S DENGAN
DIAGNOSA HERNIA INGUINALIS LATERALIS (D)
HERNIOPLASTY DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSD.Dr SOEBANDI
Disusun Oleh:
Nadhiratul Walya Assul Hiyah, Amd.Kep
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis
dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
2
kasus terjadi pada usia sekitar satu tahun dikarnakan belum tertutupnya
processus vaginalis (Depkes RI, 2011).
Data di ruang operasi RSD dr soebandi pada tahun 2017 terdapat 264
kasus Hernia.
3
1.4.2 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hernia meliputi pre-
operatif, intra-operatif, dan post-operatif.
1.5 Manfaat
Berdasarkan tujuan laporan, maka manfaat penulisan laporan ini:
1.5.1 Bagi Perawat
Dapat mengaplikasikan pemberian asuhan keperawatan pada klien
hernia.
1.5.2 Bagi Instansi Pendidikan dan Rumah Sakit
Dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan dan penerapan
ilmu keperawatan terhadap klien dengan hernia.
1.5.3 Bagi Penulisan
Dapat memberikan pengetahuan bagaimana pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan hernia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Gambar 2. 1 Anatomi Hernia
Sumber: Mansjoer (2000)
2
bagian proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus
oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum
hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.
3
komplikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi
merah dan panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria.
Sedangkan menurut Long (1996), gejala klinis yang mungkin
timbul setelah dilakukan operasi :
a) Nyeri
b) Peradangan
c) Edema
d) Pendarahan
e) Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia
inguinalis indirek
f) Retensi urin
g) Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas
paha.
2.5 PATOFISIOLOGI HERNIA
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi pada proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
perjalanan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga
terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
4
menyebabkan gangren (Oswari, 2000).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti
peradangan, edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum
setelah perbaikan hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan
pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut
menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan
dan menekan sistem syaraf. (Long, 2001).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).
2.6 PATHWAYS
Lampiran
2.7 KLASIFIKASI
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia, berikut ini penjelasannya:
Hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia inguinal
Hernia inguinal itu sendiri terbagi menjadi:
1) Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dibanding wanita.
5
Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada selangkangan dan bisa
mengecil atau menghilang saat tidur.
2) Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini
disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan tetap
akan timbul benjolan
b. Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis femoralis
yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
c. Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau wanita
multipara.
d. Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.
Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi:
a) Hernia bawaan/ konginetal
Hernia bawaan bisa terjadi sejak bayi lahir akibat prosesus vaginalis
yang tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
b) Hernia dapatan/ akuisita
Merupakan hernia yang timbul akibat faktor pemicu.
Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi:
a) Hernia reponibel/ reducibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
b) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
6
biasanya terjadi karena perlengketan isi kantong pada peritonium kantung hernia.
Hernia ini juga disebut hernia akreta.
c) Hernia strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat darah akibat
pembuluh darah terjepit. (Long, 2001).
7
2) Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dijahit dan di ikat setinggi mungkin lalu di potong.
8
Pathway
1
2.9Tekanan
KNSEP ASUHAN
indra abdomenKEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamesa
Peregangan ronggadinding
a. Riwayat penyakit/ keluhan utama
Gelisah, nyeri dan terdapat benjolan Herniasi
pada lipat paha
b. Riwayat perkembangan
Cincin hernia
Riwayat timbulnya benjolan di sekitar lipat paha yang lain.
2. Pemeriksaan fisik Hernia inguinalis
c. Inspeksi
Penekanan pembuluh darah Gangguan penyaluran isi (usus)
Pembesaran benjolan di lipat paha, kulit tidak ada luka dan tidak ada kemerahan
Strangulasi Makanan tidak dapat dicerna
d. Palpasi
Pembedahan
TerabaPenekanan
benjolan daerah lipat paha tetapi bisa di naikkan ke daerah
Lama inguinalis
tersimpan simpul
3. Observasi tanda-tanda vitalTerputusnya kontinuitas
Gangguan rasa Perubahan nutrisi
Didapatkan data-data sebagai berikut : peningkatan
jaringan lunak sistol tekanan darah jika nyeri
nyaman dan nyeri kurang dari kebutuhan
akut, peningkatan nadi jika nyeri kambuh, peningkatan frekwensi pernafasan.
Proses Terputusnya Terputusnya Keterbatasan gerak
4. Diagnosa klinis
penyembuhan simpul simpul
a) Foto Rontgen: Thorax normal
Peningkatan Parte de usus hipoperistaltik
b) Laboratorium
metabolisme: Laboraturium
Gangguannormal
5. Diagnose rasa nyaman:
Keperawatan Gangguan eliminasi BAB konstipasi
Masuknya
Kebutuhan
nyeri mikroorganisme
a. Pre Operatif
nutrisi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Perubahan Resiko tinggi
2) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
infeksi tentang teknik hernioraphy
nutrisi kurang
b. Intra Opratif
dari
1) Resiko injuri b.d faktor resiko posisi perioperatif
Gangguan perawatanGangguan
diri mobilitas fisik
2) Resiko infeksi b.d faktor resiko prosedur invasive, post d’entry
mikroorganisme
Gambar 1: Pathway terjadinya hernia inguinalis.
3) Kerusakan integritas
(Sumber: kulit
Sabiston 1994: b.d prosedur
229) invasif
c. Post Opratif
1) Nyeri b.d proses inflamasi dari post op pembedahan.
1
2) Resiko infeksi b.d post d’entry mikroorganisme
3) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi kondisi pasca operasi.
2
1
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
b. Keluhan Utama
Paien mengatakan nyeri perut dan terdapat benjolan di daerah lipat paha
kanan.
c. Riwayat keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu yang lalu 18 Oktober 2021 klien mengeluh nyeri pada bagian perut
dan daerah skrotum, juga terdapat benjolan sebesar kelereng di skrotum dan
apabila di pijit ke atas benjolan tersbut hilang dan rasa sakit berkurang. 7
bulan yang lalu pasien periksa di puskesmas banjar sengon lalu pasien
dianjurkan untuk di bawa ke RSD dr Soebandi. Setelah di periksakan dokter
menyarankan operasi di RSD dr Soebandi jember, pada tanggal 24 Oktober
2021 pasien rawat inap di ruang Mawar.
2
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarga tidak memiliki penyakit menular seperti
TBC, alergi dan penyakit keturunan dan didalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit seperti klien dan tidak ada yang mempunyai penyakit atau
riwayat operasi hernia.
Genogram .
Keterangan :
: laki-laki : tinggal serumah
: perempuan : hubungan perkawinan
: laki-laki meninggal : hubungan keturunan
: perempuan meninggal : klien
3
mengatakan ketika sakit, klien makan 3x sehari dari makanan yang diberikan di
RS dan pasien menghabiskan 1 porsi makanan tersebut dan terkadang merasa
mual.
a) Antropometri: BB klien klien 48 kg. Tinggi badan: 151 cm.
b) Biomedical Sign
Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal
No Jenis Hasil Nilai Satuan Metode
Pemeriksaan Pemeriksaan normal
1. Hematologi
Hematologi
Lengkap
(HLT)
a) Hemoglobin 14,0 10,5-13,5 gr/dl Oto/man*drabkins
b) Leukosit 7,8 6,0-17,5 109/L Oto/man*truk
c) Hematokrit 43,7 33-39 % Oto mikro
d) Trombosit 332 150-450 109/L Oto/man*indirect
2. Faal Hati
a) SGOT 10-35 U/L IFCC Oto
(370C)
b) SGPT 9-43 U/L IFCC Oto
(370C)
3. Faal Ginjal
a) Kreatinin 1,2 0,6-1,3 mg/dl Jaffe Oto
serum
b) BUN 14 6-20 mg/dl GLDH Oto
c) Urea 30 12-43 gr/24h GLDH Oto
a) Clinical Sign
Konjungtiva merah muda (tidak anemis), bising usus 8x/menit
(normal 5-35x/menit), pada saat pengkajian pre op (HR 84 x/menit,
RR 16x/menit, S: 36,50C), (intra op TD 100/70mmHg, HR: 80
4
x/menit, RR 18x menit, S: 36,50C), post op: 104/64 mmHg, HR
85x/menit, RR 20x/menit, S: 360C), saat di pre op klien terlihat cemas.
3) Pola Eliminasi
BAK: Klien mengatakan klien sebelum sakit BAK ± 6x/hari, namun ketika
sakit pasien BAK ± 5x/hari
BAB: Klien mengatakan klien sebelum sakit BAB ± 1x/hari, namun ketika
sakit klien mengatakan klien belum BAB.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas harian (activity daily living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum ü
Toileting ü
Berpakaian ü
Mobilitas ditempat tidur ü
Berpindah ü
Ambulasi/ ROM ü
Keterangan :
0 = ketergantungan total, tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas
1 = membutuhkan pertolongan orang lain dan peralatan atau alat bantu
2 = membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan,
pendidikan
3 = membutuhkan peralatan atau alat bantu
4 = mandiri penuh
5) Pola Istirahat dan Tidur
Durasi : Klien mengatakan klien tidur malam dan
jarang untuk tidur siang namun karena nyeri tiba tiba pasien sering
terbangun, klien tidur mulai jam 20.00 sampai jam 05.00 WIB. Namun
ketika sakit klien banyak berubah pola tidurnya, klien tidur mulai jam
21.30 – 03.00 WIB
Gangguan tidur : Klien mengatakan kalau klien mempunyai
masalah tidur.
Lain-lain :-
Interpretasi : Klien mengalami gangguan pola tidur
5
6) Pola perseptual
Klien tampak terlihat cemas, takut dan sering bertanya tentang prosedur
pembedahan ini.
7) Reproduksi
Klien mendapatkan kasih sayang dari semua keluarganya
8) Pola Peran dan Hubungan
Pasien mempunyai peran sebagai Suami di keluarganya
9) Pola Mekanisme Koping
Klien hanya bisa pasrah dan banyak berdoa agar tindakan operasi yang
akan dapat menyembuhkan penyakitnya ini.
10) System Nilai dan Kenyakinan
Klien menganut agama islam. Klien selalu berdoa agar segera diberi
kesembuhan
e. Pemeriksaan Fisik :
1) Kondisi Umum :
Klien tampak cemas, mengatakan agak takut dan gelisah dengan
memegangi perut dan sesekali memengangi lipat pahanya, Kesadaran
compos metis 456, pupil isokor, konjungtiva merah muda
2) Tanda-tanda Vital :
pada saat pengkajian pre op (TD 110/70 mmHg, HR 84 x/menit, RR
16x/menit, S: 36,50C), (intra op TD 100/70mmHg, HR: 80 x/menit, RR
18x menit, S: 36,50C), post op: 104/64 mmHg, HR 85x/menit, RR
20x/menit, S: 360C).
3) Kepala
Luka (-) laserasi (-) Warna pada dahi dan kepala sawo matang,
pembesaran kepala (-).
4) Mata
Sklera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada
ikterus, pupil isokor 3mm/3mm dan reflek cahaya positif kanan dan kiri.
5) Telinga
6
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan, pendengaran berfungsi
dengan baik, mampu memahami ucapan orang lain.
6) Hidung
Tidak terdapat lesi dihidung, tidak terjadi polidipsi hidung, tidak terdapat
sumbatan dihidung, tidak keluar cairan dari hidung, nafas spontan.
7) Mulut
Mukosa mulut lembab, kebersihan mulut cukup bersih
8) Tenggorokan
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, edema (-), nyeri tekan (-),
pembesaran tyroid (-).
9) Dada
I : Ekspansi dada normal, tidak terlihat rektrasi dada, pernapasan
cuping hidung (-)
P : Tidak terdapat massa, tidak terdapat nyeri tekan
P : Sonor
A : vesikuler disemua lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
I : warna kulit sama dengan area sekitar
P : ictus cordis di ICS4 midclavicula sinistra, edema(-), distensi vena
jugularis (-)
P : dullnes
A : S1S2 tunggal, tidak terdapat bunyi tambahan :S3 dan S2(-)
10) Abdomen
I : abdomen terlihat cembung, warna kulit sawo matang sama
dengan area sekitar
A : terdengar suara peristaltik usus, bising usus (+)
P : nyeri (+), edema(-)
P : timpani
11) Ekstermitas dan reflex
ROM bebas, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
7
Terpasang infus pada tangan kiri dengan menggunakan ringer laktat.
12) Kulit dan kuku
CRT <2 detik, warna kulit sawo matang, tidak terdapat sianosis,
integritas kulit baik, tidak terdapat lesi.
13) Terapi
Infus RL500 cc
Persiapan operasi
Keluarga klien sudah menandatangani lembar inform consent, hasil lab sudah
disertakan dan sudah mendapatkan persetujuan dari dokter anestesi dan dokter
bedah.
8. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri akut (D. Agen pencedera
Pasien meringis dan mengatakan 0077) biologis
nyeri di daerah lipat paha sebelah
kanan
DO:
Pasien tampak menyeringai dan
memegani perutnya dan sesekali
memegang lipat paha kanan.
2 DS: Ansietas Ancaman
“saya agak takut mbak, tetapi saya juga (D.0080) terhadap konsep
kepingin sembuh” diri
DO:
Pasien nampak gelisah dan cemas
8
1)
DS:
a. Pasien meringis
DO:
b. Pasien tampak menyeringai dan memegani perutnya
Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan
ditandai dengan: (D.0080)
DS:
Pasien terlihat merasa takut akan linkungan baru di kamar operasi
DO:
Pasien nampak gelisah
9. Intervensi Keperawatan Menurut SLKI, SIKI (Edisi 1 : Cetakan II)
No SDKI SLKI SIKI
9
b/d selama 1x24 jam diharapkan - Observasi
Ancaman Tingkat Kecemasan Identifikasi kemampuan
Terhadap Menurun. mengambil keputusan
Konsep Tingkat ansietas (L.09093) Dengarkan dengan penuh
Diri Menyingkirkan tanda perhatian
(D.0080) kecemasaan. (5) Pahami situasi yang
Tidak terdapat perilaku membuat ansietas
gelisah (5) - Terapeutik
Frekuensi napas menurun (5) Informasikan secara
Frekuensi nadi menurun (5) factual mengenai diagnosis,
Menurunkan stimulasi pengobatan, dan prognosis
lingkungan ketika cemas. (5) Anjurkan keluarga untuk
Menggunakan teknik tetap bersama pasien
relaksasi untuk menurunkan Anjurkan mengungkapkan
cemas. (5) perasaan dan persepsi
Konsentrasi membaik (5) - Edukasi
Pola tidur membaik (5) Ajarkan tehnik distraksi
10
klien dan keluarga tentang takut, dan cemas
keuntungan operasi yang - TTV: HR
dilakukan untuk mengurangi 80x/menit, RR
masalah ketakutannya dalam 18x/menit, S:
menghadapi operasi 36,5C
3. Memberikan informasi yang A: Masalah ansietas
cukup dan sederhana tentang teratasi sebagian
prosedur operasi, berikan P: Lanjutkan intervensi
jawaban dengan benar dan no 4 dan 5 di ruang pre
sejujurnya serta hindari op
kesalahpahaman
4. Mengajarkan dan motivasi klien
dan keluarga untuk selalu
berdoa dalam mengurangi
cemas klien
5. Mengajarkan klien teknik
distraksi
11
l. Suhu ruangan : 20,5o C
m. Kelembapan udara : 64%
n. Tindakan aseptic tim operasi : Baik
o. Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg, HR 84 x/menit, RR
16x/menit, S: 36,50C
p. Macam operasi : Bersih
q. Urgensi operasi : Elektif
2. Analisa Data
12
Terpasang arde( diatermi)
di daerah betis sebelah
kiri coagulan 40, cutting
40
13
3. Resiko perubahan suhu tubuh (hypotermi) berhubungan dengan Suhu
lingkungan rendah(D.0140), Perencanaan Keperawatan Menurut SLKI, SIKI
(Edisi 1 :Cetakan II)
No SDKI SLKI SIKI
Resiko Infeksi b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pengontrolan infeksi intraoperatif (I.
tindakan Invasif selama 1x24 jam diharapkan klien 14552)
(D. 0142) terhindar dari resiko infeksi dengan - Observasi
kriteria hasil: Identifikasi pasienn yang mengalami
Tingkat Infeksi (L.14137) penyakit infeksi menular
Kebersihan tangan meningkat (5) Periksa sirkulasi udara di kamar
Kebersihan badan meningkat (5) operasi sesuai protokol
Demam menurun (5) Periksa kelayakan alat steril yang akan
Kemerahan menurun (5) digunakan untuk pembedahan
Bengkak menurun (5) - Terapeutik
Terapkan kewaspadaan umum ( cuci
tangan aseptik, gunakan APD seperti
masker, sarung tangan, pelindung
wajah, pelindung mata, apron, sepatu
bot sesuai model transmisi
mikroorganisme)
Pertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal
Desinfeksi kulit dengan chlorexidine
sesuai protokol
Berikan profilaksis antibiotik sesuai
indikasi
Lakukan irigasi luka dengan cairan steril
atau cairan povidone iodine
Resiko hipotermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipotermia (I. 14507)
Perioperatif b/d selama 1x24 jam diharapkan klien - Observasi
tindakan terhindar dari resiko Hipotermia dengan Monitor suhu tubuh
pembedahan kriteria hasil:
Identifikasi penyebab hipotermia (mis,
(D.0141) Termogulasi (L.14134) terpapar suhu lingkungan
Menggigil menurun (5) rendah,pakaian tipis)
Pucat menurun (5) Monitor tanda dan gejala akibat
Tajijardi menurun (5) hipotermia (hipotermia ringan:
Suhu tubuh membaik (5) takipnea, disartria, menggigil,
hipertensi)
- Terapeutik
Sediakan lingkungan yang hangat (atur
suhu ruangan)
Ganti pakaian dan atau linen yang
basah
Lakukan penghangatan pasif (selimut,
menutup kepala, pakaian tebal)
- Edukasi
Anjurkan makan/minum yang hangat
Resiko cedera Manajemen Kesehatan Lingkungan
(I.14512)
14
b/d - observasi
Identifikasi kebutuhan keselamatan
Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
- Terapeutik
Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan, jika memungkinkan
Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan resiko
Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
Tgl/dx Implementasi Evaluasi
25-10- 1. Melakukan tehnik cuci tangan S:-
2021 sesuai protap O:
2. Memakai baju dan sarung Cuci tangan dengan teknik steril
tangan sesuai protap Mempertahankan area aseptic
Scub ners memakai baju steril pada pemasangan gaun op.
dengan bantuan circulating ners Pemakaian sarung tangan
untuk menalikan bagian dengan tehnik closed gloving
belakang yang tidak steril, Tim operasi : 7 orang
memakai sarung tangan dengan Jarak area steril dengan tidak
tehnik closed gloving steril 30 cm
3. Tetap mempertahankan teknik Antibiotic ceftriaxone 1 gram
aseptik dalam membantu Desinfeksi lapangan operasi
memakaikan gaun dan sarung menggunakan povidon iodine an
tangan ke tim operasi lain didiamkan selama 4 menit
4. Membatasi personil kedalam A : Masalah teratasi sebagian
kamar operasi P : Lanjutkan intervensi nomor 6 di
a. Operator ruangan
b. Asisten 1
c. Asisten 2
d. SN1 dan SN 2
e. Circulating ners
f. Perawat anasthesi
5. Menggunakan tehnik aseptik
selama operasi
Instrumen dan alat-alat lain
yang dipergunakan steril, jarak
untuk area ataupun tim operasi
yang tidak kondisi steril adalah
minimal 30 cm
6. Mengkolaborasikan pemberian
antibiotic oleh operator dan
dilaksanakan oleh CN
7. Mengkolaborasikan dengan
15
asisten op. untuk mendesinfeksi
lapangan operasi dengan benar
25-10- 1. Observasi tanda-tanda S:-
2021 hypothermia O:
2. Pertahankan ruangan pada suhu - Akral dingin
yang standar - t klien : 36°C
3. Selimuti klien
- t AC OK 5: 16°C
- Klien terpasang selimut
A:
masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi no 1-3 dan
berikan incubator/ penghangat pada
klien
1. Pengkajian
Tgl DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: pasien mengatakan agak sakit Trauma pasca Perubahan
pada daerah operasi operasi kenyamanan
DO: (nyeri)
25-10-2021
Perubahan pada ekspresi wajah
Nadi 100x/mnt
RR 20x/menit
Skala nyeri 4
16
25-10-2021 DS : Resiko Suhu
Klien mengatakan badannya terasa perubahan suhu lingkungann
dingin tubuh rendah, post
DO : (hypotermi) op, efek
t klien : 35,8°C anastesi
Akral dingin
N : 100x/menit
Klien terpasang cairan infus RL
17
3. Perencanaan Keperawatan Menurut SLKI, SIKI (Edisi 1 : Cetakan II)
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
b/d Agen perawatan selama 1x24 (I.08238)
Pencedera jam diharapkan - Observasi
Fisik Kontrol Nyeri Identifikasi lokasi,
(D.0077) (L.08063) karakteristik, durasi,
Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
(5)
Identifikasi respon
Ekspresi wajah
nyeri non verbal
meringis mulai Monitor TTV sebelum
menurun (5) dan sesudah
Kesulitan tidur semakin pemberian analgesic
menurun (5) - Terapeutik
Gelisah menurun (5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
Pola napas membaik
mengurangi rasa nyeri
(5) Identifikasi riwayat
alergi obat
Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
- Edukasi
Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Resiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipotermia (I.
hipotermi keperawatan selama 1x24 14507)
b/d indakan jam diharapkan klien - Observasi
pembedaha terhindar dari resiko Monitor suhu tubuh
n (D.0141) Hipotermia dengan Identifikasi penyebab
kriteria hasil: hipotermia (mis,
Termogulasi (L.14134) terpapar suhu
Menggigil menurun (5) lingkungan
Pucat menurun (5) rendah,pakaian tipis)
Tajijardi menurun (5) Monitor tanda dan
Suhu tubuh membaik gejala akibat
(5) hipotermia
(hipotermia ringan:
takipnea, disartria,
menggigil, hipertensi)
- Terapeutik
Sediakan lingkungan
yang hangat (atur
suhu ruangan)
Lakukan
18
penghangatan pasif
(selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
- Edukasi
Anjurkan
makan/minum yang
hangat
Tanggal/dx Implementasi Evaluasi
25-10-2021 1. Mengobservasi respon S: -
nyeri O: Nadi 94x/mnt
2. Mengajarkan teknik RR 16x/menit
retraksi relaksasi Skala nyeri 2
A: Tujuan teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi ke
ruangan
19
BAB IV
PENUTUP
.4.1 KESIMPULAN
1. Hernia merupakan masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh
prosesus vaginalis berobliterasi. Sumber lain mengatakan bahwa hernia
merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian
tubuh yang seharusnya tidak ada. Secara umum hernia merupaka tonjolan
yang terjadi akibat protrusi abnormal jaringan, organ atau bagian organ
melalui struktur yang secara normal berisi. Hernia Scrotalis sendiri adalah
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar)..
2. Pada tahap pre operatif dilakukan pengkajian, analisa data, penentuan
diagnosa ditemukan masalah keperawatan kecemasan dan menghadapi
operasi, dan telah di lakukan intervensi keperawatan (komunikasi
terapeutik, informasi, edukasi). Setelah itu di lakukan evaluasi, masalah
klien teratasi.
3. Pada tahap intra operatif masalah yang timbul adalah resiko cedera, resiko
infeksi, resiko hypotermi dan perawat sudah melakukan tindakan
pembedahan sesuai prosedur sehingga masalah teratasi.
3. Pada tahap post operatif masalah yang timbul adalah perubahan
kenyamanan nyeri, dan hypotermi.
4.2 SARAN
a. Bagi Instansi
Sebagai refrensi di bidang keperawatan dalam peningkatan mutu ilmu
pengetahuan dan diterapkan sebagai bentuk asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien dengan diagnose Medis Hernia yang di lakukan
tindakan Hernioraphy dan herniotomy
b. Bagi Perawat
Bagi perawat kamar operasi hendaknya lebih termotivasi untuk
meningkatkan pemberian asuhan keperawatan perioperatif dengan
semaksimal mungkin
20
c. Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini sebagai dasar pemahaman pasien dan
keluarga dalam tindakan operasi. Sehingga pasien dan keluarga lebih
kooperatif selama prosedur pembedahan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Burgener, Francis A & Kormano, Martti. 1997. Bone And Joint Disorder. New
York: Thieme.
22