Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF HERNIOTOMI PADA PASIEN HERNIA DI RUANG


INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kritis

Dosen Pembimbing: Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

Disusun Oleh :

RISKA MEILLINDA P 20101440121058


SITI AISYAH N.I 20101440121064
YULIA ARTIKA H 20101440121070
HILDA ALIFIANISA K 20101440121072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

TA 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 1


BAB I ...................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 5
KONSEP DASAR PENYAKIT ............................................................................................................ 5
2.1. Pengertian .............................................................................................................................. 5
2.2. Etiologi ................................................................................................................................... 5
2.3. Patofisiologi ........................................................................................................................... 6
2.4. Pathway................................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.5. Manifestasi Klinis.................................................................................................................. 0
2.6. Komplikasi ............................................................................................................................. 0
2.7. Penatalaksanaan ................................................................................................................... 0
2.8. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................... 1
BAB III................................................................................................................................................... 3
KONSEP KEPERAWATAN ................................................................................................................. 3
3.1. Pengkajian ............................................................................................................................. 3
3.2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................... 8
3.3. Intervensi Keperawatan ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu penyakit hernia atau berupa tonjolan yang
melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral epigastrika inferior,
menyusuri kanalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Rizaldy,
2018). Tonjolan bisa timbul apabila pasien menangis, mengejan atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan serta bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang. (Ghozali
et al., 2019).

Keadaan tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya nyeri, cemas dan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan terganggunya kebutuhan dasar rasa aman dan
nyaman (Gujarati & Porter, 2018). Masalah keperawatan yang muncul dalam kasus hernia
inguinalis lateralis diantaranya nyeri akut, ansietas dan risiko infeksi jika dilakukannya
pembedahan atau operasi.

Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak
daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai presentase sekitar 75-80% dari seluruh
jenis hernia, hernia insisional 10%, hernia umblikalis 3%, hernia ventralis 10%, hernia lainnya
sekitar 10%. Kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh jenis kelamin laki-laki
daripada jenis kelamin perempuan yang dimana angka perbandingan kejadian hernia inguinalis
pada lakilaki 13,9 % dan pada perempuan 2,1 % (WHO, 2018). World Health Organization

(WHO), mengemukakan bahwa pasien dengan Hernia Inguinalis Lateralis pada tahun 2018
rata-rata 35% dari orang dewasa yang berumur lebih dari 20 tahun yang di dunia mempunyai
kategori overweight atau obesitas 11% dan di wilayah Asia Tenggara 14% overweight dan 3%
obesitas (WHO, 2018).

Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi


penyakit sistem pencernaan pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit Indonesia tahun
2018, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.135 kasus, 273 diantaranya meninggal
dunia dan hal ini bisa karena ketidakberhasilan proses pembedahan terhadap hernia tersebut.
Total dari semua kasus tersebut 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi
pada wanita sedangkan untuk pasien yang rawat jalan, hernia masih menempati urutan ke-8.
Jumlah semua kasus diantaranya 41.526 kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan
yang baru dengan jumlah 8.799 pasien pria dan 4.922 pasien wanita (Depkes RI, 2018).

Hernia disebabkan karena kelemahan dinding otot dalam abdomen, adanya peningkatan
tekanan intra abdomen dan karena kongenital (Fanny & Listianti,2017). Hernia lebih sering
terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada usia lanjut mempunyai dinding otot yang
sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya hernia. Hernia inguinalis lateralis terjadi
pada laki-laki daripada perempuan dan lebih sering pada sebelah sisi kanan abdomen daripada

sebelah kiri abdomen. Faktor presipitasi yang dapat mengakibatkan hernia, diantaranya
kehamilan, obesitas, batuk kronis, mengejan, mengangkat beban berat yang dapat
meningkatkan penekanan intra abdomen (Zurimi, 2017). Gejala dari hernia inguinalis lateralis
tersendiri diantara tampak benjolan di daerah lipatan paha atau abdomen bagian bawah dan
bila pasien mengejan atau batuk bisa jadi benjolan hernia semakin bertambah besar. Gejala
tersebut akan menjadi masalah keperawatan nyeri akut, ketidaknyamanan serta intoleran
aktivitas. Penyulit dari hernia inguinalias yaitu terjadinya strangulasi yang dapat menyebabkan
iskemia usus, ileus obstruktif, dan perforasi. Penyulit paling sering dilaporkan pada repair
hernia yaitu hematom, yang meliputi ekimosis penis maupun skrotalis, seroma, dan infeksi
luka. Hernia dapat mengakibatkan berbagai komplikasi yang parah dan mengganggu kesehatan
jika masalah tidak segera ditangani dan bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia
itu sendiri, yaitu obstruksi usus sederhana hingga perforasi lubangnya usus yang akhirnya bisa
menimbulkan abses lokal, atau peritonitis, perlekatan, hernia irreponibel, jika terjadinya jepitan
akan menyebabkan iskemia, infeksi yang dapat menimbulkan nekrosis (Wahid et al., 2019).

Kasus hernia hanya bisa ditangani dengan cara pembedahan/ operasi yang merupakan
tindakan yang operatif penanganan medis untuk kasus hernia inguinalis yang rasional. Dampak
dari tindakan operatif ini sendiri yaitu nyeri dan perlu adanya perawatan luka post operasi
(Vardaro et al., 2016). Tenaga kesehatan khususnya seorang perawat akan melakukan
perawatan luka selama pasien di rawat di rumah sakit. Nyeri setelah pembedahan akan timbul,
sebagai perawat menjadi educator dalam pemberian asuhan keperawatan untuk penanganan
nyeri secara non farmakologi. Terapi non farmakologi yang efektif dalam menurunkan
intensitas skala nyeri pada pasien hernia atau post operasi hernia (herniotomi) adalah teknik
distraksi berupa terapi musik dan terapi mendengarkan bacaan Al-Qur’an (terapi murottal),
relaksasi nafas dalam, Teknik relaksasi nafas dalam, SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) serta mobilisasi dini (Nurbadriyah, 2020). Perawat memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai serta Care Giver dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
terutama mengenai hernia inguinalis lateralis, dan meberikan health education tentang hernia
dengan demikian penderita mengetahui penyakitnya dan mampu merawat pasien untuk
meningkatkan kualitas hidup, dilakukan Tindakan sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul serta meningkatkan pengetahuan pasien tentang faktor resiko hernia yang bisa dicegah
(Gujarati & Porter, 2018).
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1. Pengertian
Hernia dapat diartikan sebagai penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia yang
paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia
inguinalis merupakan kondisi penonjolan organ, seperti usus dan jaringan yang ada di
dalam perut ke area inguinal atau selangkangan (Amrizal, 2015; Astuti, M, et al, 2018) .

2.2. Etiologi
Penyebab timbulnya hernia tidak terlepas dari meningkatnya tekanan abdominal
sehingga pada daerah yang memiliki dinding organ yang lemah akan berkemungkinan
untuk terjadinya hernia sebab tidak mampu untuk menahan tekanan abdominal yang
ada atau dapat terjadi karena ketidaksempurnaan penutupan dari kanal atau celah
yang terdapat pada sekitar rongga abdomen, dibawah ini ialah etiologi dari terjadinya
hernia (Diyono, 2016) :

1) Konginetal atau bawaan sejak lahir


Seseorang yang sejak lahir sudah memiliki bawaan hernia cenderung lebih
rentan untuk terkena hernia pada masa dewasa atau tuanya hal ini paling berhubungan
dengan lemahnya dinding abdomen yang ada pada tubuhnya sehingga mudah sekali
terbentuk defek dan munculnya hernia atau dapat juga terjadi apabila defek pada
dinding abdomennya tidak menutup secara sempurna sehingga ketika ada peningkatan
tekanan intra abdominal maka akan terjadi hernia.
2) Obesitas
Berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh manusia
tak terkecuali pada bagian perut atau abdomen. Peningkatan tekanan ini dapat
menimbulkan terjadinya hernia terlebih pada daerah yang memiliki dinding organ yang
lemah.
3) Kehamilan
Pada saat hamil tekanan pada perut akan meningkat dan juga otot mengalami
pelemahan ataupun pada saat setelah kehamilan tepatnya pada saat operasi seksio
sesarea.
4) Mengejan yang terlalu berlebihan
5) Kelemahan dinding abdomen
6) Batuk kronis karena Penyakit Paru Obstruksi Kronis
7) Trauma atau regangan yang berat

2.3. Patofisiologi
Hernia terjadi ketika tekanan intra abdominal mengalami peningkatan, misalnya
pada saat melakukan aktivitas yang berat seperti mengangkat beban yang berat, mengejan
pada saat buang air besar terlalu berlebihan atau batuk yang kuat. Ketika terjadinya
kenaikan tekanan intra abdominal yang memiliki dinding abdomen yang lemah tidak
mampu menahan tekanan yang ada sehingga akan terjadi kerusakan. Awalnya akan
terbentuk celah atau lubang yang disebut defek, selanjutnya apabila terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen yang terus terjadi maka organ tersebut masuk kedalam defek di
abdomen kemudian terperangkap sehingga muncullah benjolan pada dinding abdomen,
ketika organ yang terperangkap maka organ tersebut tidak bisa mendapatkan cukup darah
sehingga akan terjadi hipoksia sel hingga kemungkinan terjadinya gangren. Selain
terperangkap dalam celah atau defek yang ada di dinding abdomen, organ-organ seperti
lemak, peritonium dan usus juga dapat turun melalui celah yang ada disekitar rongga
abdomen pada saat terjadinya peningkatkan tekanan intra abdomen yang secara terus
menerus, contohnya ialah celah hiatal, selakangan hingga masuk ke dalam skrotum
(Amrizal, 2015
2.4.Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penyakit Hernia Inguinalis ini yaitu (Pebriana, Y, 2020) :

1) Di lipatan paha biasanya terdapat benjolan yang keluar masuk atau keras .
2) Biasanya ada nyeri di daerah benjolan bila isinya terjepit dan disertai perasaan mual.
3) Bila sudah terjadi komplikasi biasanya ada gejala mual dan muntah atau distensi
4) Benjolan hernia akan bertambah besar bila penderita mengenjan dan batuk.

2.6. Komplikasi
Menurut Pambudi (2014) komplikasi hernia inguinalis yaitu:

1) Terjadi perlengkapan antara isi hernia denga nisi kantung hernia sehingga isi kantung
hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis. Pada
keadaan belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relative sempit dan dapat menimbulkan gngguan penyaluran isi
usus. Keadaan ini disebut dengan hernia inguinalis strangulate. Pada keadaan
strangulate akan timbul nyeri yang lebih hebat dan continue, daerah benjolan menjadi
merah dan gelisah.

2.7. Penatalaksanaan
1) Manajemen Medis
Setiap penderita hernia inguinalis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnose ditegakkan. Adapun prinsip
pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a) Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak-anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b) Herniorraphy : membuang kantong hernia disertai Tindakan bedah plastic untuk
memperkuat di belakang analis inguinalis.
c) Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak
dilakukan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss).
Sabuk itu dipakai waktu istirahat (malam)
2) Manajemen Keperawatan
a) Pre operasi :
a) Pengkajian
Ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah inguinal, cemas,
tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganangannya.
Pengkajian juga ditujukan pada Riwayat.
b) Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang biasa muncul adalah gangguan kenyamanan,
kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi infeksi.
c) Intervensi Keperawatan
Beri posisi kepala tempat tidur tinggikan, bila hernia turun/menonjol
dimasukkan Kembali secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia,
beri analgesic sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan
tekanan intra abdominal.

b) Post operasi :

Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko


tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang. Hernia
inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif karena di
takutkan akan terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan Herniagrafi. Bedah
elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di ikat dan di
lakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin hernia
di cari dan di potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan
ke rongga perut dan bila tidak di lakukan reseksi usus dan Anastomisis

2.8. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan hernia
ialah, antara lain (Brunner dan Suddarth’s, 2013 dan Diyono, 2016) :

1) Ultrasonografi
Ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mendapatkan gambaran dalam
organ perut dan panggul.
2) MRI
MRI dapat digunakan untuk mendeteksi apakah ada robekan pada dinding perut
meskipun tidak ada benjolan.
3) Sinar X Abdomen
Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi
usus.
4) Hitungan darah lengkap
Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit menunjukkan hemokonsentrasi atau
terjadinya peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit pada hernia.
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
A. Identitas
Berisi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no. RM, pekerjaan, status
perkawinan, tanggal MRS, tanggal pengkajian dan sumber informasi klien. Klien
dengan hernia inguinalis lebih banyak dialami oleh orang dewasa berjenis kelamin laki-
laki.
B. Riwayat kesehatan
 Diagnosa medik : Berisi diagnosa yang ditegakkan dokter yaitu hernia inguinalis
 Keluhan utama : Klien dengan hernia inguinalis adalah nyeri dan adanya benjolan
 Riwayat penyakit sekarang : Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien
yang sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien
memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang harus diceritakan meliputi
waktu kejadian, cara atau proses, tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat
pengobatan, persepsi tentang penyebab dan penyakit.
 Riwayat kesehatan terdahulu : Adakah riwayat penyakit terdahulu yang
pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi
berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.
C. Pengkajian keperawatan pola gordon

Pengkajian keperawatan pola


gordon
No Item Pengkajian

1 Pola persepsi dan Persepsi klien atau keluarga tentang

pemeliharaan kesehatan konsep sehat sakit.

2 Pola nutrisi dan metabolisme Klien dengan hernia inguinalis akan mengalami
penurunan nafsu makan,

mual dan muntah.


3 Pola eliminasi Berisi mengenai data eliminasi BAK dan BAB,
mencangkup volume, warna, bau, tekstur,
frekuensi, kemandirian, dan gangguan yang
dirasakan. Yang dikaji baik sebelum masuk
rumah sakit ataupun saat masuk rumah sakit.

4 Pola aktivitas dan latihan Berisi terkait data bagaimana pasien melakukan
aktivitas sehari-hari utamanya dalam
pemenuhan kebutuhan dasar hidup, dinilai
dalam skor 1-5. Yang dikaji baik sebelum masuk
rumah sakit ataupun saat

masuk rumah sakit.

5 Pola tidur dan istirahat Berisi terkait pola tidur dan istirahat, durasi tidur
dan istirahat serta apakah terjadi gangguan
selama istirahat. Yang dikaji baik sebelum
masuk rumah sakit ataupun saat masuk

rumah sakit.

6 Pola Kognitif dan Pola kemampuan klien dalam

konseptual pengambilan keputusan yang tepat

7 Pola persepsi diri Berisi terkait bagaimana pasien

menilai dirinya sendiri

8 Pola seksualitas dan Menilai bagaimana pola seksualitas

reproduksi klien dengan pasangan

9 Pola peran dan hubungan Menilai bagaimana kedekatan klien

dengan keluarganya dan apa peran

klien di dalam keluarga

10 Pola manajemen koping- stress Menilai respons emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari
harinya baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan atau
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai
mekanisme koping yang secara sadar biasa
digunakan klien selama masa stres meliputi
kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah diketahui dan
perubahan perilaku akibat stres

11 Pola nilai dan keyakinan Klien dengan hernia inguinalis tidak


menghambat klien untuk beribadah namun akan
mempengaruhi pola

ibadah pada klien.

D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum merupakan kondisi klien secara umum terhadap penyakit maupun
keadaan yang dialami pasien, derajat kesadaran serta GCS
2. Tanda-tanda vital
3. Pengkajian Head to toe
 Kepala
Mengkaji kuantitas, penyebaran, tekstur, warna rambut kepala; Mengkaji lesi,
ketombe, kutu, benjolan kulit kepala; Mengkaji ukuran, kontur, lekukan bila ada
trauma tengkorak; Mengkaji keadaan kulit wajah, kesimetrisan, lesi, ekspresi,
rambut pada wajah.
 Mata
Normal
 Telinga
Pemeriksaan pada daun telinga ke telinga bagian dalam hingga fungsi
pendengaran, bentuk daun telinga, lesi, serumen, nyeri tekan pada tragus,
telinga tengah apakah ada cairan, serumen, benjolan atau tanda peradangan,
keadaan membrane timpani seperti warna, bentuk dan keutuhannya, fungsi
pendengaran dengan tes bisik atau menggunakan garpu tala (rinne, weber,
swabach).
 Hidung
Pengkajian pada bentuk hidung, kesimetrisan, septum nasi, serumen/sekret,
benjolan, tanda radang, kelenturan, nyeri, palpasi pada 4 sinus (frontalis,
etmoidalis, spenoidalis, maksilaris), potensi hidung (kelancaran hembusan
napas disetiap lubang hidung), termasuk fungsi pengidu.
 Mulut
Melakukan pengkajian pada mulut secara menyuluruh terkait lidah, gigi,
gusi berupa warna, pesebaran gigi dan apakah ada atau tidak
permasalahan dimulut seperti sariawan atau bibir pecah-pecah dan
penyakit mulut lainnya
 Leher
Pada pemeriksaan leher biasanya melihat tentang bentuk dan kesimetrisan, ada
tidaknya benjolan (konsistensi, bentuk, ukuran), letak trakea, kesimetrisan,
tekanan vena jugularis, bising arteri karotis.
 Dada Jantung:
 Inspeksi: Penampakan iktus kordis
 Palpasi : Perabaan pada iktus kordis
 Perkusi: Penentuan letak dan batas jantung Auskultasi : Bunyi jantung
terdengar lup-dup Paru
 Inspeksi: Melihat bentuk dada, kesimetrisan dada, gerakan dada/napas,
pelebaran vena dada
 Palpasi : Mengkaji benjolan, gerakan dinding thoraks, ekspansi paru,
fokal fremitus.
 Perkusi: Menentukan batas paru dan kelainan pada paru/thoraks,
normalnya sonor
 Auskultasi : suara pernapasan, suara tambahan pernapasan.
 Abdomen
 Inspeksi: Tampak ada penonjolan di bagian perut bawah
 Auskultasi : Bising usus 5-12 x/menit
 Perkusi: Penentuan batas dan tanda pembesaran hepar, hipertimpani
 Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, massa, keadaan hepar,
lien, ginjal, pemeriksaan ascites, ketok ginjal.
 Genetalia dan anus Genetalia laki-laki
Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, inspeksi bentuk, ukuran, kelainan
pada penis, kebersihan, keadaan uretra, skrotum, nyeri tekan, elastisitas, dan
palpasi skrotum, hernia
 Genetalia perempuan
Inspeksi adanya lesi dan benjolan, labia mayora, labia minora, klitoris, vagina,
uretra, serumen, kebersihan, kelainan pada vulva/vagina.
 Anus : lesi, benjolan, pelebaran vena, kebersihan, colok dubur.
 Ekstremitas
Bentuk, ukuran, kesimetrisan otot, atropi, kontraktur, tremor, tonus, spasme
otot, kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas, massa, peradangan,
fraktur, peradangan sendi, mobilitas atau rentang gerak sendi.
 Kulit dan kuku Kulit
Pemeriksaan warna kulit, tektur kulit, elastisitas/turgor, akral, kebersihan,
kelembaban, tekstur, kelainan kulit, seperti lesi, derajat edema, nyeri tekan,
termasuk inspeksi distribusi pertumbuhan rambut.
 Kuku
Pemeriksaan warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,
panjang/pendeknya, CRT.
 Keadaan local
Pengkajian terfokus pada kondisi local, misalnya deskripsi rinci luka, sistem
persyarafan/neurologis.
3.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien hernia inguinalis menurut
PPNI (2017) yaitu :

a. Nyeri Akut
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d mengeluh nyeri, gelisah,
tampak meringis, bersikap protektif, sulit tidur
b. Defisit Nutrisi
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d nafsu makan menurun,
nyeri abdomen
c. Gangguan integritas kulit/jaringan
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis d.d adanya sayatan operasi di
bagian tubuh
d. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d merasa lemah
e. Resiko infeksi
Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif

3.3. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri (I. 08238):
pencedera fisiologis selama 3x24 jam maka nyeri akut  Observasi :
(inflamasi) d.d menurun 1. Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri, Kliteria Hasil : Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
gelisah, tampak  Keluhan nyeri (menurun : frekuensi, kualitas,
meringis, bersikap 5) intensitas nyeri
protektif, sulit tidur  Meringis (menurun : 5) 2. Identifikasi skala nyeri
 Gelisah (menurun : 5) 3. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
(kompres hangat kering)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan intervensi keperawatan (I.03119) Observasi :
mencerna makanan d.d selama 3x24 jam, maka defisit 1. Identifikasi status nutrisi
nafsu makan menurun, nutrisi menurun Kriteria hasil 2. Identifikasi makanan
nyeri abdomen : yang disukai
Status nutrisi 3. Monitor asupan
1. Porsi makan yang makanan
dihabiskan (meningkat : 5) Terapeutik :
2. Nafsu makan 4. Lakukan oral hygine
(membaik : 5) sebelum makan
3. Diare (menurun : 5) 5. Berikan makanan tinggi
Nyeri abdomen (menurun : 5) serat untuk mencegah
konstipasi
6. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik)
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas
kulit/jaringan b.d faktor intervensi keperawatan Kulit (I. 11353)
mekanis d.d adanya selama 3x24 jam, maka Observasi :
sayatan operasi di bagian gangguan integritas 1. Identifikasi
tubuh kulit/jaringan menurun peny
Kriteria Hasil : Integritas ebab gangguan
Kulit/Jaringan integritas kulit (mis.
1. Kerusakan jaringan Perubahan sirkulasi,
(menurun : 5) perubahan status
2. Kerusakan kulit (menurun : 5) nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Terapeutik
2. Ubah posisi tiap 2 jam,
jika tirah baring
3. Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
Edukasi
4. Anjurkan
menggun
akan pelembab
5. Anjurkan minum air
yang cukup
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
4. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi
tirah baring d.d merasa intervensi keperawatan selama (I.05176) Observasi
lemah 3x24 jam, maka intoleransi 1. Monitor pola dan jam
aktivitas dapat menurun tidur
Kriteria Hasil : Toleransi 2. Monitor lokasi dan
aktivitas ketidaknyamanan
1.Keluhan lelah selama melakukan
(menurun : 5) aktivitas
2.Perasaan lemah (menurun : Terapeutik
5) 3. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
4. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
5. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan
melak
ukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5. Resiko infeksi d.d efek Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
prosedur invasif intervensi selama 3x24 jam (I.14539) Observasi
maka resiko infeksi klien 1. Monitor tanda dan
menurun gejala infeksi lokal dan
Kriteria Hasil : sistemik
Tingkat Infeksi Terapeutik
1. Demam (menurun : 5) 2. Pertahankan teknik
2. Nyeri (menurun : 5) aseptik
Kultur area luka 3. Cuci tangan sebelum
(membaik : 5) dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Ajarkan cara
mencuci
tangan dengan benar
6. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
7. Anjurkan
meningk
atkan asupan nutrisi
8. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA
Aljubairy AM, et al. 2018. Prevalence Of Inguinal Hernia In
Relation To Various Risk Factors. EC Microbiology. 182-192.

Amrizal. 2015. Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA. Vol. 6 No. 1 Astuti, M,
et al. 2018. Hubungan Antara Usia dan Hernia Inguinalis. Jurnal Cerebellum. Vol. 4 No.
2

Brunner dan Suddarth’s. 2018. Textbook Of Medical Surgical Nursing 13th Edition. United
States of America : LWW

Diyono dan Mulyanti, Sri. 2018. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Ajar. Jakarta : Kencana

Kurniawan, R, et al. 2018. Pelaksanaan Dicharge Planning Pada Pasien Herniorapy Dirumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. STIKes Muhammadiyah Ciamis. Vol. 3 No. 1

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai