Disusun Oleh :
TA 2023
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu penyakit hernia atau berupa tonjolan yang
melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral epigastrika inferior,
menyusuri kanalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Rizaldy,
2018). Tonjolan bisa timbul apabila pasien menangis, mengejan atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan serta bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang. (Ghozali
et al., 2019).
Keadaan tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya nyeri, cemas dan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan terganggunya kebutuhan dasar rasa aman dan
nyaman (Gujarati & Porter, 2018). Masalah keperawatan yang muncul dalam kasus hernia
inguinalis lateralis diantaranya nyeri akut, ansietas dan risiko infeksi jika dilakukannya
pembedahan atau operasi.
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak
daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai presentase sekitar 75-80% dari seluruh
jenis hernia, hernia insisional 10%, hernia umblikalis 3%, hernia ventralis 10%, hernia lainnya
sekitar 10%. Kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh jenis kelamin laki-laki
daripada jenis kelamin perempuan yang dimana angka perbandingan kejadian hernia inguinalis
pada lakilaki 13,9 % dan pada perempuan 2,1 % (WHO, 2018). World Health Organization
(WHO), mengemukakan bahwa pasien dengan Hernia Inguinalis Lateralis pada tahun 2018
rata-rata 35% dari orang dewasa yang berumur lebih dari 20 tahun yang di dunia mempunyai
kategori overweight atau obesitas 11% dan di wilayah Asia Tenggara 14% overweight dan 3%
obesitas (WHO, 2018).
Hernia disebabkan karena kelemahan dinding otot dalam abdomen, adanya peningkatan
tekanan intra abdomen dan karena kongenital (Fanny & Listianti,2017). Hernia lebih sering
terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada usia lanjut mempunyai dinding otot yang
sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya hernia. Hernia inguinalis lateralis terjadi
pada laki-laki daripada perempuan dan lebih sering pada sebelah sisi kanan abdomen daripada
sebelah kiri abdomen. Faktor presipitasi yang dapat mengakibatkan hernia, diantaranya
kehamilan, obesitas, batuk kronis, mengejan, mengangkat beban berat yang dapat
meningkatkan penekanan intra abdomen (Zurimi, 2017). Gejala dari hernia inguinalis lateralis
tersendiri diantara tampak benjolan di daerah lipatan paha atau abdomen bagian bawah dan
bila pasien mengejan atau batuk bisa jadi benjolan hernia semakin bertambah besar. Gejala
tersebut akan menjadi masalah keperawatan nyeri akut, ketidaknyamanan serta intoleran
aktivitas. Penyulit dari hernia inguinalias yaitu terjadinya strangulasi yang dapat menyebabkan
iskemia usus, ileus obstruktif, dan perforasi. Penyulit paling sering dilaporkan pada repair
hernia yaitu hematom, yang meliputi ekimosis penis maupun skrotalis, seroma, dan infeksi
luka. Hernia dapat mengakibatkan berbagai komplikasi yang parah dan mengganggu kesehatan
jika masalah tidak segera ditangani dan bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia
itu sendiri, yaitu obstruksi usus sederhana hingga perforasi lubangnya usus yang akhirnya bisa
menimbulkan abses lokal, atau peritonitis, perlekatan, hernia irreponibel, jika terjadinya jepitan
akan menyebabkan iskemia, infeksi yang dapat menimbulkan nekrosis (Wahid et al., 2019).
Kasus hernia hanya bisa ditangani dengan cara pembedahan/ operasi yang merupakan
tindakan yang operatif penanganan medis untuk kasus hernia inguinalis yang rasional. Dampak
dari tindakan operatif ini sendiri yaitu nyeri dan perlu adanya perawatan luka post operasi
(Vardaro et al., 2016). Tenaga kesehatan khususnya seorang perawat akan melakukan
perawatan luka selama pasien di rawat di rumah sakit. Nyeri setelah pembedahan akan timbul,
sebagai perawat menjadi educator dalam pemberian asuhan keperawatan untuk penanganan
nyeri secara non farmakologi. Terapi non farmakologi yang efektif dalam menurunkan
intensitas skala nyeri pada pasien hernia atau post operasi hernia (herniotomi) adalah teknik
distraksi berupa terapi musik dan terapi mendengarkan bacaan Al-Qur’an (terapi murottal),
relaksasi nafas dalam, Teknik relaksasi nafas dalam, SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) serta mobilisasi dini (Nurbadriyah, 2020). Perawat memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai serta Care Giver dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
terutama mengenai hernia inguinalis lateralis, dan meberikan health education tentang hernia
dengan demikian penderita mengetahui penyakitnya dan mampu merawat pasien untuk
meningkatkan kualitas hidup, dilakukan Tindakan sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul serta meningkatkan pengetahuan pasien tentang faktor resiko hernia yang bisa dicegah
(Gujarati & Porter, 2018).
BAB II
2.2. Etiologi
Penyebab timbulnya hernia tidak terlepas dari meningkatnya tekanan abdominal
sehingga pada daerah yang memiliki dinding organ yang lemah akan berkemungkinan
untuk terjadinya hernia sebab tidak mampu untuk menahan tekanan abdominal yang
ada atau dapat terjadi karena ketidaksempurnaan penutupan dari kanal atau celah
yang terdapat pada sekitar rongga abdomen, dibawah ini ialah etiologi dari terjadinya
hernia (Diyono, 2016) :
2.3. Patofisiologi
Hernia terjadi ketika tekanan intra abdominal mengalami peningkatan, misalnya
pada saat melakukan aktivitas yang berat seperti mengangkat beban yang berat, mengejan
pada saat buang air besar terlalu berlebihan atau batuk yang kuat. Ketika terjadinya
kenaikan tekanan intra abdominal yang memiliki dinding abdomen yang lemah tidak
mampu menahan tekanan yang ada sehingga akan terjadi kerusakan. Awalnya akan
terbentuk celah atau lubang yang disebut defek, selanjutnya apabila terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen yang terus terjadi maka organ tersebut masuk kedalam defek di
abdomen kemudian terperangkap sehingga muncullah benjolan pada dinding abdomen,
ketika organ yang terperangkap maka organ tersebut tidak bisa mendapatkan cukup darah
sehingga akan terjadi hipoksia sel hingga kemungkinan terjadinya gangren. Selain
terperangkap dalam celah atau defek yang ada di dinding abdomen, organ-organ seperti
lemak, peritonium dan usus juga dapat turun melalui celah yang ada disekitar rongga
abdomen pada saat terjadinya peningkatkan tekanan intra abdomen yang secara terus
menerus, contohnya ialah celah hiatal, selakangan hingga masuk ke dalam skrotum
(Amrizal, 2015
2.4.Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penyakit Hernia Inguinalis ini yaitu (Pebriana, Y, 2020) :
1) Di lipatan paha biasanya terdapat benjolan yang keluar masuk atau keras .
2) Biasanya ada nyeri di daerah benjolan bila isinya terjepit dan disertai perasaan mual.
3) Bila sudah terjadi komplikasi biasanya ada gejala mual dan muntah atau distensi
4) Benjolan hernia akan bertambah besar bila penderita mengenjan dan batuk.
2.6. Komplikasi
Menurut Pambudi (2014) komplikasi hernia inguinalis yaitu:
1) Terjadi perlengkapan antara isi hernia denga nisi kantung hernia sehingga isi kantung
hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis. Pada
keadaan belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relative sempit dan dapat menimbulkan gngguan penyaluran isi
usus. Keadaan ini disebut dengan hernia inguinalis strangulate. Pada keadaan
strangulate akan timbul nyeri yang lebih hebat dan continue, daerah benjolan menjadi
merah dan gelisah.
2.7. Penatalaksanaan
1) Manajemen Medis
Setiap penderita hernia inguinalis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnose ditegakkan. Adapun prinsip
pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a) Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak-anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b) Herniorraphy : membuang kantong hernia disertai Tindakan bedah plastic untuk
memperkuat di belakang analis inguinalis.
c) Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak
dilakukan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss).
Sabuk itu dipakai waktu istirahat (malam)
2) Manajemen Keperawatan
a) Pre operasi :
a) Pengkajian
Ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah inguinal, cemas,
tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganangannya.
Pengkajian juga ditujukan pada Riwayat.
b) Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang biasa muncul adalah gangguan kenyamanan,
kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi infeksi.
c) Intervensi Keperawatan
Beri posisi kepala tempat tidur tinggikan, bila hernia turun/menonjol
dimasukkan Kembali secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia,
beri analgesic sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan
tekanan intra abdominal.
b) Post operasi :
1) Ultrasonografi
Ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mendapatkan gambaran dalam
organ perut dan panggul.
2) MRI
MRI dapat digunakan untuk mendeteksi apakah ada robekan pada dinding perut
meskipun tidak ada benjolan.
3) Sinar X Abdomen
Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi
usus.
4) Hitungan darah lengkap
Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit menunjukkan hemokonsentrasi atau
terjadinya peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit pada hernia.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
A. Identitas
Berisi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no. RM, pekerjaan, status
perkawinan, tanggal MRS, tanggal pengkajian dan sumber informasi klien. Klien
dengan hernia inguinalis lebih banyak dialami oleh orang dewasa berjenis kelamin laki-
laki.
B. Riwayat kesehatan
Diagnosa medik : Berisi diagnosa yang ditegakkan dokter yaitu hernia inguinalis
Keluhan utama : Klien dengan hernia inguinalis adalah nyeri dan adanya benjolan
Riwayat penyakit sekarang : Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien
yang sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien
memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang harus diceritakan meliputi
waktu kejadian, cara atau proses, tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat
pengobatan, persepsi tentang penyebab dan penyakit.
Riwayat kesehatan terdahulu : Adakah riwayat penyakit terdahulu yang
pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi
berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.
C. Pengkajian keperawatan pola gordon
2 Pola nutrisi dan metabolisme Klien dengan hernia inguinalis akan mengalami
penurunan nafsu makan,
4 Pola aktivitas dan latihan Berisi terkait data bagaimana pasien melakukan
aktivitas sehari-hari utamanya dalam
pemenuhan kebutuhan dasar hidup, dinilai
dalam skor 1-5. Yang dikaji baik sebelum masuk
rumah sakit ataupun saat
5 Pola tidur dan istirahat Berisi terkait pola tidur dan istirahat, durasi tidur
dan istirahat serta apakah terjadi gangguan
selama istirahat. Yang dikaji baik sebelum
masuk rumah sakit ataupun saat masuk
rumah sakit.
10 Pola manajemen koping- stress Menilai respons emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari
harinya baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan atau
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai
mekanisme koping yang secara sadar biasa
digunakan klien selama masa stres meliputi
kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah diketahui dan
perubahan perilaku akibat stres
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum merupakan kondisi klien secara umum terhadap penyakit maupun
keadaan yang dialami pasien, derajat kesadaran serta GCS
2. Tanda-tanda vital
3. Pengkajian Head to toe
Kepala
Mengkaji kuantitas, penyebaran, tekstur, warna rambut kepala; Mengkaji lesi,
ketombe, kutu, benjolan kulit kepala; Mengkaji ukuran, kontur, lekukan bila ada
trauma tengkorak; Mengkaji keadaan kulit wajah, kesimetrisan, lesi, ekspresi,
rambut pada wajah.
Mata
Normal
Telinga
Pemeriksaan pada daun telinga ke telinga bagian dalam hingga fungsi
pendengaran, bentuk daun telinga, lesi, serumen, nyeri tekan pada tragus,
telinga tengah apakah ada cairan, serumen, benjolan atau tanda peradangan,
keadaan membrane timpani seperti warna, bentuk dan keutuhannya, fungsi
pendengaran dengan tes bisik atau menggunakan garpu tala (rinne, weber,
swabach).
Hidung
Pengkajian pada bentuk hidung, kesimetrisan, septum nasi, serumen/sekret,
benjolan, tanda radang, kelenturan, nyeri, palpasi pada 4 sinus (frontalis,
etmoidalis, spenoidalis, maksilaris), potensi hidung (kelancaran hembusan
napas disetiap lubang hidung), termasuk fungsi pengidu.
Mulut
Melakukan pengkajian pada mulut secara menyuluruh terkait lidah, gigi,
gusi berupa warna, pesebaran gigi dan apakah ada atau tidak
permasalahan dimulut seperti sariawan atau bibir pecah-pecah dan
penyakit mulut lainnya
Leher
Pada pemeriksaan leher biasanya melihat tentang bentuk dan kesimetrisan, ada
tidaknya benjolan (konsistensi, bentuk, ukuran), letak trakea, kesimetrisan,
tekanan vena jugularis, bising arteri karotis.
Dada Jantung:
Inspeksi: Penampakan iktus kordis
Palpasi : Perabaan pada iktus kordis
Perkusi: Penentuan letak dan batas jantung Auskultasi : Bunyi jantung
terdengar lup-dup Paru
Inspeksi: Melihat bentuk dada, kesimetrisan dada, gerakan dada/napas,
pelebaran vena dada
Palpasi : Mengkaji benjolan, gerakan dinding thoraks, ekspansi paru,
fokal fremitus.
Perkusi: Menentukan batas paru dan kelainan pada paru/thoraks,
normalnya sonor
Auskultasi : suara pernapasan, suara tambahan pernapasan.
Abdomen
Inspeksi: Tampak ada penonjolan di bagian perut bawah
Auskultasi : Bising usus 5-12 x/menit
Perkusi: Penentuan batas dan tanda pembesaran hepar, hipertimpani
Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, massa, keadaan hepar,
lien, ginjal, pemeriksaan ascites, ketok ginjal.
Genetalia dan anus Genetalia laki-laki
Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, inspeksi bentuk, ukuran, kelainan
pada penis, kebersihan, keadaan uretra, skrotum, nyeri tekan, elastisitas, dan
palpasi skrotum, hernia
Genetalia perempuan
Inspeksi adanya lesi dan benjolan, labia mayora, labia minora, klitoris, vagina,
uretra, serumen, kebersihan, kelainan pada vulva/vagina.
Anus : lesi, benjolan, pelebaran vena, kebersihan, colok dubur.
Ekstremitas
Bentuk, ukuran, kesimetrisan otot, atropi, kontraktur, tremor, tonus, spasme
otot, kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas, massa, peradangan,
fraktur, peradangan sendi, mobilitas atau rentang gerak sendi.
Kulit dan kuku Kulit
Pemeriksaan warna kulit, tektur kulit, elastisitas/turgor, akral, kebersihan,
kelembaban, tekstur, kelainan kulit, seperti lesi, derajat edema, nyeri tekan,
termasuk inspeksi distribusi pertumbuhan rambut.
Kuku
Pemeriksaan warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,
panjang/pendeknya, CRT.
Keadaan local
Pengkajian terfokus pada kondisi local, misalnya deskripsi rinci luka, sistem
persyarafan/neurologis.
3.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien hernia inguinalis menurut
PPNI (2017) yaitu :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d mengeluh nyeri, gelisah,
tampak meringis, bersikap protektif, sulit tidur
b. Defisit Nutrisi
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d nafsu makan menurun,
nyeri abdomen
c. Gangguan integritas kulit/jaringan
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis d.d adanya sayatan operasi di
bagian tubuh
d. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d merasa lemah
e. Resiko infeksi
Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif
Amrizal. 2015. Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA. Vol. 6 No. 1 Astuti, M,
et al. 2018. Hubungan Antara Usia dan Hernia Inguinalis. Jurnal Cerebellum. Vol. 4 No.
2
Brunner dan Suddarth’s. 2018. Textbook Of Medical Surgical Nursing 13th Edition. United
States of America : LWW
Diyono dan Mulyanti, Sri. 2018. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Ajar. Jakarta : Kencana
Kurniawan, R, et al. 2018. Pelaksanaan Dicharge Planning Pada Pasien Herniorapy Dirumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. STIKes Muhammadiyah Ciamis. Vol. 3 No. 1
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI