Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah moda utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang
terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang tidak sedan dalam
kondisi prima, maka segala aktivitasnya terganggu seperti makan, minum, mandi,dan
sebagainya. Aktivitas yang biasa dilakukan sendiri tetapi saat sakit semua menjadi tidak
dapat dilakukan sendiri.
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan
kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar,
sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas. Maka,
sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat
memberikan pelayanan yang baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan tentang illmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini
juga harus didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada klien penderita
penyakit bedah. Hernia merupakan penyakit salah satu penyakit yang seringkali ditemui
pada penderita penyakit bedah. Hernia sendiri bermacam – macam jenisnya disesuaikan
menurut letaknya, seperti hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia
incisional, dan lain – lain.
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak- anak antara 1 % dan 2 %. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20 % - 25 %, dan bilateral 15 %. Kejadian
hernia bilateral pada anak perempuan dibanding laki –laki kira – kira sama (10 %) walaupun
frekuensi prossessus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan. Anak yang
pernah menjalani operasi pada waktu bayi mempunyai kemungkinan 16 % mendapat hernia
kontralateral pada usia dewasa. Insiden hernia inguinalis pada orang dewasa kira – kira 2 %.
Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insiden tersebut mendekati 10 %.
Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu hendaknya dilakukan
penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu
hendaknya meningkatkanmutu asuhan keperawatan yang akan diberikan dengan
memperhatikan aspek biologis, psikologis, social, dan spiritual.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengalaman secara nyata tentang
asuhan keperawatan secara langsung pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis diruang perawatan Soka, RSUD Tarakan Jakarta selama 2 hari perawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. J dengan Hernia
Inguinalis Dextra Reponibilis, penulis diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada Tn. J dengan Hernia
Inguinalis Dextra Reponibilis;
b. Menentukan masalah keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis;
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis secara benar;
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis sesuai dengan rencana yang telah dibuat;
e. Melaksanakan evaluasi pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis
sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya membatasi permasalahan asuhan
keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis diruang perawatan
Soka, RSUD Tarakan Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari 2010 sampai 10
Februari 2010.

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi dengan cara:
1. Tehnik anamnesa
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung pada klien
dan keluarga untuk memperoleh data yang lengkap dan valid.

2. Tehnik observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan penulisan secara
langsung dengan menggunakan panca indra dalam mencari data penunjang masalah
kesehatan klien.
3. Pemeriksaaan fisik
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara memeriksa kondisi kesehatan klien
melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
4. Study kepustaakaaaan
Yaitu mempelajari buku – buku literatur untuk mendapatkan konsep dasar dalam
penyusunan makalah ini secara teoritis yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk
kasus kelolaan.
5. Study dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dari status klien, catatan keperawatan, dan catatan
perkembangan yang berhubungan dengan status Tn. J.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, daan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, terdiri dari pengertiaan, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan
medis, dan penatalaksanaan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus, terdiri dari identitas klien, riwayat keperawatan, pengkajian fisik,
resume, data focus, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Long, Barbara. C, 1996).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, E, 2000).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang congenital atau didapat
(Juraidi, Purnawan, 2000).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian – bagian tersebut (Nettina, 2001).
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim de, 2004).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia merupakan
penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melalui defek congenital atau didapat.

B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital;
2. Obesitas;
3. Ibu hamil;
4. Mengejan;
5. Pengangkatan beban berat.
C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Defek pada dinding otot mungkin congenital karena kelemahan jaringan atau ruang
luas pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal
paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat
beban berat dan mengejan juga dapat menyebabkan peningkSatan tekanan intra
abdominal.
Bila factor – factor ini ada bersama kelemahan otot, individu akan mengalami
hernia. Bila tekanan dari cincin hernia memotong suplai darah ke segmenhernia dari usus,
usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah, usus ini cepat menjadi
gangrene kerena kekurangan suplai darah.

Patoflow

kongenital, obesitas, ibu hamil,


mengejan, pengangkatan beban berat

peningkatan tekanan intra abdominal

kelemahan otot

hernia

reponibel ireponibel strangulata

usus keluar jika berdiri perlekatan isi kantong pada isi hernia terjepitoleh
atau mengejan peritoneum kantong hernia cincin hernia
usus masuk lagi jika
berbaring isi hernia tidak dapat gangguan
atau didorong masuk dimasukan lagi vaskularisasi
nekrosis isi
abdomen

Sumber: Pinrang Ruslan. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan hernia.


www.ruslanpinrang.blogspot.com. Diambil tanggal 04 Februari 2010.

2. Manifestasi Klinis
a. Adanya benjolan pada lipatan paha;
b. Nyeri didaerah benjolan;
c. Bila batuk atau mengejan benjolan akan bertambah besar;
d. Mual, muntah, kembun;
e. Konstipasi;
f. Anoreksia;
g. Demam;
h. Pucat dan gelisah;
i. Dehidrasi.

3. Klasifikasi
a. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas;
1) Inguinalis
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Indirek/ lateralis
Yaitu batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma
masuk kedalam kanalis inguinalis.
b) Direk/ medialis
Yaitu batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior.
2) Femoralis
Hernia femoralis terjadi karena batang usus melewati femoral kebawah,
kedalam kanalis femoralis.
3) Umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena batang usus melewati cincin umbilical.
4) Incisional
Hernia incisional terjadi karena batang usus atau organ lain menonjol melalui
jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:
1) Hernia bawaan/ congenital;
2) Hernia dapatan/ akuisita.
c. Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas:
1) Hernia reponibel
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk.
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi kedalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretes = perlekatan karena
fibrosis).
3) Hernia strangulata/ inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat
darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

4. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis ireponibel. Pada keadaan ini belum terjadi gangguan penyaluran isi usus.
Isi hernia yang menyebabkan ireponibell adalah omentum karena mudah melekat
pada dinding hernia.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk,
cincin hernia relative semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut.
Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
c. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan
pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinaalis
lateralis strangulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserata
dan strangulasi, maka timbul gejala muntah, kembung, dan obstipasi. Pada strangulasi
terajdi nyeri hebat, daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.

D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi konservatif/ non bedah, meliputi:
a. Penggunaan alat penyangga yang bersifat sementara, seperti pemakaian sabuk atau
korset.
b. Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus menerus pada daerah benjolan
seperti dengan bantal pasir.
c. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkarserata yang tidak
menunjukan gejala sistemik.
d. Diberikan kompres untuk mengatasi pembengkakan.
e. Diet makanan cair.
2. Terapi pembedahan dilakukan untuk mengembalikan organ dan menutup lubang hernia
agar tidak terjadi kembali. Ada dua prinsip pembedahan, yaitu:
a. Herniotomi, yaitu dengan memotong kantong hernia saja kemudian diikat.
b. Herniografi, yaitu perbaikan defek dengan pemasangan jaringan melalui operasi
terbuka atau laparaskopi.

E. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi
dan waktu lama, membutuhkan papan/ matras yang keras saat tidur,
penurunan rentang gerak daan ekstremitas pada salah satu bagian
tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan,
financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri
tekan, penurunan persepsi nyeri.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik.

f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang
menjalar ke kaki, bokong, bahu/ lengan, kaku pada leher.
Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang – pincang, nyeri
palpasi.
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : penggunaan obat analgesic, antiinflamasi, obat yang dijual bebas, atau
obat – obatan rekreasional, penggunaan alcohol.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi
usus.
2) Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada klien dengan post operasi Hernia, yaitu:
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
pasca operasi (puasa).
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
pembedahan.
c. Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap
luka post operasi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
3. Perencanaan
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
pasca operasi (puasa).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
kebutuhan cairann terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Membran mukosa lembab;
2) Turgor kulit elastis;
3) Kebutuhan cairan terpenuhi.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Evaluasi penggisian kapiler, turgor kulit, dan status membrane mukosa;
3) Pantau masukan dan haluaran;
4) Perhatikan adanya edema;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV dan elektrolit.

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan.


Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil:
1) Rasanyeri berkurang atau hilang;
2) TTV dalam batas normal;
3) Klien tampak tenag dan rileks.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Kaji intensitas dan skala nyeri,catat lokasi,karakteristik nyeri;
3) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur;
4) Atur posisi klien senyaman mungkin;
5) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam;
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik.

c. Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi perdarahan;
2) TTV dalam batas normal;
3) Luka bersih, tidak lembab dan kotor.

Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Monitor tanda – tanda perdarahan;
3) Pantau masukan dan haluaran;
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian caiaran IV;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah;
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan obat untuk mengatasi perdarahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap
luka post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda – tanda infeksi;
2) Luka bersih, tidak lembab, dan kotor;
3) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic;
3) Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu – waktu bila kotor;
4) Jika ditemukan tanda infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.

e. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post


operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Kriteria hasil:
1) Mampu memenuhi kebutuhan diri;
2) Mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu;
3) Mampu melakukan aktivitas tanpa nyeri;
4) Skala nyeri 0 – 3.

Intervensi:
1) Kaji keadaan umum klien;
2) Kaji ketidakmampuaan klien dalam beraktivitas;
3) Berikan istirahat yang cukup;
4) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan diri;
5) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
f. Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
Kriteria hasil:
1) Klien mengerti tentang penyakit hernia;
2) Klien mengerti tentang penyebab hernia;
3) Klien mengerti tentang cara perawatan luka akibat pembedahan.
Intervensi:
1) Kaji kemauan dan kemampuan klien untuk belajar;
2) Terangkan mengenai penyakit sesuai kemampuan dapat diterima klien;
3) Berikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan;
4) Demonstrasikan cara perawatan luka.

4. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawata harus
mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya – bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak – hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klein. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri
dan tindakan kolaborasi.
Tujuan dari pelaksaan keperawatan yaitu membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat
terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap mekanisme umpan balik diman
perawat menilai tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat. Dengan demikian evaluasi dapat berupa evaluasi formatif maupun
evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan terus menerus selama melakukan tindakan
keperawatan. Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap dalam perencanaan, mengukur
kemajuan klien dalam menentukan keefektifan rencana atau menentukan apakah
rencana tersebut dapat diteruskan, perlu diubah, atau sudah tercapai.
Evaluasi sumatif adalah evaluasiakhir yang menggambarkan apakah tujuan akhiir
tercapai atau tidak sesuai dengan rencana tindakan atau hanya tercapai sebagian atau
bahkan timbul masalah keperawatan yang baru.
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan pada klien dengan post operasi hernia
diantaranya ialah:
a. Kebutuhan cairan terpenuhi;
b. Nyeri berkurang atau hilang;
c. Tidak terjadi perdarahan;
d. Tidak terjadi infeksi;
e. Klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri;
f. Pengetahuan klien tentang hernia bertambah.

Anda mungkin juga menyukai