LISANAWATI NIM.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meliputi janin, palsenta, ketuban dan cairan ketuban dari uterus melalui
vagina, dengan usaha dan kekuatan ibu sendiri. Persalinan adalah sebuah hal
yang fisiologis, akan tetapi pada proses persalinan juga bisa timbul penyulit.
Penyulit pada proses persalinan ada berbagai macam, salah satunya pada jalan
lahir yaitu pada jalan lahir yaitu robekan perineum. Robekan perineum bisa
menurunya bagian janin, ibu biasanya terdesak untuk mengejan karena adanya
tekanan kepala bayi pada sakrom dan obturator. Dengan ibu mengejan
tekanan intra abdomen di hasilkan dari kontraksi otot abdomen itu. Dengan
kontraksi terus menerus dan ussaha ibu mendorong, kepala bayi menurun
dengan cepat.
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
panas atau hangat yang mengenai tubuh dapat menimbulkan respon sistemik
dan lokal.
B. Rumusan Masalah
Kala II”
C. Tujuan
D. Manfaat
TINJAUAN TEORI
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
untuk mengobati bagian tubuh yang mengalami cidera. Pemberian terapi panas
atau hangat yang mengenai tubuh dapat menimbulkan respon sistemik dan lokal .
piloereksi) dan produksi panas (menggigil). Respon lokal terhadap panas terjadi
melalui stimulasi ujung saraf yang berada didalam kulit, yang sensitif terhadap
suhu. Stimulasi akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus yang akan
dalam rentang yang luas. Suhu normal permukaan tubuh adalah 34°C.
fisiologis yang berbeda. Pada umumnya kompres panas atau hangat berguna
untuk pengobatan, meningkatkan aliran darah ke bagian yang cedera. Manfaat
1. Durasi terapi, individu lebih mampu mentoleransi suhu ekstrem dalam waktu
yang singkat
2. Bagian tubuh, area kulit tertentu lebih sensitif terhadap variasi suhu. Area
kulit yang sensitif antara lain leher, pergelangan tangan dan lengan bagian
bawah dan dalam, dan daerah perineum. Kaki dan telapak tangan adalah
penyesuaian suhu yang rendah. Jika bagian tubuh bersuhu dingin dan kulit
terkena stimulus panas maka respon yang muncul lebih besar daripada jika
4. Usia dan kondisi fisik. Toleransi terhadap suhu yang bervariasi akan berubah
sesuai usia. Anak kecil dan lansia adalah klien yang paing sensitif terhadap
perawat mengobservasi area yang akan diobati. Perubahan integritas kulit seperti
abrasi, luka terbuka, edema, memar, perdarahan, atau area inflamasi lokal, akan
perdarahan yang aktif tidak boleh diberikan terapi karena perdarahan dapat
lokal yang akut seperti apendisitis karena terapi hangat akan menyebabkan
tidak disarankan untuk menggunakan terapi hangat pada sebagian besar bagian
tubuh karena hal ini akan mengakibatkan vasodilatasi masif yang dapat
terapi, gejala dan pencegahan untuk mencegah terjadinya cedera. Terapi kompres
hangat atau panas dapat diberikan dalam bentuk kering ataupun lembab. Kompres
hangat dapat menguap dengan cepat. Untuk mempertahankan suhu yang konstan,
handuk dapat digunakan untuk mengisolasi kompres dan menahan panas. Berikut
berlangsung
2. Menginstruksikan klien untuk segera melapor jika ada perubahan sensasi atau
4. Melihat kebijakan institusi dan manual prosedur untuk batas suhu yang aman
Melalui rantai simpatik torakal bawah dan lumbal, keganglia akar saraf posterior
pada thorakal 10 sampai lumbal 1. Nyeri dapat disebar dari area pelvis ke
umbilikus, paha atas, area midsakral. Rasa nyeri pada kala II disebabkan oleh
iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)
akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf
spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbal
atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari
perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berkontraksi
Biasanya nyeri dirasakan padaa saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.
pemberian kompres hangat pada kulit punggung dapat meningkatkan suhu local
metabolisme tubuh dan hal tersebut dapat mengurangi spasme otot dan
mengurangi nyeri serta memberikan kenyamanan dan ketenangan pada ibu
bersalin kala I fase aktif dan kala II. Kompres hangat yang telah diberikan
menerima sinyal karena nyeri sudah diblok oleh stimulasi hangat sehingga nyeri
berubah dengan stimulasi hangat yang mencapai otak lebih dulu. Kompres hangat
selama proses persalinan merupakan salah satu teknik mengurangi rasa nyeri non-
pada ibu bersalin ditengah kondisi yang tidak nyaman dan terasa nyeri, sehingga
ibu memerlukan penanganan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dirasakan
I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada:
Hari / tanggal : Selasa,23 September 2021
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Bandar I
Data Subyektif
1. Biodata
1. Biodata pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Bandar 2/2
No Telpon :-
2. Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Bandar I 2/2
No Telpon :-
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan kesakitan pada bagian vagina dan periniumnya, cemas akan
mengalami robekan jalan lahir bila persalinan normal
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu:
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
hepatitis) dan ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti asma, diabetes dan hipertensi.
- Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderia penyakit menular (TBC,
hepatitis) dan menurun (asma, diabetes, dan hipertensi), tidak ada
riwayat kembar dan kecacatan.
- Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak
ada yang menderia penyakit menular (TBC, hepatitis) dan menurun
(asma, diabetes, dan hipertensi), tidak ada riwayat kembar dan
kecacatan.
4. Riwayat perkawinan
- Menikah pada usia 19 tahun
- Lama menikah 6 tahun
- Menikah 1 kali
5. Riwayat obstetri
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
Siklus/lama : 28 hari/ 7 hari
Perdarahan : sedang
Dysmenorrhea : tidak dismenorea
Flour / albus : tidak ada
2. Riwayat Kehamilan
Hamil ini
HPHT : 23 Desember 2020
HPL : 30 September 2021
3. Riwayat Keluarga Berencana
Belum Pernah KB
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 4x sehari (nasi, lauk pauk, sayur) dengan sedang
dan minum 7-8 gelas perhari (air putih,susu), makanan selingan biskuit
dan buah, makanan pantangan tidak ada.
2. Pola eliminasi
ibu mengatakan BAK 3 – 4 x sehari, konsistensi cair, warna kekuningan
dan tidak ada keluhan, serta BAB belum pernah
3. Pola aktivitas
ibu mengatakan di rumah tetap melakukan aktivitas pekerjaan rumah
tangga dengan dibantu suami, ibu telah mengurangi aktivitas berat
4. Pola istirahat
ibu mengatakan istirahat tidur siang selama ± 1 jam sehari dan istirahat
malam ±8 jam sehari
5. Personal Hygiene
ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian 2x
sehari, ganti pembalut setelah BAK
2. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : baik
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Status Present
Kepala : Mesochepal
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, hitam lurus
Mata : bersih, simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : bersih, simetris, tidak ada sekret abnormal, tidak ada
polip
Mulut : bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak
karies, tidak epulsi
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen abnormal,
pendengaran baik
Muka : bersih, tidak pucat, tidak oedem
Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe
dan vena jugularis
Dada : bersih, simetris, pernafasan teratur, tidak ada
retraksi dinding dada
Mammae : bersih, simetris, ada pembesaran, tidak ada benjolan,
putting susu menonjol, teraba keras
Perut : Bersih dan tidak ada bekas operasi
Genetalia : Tidak ada oedema, tidak varises,
Ekstremitas Atas : Bersih, simetris, tidak ada oedema, pergerakan sendi
tidak kaku
Ekstremitas bawah : Bersih simetris, tidak ada varises, kaki oedema,
pergerakan sendi tidak kaku
Kulit : bersih, turgor baik
Tulang belakang : Posisi tulang punggung normal, ada pegel-pegel
pada pinggang
Anus : Tidak ada haemoroid
3. Status Obstetri
1. Inspeksi
2. Palpasi
Tinggi Fundus Uteri 34 cm
Leopold 1 teraba bulat lunak
Leopold 2 teraba punggung di sebelah kiri ibu
Leopold 3 teraba bulat keras melenting
Leopold 4 teraba kepala bayi divergen
3. Auskultasi
Djj 140x/mnt
4. Pemeriksaan Dalam
Vagina teraba normal tidak terasa varises, pembukaan mulut rahim 10
cm, penipisan sudah maksimal (tidak teraba),teraba selaput ketuban utuh,
teraba ubun ubun kecil di jam 10.
5. Pemeriksaan penunjang :
Golongan darah O, Hb: 11, 6 gr%, Rapid test (-)
V. INTERVENSI
1. Beri ibu perlakuan kompres hangat perinium
2. Sambil dikompres beritahu ibu hasil pemeriksaaan
3. Beri penkes ibu tentang kompres hangat perinium, dan kolaborasi dengan
dokter tentang perlakuan kompres hangat perinium kala II ke ibu
.
VI. IMPLEMENTASI
1. Memberikan ibu kompres hangat perinium
2. Memberitahu hasil pemeriksaan yang didapata sambil memberikan kompres
hangat di perinium ibu.
3. Dokter mengetahui dilakukan kompres hangat perinium pada ibu dan
menyarankan memantau progress persalinan saat memberikan kompres.
VII. EVALUASI
1. Ibu telah diberikan kompres hangat perinium di kala II persalinan
2. Ibu telah mengerti bahwa,kondisinya dalam keadaan normal.
3. Ibu telah menegerti kenapa harus dilakukan kompres hangat perinium dan
merasakan nyaman setelah dilakukan kompres.
BAB IV
PEMBAHASAN
Lampiran 1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KOMPRES HANGAT
PERINEUM KALA II PERSALINAN
Tindakan kompres hangat pada perineum dilakukan pada kala dua persalinan
PENGERTIAN
C. TEKNIK
1. Melakukan secara sistematis
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
3. Memastikan komunikasi selama tindakan
4. Tenang dan percaya diri
5. Menggunakan alat dengan efektif dan efisien