Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF TN.

S DENGAN
DIAGNOSA HERNIA INGUINALIS LATERALIS (D)
HERNIOPLASTY DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSD.Dr SOEBANDI

MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI TUGAS PRAKTIK PELATIHAN


BASIC SKILL COURSE OPERATING ROOM NURSE 2021

Disusun Oleh:
Nadhiratul Walya Assul Hiyah, Amd.Kep

BASIC SKILL COURSE OPERATING ROOM NURSES 2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Perioperatif Tn. S Dengan Diagnosa Hernia Inguinalis Lateralis (D)
Tindakan Hernioplasty”.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas Pelatihan di Instalasi Bedah Sentral.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada :
1. Bapak Safari selaku Pembimbing materi pelatihan ini yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan pengarahan
rangka penyelesaian penyusunan laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan pelatihan angkatan 21
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal


pada mereka yang telah memberikan waktunya serta dukungannya pada kami,
sehingga dapat terselesainya makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Jember, 27 Oktober 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan menonjolnya massa dalam perut dari rongga yang


normal melalui defek pada fasia dan muskulo aponeurotik dinding
abdomen baik secara kongenital atau didapat. Lubang tersebut dapat
muncul dikarenakan lubang embrional yang tidak dapat tertutup atau
melebar serta diakibatkan tekanan pada rongga abdomen yang tinggi.
Hernia ada 3 bagian yaitu, kantong hernia, isi hernia, dan cincin hernia
(Tanto, 2014) Penyebab pastinya hernia inguinalis terletak pada lemahnya
pada dinding akibat defek kongenital yang tidak dapat diketahui.
Lemahnya dinding dapat terjadi pada usia lanjut dikarenakan perubahan
struktur fisik dari dinding rongga. Faktor presipitasi dari kondisi hernia
tersebut adalah peningkatan tekanan intra abdomen. Tekanan intra
abdominal umumnya meningkat bisa diakibatkan dari kehamilan atau
kegemukan. Batuk yang kuat, mengedan akibat sembelit, bersin sangat
kuat, meniup kuat juga dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
Berbagai profesi dikaitkan dengan peningkatan tekanan intra abdomen
yang tinggi, contohnya balap sepeda, atlet angkat besi, dan berbagai jenis
olah raga lain yang cenderung meningkatkan tekanan intraabdomen. Buruh
pekerja yang mengangkat beban berat bisa mempunyai resiko terjadinya
hernia. Apabila dari dua faktor ini terjdi bersamaan, maka individu akan
mengalami terjadinya peningkatan resiko hernia inguinalis sebanyak 75%
(Muttaqin & Sari, 2011)
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis
medialis dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih
sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal
ini dipengaruhi oleh kekuatan otot–otot perut yang sudah mulai melemah.

1
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis
dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.

Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di


Amerika Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang
dilakukan tiap tahunnya. Hernia Inguinalis di sisi kanan adalah tipe hernia
yang paling banyak dijumpai pria dan wanita, sekitar 25% pria dan 2%
wanita mengalami hernia inguinalis. Angka kejadian Hernia inguinalis
lateralis di Amerika dapat di mungkinkan dapat terjadi karena anomali
congenital atau karena sebab di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong isi hernia (WHO, 2007). Hernia
sisi kanan lebih sering terjadi dari pada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita
pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000
untuk hernia femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi
dan 76000 untuk hernia abdomen lainya (WHO, 2007).

Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa


berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut
golongan sebab sakit Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8
dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia dan hal ini
bisa disebabkan karena ketidak berhasilan proses pembedahan terhadap
hernia itu sendiri. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria
dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Sedangkan untuk pasien rawat jalan,
hernia masih menempati urutan ke-8. Dari 41.516 kunjungan, sebanyak
23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan 8.799 pasien pria dan 4.922
pasien wanita. Secara umum hernia inguinalis mempengaruhi segala usia,
insidensi dapat meningkat dengan bertambahnya usia yaitu pada rentang 25-40
tahun 5-8%, diatas 75 tahun 45%. Pada anak, insidensinya berkisar 1-2%,
dengan 10% dari keseluruhan kasus mengalami komplikasi inkarserasi. 30%

2
kasus terjadi pada usia sekitar satu tahun dikarnakan belum tertutupnya
processus vaginalis (Depkes RI, 2011).
Data di ruang operasi RSD dr soebandi pada tahun 2017 terdapat 264
kasus Hernia.

Herniorraphy adalah pembedahan dan pengambilan pada kantong


hernia yang disertai melalui operasi plastik agar dinding abdomen lebih
kuat pada bagian bawah di belakang kanalis inguinalis (Muttaqin & Sari,
2011). Herniorraphy biasanya tindakan yang dilakukan untuk meminimalis
anulus inguinalis internus dan untuk memperkuat pada dinding belakang
kanalis inguinalis (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) masalah yang
mungkin muncul pada herniorraphy adalah nyeri dan aktivitas.
Perawat sangatlah penting dalam membantu pemulihan pasca operasi
herniorraphy, karena perawat yang mendampingi pasien 24 jam. Untuk
karena itu di lakukan beberapa pengkajian lebih mendalam terutama untuk
mengetahui adanya resiko infeksi dan juga mengkaji karakteristik nyeri
pada pasien dengan post operasi herniorraphy inguinalis. Dan karena itu
dalam karya tulis ilmiah ini penulis akan membahas mengenai hernia
inguinalis beserta asuhan keperawatan pada pasien pasca herniorraphy
agar dapat lebih paham dan mengerti tentang penyakit hernia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan laporan ini, sebagai berikut :
Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien Hernia di IBS RSD
dr. Soebandi Jember?

1.3 Tujuan Umum


Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pemberian
asuhan keperawatan pada klien hernia
1.4 Tujuan Khusus
1.4.1 Mengetahui penatalaksanaan pada penderita hernia

3
1.4.2 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hernia meliputi pre-
operatif, intra-operatif, dan post-operatif.

1.5 Manfaat
Berdasarkan tujuan laporan, maka manfaat penulisan laporan ini:
1.5.1 Bagi Perawat
Dapat mengaplikasikan pemberian asuhan keperawatan pada klien
hernia.
1.5.2 Bagi Instansi Pendidikan dan Rumah Sakit
Dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan dan penerapan
ilmu keperawatan terhadap klien dengan hernia.
1.5.3 Bagi Penulisan
Dapat memberikan pengetahuan bagaimana pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan hernia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN HERNIA


Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga
melalui lubang (Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia
adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian- bagian tersebut.
Menurut Mansoer (2000), hernia merupakan masuknya organ kedalam
rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi. Sumber lain
mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi
disalah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Secara umum hernia
merupaka tonjolan yang terjadi akibat protrusi abnormal jaringan, organ atau
bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi. Hernia Scrotalis sendiri
adalah Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar).

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

1
Gambar 2. 1 Anatomi Hernia
Sumber: Mansjoer (2000)

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis,


musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis
inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus
dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini
berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis,
panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini
dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus
dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta
sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas

2
bagian proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus
oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum
hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.

2.3 ETIOLOGI HERNIA


Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam adalah:
1. Batuk kronis
2. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
3. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
4. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
5. Kehamilan multi para dan obesitas.

2.4 TANDA DAN GEJALA HERNIA


Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering
muncul pada pasien hernia adalah
a. Berupa benjolan keluar masuk, keras dan yang tersering tampak
benjolan dilipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit
disertai perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada

3
komplikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi
merah dan panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria.
Sedangkan menurut Long (1996), gejala klinis yang mungkin
timbul setelah dilakukan operasi :
a) Nyeri
b) Peradangan
c) Edema
d) Pendarahan
e) Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia
inguinalis indirek
f) Retensi urin
g) Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas
paha.
2.5 PATOFISIOLOGI HERNIA
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi pada proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
perjalanan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga
terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat

4
menyebabkan gangren (Oswari, 2000).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti
peradangan, edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum
setelah perbaikan hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan
pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut
menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan
dan menekan sistem syaraf. (Long, 2001).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

2.6 PATHWAYS
Lampiran

2.7 KLASIFIKASI
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia, berikut ini penjelasannya:
Hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia inguinal
Hernia inguinal itu sendiri terbagi menjadi:

1) Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dibanding wanita.

5
Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada selangkangan dan bisa
mengecil atau menghilang saat tidur.
2) Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini
disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan tetap
akan timbul benjolan
b. Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis femoralis
yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
c. Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau wanita
multipara.

d. Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.
Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi:
a) Hernia bawaan/ konginetal
Hernia bawaan bisa terjadi sejak bayi lahir akibat prosesus vaginalis
yang tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
b) Hernia dapatan/ akuisita
Merupakan hernia yang timbul akibat faktor pemicu.
Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi:
a) Hernia reponibel/ reducibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
b) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini

6
biasanya terjadi karena perlengketan isi kantong pada peritonium kantung hernia.
Hernia ini juga disebut hernia akreta.
c) Hernia strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat darah akibat
pembuluh darah terjepit. (Long, 2001).

2.8 PENATALAKSANAAN HERNIA


Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) dengan tindakan
sebagai berikut:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena
mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di
didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
b. Definitf
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan
yaitu:
1) Hernioraphy
Hernioraphy merupakan tindakan mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversusu internus dan muskulus oblikus internus abdominus ke dalam
ligamen inguinal.

7
2) Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dijahit dan di ikat setinggi mungkin lalu di potong.

8
Pathway

Kehamilan, bentuk Kelemahan otot abdomen karena


kronis, obersitas usia atau secara kongenital

1
2.9Tekanan
KNSEP ASUHAN
indra abdomenKEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamesa
Peregangan ronggadinding
a. Riwayat penyakit/ keluhan utama
Gelisah, nyeri dan terdapat benjolan Herniasi
pada lipat paha
b. Riwayat perkembangan
Cincin hernia
Riwayat timbulnya benjolan di sekitar lipat paha yang lain.
2. Pemeriksaan fisik Hernia inguinalis
c. Inspeksi
Penekanan pembuluh darah Gangguan penyaluran isi (usus)
Pembesaran benjolan di lipat paha, kulit tidak ada luka dan tidak ada kemerahan
Strangulasi Makanan tidak dapat dicerna
d. Palpasi
Pembedahan
TerabaPenekanan
benjolan daerah lipat paha tetapi bisa di naikkan ke daerah
Lama inguinalis
tersimpan simpul
3. Observasi tanda-tanda vitalTerputusnya kontinuitas
Gangguan rasa Perubahan nutrisi
Didapatkan data-data sebagai berikut : peningkatan
jaringan lunak sistol tekanan darah jika nyeri
nyaman dan nyeri kurang dari kebutuhan
akut, peningkatan nadi jika nyeri kambuh, peningkatan frekwensi pernafasan.
Proses Terputusnya Terputusnya Keterbatasan gerak
4. Diagnosa klinis
penyembuhan simpul simpul
a) Foto Rontgen: Thorax normal
Peningkatan Parte de usus hipoperistaltik
b) Laboratorium
metabolisme: Laboraturium
Gangguannormal
5. Diagnose rasa nyaman:
Keperawatan Gangguan eliminasi BAB konstipasi
Masuknya
Kebutuhan
nyeri mikroorganisme
a. Pre Operatif
nutrisi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Perubahan Resiko tinggi
2) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
infeksi tentang teknik hernioraphy
nutrisi kurang
b. Intra Opratif
dari
1) Resiko injuri b.d faktor resiko posisi perioperatif
Gangguan perawatanGangguan
diri mobilitas fisik
2) Resiko infeksi b.d faktor resiko prosedur invasive, post d’entry
mikroorganisme
Gambar 1: Pathway terjadinya hernia inguinalis.
3) Kerusakan integritas
(Sumber: kulit
Sabiston 1994: b.d prosedur
229) invasif
c. Post Opratif
1) Nyeri b.d proses inflamasi dari post op pembedahan.

1
2) Resiko infeksi b.d post d’entry mikroorganisme
3) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi kondisi pasca operasi.

2
1
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF


A. Asuhan Keperawatan Pre-Operatif
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama Klien : Tn. S
Umur : 53 tahun
Suku/Bangsa : Madura
Pendidikan : SD tidak tamat
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Agama : Islam
Penghasilan : -
Alamat : Bintoro-Jember

b. Keluhan Utama
Paien mengatakan nyeri perut dan terdapat benjolan di daerah lipat paha
kanan.
c. Riwayat keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu yang lalu 18 Oktober 2021 klien mengeluh nyeri pada bagian perut
dan daerah skrotum, juga terdapat benjolan sebesar kelereng di skrotum dan
apabila di pijit ke atas benjolan tersbut hilang dan rasa sakit berkurang. 7
bulan yang lalu pasien periksa di puskesmas banjar sengon lalu pasien
dianjurkan untuk di bawa ke RSD dr Soebandi. Setelah di periksakan dokter
menyarankan operasi di RSD dr Soebandi jember, pada tanggal 24 Oktober
2021 pasien rawat inap di ruang Mawar.

2
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarga tidak memiliki penyakit menular seperti
TBC, alergi dan penyakit keturunan dan didalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit seperti klien dan tidak ada yang mempunyai penyakit atau
riwayat operasi hernia.
Genogram .

Keterangan :
: laki-laki : tinggal serumah
: perempuan : hubungan perkawinan
: laki-laki meninggal : hubungan keturunan
: perempuan meninggal : klien

d. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Ketika ada anggota keluarga yang sakit dibelikan obat di warung terlebih
dahulu. Akan tetapi kalau sakit tidak kunjung sembuh maka dibawa ke mantri
atau puskesmas terdekat. Klien mengatakan kalau klien tidak memiliki
pantangan dalam makanan. Klien mengatakan menjaga kesehatan merupakan
hal yang sangat penting yaitu melalui makan teratur, istirahat yang cukup.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan klien sebelum sakit makan 3x sehari meskipun dengan menu
sederhana (misalnya tempe, nasi, sayuran, dan sambal serta krupuk). Klien

3
mengatakan ketika sakit, klien makan 3x sehari dari makanan yang diberikan di
RS dan pasien menghabiskan 1 porsi makanan tersebut dan terkadang merasa
mual.
a) Antropometri: BB klien klien 48 kg. Tinggi badan: 151 cm.
b) Biomedical Sign
Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal
No Jenis Hasil Nilai Satuan Metode
Pemeriksaan Pemeriksaan normal
1. Hematologi
Hematologi
Lengkap
(HLT)
a) Hemoglobin 14,0 10,5-13,5 gr/dl Oto/man*drabkins
b) Leukosit 7,8 6,0-17,5 109/L Oto/man*truk
c) Hematokrit 43,7 33-39 % Oto mikro
d) Trombosit 332 150-450 109/L Oto/man*indirect
2. Faal Hati
a) SGOT 10-35 U/L IFCC Oto
(370C)
b) SGPT 9-43 U/L IFCC Oto
(370C)
3. Faal Ginjal
a) Kreatinin 1,2 0,6-1,3 mg/dl Jaffe Oto
serum
b) BUN 14 6-20 mg/dl GLDH Oto
c) Urea 30 12-43 gr/24h GLDH Oto

a) Clinical Sign
Konjungtiva merah muda (tidak anemis), bising usus 8x/menit
(normal 5-35x/menit), pada saat pengkajian pre op (HR 84 x/menit,
RR 16x/menit, S: 36,50C), (intra op TD 100/70mmHg, HR: 80

4
x/menit, RR 18x menit, S: 36,50C), post op: 104/64 mmHg, HR
85x/menit, RR 20x/menit, S: 360C), saat di pre op klien terlihat cemas.
3) Pola Eliminasi
BAK: Klien mengatakan klien sebelum sakit BAK ± 6x/hari, namun ketika
sakit pasien BAK ± 5x/hari
BAB: Klien mengatakan klien sebelum sakit BAB ± 1x/hari, namun ketika
sakit klien mengatakan klien belum BAB.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas harian (activity daily living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum ü
Toileting ü
Berpakaian ü
Mobilitas ditempat tidur ü
Berpindah ü
Ambulasi/ ROM ü
Keterangan :
0 = ketergantungan total, tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas
1 = membutuhkan pertolongan orang lain dan peralatan atau alat bantu
2 = membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan,
pendidikan
3 = membutuhkan peralatan atau alat bantu
4 = mandiri penuh
5) Pola Istirahat dan Tidur
Durasi : Klien mengatakan klien tidur malam dan
jarang untuk tidur siang namun karena nyeri tiba tiba pasien sering
terbangun, klien tidur mulai jam 20.00 sampai jam 05.00 WIB. Namun
ketika sakit klien banyak berubah pola tidurnya, klien tidur mulai jam
21.30 – 03.00 WIB
Gangguan tidur : Klien mengatakan kalau klien mempunyai
masalah tidur.
Lain-lain :-
Interpretasi : Klien mengalami gangguan pola tidur

5
6) Pola perseptual
Klien tampak terlihat cemas, takut dan sering bertanya tentang prosedur
pembedahan ini.
7) Reproduksi
Klien mendapatkan kasih sayang dari semua keluarganya
8) Pola Peran dan Hubungan
Pasien mempunyai peran sebagai Suami di keluarganya
9) Pola Mekanisme Koping
Klien hanya bisa pasrah dan banyak berdoa agar tindakan operasi yang
akan dapat menyembuhkan penyakitnya ini.
10) System Nilai dan Kenyakinan
Klien menganut agama islam. Klien selalu berdoa agar segera diberi
kesembuhan
e. Pemeriksaan Fisik :
1) Kondisi Umum :
Klien tampak cemas, mengatakan agak takut dan gelisah dengan
memegangi perut dan sesekali memengangi lipat pahanya, Kesadaran
compos metis 456, pupil isokor, konjungtiva merah muda
2) Tanda-tanda Vital :
pada saat pengkajian pre op (TD 110/70 mmHg, HR 84 x/menit, RR
16x/menit, S: 36,50C), (intra op TD 100/70mmHg, HR: 80 x/menit, RR
18x menit, S: 36,50C), post op: 104/64 mmHg, HR 85x/menit, RR
20x/menit, S: 360C).
3) Kepala
Luka (-) laserasi (-) Warna pada dahi dan kepala sawo matang,
pembesaran kepala (-).
4) Mata
Sklera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada
ikterus, pupil isokor 3mm/3mm dan reflek cahaya positif kanan dan kiri.
5) Telinga

6
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan, pendengaran berfungsi
dengan baik, mampu memahami ucapan orang lain.
6) Hidung
Tidak terdapat lesi dihidung, tidak terjadi polidipsi hidung, tidak terdapat
sumbatan dihidung, tidak keluar cairan dari hidung, nafas spontan.
7) Mulut
Mukosa mulut lembab, kebersihan mulut cukup bersih
8) Tenggorokan
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, edema (-), nyeri tekan (-),
pembesaran tyroid (-).
9) Dada
I : Ekspansi dada normal, tidak terlihat rektrasi dada, pernapasan
cuping hidung (-)
P : Tidak terdapat massa, tidak terdapat nyeri tekan
P : Sonor
A : vesikuler disemua lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
I : warna kulit sama dengan area sekitar
P : ictus cordis di ICS4 midclavicula sinistra, edema(-), distensi vena
jugularis (-)
P : dullnes
A : S1S2 tunggal, tidak terdapat bunyi tambahan :S3 dan S2(-)
10) Abdomen
I : abdomen terlihat cembung, warna kulit sawo matang sama
dengan area sekitar
A : terdengar suara peristaltik usus, bising usus (+)
P : nyeri (+), edema(-)
P : timpani
11) Ekstermitas dan reflex
ROM bebas, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555

7
Terpasang infus pada tangan kiri dengan menggunakan ringer laktat.
12) Kulit dan kuku
CRT <2 detik, warna kulit sawo matang, tidak terdapat sianosis,
integritas kulit baik, tidak terdapat lesi.
13) Terapi
 Infus RL500 cc
Persiapan operasi

Klien mengatakan mulai jam 24.00 tanggal 25 Oktober 2021 dipuasakan.

Keluarga klien sudah menandatangani lembar inform consent, hasil lab sudah

disertakan dan sudah mendapatkan persetujuan dari dokter anestesi dan dokter

bedah.

8. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri akut (D. Agen pencedera
Pasien meringis dan mengatakan 0077) biologis
nyeri di daerah lipat paha sebelah
kanan
DO:
Pasien tampak menyeringai dan
memegani perutnya dan sesekali
memegang lipat paha kanan.
2 DS: Ansietas Ancaman
“saya agak takut mbak, tetapi saya juga (D.0080) terhadap konsep
kepingin sembuh” diri
DO:
Pasien nampak gelisah dan cemas

1. Diagnose Keperawatan SDKI (Edisi 1 : Cetakan III)


Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai dengan: (D.0077)

8
1)
DS:
a. Pasien meringis
DO:
b. Pasien tampak menyeringai dan memegani perutnya
Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan
ditandai dengan: (D.0080)

DS:
Pasien terlihat merasa takut akan linkungan baru di kamar operasi
DO:
Pasien nampak gelisah
9. Intervensi Keperawatan Menurut SLKI, SIKI (Edisi 1 : Cetakan II)
No SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan perawatan Manajemen nyeri (I.08238)


b/d Agen selama 1x24 jam diharapkan - Observasi
Cedera Kontrol Nyeri (L.08063)  Identifikasi lokasi,
Biologis  Keluhan nyeri menurun (5) karakteristik, durasi,
(D.0077)  Ekspresi wajah meringis frekuensi, kualitas, intensitas
mulai menurun (5) nyeri
 Kesulitan tidur semakin  Identifikasi respon nyeri non
menurun (5) verbal
 Gelisah menurun (5)  Monitor TTV sebelum dan
 Pola napas membaik (5) sesudah pemberian analgesic
- Terapeutik
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Identifikasi riwayat alergi
obat
 Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
- Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
2 Ansietas Setelah dilakukan perawatan Reduksi Ansietas (I.09134)

9
b/d selama 1x24 jam diharapkan - Observasi
Ancaman Tingkat Kecemasan  Identifikasi kemampuan
Terhadap Menurun. mengambil keputusan
Konsep Tingkat ansietas (L.09093)  Dengarkan dengan penuh
Diri  Menyingkirkan tanda perhatian
(D.0080) kecemasaan. (5)  Pahami situasi yang
 Tidak terdapat perilaku membuat ansietas
gelisah (5) - Terapeutik
 Frekuensi napas menurun (5)  Informasikan secara
 Frekuensi nadi menurun (5) factual mengenai diagnosis,
 Menurunkan stimulasi pengobatan, dan prognosis
lingkungan ketika cemas. (5)  Anjurkan keluarga untuk
 Menggunakan teknik tetap bersama pasien
relaksasi untuk menurunkan  Anjurkan mengungkapkan
cemas. (5) perasaan dan persepsi
 Konsentrasi membaik (5) - Edukasi
 Pola tidur membaik (5)  Ajarkan tehnik distraksi

6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No Tgl/Dx Jam Implementasi Evaluasi
1. 25/10/2 07.30 1. Kaji Skala Nyeri S: pasien meringis
021 2. Beri penjelasan mengenai O: Pasien tampak
Dx 1 penyebab nyeri. meringis kesakitan,
3. Mengajarkan teknik tangan kanan
nonfarmakologis untuk memegang perut. TTV:
mengurangi rasa nyeri : tehnik TD 100/70mmHg,
rileksasi secara berulang. HR: 80 x/menit, RR
4. Berikan posisi yang nyaman 18x menit, S:
Pada pasien: supine. 36,50C,
A: Masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
no 3 sampai masuk
ruang op.
2. 25/10/2 07.30 1. Mendorong dan motivasi klien S: pasien mengatakan
021 untuk berpartisipasi sebanyak sebenarnya takut untuk
Dx 2 mungkin dalam operasi
mengungkapkan perasaannya O:
2. Menjelaskan pada keluarga dan - Klien tampak

10
klien dan keluarga tentang takut, dan cemas
keuntungan operasi yang - TTV: HR
dilakukan untuk mengurangi 80x/menit, RR
masalah ketakutannya dalam 18x/menit, S:
menghadapi operasi 36,5C
3. Memberikan informasi yang A: Masalah ansietas
cukup dan sederhana tentang teratasi sebagian
prosedur operasi, berikan P: Lanjutkan intervensi
jawaban dengan benar dan no 4 dan 5 di ruang pre
sejujurnya serta hindari op
kesalahpahaman
4. Mengajarkan dan motivasi klien
dan keluarga untuk selalu
berdoa dalam mengurangi
cemas klien
5. Mengajarkan klien teknik
distraksi

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN INTRA-OPERATIF


1. Pengkajian
a. Pembedahan dimulai jam : 08.00 WIB
b. Anggota tim terdiri dari : Operator, asisten 1, perawat instrument 1
dan perawat instrument 2, perawat sirkuler, dokter anastesi, asisten
anastesi.
c. Tindakan operasi : Hernioplasty
d. Antibiotik profilaksis : Sudah diberikan 1 jam sebelum insisi.
e. Catatananestesi : Pasien ASA1
f. Antisipasi kehilangan darah : Ada
g. Peralatan instrument : Steril sesuai indicator dan tidak ada
masalah pada peralatan dan jumlah kasa yang disiapkan 60 lembar
h. Foto-foto pasien : Sudah ditampilkan
i. Jenisanestesi : General Anastesi
j. Posisioperasi : Supine
k. Alat-alat penunjang : Mesin Conecting,
ESU, mesin monitoring, lampu operasi.

11
l. Suhu ruangan : 20,5o C
m. Kelembapan udara : 64%
n. Tindakan aseptic tim operasi : Baik
o. Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg, HR 84 x/menit, RR
16x/menit, S: 36,50C
p. Macam operasi : Bersih
q. Urgensi operasi : Elektif

2. Analisa Data

Tgl DATA MASALAH ETIOLOGI


25/10/2021 DS : Resiko Infeksi Tindakan
Jam 08.40- DO: Invasif
10.00 WIB Adanya luka incise pada
1/3 tengah antara sias ke
os pubis
Terdapat sarana dan
peralatan non steril
dikamar operasi
Pencukuran(skin
preparation) pada daerah
pubis

DS: Resiko Suhu


DO: Perubahan Suhu lingkungan
Akral dingin tubuh rendah
t klien : 36ºC (hypotermi)
t kamar operasi : 24 ºC
t AC ruangan : 16 ºC

DS: Resiko Cidera Kegagalan


DO: mekanisme
Posisi supinasi saat pertahanan
durante OP tubuh
Lama operasi 80 menit
(08.40-10.00 WIB)

12
Terpasang arde( diatermi)
di daerah betis sebelah
kiri coagulan 40, cutting
40

2. Diagnose Keperawatan menurut SDKI (Edisi 1 : Cetakan III)


a) Resiko Infeksi b/d tindakan Invasif (D. 0142),
b) Resiko cidera berhubungan dengan Kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh (D.0136),

13
3. Resiko perubahan suhu tubuh (hypotermi) berhubungan dengan Suhu
lingkungan rendah(D.0140), Perencanaan Keperawatan Menurut SLKI, SIKI
(Edisi 1 :Cetakan II)
No SDKI SLKI SIKI

Resiko Infeksi b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pengontrolan infeksi intraoperatif (I.
tindakan Invasif selama 1x24 jam diharapkan klien 14552)
(D. 0142) terhindar dari resiko infeksi dengan - Observasi
kriteria hasil:  Identifikasi pasienn yang mengalami
Tingkat Infeksi (L.14137) penyakit infeksi menular
 Kebersihan tangan meningkat (5)  Periksa sirkulasi udara di kamar
 Kebersihan badan meningkat (5) operasi sesuai protokol
 Demam menurun (5)  Periksa kelayakan alat steril yang akan
 Kemerahan menurun (5) digunakan untuk pembedahan
 Bengkak menurun (5) - Terapeutik
 Terapkan kewaspadaan umum ( cuci
tangan aseptik, gunakan APD seperti
masker, sarung tangan, pelindung
wajah, pelindung mata, apron, sepatu
bot sesuai model transmisi
mikroorganisme)
 Pertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal
 Desinfeksi kulit dengan chlorexidine
sesuai protokol
 Berikan profilaksis antibiotik sesuai
indikasi
Lakukan irigasi luka dengan cairan steril
atau cairan povidone iodine
Resiko hipotermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipotermia (I. 14507)
Perioperatif b/d selama 1x24 jam diharapkan klien - Observasi
tindakan terhindar dari resiko Hipotermia dengan  Monitor suhu tubuh
pembedahan kriteria hasil:
 Identifikasi penyebab hipotermia (mis,
(D.0141) Termogulasi (L.14134) terpapar suhu lingkungan
 Menggigil menurun (5) rendah,pakaian tipis)
 Pucat menurun (5)  Monitor tanda dan gejala akibat
 Tajijardi menurun (5) hipotermia (hipotermia ringan:
 Suhu tubuh membaik (5) takipnea, disartria, menggigil,
hipertensi)
- Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang hangat (atur
suhu ruangan)
 Ganti pakaian dan atau linen yang
basah
 Lakukan penghangatan pasif (selimut,
menutup kepala, pakaian tebal)
- Edukasi
 Anjurkan makan/minum yang hangat
Resiko cedera Manajemen Kesehatan Lingkungan
(I.14512)

14
b/d - observasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan
 Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
- Terapeutik
 Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan, jika memungkinkan
 Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
Tgl/dx Implementasi Evaluasi
25-10- 1. Melakukan tehnik cuci tangan S:-
2021 sesuai protap O:
2. Memakai baju dan sarung Cuci tangan dengan teknik steril
tangan sesuai protap  Mempertahankan area aseptic
Scub ners memakai baju steril pada pemasangan gaun op.
dengan bantuan circulating ners  Pemakaian sarung tangan
untuk menalikan bagian dengan tehnik closed gloving
belakang yang tidak steril,  Tim operasi : 7 orang
memakai sarung tangan dengan  Jarak area steril dengan tidak
tehnik closed gloving steril 30 cm
3. Tetap mempertahankan teknik  Antibiotic ceftriaxone 1 gram
aseptik dalam membantu  Desinfeksi lapangan operasi
memakaikan gaun dan sarung menggunakan povidon iodine an
tangan ke tim operasi lain didiamkan selama 4 menit
4. Membatasi personil kedalam A : Masalah teratasi sebagian
kamar operasi P : Lanjutkan intervensi nomor 6 di
a. Operator ruangan
b. Asisten 1
c. Asisten 2
d. SN1 dan SN 2
e. Circulating ners
f. Perawat anasthesi
5. Menggunakan tehnik aseptik
selama operasi
Instrumen dan alat-alat lain
yang dipergunakan steril, jarak
untuk area ataupun tim operasi
yang tidak kondisi steril adalah
minimal 30 cm
6. Mengkolaborasikan pemberian
antibiotic oleh operator dan
dilaksanakan oleh CN
7. Mengkolaborasikan dengan

15
asisten op. untuk mendesinfeksi
lapangan operasi dengan benar
25-10- 1. Observasi tanda-tanda S:-
2021 hypothermia O:
2. Pertahankan ruangan pada suhu - Akral dingin
yang standar - t klien : 36°C
3. Selimuti klien
- t AC OK 5: 16°C
- Klien terpasang selimut
A:
masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi no 1-3 dan
berikan incubator/ penghangat pada
klien

25-10- 1. Posisikan klien senyaman S:-


2021 mungkin O:
Posisi supinasi pada klien  Posisi klien supinasi
2. Pasang pengaman jangan terlalu  Arde terpasang di kaki kanan
kuat klien
3. Pasang arde sesuai petunjuk  Mesin diathermi berfungsi
4. Cek mesin diathermi dengan baik
A: Masalah teratasi
P : Jaga keamanan klien

3.3 ASUHAN KEPERAWATAN POST-OPERATIF

1. Pengkajian
Tgl DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: pasien mengatakan agak sakit Trauma pasca Perubahan
pada daerah operasi operasi kenyamanan
DO: (nyeri)
25-10-2021
Perubahan pada ekspresi wajah
Nadi 100x/mnt
RR 20x/menit
Skala nyeri 4

16
25-10-2021 DS : Resiko Suhu
Klien mengatakan badannya terasa perubahan suhu lingkungann
dingin tubuh rendah, post
DO : (hypotermi) op, efek
t klien : 35,8°C anastesi
Akral dingin
N : 100x/menit
Klien terpasang cairan infus RL

2. Diagnosa Keperawatan Menurut SDKI (Edisi 1 : Cetakan III)


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077), ditandai
dengan
DS: -
DO:
- Perubahan pada ekspresi wajah
- Nadi 100x/mnt
- RR 20x/menit
- Skala nyeri 4
2. Resiko perubahan suhu tubuh (hypotermi) berhubungan dengan Suhu
lingkungan rendah, pasca operasi, efek anastesi (D.0140)
DS : Klien merintih terus
DO :
- t klien : 35,8°C
- Akral dingin
- N : 100x/menit
- RR : 20x/menit
- Klien terpasang cairan infus RL
- Klien terpasang selimut untuk mencegah hypotermi

17
3. Perencanaan Keperawatan Menurut SLKI, SIKI (Edisi 1 : Cetakan II)
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
b/d Agen perawatan selama 1x24 (I.08238)
Pencedera jam diharapkan - Observasi
Fisik Kontrol Nyeri  Identifikasi lokasi,
(D.0077) (L.08063) karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
(5)
 Identifikasi respon
 Ekspresi wajah
nyeri non verbal
meringis mulai  Monitor TTV sebelum
menurun (5) dan sesudah
 Kesulitan tidur semakin pemberian analgesic
menurun (5) - Terapeutik
 Gelisah menurun (5)  Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
 Pola napas membaik
mengurangi rasa nyeri
(5)  Identifikasi riwayat
 alergi obat
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
- Edukasi
 Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Resiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipotermia (I.
hipotermi keperawatan selama 1x24 14507)
b/d indakan jam diharapkan klien - Observasi
pembedaha terhindar dari resiko  Monitor suhu tubuh
n (D.0141) Hipotermia dengan  Identifikasi penyebab
kriteria hasil: hipotermia (mis,
Termogulasi (L.14134) terpapar suhu
 Menggigil menurun (5) lingkungan
 Pucat menurun (5) rendah,pakaian tipis)
 Tajijardi menurun (5)  Monitor tanda dan
 Suhu tubuh membaik gejala akibat
(5) hipotermia
(hipotermia ringan:
takipnea, disartria,
menggigil, hipertensi)
- Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang hangat (atur
suhu ruangan)
 Lakukan

18
penghangatan pasif
(selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
- Edukasi
 Anjurkan
makan/minum yang
hangat
Tanggal/dx Implementasi Evaluasi
25-10-2021 1. Mengobservasi respon S: -
nyeri O: Nadi 94x/mnt
2. Mengajarkan teknik RR 16x/menit
retraksi relaksasi Skala nyeri 2
A: Tujuan teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi ke
ruangan

25-10-2021 1. Melakukan observasi S:-


tanda-tanda terjadinya O:
hypotermi - Akral hangat
R/ mencegah - t klien : 36,8 °C
terjadinya hypotermi
- t ruang post op : 24°C
pada klien dan
mendeteksi secara - Klien terpasang selimut
dini tanda-tanda A:
hypotermi masalah teratasi
2. Mengatur suhu P:
ruangan Pantau kondisi umum klien
R/ suhu ruangan
dapat mempengaruhi
suhu tubuh pada klien
(suhu ruangan post op
24 °C)
3. Memberi selimut
pada klien
R/ mencegah
kehilangan panas
pada klien

19
BAB IV
PENUTUP

.4.1 KESIMPULAN
1. Hernia merupakan masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh
prosesus vaginalis berobliterasi. Sumber lain mengatakan bahwa hernia
merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian
tubuh yang seharusnya tidak ada. Secara umum hernia merupaka tonjolan
yang terjadi akibat protrusi abnormal jaringan, organ atau bagian organ
melalui struktur yang secara normal berisi. Hernia Scrotalis sendiri adalah
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar)..
2. Pada tahap pre operatif dilakukan pengkajian, analisa data, penentuan
diagnosa ditemukan masalah keperawatan kecemasan dan menghadapi
operasi, dan telah di lakukan intervensi keperawatan (komunikasi
terapeutik, informasi, edukasi). Setelah itu di lakukan evaluasi, masalah
klien teratasi.
3. Pada tahap intra operatif masalah yang timbul adalah resiko cedera, resiko
infeksi, resiko hypotermi dan perawat sudah melakukan tindakan
pembedahan sesuai prosedur sehingga masalah teratasi.
3. Pada tahap post operatif masalah yang timbul adalah perubahan
kenyamanan nyeri, dan hypotermi.

4.2 SARAN
a. Bagi Instansi
Sebagai refrensi di bidang keperawatan dalam peningkatan mutu ilmu
pengetahuan dan diterapkan sebagai bentuk asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien dengan diagnose Medis Hernia yang di lakukan
tindakan Hernioraphy dan herniotomy
b. Bagi Perawat
Bagi perawat kamar operasi hendaknya lebih termotivasi untuk
meningkatkan pemberian asuhan keperawatan perioperatif dengan
semaksimal mungkin

20
c. Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini sebagai dasar pemahaman pasien dan
keluarga dalam tindakan operasi. Sehingga pasien dan keluarga lebih
kooperatif selama prosedur pembedahan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan). Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung. Cetakan I.

Burgener, Francis A & Kormano, Martti. 1997. Bone And Joint Disorder. New
York: Thieme.

Carpenito, L.J. 2003.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

22

Anda mungkin juga menyukai