PENDAHULUAN
1
1.3 Ruang Lingkup
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini hanya akan membahas asuhan
keperawatan perioperatif yang terdiri dari pre operasi, intra operasi, dan post
operasi pada Tn.U dengan kasus Hernia Inguinalis Medialis
1.4 . Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui secara lengkap asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Hernia.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan
keperawatan pre operatif pada pasien dengan hernia inguinalis
Medialis.
2. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan
keperawatan intra operatif pada pasien dengan hernia inguinalis
Medialis.
3. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan
keperawatan post operatif pada pasien dengan hernia inguinalis
Medialis.
4. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien dengan hernia inguinalis
Medialis
.
1.5. Manfaat Penulisan
1.5.1. Bagi individu
Membandingkan teori yang diperoleh dengan praktik nyata di
lapangan dalam melakukan asuhan keperawatan nyata pada pasien hernia
inguinalis Medialis.
2
1.7.Bagi institusi
Menambah kepustakaan mengenai asuhan keperawatan dengan hernia
inguinalis Medialis. Sehingga bisa dikembangkan kembali oleh mahasiswa yang
lain, sesuai dengan perkembangan ilmu yang semakin berkembang.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 . Klasifikasi
1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia
femoralis dan sebagainya.
2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3. Menurut terlibat / tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia
serofalis dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia
diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan
sebagainya.
5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,
hernia strangulata.
6. Nama penemunya : H. Petit (di daerah lumbosakral), H. Spigelli (terjadi
pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior
pada muskulus rektus abdominis bagian lateral., H. Richter : yaitu hernia
dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7. Beberapa hernia lainnya : H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia
femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika
inferior., H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke
skrotum secara lengkap, H. Littre adalah hernia yang isinya adalah
divertikulum Meckeli.
4
2.3 . Anatomi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus
inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan
aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum
pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus.
Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat
ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio
inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian
proksimedial. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi
dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus
oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum
hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.
2.4 . Etiologi
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
2. Kelemahan jaringan
3. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
4. Trauma
5. Peningkatan tekanan intra abdominal.
6. Obesitas
7. Mengangkat benda berat
8. Konstipasi – mengejan
9. Kehamilan
5
10. Batuk kronik
11. Hipertropi prostat
12. Faktor resiko: kelainan congenital
6
direk, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya
memerlukan penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya
dapat dibuat pada waktu operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia
indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan dalam
hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk lebih cenderung
timbul sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan
massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika
pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan pemeriksa didalam
kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada
samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari tangan
adalah khas dari hernia direk.
2.6 . Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
herniayangtelahdireposisi.
2. Reposis
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali
pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan
kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih
sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi
dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
7
3. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000
tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya cara ini tidak
dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi
tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada taki sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.
4. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti
1. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong
2. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkandenganherniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus
inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutupdan
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.
tranversus internus abdominis dan musculus oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
8
internus abdominis keligamentum cooper pada metode McVay
Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn.U
Umur : 61 tahun
JenisKelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : Smp
Gol.Darah : A+
Alamat : Lampung Timur
Tanggungan : BPJS
No.RM : 150885
Tgl.MRS : 2 september 2019
Diagnosa : Hernia
A. RiwayatPraoperatif
1. Pasien mulai dirawat tanggal 1 oktober 2019 diruang Melati
2. Ringkasan hasil anamnese preoperatif:
Pasien datang ke RS DKT melalui poli bedah pada tanggal 1 oktober
2019 pukul 08.10 WIB diantar keluarga dengan nyeri dan ada benjolan
dibagian perut bagian bawah sebelah kanan.
3. Hasil pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital, Tgl 2 oktober 2019 Jam : 13.05 WIB
Kesadaran :Composmetis
GCS: E4 M6 V5
Orientasi : Baik
Suhu : 36,1`C
TD :130/90 mmHg
10
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Kepala & Leher :
Kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,
mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva ananemis, sklera anikterik,
hidung simetris, mulut simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran vena jugularis
4. Abdomen :
Adanya benjolan dibagian bawah kanan sebesar telur ,adanya nyeri
tekan di benjolan, suara perkusi timpani, bising usus 10x/menit
2. Pemeriksaan Penunjang:
Hasil laboratorium, Tgl : 1 oktober 2019 Jam : 09.10
Hasil :
HB : 12,6 g/dl
Leukosit : 6500
LED :11
Trombosit :261.000
Hematokrit :38%
CT : 8 menit
11
BT : 2 menit
GDS : 101 mg/dl
Pemeriksaan Ronsen
-Hernia Inguinalis medialis ( Direk)
3. Prosedur khusus sebelumpembedahan
No Prosedur Ya Tdk Waktu Keterangan
12
B. INTRAOPERATIF
1. Tanda-tanda vital,Tgl : 2 oktober 2019 Jam : 13.30 WIB
Suhu : 36.4oC
Tekanan darah : 130/90mmHg,
Frekuensi Nadi : 82 x/menit
RR : 20x/menit
2. Posisi pasien di meja operasi: Lateral
3. Jenis operasi : mayor
4. Nama operasi :Eksisi
5. Area / bagian tubuh yang dibedah perut bawah bagian kanan
2. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi:
Dokter Anestesi :dr. T, Sp.An asisten :R
Dokter bedah : dr. An, Sp.B ,asisten :A P
Perawat Instrumentator : Br
Perawat Sirkuler : Tr
SURGICAL PATIENT SAFETY CHEKLIST
SIGN IN TIME OUT SIGN OUT
Pasientelahdikonfirmasi : Setiapanggotatim Melakukanpengecekan
Identitaspasien operasi :
Prosedur memp Prosedursdhdicatat
Sisioperasisudahbenar erke- Kelengkapanspons
Persetujuanuntukopera nalkandiridanpera Penghitunganinstru
sitelahdiberikan nmasing-masing. men
Sisi yang Pemberian
akandioperasitelahdi Tim lab Pl
tandai operasimemastikanba padaspesim
Ceklistkeamananan hwasemua orang di en
estesitelahdilengkap ruangoperasisalingke Kerusakanala
i nal. tataumasalah
Oksimeter pulse lain yang
padapasienberfun Sebelummelakukansay perluditanga
gsi atanpertamapadakulit : ni.
Apakahpasienmemi Tim Tim bedah membuat
likialergi ? mengkonfirmasidenga peren- canaan post
Ya nsuara yang operasi sebe lum
Tidak kerasmerekamelakuka memindahkan pasien
n: dari kamaroperasi
Apakahrisikokesuli
tanjalannafas / Operasi yangbenar
aspirasi ? Padapasien yangbenar.
Tidak Antibiotik profilaksis
telahdiberikan dalam 60
Ya,
menitsebelumnya.
telahdisiapkanp
eralatan
Risikokehilangandara
13
h> 500 ml pada orang
dewasaatau> 7 ml/kg
BB padaanak-anak
Tidak
Ya, peralatan akses cairan
telahdirencanakan
14
19. Kemudian klem dan pita tegel dilepas, bagian kantung diheating dan
lakukan timeout
20. Kemudian heating lapisan demi lapisan kulit
21. Tutup luka jahitan dengan sufratule, kassa kering, hypafix
22. Operasi selesai bereskan alat
23. Lepas jas operasi dan handscoon sesuai SOP
24. Cuci tangan
C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke: RR, jam 14.35 WIB
2. Keluhan saat di RR/PACU: Tidak ada
3. Air Way : Tidak ada sumbatan, suara napas paten
4. Breathing : Terlihat pengembangan dada, teraba hembusan nafas, RR:
20x/menit
5. Sirkulasi : TD : 130/80 mmhg, N: 82x/ menit, CRT 3 detik, S:36,4c
pendarahan :±250 ml
6. Observasi Recovery Room:
NO KRITERIA SCORE SCORE
1. WarnaKulit
- Kemerahan /normal 2
- Pucat 1 2
0
- Cianosis
2. Aktifitas Motorik
- Gerak 4 anggota tubuh 2
- Gerak 2 anggota tubuh 1 1
0
- Tidak ada gerakan
3. Pernafasan
- Nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2
- Nafas dangkal dan adekuat 1 2
0
- Apnea atau nafas tidak adekuat
15
4. Tekanan Darah
- ± 20 mmHg dari preoperasi 2
- 20–50mmHgdari preoperasi 1 2
- + 50 mmHg dari pre operasi 0
5. Kesadaran
- Sadar penuh mudah dipanggil 2
- Bangun jika dipanggil 1 2
0
- Tidak ada respon
9
KETERANGAN
Pasien dapat dipindah kebangsal, jika score minimal8
Pasien dipindahke ICU, jika score < 8 setelah dirawat selama 2
jam
BROMAGE SCORE
NO KRITERIA SCORE SCORE
1 Dapat mengangkat tungkai 0
bawah
2 Tidak dapat menekuk lutut tetapi 1 1
dapat mengangkat kaki
3 Tidak dapat mengangkat tungkai 2
bawah tetapi masih dapat
mengangkat lutut
4 Tidak dapat mengangkat kaki 3
sama sekali
KETERANGAN
Pasien dapat dipindah kebangsal, jika score kurang dari 2
16
10. Balance cairan
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)
14.20 Oral - Urine -600 ml
Enteral - Muntah
Parenteral - IWL 15x55/24=34,37
1500 ml 250 ml
Impus Pendarahan
Jumlah 1500 ml Jumlah 884 ml
11. Pengobatan
Ketorolac 30mg/ 8 jam melalui IV
Ranitidin 25mg012 jam melalui IV
Cetriaxone 1g/ 8 jam melalui IV
Leher
Dada
Genitalia
Ekstremitas
17
3.2 Analisa Data
DATA SUBYEKTIF & MASALAH ETIOLOGI
OBYEKTIF KEPERAWATAN
PRE OPERASI
Ds : Ansietas Prosedur tindakan
Pasien mengatakan pembedahan
takut untuk operasi
Pasien mengatakan
takut operasi nya gagal
DO :
Pasien tampak cemas
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak banyak
bertanya tentang
tindakan operasi
cTD : 130/90 mmhg
N : 82x/menit
c
RR : 20 x/menit
Ds :
Do :
Klien Tampak
mengeluh kesakitan
Ada tampak benjolan
di perut bagian bawah
kanan sebesar telur
Ronsen : hernia
inguanalis medialis
medialis ( direk)
INTRA OPERASI
18
Ds :- Resiko Hipotermi Suhu lingkungan
rendah
Do :
Suhu ruangan 22,8%
TD 130/90 Mmhg
Suhu 36,1 C
Nadi 82 x/menit
Bibir pucat
akraL dingin
POST OPERASI
DS: Resiko Cidera Proses Pemindahan
Klien mengatakan klien ke brankar
proses pembiusan di
tulang belakang
DO:
Klien tampak selesai
post op laparatomy
Klien tampak anestesi
spinal
3.3 Diagnosa
1. Ansietas b.d prosedur tindakan operasi
2. Nyeri Akut b.d adanya benjolan di abdomen
3. Resiko hipotermi b.d suhu lingkungan rendah
4. Resiko cidera b.d proses pemindahan klien ke brankar
19
normal 5. Mengajarkan mengenai
Pasien teknik relaksasi tindakan
siap napas dalam operasi
menjala Pasien
ni mengatak
operasi an siap di
operasi
O:
Pasien
tampak
lebih
tenang
Pasien
tampak
banyak
berdoa
dari pada
bertanya
TD
130/90
mmhg
Nadi
82x/menit
Suhu 36,4
c
RR 20 X/
menit
A: Masalah
ansietas
teratasi
P: Hentikan
Intervensi
(pasien
dipindahkan
ke kamar
operasi)
2. Nyeri Akut Setelah 1. Mengukur TTV S: Klien
b.d adanya dilakukan Klien mengatakan
benjolan di asuhan 2. Mengkaji nyeri nya
abdomen keperawatan karakteristik berkurang
diharapkan nyeri dan skala
nyeri nyeri (0-10) O:
berkurang 3. Memberikan Pasien
dengan posisi nyaman posisi
kriteria 4. Mengajarkan Supine
hasil: teknik relaksasi Pasien
20
Nyeri napas dalam tampak
Terkontr 5. Kolaborasi tenang
ol dengan dokter Skala
Skala pemberian nyeri 3
nyeri analgetik A: Masalah
berkuran nyeri akut
g 1-3 teratasi
P:
pertahankan
intervensi
(pasien
dipinahkan ke
Ruang RR)
3. Resiko Setelah 1. MemonitorTTV S:-
hipotermi dilakukan 2. Pantau tanda-
b.d suhu tindakan tanda hipotermi O:
ruangan yg keperawatan 3. Menyelimuti Suhu
rendah diharapkan pasien dengan ruangan
hipotermi selimut hangat 22,8 C
tidak terjadi 4. Memantau suhu TD
dengan ruangan 130/90
criteria hasil Mmhg
: RR 20X/
-Suhu tubuh menit
dalam batas Suhu 36 C
normal Nadi 82
-Akral x/menit
hangat Pasien
terpasang
selimut
Akral
hangat
CRT 3
detik
A : Masalah
resiko
hipotermi
tidak terjadi
P:
Pertahankan
Intervensi
(Pasien
dipindahkan
ke Ruang RR
21
)
4 Resiko Setelah 1. Mempertahankan S:Klien
cidera b.d dilakukan posisi klien ( mengatakan
proses tindakan kepala lebih mengerti dan
pemindahan keperawatan tinggi 30ᶞ dari tidak duduk
pasien ke diharapkan: badan ) dan turun dari
brankar Klien 2. Mendekatkan bet tempat tidur
dapat disamping pasien
dipindah 3. Memasang O:-Klien
kan easymoov pada tampak
dengan klien mengerti yang
aman 4. Menganjurkan dijelaskan
klien untuk tidak - Klien
duduk maupun tampak
turun dari dipindahk
tempat tidur an dengan
sampai besok aman
siang A: Masalah
resiko cidera
tidak terjadi
P: Lanjutkan
Intervensi
(pasien
dipindahkan
ke ruang
rawat)
22
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen
dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga
Saunders Company,2000)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
1. Jakarta,2000). Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal
Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan /
infeksi luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi
dapat terjadi Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama
23
merupakan atropi testis karena lesi. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta:
PT Gramedia,1993).
mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara penulis dengan pasien
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan
24
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
membuat sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan tercapai seperti perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak
Rencana Keperawatan:
Rencana keperawatan :
b.. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-
25
7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
kebutuhan.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam
pemberian terapi.
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah),
dan menetukan tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan
terapi.
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka
26
aktifitas pasien sesuai kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap,
E. EVALUASI KEPERAWATAN
ini, penulis akan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga
diagnosa tersebut, akan penulis paparkan penjelasan tentang hasil evaluasi pada
kasus Tn.T.
teratasi sebagian, karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka
insisi pembedahan. Hasil evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri
berkurang.
masalah sudah teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka
bersih, tidak terdapat perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka
Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang, keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-
op, masalah telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah
mampu duduk dan melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga
27
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep
medik dan konsep pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi
dengan kenyataan kasus yang penulis hadapi, maka ada beberapa hal yang
dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia
adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen
(seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr.
Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
28
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu
faktor resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan
intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara
olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-
abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan
mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan
berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-
abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
29
pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar
10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia
umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik Hernia.
B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia.
Adapun saran yang penulis sampaikan adalah:
a. Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat
membantu menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan
menggunakan teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah Herniasi.
Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat membantu dalam
pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus mencari
perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang
berkontribusi pada cekikan.
b. Bagi perawat dan tenaga kesehatan:
Selalu mengingatkan pasien tentang cara-cara membatasi terjadinya
kontribusi cekikan yang memperparah kondisi pasien.
c. Bagi siswa:
Memberikan informasi yang benar kepada lingkungan sekitar tentang
batasan-batasan mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-
faktor ain yang dapat menimbulkan Hernia.
30
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), “Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis”, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta
31