
Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin
terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup
dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis
(Oswari, 2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18%
mengalami hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini
rendah tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat
menjadi kondisi kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut
yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan
terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut.
Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali mengganggu proses
fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Mual, muntah dan nyeri
dapat terjadi selama pembedahan ketika digunakan anestesi spinal. Selain
itu, nyeri pada luka operasi juga akan timbul akibat terputusnya
kontinuitas jaringan sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini mengakibatkan
terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari dapat
terganggu (Smeltzer, 2000). Kondisi yang seperti ini mengharuskan
adanya asuhan keperawatan yang tepat agar dapat mencapai kesehatan
yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada klien dengan post
operasi hernia inguinalis .
Jika tidak dilakukan tindakan keperawatan yang tepat, hernia
inguinalis dapat menyebabkan penyumbatan dan perdarahan pada saluran
usus yang lama kelamaan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis, bila isi perut terjepit dapat
mengakibatkan terjadinya syok, asidosis metabolik, abses (Price, 2005).
Untuk menghindari terjadinya komplikasi, maka diperlukan tindakan
bedah. Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi atau herniorafi.
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat,
dan dilakukan Bassiny plasty atau tehnik yang lain untuk memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis (Mansjoer, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian Hernia?
1.2.2 Apa saja etiologi dari Hernia?
1.2.3 Apa saja klasifikasi dari Hernia?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari Hernia?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari Hernia?
1.2.6 Apa saja komplikasi dari Hernia?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Hernia?
1.2.8 Apa saja penatalaksanaan dari Hernia?
1.2.9 Apa saja pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari
terjadinya Hernia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Hernia
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari Hernia
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi dari Hernia
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hernia
1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi dari Hernia
1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi dari Hernia
1.3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Hernia
1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hernia
1.3.9 Untuk mengetahui pencegahan yang bisa dilakukan untuk
menghindari terjadinya Hernia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hernia atau turun berok adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam
tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di
sekitarnya yang lemah. (Amrizal, 2015)
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat
(Long, 2002).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah suatu
keadaan dimana organ dalam tubuh menekan jaringan otot yang lemah
sehingga terjadinya penonjolan suatu organ yang abnormal.
2.2 Etiologi
Penyebab Hernia antara lain :
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Penyakit penyerta
d. Keturunan
e. Obesitas
f. Kehamilan
g. Pekerjaan
h. Kelahiran prematur
2.3 Klasifikasi
Jenis-jenis Hernia antara lain:
a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks).
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang
yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah,
hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong
kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilical
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran,

3
tidak menutup sepenuhnya.
d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. (Pedro et al., 2019)
e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya.
2.4 Manisfestasi klinis
Tanda gejala Hernia antara lain :
a. Nyeri di area benjolan, terutama ketika mengangkat atau membawa
benda berat.
b. Rasa berat dan tidak nyaman di perut, terutama ketika membungkuk.
c. Konstipasi.
d. Ukuran benjolan semakin membesar seiring waktu
2.5 Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik
perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal
seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis
kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat,
kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral
akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban

4
berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi
prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila
berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia
scrotalis.

5
2.6 Komplikasi
1. Hernia berulang
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki
3. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah
4. Luka pada usus (jika tidak hati-hati)
5. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma
6. Fostes urin dan feses
7. Residip
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
2.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mendukung penyakit hernia adalah:
a. Laboratorium
b. Rontsgen
c. EKG
d. USG
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan Hernia di anataranya adalah:
a. Secara konservatif (non operatif)
 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan atau penggunaan alat penyangga yang dapat dipakai sebagai
pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset
b. Secara operatif
 Herniorafi
Operasi hernia yang dilakukan dengan cara mendorong jaringan
atau organ yang mencuat ke posisi semula kemudian menjahit
jaringan yang masih sehat dan kuat untuk menopang organ yang
mengalami hernia tersebut
 Hernioplasti
Operasi hernia yang juga bertujuan untuk mengembalikan posisi
organ yang mencuat namun menutupnya dengan bahan sintetis –
yang dapat menyatu dengan jaringan tubuh – yang kemudian dijahit
bersama dengan jaringan tubuh yang masih sehat. Biasanya tindakan
ini dilakukan jika hernia yang terjadi cukup parah.
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis . (Fanny, Listianti,
Kedokteran, & Lampung, 2017)

6
2.9 Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hernia. Di
antaranya adalah:
a. Berhenti merokok, karena rokok memicu batuk kronis yang dapat
meningkatkan risiko hernia.
b. Menjaga berat badan ideal dengan berolahraga secara teratur.
c. Mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah, sayuran, dan biji-
bijian untuk menghindari konstipasi.
d. Hindari mengangkat beban berlebih atau di luar kemampuan.
e. Konsultasi kepada dokter jika mengalami batuk atau bersin yang
berlangsung terus-menerus.

7
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pre Operasi
Pada tanggal 7 Januari 2020 pukul 09.00 WIB pasien datang
menggunakan tempat tidur diantar oleh perawat ruangan Wijaya Kusuma
dengan identitas pasien sebagai berikut :
Nama : Tn. M
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Mulyasari RT 05/RW 05 Banjarsari Pamarican
No. RM : 421247
Tanggal masuk : 7 Januari 2020
1. Persiapan Pasien
a. Pasien puasa dari jam 02.00 WIB
b. Surat izin operasi sudah disetujui oleh keluarga
c. Surat izin anastesi sudah ada
d. Serah terima pasien dari perawat ruangan kepada perawat OK
e. Mengantar pasien ke ruang operasi 1 menggunakan brankar
f. Diagnosa pre operasi Hernia Scrotalis Dextra
g. Jenis Operasi elektif
h. Tindakan Operasi Hernioraphy
2. Persiapan Kamar Bedah
a. Alat operasi steril
b. Meja/tempat tidur pasien saat operasi
c. Monitor
d. Standard infus
e. Electric Couter
3. Pelaksanaan Pembedahan
Operator : dr. Juliawan, Sp. B
Asisten : Asep D
Intrumen : Beti
Anestesi : dr. Teguh
4. Persiapan Instrumen (Hernia Set)
a. Meja mayo l. Sarung tangan steril
b. Gunting jaringan m. Kasa steril
c. Gunting benang n. Benang safil
d. Needle Holder o. Benang premilen
e. Klem arteri p. Betadine
f. Klem arteri bengkok q. NaCl
g. Klem cocher r. Hipapik

8
h. Pinset anatomis s. Bisturi
i. Pinset cirurgis t. Spuit 5 cc
j. Scalpel u. Nerbeken
k. Klem duk v. Couter
5. Set Tenun
a. Jas operasi 3 buah
b. Duk sedang 5 buah
c. Duk bolong besar 1 buah
d. Perlak 1 buah
Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Ansietas  Tanda-tanda 1.Observasi TTV 1.Mengetahui
b.d krisis vital dalam keadaan umum
situasional batas normal klien
 Pasien dapat 2. Gunakan 2.Membina
mengomunika pendekatan hubungan
sikan yang saling percaya
perasaan menenangkan antara pasien
secara cepat dan perawat
3. Ajarkan pasien 3.Membantu
teknik mengalihkan
distraksi perhatian
pasien dari rasa
cemas yang
dialami
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
.
1. Ansietas 1. Mengobservasi TTV S : Klien mengatakan
b.d krisis T : 150/80 mmHg R : - cemasnya sedikit
situasional P:- S:- berkurang
2. Menggunakan pendekatan O : Wajah klien tampak
yang menenangkan sedikit gelisah
3. Mengajarkan pasien A : Masalah teratasi
teknik distraksi sebagian
 Mengatur nafas dan P : Lanjutkan intervensi
berdo’a serta berdzikir
3.2 Intra Operasi
a. Pasien diantar ke ruang operasi 1 dan di pindahkan ke meja operasi
dengan kesadaran composmentis dan sudah terpasang infus.

9
b. Perawat anastesi memasang manset tekanan darah pada lengan kanan,
saturasi O2 pada jari telunjuk dan memasang bed couter pada kaki
sebelah kanan.
c. Mengatur posisi pasien ortopnea sambil memeluk bantal dan pasien
dilakukan tindakan anestesi pada spinal.
d. Setelah anestesi dilakukan, berikan oksigen melalui nasal kanul pada
pasien.
e. Pasang sampiran diatas dada pasien.
f. Operator, asisten, dan instrumen melakukan cuci tangan.
g. Setelah menuci tangan operator, asisten, dan instrumen memakai gaun
dan sarung tangan steril.
h. Setelah semua perlengkapan dipakai berdo’a terlebih dahulu sebelum
melakukan operasi.
i. Operasi pun dimulai pada pukul 09.15 WIB – 10.00 WIB
j. Setelah selesai operasi semua alat-alat di bereskan dan psien
dipindahkan menggunakan brankar ke ruang pemulihan sebelum
dijemput oleh perawat ruangan.
Diagnosa Keperawatan Intra Operasi
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Resiko  Pasien bebas 1. Cuci tangan 1. Mencegah
infeksi b.d dari tanda dan sebelum terjadinya
prosedur gejala infeksi tindakan bedah perkembangan
invasif mikroorganism
e yang
merugikan
2. Lakukan 2. Menyeterilkan
desinfektan area
pada area pembedahan
pembedahan dari kuman dan
bakteri
3. Pertahankan 3. Meningkatkan
sterilisasi kewaspadaan
selama terhadap
pembedahan terjadinya
infeksi
4. Tutup luka 4. Melindungi
dengan luka dari
pembalut steril paparan luar

10
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


.
1. Resiko 1. Mencuci tangan sebelum S:
infeksi b.d tindakan bedah -
prosedur R : Semua tim operai O:
invasif mencuci tangan Prosedur operasi
2. Melakukan desinfektan dilakukan dengan steril
pada area pembedahan A:
R : Desinfektan Masalah teratasi
menggunakan betadine P:
3. Mempertahankan sterilisasi Lanjutkan intervensi
selama pembedahan
R : Semus tim operasi
mempertahankan kesterilan
4. Tutup luka dengan
pembalut steril
R : Menutup luka dengan
pembalut steril
3.3 Post Operasi
a. Setelah di observasi di ruangan pemulihan pasien mengatakan masih
sulit menggerakkan ekstremitas bawah dan merasa dingin, wajah pasien
tampak lemas serta akral dingin.
b. Memindahkan pasien dari brankar ke tempat tidur yang sudah dibawa
oleh perawat ruangan.
c. Serah terima dari perawat OK kepada perawat ruangan dengan
memberikan informasi sebagai berikut :
 Pasien masih puasa
 Pasien di perbolehkan makan apabila pasiem sudah dapat
menggerakkan badan dan platus
 Pasien tidak boleh duduk selama 24 jam setelah operasi
 Boleh miring kiri atau kanan
Diagnosa Keperawatan Intra Operasi
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Nyeri akut  Mampu 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui
b.d agen mengontrol seberapa berat
cidera nyeri rasa sakit yang
fisik  Nyeri dapat dirasakan
berkurang 2. Berikan posisi 2. Membantu
yang nyaman mengurangi

11
rasa sakit yang
dirasakan
3. Ajarkan teknik 3. Membatu
relaksasi pasien dalam
mengontrol
nyeri
4. Kolaborasi 4. Meningkatkan
dengan dokter perawatan yang
untuk lebih
pemberian obat komprehensif
analgetik terhadap pasien
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


.
1. Nyeri akut 1. Mengkaji skala nyeri S:
b.d agen R : Klien mengatakan Klien mengatakan belum
cidera belum merasakan nyeri merasakan nyeri
fisik karena masih ada anestesi O:
2. Memberikan posisi yang Pasien belum bisa
nyaman menggerakkan
R : Klien nyaman dengan ekstremitas bawah
posisi semi fowler A:
3. Mengajarkan teknik Masalah teratasi
relaksasi sebagian
R : Menarik nafas ketika P:
merasa nyeri Lanjutkan intervensi
4. Berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
obat analgetik
R : Obat keterolak

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ di tempat
yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat,
Gejala klinisnya adalah keluhan yang dirasakan dapat dari yang
ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya hernia merupakan isi
rongga perut yang keluar melalui suatu celah di dinding perut, keluhan
berat yang timbul di sebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada
celah yang dilaluinya.
Apabila hernia tidak ditangani dapat terjadi komplikasi diantaranya
terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali, keadaan ini disebut
hernia inguinalis irreponibilis. Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi
dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi penanganan segera adalah
dengan operasi.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah yang berjudul “Hernia” penulis
mengharapkan pembaca dapat sedikit mengetahui tentang hernia serta
komplikasi yang disebabkan oleh hernia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. (2015). Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka Pendahuluan. Hernia


Inguinalis: Tinjauan Pustaka, 6(1), 1–12.
Bracale, U., Merola, G., Sciuto, A., Cavallaro, G., Andreuccetti, J., & Pignata, G.
(2019). Achieving the Learning Curve in Laparoscopic Inguinal Hernia
Repair by Tapp: A Quality Improvement Study. Journal of Investigative
Surgery, 32(8), 738–745. https://doi.org/10.1080/08941939.2018.1468944
Fanny, F., Listianti, D. A., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2017). Hernioraphy
Cyto pada Pasien Hernia Inguinalis Dekstra Inkarserata Hernioraphy Cyto in
Patient With Incarcerated Dextra Inguinalis Hernia, 6, 119–122.
Pedro, O., Lòpez, R., Leòngonzalez, O. C., Rocha, J. S., Garcia, E. C., Manuel,
L., … Ortiz, C. (2019). Perbaikan inguinalis Hernia dalam Ambulatory Way,
19(2).
Rawis, C. G., Limpeleh, H. P., & A.V.Wowling, P. (2015). POLA HERNIA
INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF . DR . R . D . KANDOU
MANADO. Jurnal E-Clinic(ecl), 3, 1–5.
Fanny, F., & Listianti, D. A. (2017). Hernioraphy Cyto pada Pasien Hernia
Inguinalis Dekstra Inkarserata Hernioraphy Cyto in Patient With Incarcerated
Dextra Inguinalis Hernia. Majority, 6, 119–122.

Rawis, C. G., Limpeleh, H. P., & A.V.Wowling, P. (2015). POLA HERNIA


INGUINALIS LATERALIS DI RSUP PROF . DR . R . D . KANDOU
MANADO. Jurnal E-Clinic(ecl), 3, 1–5.
Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J., & Langitan, A. (2019). Hernia inguinalis lateralis
dextra dengan hemiparese sinistra *. Medical Profession (medpro0, 1(1), 12–15.

14

Anda mungkin juga menyukai