Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KOMPRES HANGAT PERINIUM KALA II

OLEH KELOMPOK 6 KELAS C:

MEFA YUSTANTI NIM.

ANY TRIASIH NIM.

RINA MAYASARI NIM.

SRI ENDAH S. NIM.

SRI ASTUTI NIM.

RIMA ANGGRAENI NIM.

LISANAWATI NIM.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Persalinan merupakan hal fisiologis yang dialami setiap wanita, dan

setiap wanita ingin menjalani proses persalinan dengan normal. Proses

persalinan normal diawali dengan terjadinya kontraksi uterus yang teratur,

diikuti dengan pembukaan serviks, dan sampai dikeluarkannya hasil konsepsi

meliputi janin, palsenta, ketuban dan cairan ketuban dari uterus melalui

vagina, dengan usaha dan kekuatan ibu sendiri. Persalinan adalah sebuah hal

yang fisiologis, akan tetapi pada proses persalinan juga bisa timbul penyulit.

Penyulit pada proses persalinan ada berbagai macam, salah satunya pada jalan

lahir yaitu pada jalan lahir yaitu robekan perineum. Robekan perineum bisa

terjadi secara spontan (ruptur) atau disengaja (episiotomi).

Kala II dimulai dengan pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan

lahirnya bayi. Pemikiran lama menyatakan bahwa kala II harus berakhir

dalam 2 jam setelah serviks pembukaan lengkap untuk primipara, sementara

15 menit untuk multipara. Kontraksi terus berlanjut dengan frekuensi setiap 2

menit. Penurunan presentasi janin sampai mencapai dasar perinium. Dengan

menurunya bagian janin, ibu biasanya terdesak untuk mengejan karena adanya

tekanan kepala bayi pada sakrom dan obturator. Dengan ibu mengejan

tekanan intra abdomen di hasilkan dari kontraksi otot abdomen itu. Dengan
kontraksi terus menerus dan ussaha ibu mendorong, kepala bayi menurun

dengan cepat.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. Pemberian kompres panas secara lokal dibagian tubuh berguna

untuk mengobati bagian tubuh yang mengalami cidera. Pemberian terapi

panas atau hangat yang mengenai tubuh dapat menimbulkan respon sistemik

dan lokal.

B. Rumusan Masalah

Penyusunan laporan pendahuluan tentang “Kompres Hangat Perinium

Kala II”

C. Tujuan

Untuk mengetahui apakah Kompres Hangat Perinium Kala II itu dan

bagaimana penerapannya kepada ibu bersalin.

D. Manfaat

Sebagai tambahan ilmu bagi penulis maupun pembaca tentang Kompres

Hangat Perinium Kala II dan penerapannya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kompres Hangat

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. Pemberian kompres panas secara lokal dibagian tubuh berguna

untuk mengobati bagian tubuh yang mengalami cidera. Pemberian terapi panas

atau hangat yang mengenai tubuh dapat menimbulkan respon sistemik dan lokal .

Respon sistemik terjadi melalui mekanisme penghilang panas (berkeringat dan

vasodilatasi) atau mekanisme peningkat konservasi panas (vasokontriksi dan

piloereksi) dan produksi panas (menggigil). Respon lokal terhadap panas terjadi

melalui stimulasi ujung saraf yang berada didalam kulit, yang sensitif terhadap

suhu. Stimulasi akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus yang akan

menimbulkan kesadaran terhadap suhu lokal dan memicu timbulnya respon

adaptif untuk mempertahankan suhu normal. Tubuh dapat mentoleransi suhu

dalam rentang yang luas. Suhu normal permukaan tubuh adalah 34°C.

B. Manfaat Pemberian Kompres Hangat

Stimulasi kompres panas atau hangat dapat menimbulkan respon

fisiologis yang berbeda. Pada umumnya kompres panas atau hangat berguna
untuk pengobatan, meningkatkan aliran darah ke bagian yang cedera. Manfaat

diberikannya kompres hangat adalah sebagai berikut:

1. Respon fisiologi pada vasodilatasi memberikan keuntungan yaitu untuk

meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang mengalami cidera,

meningkatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa, mengurangi

kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami cedera.

2. Pada viskositas darah menurun, sehingga meningkatkan pengiriman leukosit

dan antibiotik ke daerah luka

3. Ketegangan otot menurun, menyebabkan meningkatnya relaksasi otot dan

mengurangi nyeri akibat spasme atau kekauan

4. Metabolisme jaringan meningkat, menyebabkan meningktnya aliran darah

dan memberikan rasa hangat lokal

5. Permeabilitas kapiler meningkat yang menyebabkan meningkatnya

pergerakan zat sisa dan nutrisi.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Toleransi Pemberian Kompres Hangat

Respon tubuh terhadap pemberian kompres panas atau hangat berbeda-beda

bergantung pada beberapa faktor berikut ini:

1. Durasi terapi, individu lebih mampu mentoleransi suhu ekstrem dalam waktu

yang singkat

2. Bagian tubuh, area kulit tertentu lebih sensitif terhadap variasi suhu. Area

kulit yang sensitif antara lain leher, pergelangan tangan dan lengan bagian
bawah dan dalam, dan daerah perineum. Kaki dan telapak tangan adalah

bagian yang kurang sensitif.

3. Suhu kulit sebelumnya. Tubuh dapat berespon dengan baik terhadap

penyesuaian suhu yang rendah. Jika bagian tubuh bersuhu dingin dan kulit

terkena stimulus panas maka respon yang muncul lebih besar daripada jika

kulit sebelumnya dalam kondisi hanga

4. Usia dan kondisi fisik. Toleransi terhadap suhu yang bervariasi akan berubah

sesuai usia. Anak kecil dan lansia adalah klien yang paing sensitif terhadap

panas dan dingin.

D. Pengkajian Toleransi Suhu

Sebelum memberikan terapi kompres hangat perlu pengkajian adanya tanda

potensial intoleransi terhadap panas pada kondisi fisik klien. Pertama-tama

perawat mengobservasi area yang akan diobati. Perubahan integritas kulit seperti

abrasi, luka terbuka, edema, memar, perdarahan, atau area inflamasi lokal, akan

meningkatkan cedera pada klien. Pengkajian dasar akan memberikan pedoman

untuk mengevaluasi perubahan kulit yang mungkin terjadi. Pengkajian meliputi

identifikasi kondisi yang menjadi kontraindiksi terapi kompres hangat. Area

perdarahan yang aktif tidak boleh diberikan terapi karena perdarahan dapat

berlanjut. Terapi hangat menjadi kontraindikasi jika klien mengalami inflamasi

lokal yang akut seperti apendisitis karena terapi hangat akan menyebabkan

apendiks menjadi ruptur. Jika klien mempunyai masalah kardiovaskuler, maka

tidak disarankan untuk menggunakan terapi hangat pada sebagian besar bagian
tubuh karena hal ini akan mengakibatkan vasodilatasi masif yang dapat

mengganggu suplai darah ke berbagai organ vital.

E. Pemberian Terapi Kompres Hangat

Sebelum pemberian terapi kompres hangat, klien harus memahami tujuan

terapi, gejala dan pencegahan untuk mencegah terjadinya cedera. Terapi kompres

hangat atau panas dapat diberikan dalam bentuk kering ataupun lembab. Kompres

hangat dapat menguap dengan cepat. Untuk mempertahankan suhu yang konstan,

perawat harus sering mengganti kompres. Lapisan pembungkus plastik atau

handuk dapat digunakan untuk mengisolasi kompres dan menahan panas. Berikut

adalah petunjuk pemberian kompres hangat yang aman :

1. Menjelaskan kepada klien sensasi yang akan dirasakan selama prosedur

berlangsung

2. Menginstruksikan klien untuk segera melapor jika ada perubahan sensasi atau

rasa tidak nyaman

3. Menyediakan jam sehingga dapat membantu petugas menghitung waktu

pelaksanaan terapi. Waktu pelaksanaan terapi sekitar 20-30 menit dan

menggantinya seti iap 5 menit. Dan kemudian dapat mengompres kembali

setelah 15 menit, jika diinginkan, untuk mempertahankan vasodilatasi dan

efek terapeutik yang positif.

4. Melihat kebijakan institusi dan manual prosedur untuk batas suhu yang aman

(dapat digunakan dalam larutan kira-kira 40,5°C sampai 43°C)


5. Jangan mengizinkan klien untuk memindahkan alat atau meletakkan

tangannya pada tempat pemberian terapi

6. Jangan meninggalkan klien yang tidak mampu merasakan perubahan suhu

atau yang tidak mampu berpindah dari sumber suhu

F. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan

Rangsangan persalinan kala II ditransmisikan dari serabut saraf aferen

melalui pleksus hipogastrik superior, inferior dan tengah ke medula spinalis.

Melalui rantai simpatik torakal bawah dan lumbal, keganglia akar saraf posterior

pada thorakal 10 sampai lumbal 1. Nyeri dapat disebar dari area pelvis ke

umbilikus, paha atas, area midsakral. Rasa nyeri pada kala II disebabkan oleh

munculnya kontraksi otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka,

iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)

akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf

spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbal

atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari

perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berkontraksi

dibawah abdomen menyebar kedaerah lumbal punggung dan menurun ke paha.

Biasanya nyeri dirasakan padaa saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.

Sesudah diberikan kompres hangat, nyeri persalinan mengalami penurunan karena

pemberian kompres hangat pada kulit punggung dapat meningkatkan suhu local

pada kulit sehingga meningkatkan sirkulasi pada jaringan untuk proses

metabolisme tubuh dan hal tersebut dapat mengurangi spasme otot dan
mengurangi nyeri serta memberikan kenyamanan dan ketenangan pada ibu

bersalin kala I fase aktif dan kala II. Kompres hangat yang telah diberikan

menyebabkan transmisi nyeri tertutup sehingga cortex cerebri tidak dapat

menerima sinyal karena nyeri sudah diblok oleh stimulasi hangat sehingga nyeri

berubah dengan stimulasi hangat yang mencapai otak lebih dulu. Kompres hangat

selama proses persalinan merupakan salah satu teknik mengurangi rasa nyeri non-

farmakologi yang dapat memberikan manfaat seperti memberikan ketenangan

pada ibu bersalin ditengah kondisi yang tidak nyaman dan terasa nyeri, sehingga

ibu memerlukan penanganan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dirasakan

ibu dalam proses persalinan.


BAB III
TINJAUAN ASKEB

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN


PADA NY “A” UMUR 25 TH INTRAPARTUM 39 MINGGU
DENGAN KEBUTUHAN KOMPRES HANGAT KALA II
DI PUSKESMAS BANDAR I

I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada:
Hari / tanggal : Selasa,23 September 2021
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Bandar I
Data Subyektif
1. Biodata
1. Biodata pasien
Nama : Ny. A            
Umur : 25 tahun                                  
Agama : Islam                                       
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia              
Pendidikan : SD                                 
Pekerjaan : IRT                                    
Alamat : Desa Bandar 2/2
No Telpon :-
2. Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. A                      
Umur : 28 tahun                             
Agama : Islam                                          
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia                           
Pendidikan : SMP                                
Pekerjaan : Swasta                                     
Alamat : Desa Bandar I 2/2
No Telpon :-

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan kesakitan pada bagian vagina dan periniumnya, cemas akan
mengalami robekan jalan lahir bila persalinan normal
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu:
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
hepatitis) dan ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti asma, diabetes dan hipertensi.
- Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderia penyakit menular (TBC,
hepatitis) dan menurun (asma, diabetes, dan hipertensi), tidak ada
riwayat kembar dan kecacatan.
- Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak
ada yang menderia penyakit menular (TBC, hepatitis) dan menurun
(asma, diabetes, dan hipertensi), tidak ada riwayat kembar dan
kecacatan.
4. Riwayat perkawinan
- Menikah pada usia 19 tahun
- Lama menikah 6 tahun
- Menikah 1 kali
5. Riwayat obstetri
1. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 11 tahun
 Siklus/lama : 28 hari/ 7 hari
 Perdarahan : sedang
 Dysmenorrhea : tidak dismenorea
 Flour / albus : tidak ada
2. Riwayat Kehamilan
Hamil ini
HPHT : 23 Desember 2020
HPL : 30 September 2021
3. Riwayat Keluarga Berencana
Belum Pernah KB
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 4x sehari (nasi, lauk pauk, sayur) dengan sedang
dan minum 7-8 gelas perhari (air putih,susu), makanan selingan biskuit
dan buah, makanan pantangan tidak ada.
2. Pola eliminasi
ibu mengatakan BAK 3 – 4 x sehari, konsistensi cair, warna kekuningan
dan tidak ada keluhan, serta BAB belum pernah
3. Pola aktivitas
ibu mengatakan di rumah tetap melakukan aktivitas pekerjaan rumah
tangga dengan dibantu suami, ibu telah mengurangi aktivitas berat
4. Pola istirahat
ibu mengatakan istirahat tidur siang selama ± 1 jam sehari dan istirahat
malam ±8 jam sehari
5. Personal Hygiene
ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian 2x
sehari, ganti pembalut setelah BAK
2. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : baik
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Status Present

Kepala : Mesochepal
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, hitam lurus
Mata : bersih, simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : bersih, simetris, tidak ada sekret abnormal, tidak ada
polip
Mulut : bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak
karies, tidak epulsi
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen abnormal,
pendengaran baik
Muka : bersih, tidak pucat, tidak oedem
Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe
dan vena jugularis
Dada : bersih, simetris, pernafasan teratur, tidak ada
retraksi dinding dada
Mammae : bersih, simetris, ada pembesaran, tidak ada benjolan,
putting susu menonjol, teraba keras
Perut : Bersih dan tidak ada bekas operasi
Genetalia : Tidak ada oedema, tidak varises,
Ekstremitas Atas : Bersih, simetris, tidak ada oedema, pergerakan sendi
tidak kaku
Ekstremitas bawah : Bersih simetris, tidak ada varises, kaki oedema,
pergerakan sendi tidak kaku
Kulit : bersih, turgor baik
Tulang belakang : Posisi tulang punggung normal, ada pegel-pegel
pada pinggang
Anus : Tidak ada haemoroid

3. Status Obstetri
1. Inspeksi

Muka : Bersih, tidak anemis dan tidak oedema


Mammae : bersih, simetris dan puting menonjol, teraba keras
ASI belum keluar
Perut : Ada linea nigra dan tidak ada setriae gravidarum
Genetalia : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene,

Perinium : Tebal, tidak elastis

2. Palpasi
Tinggi Fundus Uteri 34 cm
Leopold 1 teraba bulat lunak
Leopold 2 teraba punggung di sebelah kiri ibu
Leopold 3 teraba bulat keras melenting
Leopold 4 teraba kepala bayi divergen

3. Auskultasi
Djj 140x/mnt
4. Pemeriksaan Dalam
Vagina teraba normal tidak terasa varises, pembukaan mulut rahim 10
cm, penipisan sudah maksimal (tidak teraba),teraba selaput ketuban utuh,
teraba ubun ubun kecil di jam 10.
5. Pemeriksaan penunjang :
Golongan darah O, Hb: 11, 6 gr%, Rapid test (-)

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa: Ny. A G1P0A0 usia 25 tahun umur kehamilan 39 minggu janin
tunggal letak kepala punggung kiri divergen hidup intrauterine, Intrapartum
kala II dengan kebutuhan kompres hangat perinium.

III. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA POTENSIAL


Ibu dengan kesakitan dan kecemasan akan robekan jalan lahir

IV. ANTISIPASI KEBUTUHAN SEGERA


Berikan ibu kompres hangat perinium

V. INTERVENSI
1. Beri ibu perlakuan kompres hangat perinium
2. Sambil dikompres beritahu ibu hasil pemeriksaaan
3. Beri penkes ibu tentang kompres hangat perinium, dan kolaborasi dengan
dokter tentang perlakuan kompres hangat perinium kala II ke ibu
.

VI. IMPLEMENTASI
1. Memberikan ibu kompres hangat perinium
2. Memberitahu hasil pemeriksaan yang didapata sambil memberikan kompres
hangat di perinium ibu.
3. Dokter mengetahui dilakukan kompres hangat perinium pada ibu dan
menyarankan memantau progress persalinan saat memberikan kompres.
VII. EVALUASI
1. Ibu telah diberikan kompres hangat perinium di kala II persalinan
2. Ibu telah mengerti bahwa,kondisinya dalam keadaan normal.
3. Ibu telah menegerti kenapa harus dilakukan kompres hangat perinium dan
merasakan nyaman setelah dilakukan kompres.

BAB IV

PEMBAHASAN

Studi kasus Asuhan Kebidanan pada Ny.A dilakukan berdasarkan


pengkajian data dan dari hasil wawancara penulis terhadap Ny.S 20 tahun, G1P0A0
usia kehamilan 39 minggu, yaitu pada tanggal 03 Agustus 2021 di Puskesmas
Tanggungharjo dengan hasil pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
baik dan normal baik pada kunjungan I,II, dan III. Dilakukan juga pemeriksaan fisik
dengan hasil : Pada bagian wajah tidak terdapat oedema, konjungtiva merah muda
dan sklera berwarna putih, terdapat pengeluaran ASI, TFU 34 cm. Setelah dilakukan
anamnesa didapatkan data bahwa ibu mengalami kesakitan pada bagian vagina dan
periniumnya, persalinan yang merupakan kehamilan pertamanya, dikarenakan ibu
merasa takut jika terjadi robekan pada jalan lahir (perineum) ibu. Ibu mulai
merasakan kekhawatirannya setelah mendengar cerita pengalaman tetangganya yang
mengatakan bahwa pada persalinan anak pertama berkemungkinan mengalami
robekan pada perineum..
Penulis mulai menjelaskan kepada ibu mengenai kecemasan yang sedang ibu
alami pada umumnya sering dirasakan oleh ibu hamil menjelang proses persalinan
terutama pada ibu primigravida, perlunya memberikan konseling dan motivasi untuk
meyakinkan ibu bahwa proses persalinan merupakan moment yang sangat dinantikan
karena pada proses itu sang ibu akan segera berjumpa dengan sang buah
hati.Peregangan pada perineum saat persalinan bisa mengakibatkan rasa nyeri dan
sakit, bila dilakukan kompres hangat saat kala II maka ibu akan lebih rileks sehingga
perinium juga dapat lebih fleksible dan lentur maka kejadian ruptur perineum dapat
diminimalisir atau tidak terjadi ruptur perineum sama sekali (perineum utuh) dan
perubahan yang negatif apabila perineum tidak elastis, fleksible dan lentur maka
regangan pada perineum akan mengakibatkan terjadi ruptur perineum.
BAB V
PENUTUP

Stimulasi kompres panas atau hangat dapat menimbulkan respon fisiologis


yang berbeda. Pada umumnya kompres panas atau hangat berguna untuk pengobatan,
meningkatkan aliran darah ke bagian yang cedera atau sakit.
Kompres hangat selama proses persalinan merupakan salah satu teknik
mengurangi rasa nyeri non-farmakologi yang dapat memberikan manfaat seperti
memberikan ketenangan pada ibu bersalin ditengah kondisi yang tidak nyaman dan
terasa nyeri, sehingga ibu memerlukan penanganan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman yang dirasakan ibu dalam proses persalinan
Untuk itu diharapkan bagi tempat pelayanan kesehatan rumah sakit,
sebaiknya meningkatkan pengelolaan pelayanan kesehatan, dalam hal ini
meningkatkan manajemen pelayanan melalui pendayagunaan tenaga kesehatan
profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak,
antara lain dokter spesialis kandungan dan anak sehingga program pDisarankan
kepada bidan untuk selalu menggalakkan program kelas ibu, sehinggadapat
memberikan asuhan pelayanan antenatal care (ANC) secara menyeluruh, dan ibu
hamil dengan komplikasi dapat di deteksi secara dini dan sudah dipersiapkan pada
proses persalinan. Para bidan juga diharapkan untuk terus menjaring ibu hamil agar
tetap melakukan ANC secara teratur serta melakukan kunjungan rumah untuk
mengevaluasi praktik yang sudah diajarkan.

Lampiran 1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KOMPRES HANGAT
PERINEUM KALA II PERSALINAN
Tindakan kompres hangat pada perineum dilakukan pada kala dua persalinan
PENGERTIAN

TUJUAN Untuk mengurangi nyeri dan melemaskan otot-otot perineum


1. Menurunkan trauma perineum derajat dua hingga derajat empat
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Mengurangi kejadian inkontensia urin
MANFAAT 4. Mengurangi kebutuhan untuk episiotomy
5. Melindungi integritas perineum
6. Menurunkan suhu tubuh

1. Ibu yang memiliki perineum tebal dan tegang


INDIKASI 2. Ibu yang mengalami nyeri hebat saat proses persalinan
3. Ibu yang mengalami persalinan tidak maju
4. Dilakukan pada persalinan normal
1. Ibu yang mengalami hematom
KONTRAINDIK 2. Ibu yang dengan persalinan SC
ASI 3. Ibu yang mengalami KPD
4. Ibu yang mengalami robekan perineum
1. Posisi pasien litotomi
2. Pasien sebagai subjek
PERSIAPAN 3. Terapis sebagai fasilitator
PASIEN 4. Bersedia dengan sukarela
5. Memiliki kemampuan untuk focus
6. Memahami komunikasi verbal

PERSIAPAN 1. Memakai APD Lengkap


TERAPIS 2. Percaya diri
1. Pad/ kain kompres
2. Wadah bahan logm steril
PERSIAPAN 3. Air DTT dengan suhu 45-59⸰C
ALAT 4. Sarung tangan steril
5. Washlap
6. Thermometer air
7. APD

KEBIJAKAN Ibu inpartu kala dua dengan perineum kaku


PETUGAS Bidan
PROSEDUR A. SIKAP
PELAKSANAA N 1. Menyambut dan memberi salam kepada pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
4. Meminta persetujuan dari tindakan yang akan dilakukan
B. ISI
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2. Menyiapkan alat yang akan dibutuhkan
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4. Memakai sarung tangan steril
5. Pad/ alat kompres direndam dalam wadah steril
berbahan logam yang diisi air DTT (suhu 45-59⸰C)
6. Kompres perineum saat kontraksi selama + 15 menit,
dilakukan sebelum kepala bayi crowning.
7. Pad kembali direndam untuk mengembalikan
kehangatan
8. Air DTT dalam wadah diganti setiap 15 menit DTT (suhu 45-59⸰
C)
9. Membereskan alat dan cuci tangan
10. Evaluasi

C. TEKNIK
1. Melakukan secara sistematis
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
3. Memastikan komunikasi selama tindakan
4. Tenang dan percaya diri
5. Menggunakan alat dengan efektif dan efisien

1. Dian P, Uswatun K. 2012. Pengaruh Pemberian


Kompres Hangat Terhadap Rasa Nyaman Dan Proses
Kala I Fase Aktif. Prodi D-III Kebidanan FIK UNIPDU

2. Andriene R. 2016. Analis Efektifitas Kompres Hangat


Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan . Temu Ilmiah
REFERENSI Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat. Stikes
Aisyiah Bandung D-III Kebidanan

3. Oktaviana E. 2017. Penerapan Kompres Hangat dan


Dingin untuk Mengurangi Nyeri Inpartu Kala I dan II di
Puskesmas Sempor. Prodi D-III Kebidanan STIKes
Muhammadiyah Gombong

CHECKLIST KOMPRES HANGAT PERINIUM KALA II


NO PUNGGUNG
NO PROSEDUR TINDAKAN
A. SIKAP
1 Menyambut dan memberi salam kepada pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
4 Meminta persetujuan dari tindakan yang akan
dilakukan
Jumlah Score/4x10%
B. ISI
1 Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
2 Menyiapkan alat yang akan dibutuhkan
3 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4 Memakai sarung tangan steril
5 Pad direndam dalam wadah steril berbahan logam
yang diisi air DTT (suhu 45-59ºC)
6 Kompres perineum saat ada kontraksi selama ± 15
menit dilakukan sebelum kepala bayi crowning.
7 Pad kembali direndam untuk mengembalikan
kehangatan
8 Air DTT dalam wadah diganti setiap 15 menit DTT
(suhu 45-59ºC)
9 Membersihkan alat dan cuci tangan
10 Evaluasi
Jumlah Score/10x80%
C. TEKNIK
1 Melakukan secara sistematis
2 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
3 Melakukan komunikasi selama tindakan
4 Tenang dan percaya diri
5 Menggunakan alat dengan efektif dan efisien
Jumlah Score/5x10%
Nilai Akhir
Nama Penguji
TTD

Anda mungkin juga menyukai