PIJAT PERINEUM
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
1. Adelina Cahyaningrum (2004060)
2. Andita Ulik Puruhhitasari (2004062)
3. Cornelia Astri Herawati (2004067)
4. Linda (2004082)
5. Mariska Amalia Bahri (2004085)
6. Rimbayanti Pertiwi (2004096)
7. Rohayati (2004097)
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Data Subjektif.................................................................................... 6
C. Analisa............................................................................................... 10
D. Penatalaksanaan ................................................................................ 10
i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................12
BAB V PENUTUP..........................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................13
B. Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah kematian
perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab sebab lain
seperti kecelakaan dan terjatuh. AKI dapat dihitung dengan jumlah kasus kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH).
Menurut Prawirohardjo (2009), perdarahan pasca persalinan dapat
menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama pasca melahirkan, 68-73
% dalam satu minggu setelah melahirkan, dan 82-88 % dalam 2 minggu setelah
melahirkan.Yang terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan salah satunya adalah
robekan jalan lahir.
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran
bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat. Penyebab dari
terjadinya rupture perineum adalah paritas, berat badan bayi, pimpinan persalinan
tidak sebagaimana mestinya, perineum yang kaku, ekstraksi cunam, ekstraksi fakum,
trauma alat dan episiotomy. Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan jalan lahir selalu
memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu sumber
dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet
atau laserasi), luka episiotomy, rupture uteri, robekan perineum spontan derajat 1
sampai derajat IV (spingter ani) terputus, robekan pada dinding vagina, fornix uteri,
serviks, daerah sekitarklitoris dan uretra Ibu bersalin yang mengalami robekan
perineum dapat meningkatkan risiko komplikasi yang dapat terjadi seperti perdarahan
hebat yang dapat menyebabkan ibu menjadi tidak berdaya, lemah, tekanan darah
turun, bahkan 2 anemia.Komplikasi lain yang mungkin dapat terjadi akibat ruptur
perineum adalah fistula, hematoma, dan infeksi.(oxorn, 2010)
1
Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara berkembang merupakan yang
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.(Depkes, 2012) Angka
ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya
bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik (Hilmy, 2010). Pada
tahun 2017 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57%
ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan
spontan) (Depkes RI, 2017) Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2015, Angka Kematian IBU (AKI) di Indonesia mencapai 305 kematian
per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu pada tahun 2017 berdasarkan
hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah pendarahan 81,81% (9 kasus),
eklampsia 9,09%(1 kasus) dan Emboli Air Ketuban 9,09% (1 kasus), penyebaran
kasus kematian ibu pada tahun 2017 terdapat di wilayah kerja Salah satu upaya
preventive yang bisa dilakukan adalah dengan pijat perineum (perineum massage)
yaitu pemijatan pada perineum pada masa minggu-minggu mendekati persalinan guna
meningkatkan aliran darah kedaerah ini dan meningkatkan elastisitas perineum
sehingga bisa meminimalkan terjadinya rupture perineum. Berdasarkan data diatas
dan fenomena yang terjadi, mengingat bahwa robekan perinium masih
menyumbangkan angka kematian pada ibu jika tidak langsung tertangani dengan
benar yang bisa memicu komplikasi seperti perdarahan sehingga dapat menyebabkan
kematian, hal ini membuat penulis tertarik untuk membahas tentang pijat perineum
pada ibu bersalin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pijat Perineum
2. Bagaimana cara melakukan Pijat Perineum
3. Apa Indikasi pemberian pijat perineum
4. Apa Kontra Indikasi pemberian pijat perineum
5. Apa manfaat pijat perineum
6. Apa efek samping pemberian pijat perineum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pijat perineum
2. Untuk mengetahui cara melakukan pijat perineum
3. Untuk mengetahui indikasi diberikannya pijat peeineum
4. Untuk mengetahui kontra indikasi pemberian pijat perineum
5. Untuk mengetahui manfaat pijat perineum
6. Untuk mengetahui efek samping pemberian pijat perineum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
NO REGISTER : 20-091123
TANGGAL/ JAM MASUK : 20 NOVEMBER 2020/ PUKUL 15.30 WIB
A. Data subyektif (Jumat/ 20 November 2020, pukul 15.30 WIB)
1. Identitas
Istri Suami
Nama :
Ny. Tn. W
Umur : S
30 th
Agama : 27 th
Islam
Suku bangsa : Islam
Jawa
Pendidikan Jawa
SMA
:
SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Swasta
Alamat rumah : Jl. Gajah Dalam Barat Rt 1/ 3 Jl. Gajah Dalam Barat Rt 1/ 3
Telepon / Hp : 085726272602 -
Golongan darah : B rhesus + -
2. Alasan berkunjung dan keluhan utama
Ibu datang sendiri ke BPM diantar suaminya untuk memeriksakan kandungannya. Ibu
mengatakan ingin bersalin secara normal dan tidak dijahit saat melahirkan. Ibu sudah
rutin melakukan senam hamil sejak usia kandungan 30 mg sesuai saran dokter
kandungan tempat Ny. S melakukan pemeriksaan USG.
3. Riwayat kebidanan yang lalu : G1P0A0
4. Riwayat kehamilan sekarang
a.HPHT: 25 Maret 2020
HPL : 01 Januari 2021
( 28 Desember 2020 Berdasarkan Hasil USG yang dibawa pasien)
b. Pemeriksaan sebelumnya
ANC 8 kali, di BPM dan praktek pribadi Dokter SpOG
TT (1) kali, Tanggal 10 Agustus 2020
Suplemen Asam Folat 1x1 selama 2 bulan
SF 1x1 selama 6 bulan, Ca Lactas 1x1 selama 6 bulan
Gerakan janin dirasakan aktif, pertama kali dirasakan UK 15 minggu
c.Tanda bahaya kehamilan yang pernah dialami
√ Tidak ada □ ada, ………………….
Tindakan: …………………………………………………………………………
d. Perilaku/kebiasaan yang membahayakan kehamilan :
□ Merokok pasif/aktif □ Minum jamu □ Minum-minuman keras
□ Kontak dengan binatang □ Narkoba □ Diurut dukun
5. Riwayat Kesehatan
a.Penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu :
□ Jantung, □ Hipertensi, □ Asma, □ TBC, □ Hepatitis, □ PMS, □ HIV / AIDS,
□ TORCH, □ Infeksi saluran kencing, □ Epilepsi, □ Malaria.
b. Penyakit keluarga yang menular :
□ HIV / AIDS, □ Hepatitis, □ TBC, □ PMS
c.Riwayat penyakit keturunan :
□ DM, □ Hipertensi, □ Jantung
d. Riwayat faktor keturunan :
□ Faktor keturunan kembar, □ Kelainan congenital, □ kelainan jiwa,
□ kelainan darah
e.Riwayat Alergi
□ Obat, jenis: ……………………………… □ Makanan, jenis: …………………
6. Riwayat menstruasi dan KB :
a.Siklus menstruasi : √ Teratur, □ tidak.....................hari
Lama haid : 7-8 hari
b. Kontrasepsi yang pernah dipakai : tidak pernah pakai KB
Rencana yang akan digunakan : belum terpikirkan
Rencana jumlah anak : 2 anak
7. Data biologis, psikologis, sosial, spiritual
a.Biologis
1) Keluhan bernafas : √ tidak ada, □ ada,……………………………………….
2) Nutrisi
Makan terakhir pukul 13.30 WIB, porsi sedang, jenis: nasi, sayur dan lauk
Minum terakhir pukul 15.00 WIB, jumlah 100 cc, jenis: air putih
Nafsu makan : √ baik, □ menurun
3) Istirahat
Tidur malam : 6-7 jam, tidak ada keluhan
Istirahat siang : 1jam, tidak ada keluhan
4) Kondisi saat ini
Bisa istirahat diluar kontraksi : √ ya, □ tidak, alasan ……………………….
Kondisi fisik : √ kuat, □ lemah, □ terasa mau pingsan
5) Eleminasi
BAB terakhir : pukul 10.00 WIB, konsistensi lembek
BAK terakhir : pukul 14.00 WIB, jumlah ± 150 cc
Keluhan saat BAB/BAK : tidak ada
b. Psikologis
Siap melahirkan : √ ya, □ tidak, alasan…………………………............
Perasaan ibu saat ini : √ bahagia dan cooperatif, □ kecewa, □ malu, □ takut,
□ sedih, □ cemas, □ menolak, □ putus asa
c.Sosial
Perkawinan 1 kali, status : √ sah, □ tidak sah
Lama perkawinan dengan suami sekarang : 1 tahun
Hubungan dengan suami dan keluarga : √ harmonis, □ kurang harmonis
Pengambilan keputusan : √ suami & istri, □ suami, □ istri, □keluarga besar,
□ lain-lain: ………………………………………………………………………
Persiapan persalinan yang sudah siap : √ perlengkapan ibu,
√ perlengkapan bayi, √ biaya, □ calon donor, nama……………………………...
√ pendamping, √ transportasi…………………………………………………….
d. Spiritual dan ritual yang perlu dibantu : (tidak ada)
8. Pengetahuan ibu dan pendamping yang dibutuhkan : √ Tanda dan gejala persalinan,
√ Teknik mengatasi rasa nyeri, □ Mobilisasi dan posisi persalinan,
□ Teknik meneran, □ Teknik Inisiasi Menyusui Dini ( IMD ),
□ Peran pendamping, □ Proses persalinan
C. Analisa
1. Ny. S, G1P0A0, 28 tahun, hamil 34 minggu 2 hari, janin tunggal hidup intra uterin,
letak kepala, dengan kehamilan normal
2. Masalah : tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan kondisi pasien saat ini bahwa sesuai hasil
pemeriksaan kondisi kehamilan ibu normal dan sehat.
Hasil: Ibu dan suami mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Memberikan respon terhadap keinginan yang telah diutarakan pasien mengenai
keinginan pasien untuk bersalin tanpa dijahit dengan cara memberikan konseling
tentang pijat perineum. Menjelaskan bahwa dengan kondisi ibu saat ini sebaiknya
sudah mulai dilakukan pijat perineum.
Hasil: Ibu dan suami mendengarkan konseling yang diberikan oleh Bidan.
3. Memberikan informed consent kepada ibu dan suami apakah bersedia untuk dilakukan
pijat perineum saat ini sekaligus memberikan contoh kepada suami agar bisa membantu
ibu melakukan pijat perineum di rumah.
Hasil: ibu dan suami menyetujui serta bersedia di pijat perineum
4. Memberikan pijat perineum kepada pasien sambil mengajarkan/ mencontohkan kepada
suami sesuai dengan SOP yang berlaku
Hasil: Ibu dan suami mengerti serta dapat menirukan pemijatan yang dicontohkan
5. Mengingatkan kembali kepada ibu dan suami agar melakukan pijat perineum setiap
hari sampai menjelang proses persalinan agar otot-otot perineum menjadi lebih elastis
dan meminimalisir terjadinya robekan jalah lahir saat proses persalinan
Hasil: Ibu dan suami mengerti serta berjanji akan melakukan pemijatan perineum setiap
hari sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan oleh Bidan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan kasus BAB III pijat perineum dilakukan pada usia kehamilan
trimester III yaitu 34 minggu, karena pemijatan di usia tersebut dapat mempersiapkan ibu
hamil dalam proses persalinan. Pada tinjauan kasus sejalan dengan (Hera Mutmainah,
dkk. 2019) bahwa Pemijatan perineum ini sebaiknya dimulai sekitar 4 sampai 6 minggu
sebelum waktunya melahirkan atau pada minggu ke-34. Sesuai dengan teori menurut
Aprilia Yesie (2010), Pijat perineum adalah teknik memijat perineum di saat hamil atau
beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan perubahan hormonal yang
melembutkan jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebih elastis dan lebih mudah
meregang.Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan perineum
maupun episiotomi. Teknik ini dapat dilakukan satu kali sehari selama beberapa minggu
terakhir kehamilan di daerah perineum area antara vagina dan anus.
Melakukan pemijatan perineum maka akan terjadi regangan dan kontraksi pada
daerah perineum sehingga aliran darah menjadi lancar dan perineum menjadi elastis.
Peregangan pada perineum saat persalinan bias mengakibatkan perubahaan yang positif
apabila perineum elastis, fleksibel dan lentur maka kejadian rupture perineum dapat
diminimalisir atau tidak terjadi rupture perineum sama sekali ( perineum utuh ) dan
perubahaan yang negatif apabila perineum tidak elastis,fleksibel dan lentur maka
regangan pada perineum akan mengakibatkan terjadi rupture perineum. Maka salah satu
cara yang dilakukan untuk menghindari terjadinya rupture perineum dengan melakukan
pemijatan perineum.
Hal ini membuktikan manfaat pemijatan perineum, pijat ini akan membantu
melunakkan jaringan perineum sehingga jaringan tersebut akan membuka tanpa resistensi
saat persalinan, untuk mempermudah lewatnya bayi.Pemijatan perineum ini
memungkinkan untuk melahirkan bayi dengan perineum tetap utuh. (Mongan, 2010).
Penatalaksanaan pijat perineum pada tinjauan kasus dilakukan sesuai SOP dan teori
jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Pijat perineum jika dilatih pada tahap akhir kehamilan sekitar empat sampai enam
minggu sebelum persalinan, juga akan membantu mengenali dan membiasakan diri
dengan jaringan yang dilalui oleh bayi. Satu cara paling kuno dan paling pasti untuk
meningkatkan kesehatan,aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot panggul.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran
darah, dan relaksasi otot-otot dasar panggul, juga meningkatkan elastisitas perineum
sehingga dapat mengurangi resiko robekan jalan lahir. Selain itu pijat perineum
yang dilakukan sebelum persalinan dapat memberikan kenyamanan kepada ibu
ketika menghadapi pemeriksaan dalam (vaginal toucher) saat persalinan. Sebaiknya
pijat perineum ini mulai dilakukan pada 4 sampai 6 minggu sebelum waktunya
melahirkan atau pada minggu ke-34 terutama dilakukan pada ibu hamil
primigravida. Selain dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan), pijat perineum juga
bisa dilakukan dengan tangan sendiri maupun suami.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas penatalaksanaan pada Kasus Ny. S di
BPM Ny. A Semarang dalam dalam memberikan asuhan kebidanan teknik pijat
perineum sudah tepat sesuai prosedur dan sesuai standar SOP yang ada.
B. Saran
1. Dalam mengurangi resiko robekan jalan lahir pada ibu bersalin, bidan perlu
memberikan edukasi lebih pada ibu hamil tentang pijat perineum
2. Bidan perlu memberikan pendidikan praktek pijat perineum melalui kegiatan
kelas Ibu hamil maupun saat konseling pemeriksaan kehamilan
3. Bidan perlu memberikan dukungan kepada ibu dan suami agar bisa saling
bekerja sama untuk melakukan pijat perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia Yesie, 2010. Hipnostetri. Rileks Nyaman Dan Aman Saat Hamil Dan Melahirkan.
Jakarta. Gagas Media
B. ISI
1. Periksa dengan dokter atau bidan sebelum memulai agar aman.
Pijat perineumbisa berbahaya jika dilakukan terlalu kuat, tidak
cukup pelumas atau menggunakan cara yang salah
PROSEDUR
PELAKSANAAN
3. Cucilah tangan ibu terlebih dahulu dan pastikan kuku ibu tidak
panjang. Pijatan ini dapat dilakukan sendiri maupun oleh suami.
5. Oleskan lubricant atau massage oil atau olium cossar pada jari
tangan dan daerah perineum
6. Masukkan jari tangan ke dalam vagina (kurang lebih 3 – 4 cm)
8. Tahan ibu jari dalm posisi seperti diatas selama 2 menit sampai
daerah tersebut menjadi tidak terlalu berasa dan ibu tidak terlalu
merasa perih lagi
10. Ketika ibu sedang memijat, tarik perlahan bagian terbawah dari
vagina dengan ibu jari tetap berada di dalam dan secara
perlahan lakukan pemijatan kea rah luar seperti proses ketika
kepala bayi akan melewati dinding vagina saat persalinan nanti.
Hal ini akan membantu meregangkan kulit perineum
13. Kemudian ibu diminta untuk mencuci tangan dan mandi untuk
membersihkan pelumas
C. TEKNIK
1. Teruji melaksanakan secara sistematis dan berurutan
2. Teruji sopan dengan penguji
3. Teruji melaksanakan tindkan dengan percaya diri dantidak ragu –
ragu
4. Teruji mendokumentasikan hasil