Anda di halaman 1dari 27

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Tn. I DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS
DI RUANG OK RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :

APRIANTO UNTUNG
2017.C.09a.0876

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANAKEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam
kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis
bersifat Strangulasi dan inkarserasi. Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi
usus nomor satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah appendicitis akut
di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010). Hernia inguinalis merupakan penonjolan
yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.
Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu
peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat
dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua,
kehamilan,prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional,
overweightdan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010 dan Burney, 2012). Hernia
inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka kejadian hernia inguinalis
meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi bimodal (dua
modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan pada usia rerata
40 tahun (Greenberg et al, 2008 dan Sjamsuhidajat, 2010).
Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia
femoralis (Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al 2002). Secara umum, kejadian
hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan.
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya
meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita
hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran
yang paling banyak adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-
negara Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat
arab adalah Negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950
penderita pada tahun 2011. Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan
Republik Indonesia di Indonesia periode Januari 2010 sampai dengan Februari
2011 berjumlah 1.243 yang mengalami gangguan hernia inguinalis, termasuk
3

berjumlah 230 orang (5,59%) (DepKesRI, 2011). Berdasarkan data yang didapat
di Irna Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Bulan Januari-Maret 2016,
terdapat 18 orang pasien yang dirawat dengan kasus hernia .
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas penulis tertarik untuk memaparkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan laparatomy eksplorasi atas indikasi
hernia inguinalis dengan penerapan terapi relaksasi musik sebagai salah satu
evidence based practise serta pelaksanaan discharge planning sebagai manajemen
ruangan di Ruang Bedah Pria RSUP Dr.M.Djamil Padang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
“Bagaimana laporan pendahuluan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis di ruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan laporan studi kasus adalah untuk
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan dengan diagnosa
medis Hernia Inguinalis di ruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui tentang konsep dasar Hernia Inguinalis.
1.3.2.2 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Hernia Inguinalis.
1.3.2.3 Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan diagnosa medis Hernia
Inguinalis.
1.3.2.4 Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Hernia Inguinalis dengan diagnosa keperawatan.
1.3.2.5 Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Hernia Inguinalis.
1.3.2.6 Melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis.
4

1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pemikiran mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Hernia
Inguinalis.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan
keperawatan dasar manusia pada klien dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis.
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah membina
hubungan saling percaya dengan klien. .
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2.3 Bagi Puskesmas
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada klien
dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis.
1.4.2.4 Mahasiswa
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi
di dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi
jaringan, peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti
loop usus atau organ-organ internal lainnya. Faktor yang termasuk
pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intra-abdomen, yang
mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih
bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz,
et.All. Principles of Surgery. Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah
segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia
dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding
abdominal, melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga
abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B SaundersCompany,2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi
di dinding otot perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi
bagian-bagian tersebut secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu
terjadi di rongga abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia
tidak dapat ditempatkan kembali di rongga abdominal, maka hal itu diketahui
sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran mungkin menjadi obstruksi.
Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah obstruksi, Hernia
menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis, Heitkemper,
Dirksen. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia
adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen
6

(seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek


tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan
Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong, dan isi Hernia. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh
prosesus vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000).
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan
diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor
resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau
latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen
karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

2.3 Patofisiologi
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,2006.
Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75%
dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis
7

atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding
abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect.
Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya
mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan
saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum
kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum
muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui
Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung
Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai
dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin
inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan
dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering
pada orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di
mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya
terjadi pada obesitas atau wanita hamil. 
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan
selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan,
bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau
tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa
nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya
dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang
terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal. 
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga
perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti
dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang
terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke
rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang
dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke
hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
8

cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia
menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang. 
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan
rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.
Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut,
mual, muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri
atas tindakan menjepit defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post
operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan
membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri
(Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,2006).

2.4 Manisfestasi klinis


Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,2003. Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis
adalah:
1. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan
timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya
mengedan, batuk-batuk, menangis. Jika pasien tenang dan berstirahat,
maka benjolan akan hilang secara spontan.
2. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum,
pada bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat
dimaksudkan kembali rongga abdomen.
3. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal
reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal
ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus
Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut Hernia Strangulata.
9

4. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden


tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata
terjadi pada 12 % kasus Hernia.
5. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit
akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
6. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
7. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sasak nafas.
8. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah
besar.
2.5 Komplikasi
1. Hernia berulang,
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
3. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
4. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
5. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
6. Fostes urin dan feses,
7. Residip,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

2.6 Klasifikasi
a. Menurut Tofografinya: Hernia Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia
Femoralis dan sebagainya.
b. Menurut isinya: Hernia usus halus, Hernia omentum, dan sebagainya.\
c. Menurut terlibat/tidaknya: Hernia eksterna (Hernia ingunalis, Hernia
serofalis dan sebagainya).
d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia
Foramen Winslowi, Hernia Obturatoria).
10

e. Causanya : Hernia Kongenital, Hernia Traumatika, Hernia Visional dan


sebagainya.
f. Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia irreponibilis, Hernia
inkarserata,  Hernia skrotalis dan Hernia strangulata.

2.7 Penatalaksaan medis


Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau
umum. Operasi terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan
tujuan menjepit Anulus femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural,
Hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan Ligamentum Inguinale ke
ligamentum cooper. Tehnik Bassini melalui region Inguinalis, ligamentum
inguinale di jahitkan keligamentum lobunase Gimbernati.
a. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi berupa ligasi Plofesis
vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat
mungkin kaena resiko terjadinya inkarserata.
b. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang
NGT, infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi
trendelenburg dengan tertidur tekanan intra peritoneal. (Arif Mansjoer,
Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,2000)
c. Terapi
Pra Operasi:
1. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
2. Lakukan perawatan rutin jalur IV. Puasakan.
3. Hindari melakukan tindakan sendiri.
4. Jaga agar kantong atau Visera tetap lembab.
5. Gunakan tindakan kenyamanan.

Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
2. Berikan tindakan kenyamanan
3. Dukungan keluarga. (Wong, Wong’s nursing care of infant and
children. St. Louis,2004)
11

2.8 Pengkajian keperawatan


Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Persiapan Pra Operatif
1) Informed consent (tanda persetujuan secara tertulis).
2) Penyuluhan pre operasi :
a) Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan
dioperasi.
b) Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah
dilakukan Herniotomy.
c) Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka /
insisi setelah operasi.
d) Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien
diajarkan tentang kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas
dalam.
3) Persiapan fisik.
a) Nutrisi
Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi
karbohidrat, protein, vitamin dan kalori. Pasien harus berpuasa 12 –
18 jam sebelum operasi.
b) Cairan
Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan
pemberian cairan dan elektrolit maupun plasma sebelum operasi.
Perhatikan balance 6 – 8 jam pre operasi.
c) Hygiene
- Pasien harus mandi sebelum operasi.
- Kuku disikat dan cat kuku dibuang.
- Mulut harus dibersihkan.
d) Istirahat
Malam sebelum operasi diusahakan agar pasien dapat tidur nyenyak
dan beristirahat, kalau perlu kolaborasi pemberian obat penenang.
e) Eliminasi
- Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin kateterisasi
harus dihindari.
12

- Pengosongan isi usus dengan pemberian garam fisiologis atau di


lavement.
f) Obat-obatan pre medikasi
Pre medikasi:
Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan dengan
baik dan lancar, dan bertujuan sebagai:
a. Menghilangkan rasa gelisah dan takut sebelum operasi.
b. Menurunkan BM, mengurangi pemakaian O2 tubuh.
c. Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk
menahan keluarnya air liur dan sekresi di bagian atas tenggorok
untuk mencegah konvulsi dan muntah.
d. Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).
e. Analgesia, yang sering digunakan adalah:
 Morfin untuk mengurangi perasan sakit.
 Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran pernafasan.
 Obat anti muntah.
g) Kulit
Mencukur bagian yang akan dioperasi.
h) Observasi tanda-tanda vital
i) Transporting pasien
Pasien harus dibawa tepat pada waktunya, jangan terlalu cepat,
sebab terlalu lama menunggu saat operasi akan menyebabkan
pasien gelisah dan takut. Baju pasien diganti dengan baju khusus
operasi, barang-barang berharga diserahkan pada keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pada operasi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Perencanaan asuhan keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
13

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam


diharapkan nyeri
Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)
- Tampak rileks
- TTV dalam batas normal (TD : 100/80 mmHg, N : 60-100 x/menit, S
: 360 C, RR : 16-20 x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
- Observasi TTV
- Kaji insisi bedah,perhatikan edema, perubahan kontur luka/inflamasi
- Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam,
lingkungan
- yang tenang dan tekhnik relaksasi
Kolaborasi:
- Berikan analgesik, narkotik sesuai indikasi
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan kurang volume cairan dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor kullit baik
- Haluaran urine adekuat
- intake Oral, Prenatal adekuat
- TTV dalam batas normal (TD : 120/80 x/menit, RR : 16-20 x/menit,
S : 360 C, N : 60-100 x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TD dan Nadi
- Lihat membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler
14

- Awasi masukan haluaran, catat warna urine, konsentrasi

Kolaborasi:
- Pertahankan penghisapan gaster atau usus
- Berikan cairan infus dan elektrolit
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor,
Fungsiolaesa)
- TTV stabil
- Terdapat tanda-tanda penyembuhan
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TTV, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
meningkatnya nyeri abdomen, perubahan mental
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang baik,
dan perawatan luka septic
- Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan
Kolaborasi:
- Ambil kultur contoh drainase bila diindikasikan
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan Defisit Perawatan diri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri
Intervensi :
Mandiri :
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar
15

- Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan


pasien sendiri
- Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
- Berikan perawatan sesuai kebutuhan
16

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. PRE OPERASI/PRE MEDIKASI
1. Serah terima pasien
Pasien tampak composmentis (GCS :15), E : 4 (Pasien dapat membuka mata
spontan), V : 5 (pasien dapat berbicara), M : 6 (pasien dapat mengerakan
tubuhnya) GCS :15), menggunakan Nasal Canule (volume oksigen 3liter),
terpasang infus RL disebalah tangan kanan (20 tpm ), terpasang kateter,
gelang pasien Sebelah kiri (berwarna merah).
Tn. I mengeluh nyeri dibagian scrotum dan mengatakan nyeri nya sangat
sakit sekali sampai tidak dapat tidur dengan tenang. Dari hasil pengkajian
nyeri dengan PQRST didapatkan hasil P (karena ada benjolan lipatan paha
pada scrotum),Q (nyeri seperti tertusuk – tusuk ), R(nyeri pada bagian
scrotum dan tidak menyebar), S(skala nyeri 5), T(nyeri hilang timbul).
2. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 65 thn
Alamat : Jl.pilau , Palangkaraya
Diagnosa Medik : Hernia Inguinalis
Tindakan Op. : Herniatomy
3. Pemeriksaan Fisik/Psikologi
TTV : S: 370C , N : 80x/mt, RR : 22x/mt, TD :120/90mmHg
Reaksi Fisik : Diam dan tampak tegang
Reaksi Psikologi : Ansietas
Persiapan Operasi : Menenangkan pasien dan menyiapkan pasien untuk tindakan
Informed Concent/Ijin: Anestesi Puasa Cukur
Pemeriksaan Penunjang: Lab Radiologi EKG
Pre medikasi:
Jenis Obat Dosis Rute Indikasi
17

RingerLactat 500ml Intravena Untuk memenuhi kebutuhan


cairan
Ketorolac 30 mg Intravena Golongan obat antiinflamasi
nonsteroid untuk meredakan
nyeri dan perdangan.
Lansoprazole 30mg Intravena Golongan obat penghamabt
pompa proton pump inhibitor
untuk mencegah mual dan
muntah

B. INTRA OPERASI
1. Kelengkapan Tim Operasi
Bedah : Herniotomy
Anestesi : Regional
Jenis Anestesi : Spinal Anastesi
2. Tanda daerah operasi: Lokasi : daerah scrotum
3. Kelengkapan Anestesi: IV Line: Ecron 10mg
Obat-obatan: tidak ada
4. Riwayat asma/alergi: Tidak ada
5. Posisi operasi: Supinasi
6. Rencana dilakukan tindakan: Berikan anestesi pada pasien
7. Observasi tindakan operasi
1. Lakukan pembiusan umum.
2. Posisi pasien terlentang (supinasi).
3. Memasang elektroda untuk memonitor TTV pasien
4. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
5. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
6. Insisi Gibson yaitu mulai 2 jari medial SIAS kearah simfisis pubis
diperdalam lapis demi lapis. Muskulus oblikus abdominis eksternus,
internus dan transversus dipisahkan sesuai seratnya.
7. Melebarkan bagian daerah lapisan perut yang sudah di insisi.
8. Ureter diidentifikasi dengan ciri:berupa saluran warna putih, tidak
berdenyut dan berjalan bersama-sama dengan arteri spermatika interna
pada laki-laki atau arteri ovarika  pada wanita.
9. Raba batu dan bersihkan ureter
18

10. Evaluasi cairan/urin yang keluar dari ureter (jernih)


11. Lakukan sondase ke arah distal dan proksimal. Bila sondase lancar
lakukan spoeling.
12. Jahit ureter yang diinsisi dengan silk/benang operasi 4-0 secara jelujur.
13. Pasang drainase fiksasi dikulit dengan silk 2-0.
14. Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan kassa steril dan
plester(hypapix).
15. Pasien diangkat ke brangkar lalu dipindahan dari ruang OK ke ruang
pemulihan
8. Observasi tindakan anestesi :
1. Memastikan infus pasien menetes dengan lancar.
2. Mempersiapkan alat intubasi dan obat anastesi didalam bak instrumen.
3. Memberikan obat anestesi profofol melalui IV Line.
4. Reaksi anestesi baru bekerja 5-10 menit setalah diberikan
5. Dokter anestesi memasang pipa jalan nafas setelah obat anestesi bekerja
pada pasien, prosedur ini bertujuan untuk mendapatkan pasokan oksigen
yang cukup selama proses operasi
9. Pemeriksaan kelengkapan
Kasa: Kasa Basah dan Kasa Kering ( Kasa Steril) Jarum: Instrumen: Gunting
jaringan, pisau bedah, klem, pinset, dan kom kecil
8. Pemeriksaan kelengkapan
Kasa: Ada jarum: Ada Instrumen: Ada
9. Pemeriksaan cairan/jaringan tubuh: ada tidak ada

C. POST OPERASI/PASCA ANESTESI


1. Air way : Tidak ditemukan adanya sumbatan jalan nafas, tidak ada
lendir/dahak menutupi jalan nafas dan lidah tidak menutupi jalan nafas. RR
20 x/menit, SpO2 100 %
2. Breathing : Tipe pernafasan dada dan perut, bunyi nafas vesikuler, tidak
ada suara tambahan
3. Sirkulasi : TD: 120/80 mmHg, N 64 x/menit, akral hangat
4. Observasi RR
19

Steward Scor Aldrete Scor Bromage Scor


Saturasi Oksigen (SPO2) : Skor 2 (Mampu mempertahankan saturasi O2 >
92% dengan udara bebas)
Respirasi : Skor 2 (Mampu untuk nafas dalam)
Sirkulasi : Skor 2 (Tekanan darah ± 20 mmHg dari
keadaan pre anestesi)
Aktifitas : Skor 1 (Mampu menggerakkan ke-2 ekstremitas
dengan sendirinya atau diperintah)
Kesadaran : Skor 2 (Sadar Baik)
Total skor > 8
5. Serah terima pasien
Pasien masih tampak lemas karena pengaruh anestesi, kesadaran pasien somnolen
Eye: 3 (dengan rangsangan nyeri), verbal: 2 (suara saja ), motorik: 5 (melokalisir
nyeri). Total nilai GCS: 10 ( masih bisa dibangun dengan rangsangan namun
cepat kembali tidur), TTV terakhir setelah observasi N: 90x/menit, RR :
22x/menit, S : 37 C, terpasang infus RL 20 tpm pasien terpasang oksigen nasal
3lpm, terpasang infu RL 20 tpm, terpasang selang kateter, terpasang drainase,
terdapat luka post op Open Utererolithotomy.
20

ANALISA DATA

D. Pre Operasi
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : hernia Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri dibagian
crotum ketika beraktivitas Tindakan pembedahan
- Rasanya sepeti tertusuk – tusuk
Agen pencedera fisik
- Dibagian scrotum
- Skala 5 Nyeri akut
- Nyeri hilang timbul

DO:
- Ps tampak diam dan tegang
- TTV:
S : 370C
N : 80x/mt
RR : 22x/mt
TD :120/90mmHg
hernia Ansietas
DS :
Tindakan pembedahan
- Pasien mengatakan sedikit takut untuk
menjalani operasi Psikologis

DO: Ketakutan
- Ps tampak diam dan tegang
- TTV: Ansietas
S : 370C
N : 90x/mt
RR : 22x/mt
TD :130/90mmHg

E. Intra Operasi
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds: - Proses pembedahan Risiko perdarahan

Do: (Open Ureterolithotomy)

- Klien nampak terbaring dengan posisi


terlentang
- Terpasang oksigen nasal 4lpm Insisi pada area crotum
- Terpasang infus RL 20 tpm di tangan
sebelah kanan
- Klien dalam keadaan tidak sadar karena
pengaruh anastesi GETA Risiko perdarahan
21

- Klien menjalani pembedahan dibagian


scrotum
- Perdarahan kurang lebih 450 ml (dalam
suction)
- TTV:
TD 110/90 mmHg
N 80x/menit
RR 22x/menit

F. Post Operasi
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Luka insisi post op Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada daerah
scrotumnya. Terputusnya kontinuitas
jaringan
- P : Ketika aktivitas
- Q : Nyeri senut-senut seperti ditusuk Mengeluarkan mediator
jarum kimia
- R : nyeri di daerah anus post op (histamine, bradikinin,
- S:5 prostaglandin)
- T : Nyeri dirasakan selama 3-5 mnt
Merangsang ujung-ujung
syaraf tepi
DO :
Dihantarkan ke hipotalamus
- Klien tampak meringis
- Klien tampak lemas Dikembalikan lagi ke
- Klien hanya berbaring syaraf afferent
- TTV:
Nyeri akut
TD : 120/90 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 22 x/menit

SpO2 : 100%
22

INTERVENSI, IMPLEMENTASI & EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN


G. PRE OPERASI
DIAGNOSA
NO. INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (D 0077) 1. Berikan support mental dan psikis 1. Menganjurkan klien untuk berdoa sebelum S :
b/d tindakan operasi pada klien operasi dimulai dan menyenangkan - Klien mengatakan sudah tidak nyeri
yang akan dilakukan 2. Anjurkan nafas dalam 2. Mengkaji tingkat nyeri klien lagi
3. Kaji nyeri klien 3. Menganjurkan nafas dalam ketika terasa - Klien mengatakan siap menjalani
4. Pantau TTV sebelum dipindah ke nyeri operasi
ruangan. 4. Memantau TTV sebelum dipindah ke O:
5. Beri dukungan sebelum dipindahkan ruangan - Klien selalu membaca doa
di Ruang Rawat Inap 5. Berkolaborasi dengan tim medis pemberian - Klien tampak tenang
6. Damping dan dengarkan ps terapi selanjutnya - S : 370C
mengungkapkan perasaannya. 6. Mendampingi klien ketika tindakan - N : 80x/mt
pembedahan dilakukan - RR : 22x/mt
- TD :120/90mmHg

A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan pada prosedur
tindakan operatif

2. Ansietas (D 0080) b/d 1. Berikan support mental dan psikis 1. Menganjurkan klien untuk berdoa sebelum S :
tindakan operasi yang pada klien operasi dimulai dan Mengajarkan klien - Klien mengatakan sudah tidak cemas
akan dilakukan 2. Beri pengetahuan tentang prosedur nafas dalam lagi
dan tindakan yang akan dilakukan 2. Memberikan support dan semangat kepada - Klien mengatakan siap menjalani
3. Anjurkan klien untuk selalu berdoa klien operasi
4. Ajarkan teknik relaxsasi nafas dalam 3. Berkolaborasi dengan perawat O:
5. Damping dan dengarkan ps memberikan penjelasan tentang prosedur - Klien selalu membaca doa
mengungkapkan perasaannya tindakan yang dilakukan - Klien tampak tenang
4. Mengajarkan klien untuk membayangkan - S : 370C
hal yang menyenangkan - N : 80x/mt
5. Mendampingi klien ketika tindakan - RR : 22x/mt
pembedahan dilakukan - TD :120/90mmHg
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan pada prosedur
tindakan operatif
23

H. INTRA OPERASI
DIAGNOSA
NO. INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Resiko Pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Memonitor tanda dan gejala perdarahan. S: -
perdarahan. 2. Meertahankan bedrest selama perdarahan.
2. Pertahankan bedrest selama 3. Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan.
perdarahan. 4. Menganjurkan meningkatkan asupan
O:
3. Jelaskan tanda dan gejala cairan untuk menghindari konstipasi
perdarahan. 5. Berkolaborasi pemberian obat pengontrol - Proses pembedahan sedang dilakukan.
4. Anjurkan meningkatkan asupan perdarahan - Pasien tampak terpasang monitor
cairan untuk menghindari - Pasien tampak menggunakan oksigen
konstipasi nasal 4 lpm
5. Kolaborasi pemberian obat - Terpasang infus RL 20 tpm tanggan kiri
pengontrol perdarahan - Perdarahan kurang lebih 450 ml (dalam
suction)
- Pasien diberikan injeksi asam traneksamat
100 mg/IV
- TTV
TD 120/90 mmHg, N 95 x/menit, RR
22x/menit

A: Masalah risiko perdarahan teratasi

P: Intervensi dihentikan
24

I. POST OPERASI
DIAGNOSA
NO. INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (D 0077) 1. Pindahkan klien secara aman. 1. Memasang bedsite monitor S : Pasien mengatakan merasa nyeri setelah
b/d luka incisisi post 2. Jaga dan berikan pengaman pada 2. Menjaga dan memberikan pengaman pada dioperasi
operasi tempat tidur pasien tempat tidur pasien
3. Kolaborasi dengan tim medis 3. Mengkaji tingkat nyeri klien P : Ketika menggerakan badan
pemberian terapi obat anti nyeri 4. Menganjurkan nafas dalam ketika terasa
Q : nyeri seperti ditusuk jarum
4. Anjurkan nafas dalam nyeri
5. Kaji nyeri klien 5. Memantau TTV sebelum dipindah ke R : nyeri di daerah anus
6. Pantau TTV sebelum dipindah ke ruangan
ruangan. 6. Berkolaborasi dengan tim medis pemberian S:5
7. Beri dukungan sebelum terapi selanjutnya
dipindahkan di Ruang Rawat Inap 7. Memindahkan klien secara aman dan hati- T : nyeri dirasakan selama
hati 2-5 menit
O:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Aldrete score >8
- Klien dipindahkan ke bangsal pada jam
10.20
- TD : 140/80 mmHg
- N : 70 x/menit
- RR : 20 x/menit
- SpO2 : 100%

A : Masalah Belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi
25
26

BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam
kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis
bersifat Strangulasi dan inkarserasi. Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi
usus nomor satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah appendicitis akut
di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010). Hernia inguinalis merupakan penonjolan
yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.
27

DAFTAR PUSTAKA

Black, J dkk. 2005. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B


Saunders

Brunner & Suddarth. 2006. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall, 2005, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan.


Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2005. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek


Klinik. Jakarta : EGC

Doengoes, Marrilyn. E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC

Engram, Barbara. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I.


Jakarta : EGC

Girl, Made Kusala, Farid Nur Mantu. 2000. Hernia Inguinalis Lateralis pada
Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah. Ujung Pandang : Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai