HERNIAUMBILICALIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Profesi Ners
DISUSUN OLEH:
INDAH WULAN SARI
24.22.1663
B. Etiologi Hernia
1. Hernia Inguinak
a. Terjadi penurunan kekuatan otot dinding abdomen
1) Kelemahan jaringan
2) Terdapat tempat dibagian lebar diligem inguinal
3) Trauma
b. Terjadi tekanan pada intra abdomen
1) Obesitas
2) Mengambil barang berat
3) Mengejan konstipasi
4) Kehamilan
5) Batuk dalam jangka waktu lama
6) Prostate Hipertropi
2. Hernia Hiatal
Factor hernia hiatal belum diketahui, namun bias terjadi karena adanya
kelemahan pada jaringan penyokong. Factor resiko terjadinya Hernia Hiatal
adalah:
a. Pertambahan usia
b. Kegemukan
c. Merokok
3. Hernia Umbilical
Hernia Umbilical/Umbilikus terdapat jika penutupan umbilicus (di tali pusar)
tidak sempurna
4. Hernia Femoralis
a. Akibat adanya hernia femoralis adalah kehamilan multipara, kegemukan dan
keturunan penahan ikat.
b. Factor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa, degenerasi/atropi,
tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan mengangkat benda-benda berat,
batuk kronik, gangguan BAB, dan gangguan BAK.
D. Patafisiologi Hernia
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia
biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitonial lain atau
organ ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan vulu-bulu. Unsur
terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum) umbilicus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot
dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang dewasa kanalis tersebt telah
menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk kronik,
bersin yang kuat, mengejan dan mengangkat barang-barang yang berat. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut (Deden
Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2010).
Potensial komplikasi terjadi pelengkatan antara inti hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin
hernia menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung, muntah konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan
yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi
usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis (Kitiwpyono Dan
Kristiyanasari, 2010).
E. Pathway Hernia
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut Nurarif (2015) antara lain:
1. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemakonsentrasi
atau peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit pada hernia.
2. Sinar X abdomen dapat menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
G. Penatalaksanaan Hernia
Penatalaksanaan medis hernia menurut Sjamsul Hidayat antara lain:
1. Terapi umum
Terapi konservatif sambal menunggu proses penyembuhan melalui proses selama
dapat dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 tahun. Terapi
konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya adalah pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pad ahernia
inguinal pemakaian tidak dilanjutkan karena selalu tidak dapat menyembuhkan,
alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
2. Reposisi
Tindakan memasukan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan
pada hernia repobilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukan isi hernia
irrepobilis apabila pasien takut operasi, yaitu dengan cara : bagian hernia di
kompres digin, penderita diberi penenang va;ium 0 mg agar tidur, pasien
diposisikan trandelenbrerg. Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera
lakukan operasi.
3. Suntikan
Setelah reposisi berhasi; suntikan zat yang bersifat sklerok untuk memperkecil
pintu hernia.
4. Serbuk Hernia
Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative kecil .
5. Herniatomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan
isi hernia di bebaskan jika ada perlengketan, kemudia reposisi, kantong hernia
dijahit, diikat setinggi mungkin kemudian di potong.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan
individu (klien).
a. Identitas
Identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal, status Pendidikan, dll) dan
penganggung jawab klien.
b. Keluhan utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan adanya
nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum pembedahan. Untuk
mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunkan
metode PQRST (Muttaqin & Sari, 2011).
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan nyeri didaerah
sekitar paha dalam maupun testis, keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca nyeri sering di dapatkan (Muttaqin &
Sari, 2011).
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting u tuk dikaji antara lain penyakit
sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, dipertimbangkan sebagai saran
pengkajian preopertif serta dengan aktivias (khususnya pekerjaan) yang
mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi hernia (Muttaqin &
Sari, 2011).
e. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Sebelum MRS : Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan,
berkebun, mengangkat sawit dan menimbang karet.
2) Sesudah MRS :
a) Membatuhkan papan/matras yang keras saat tidur
b) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
c) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
d) Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
e) Gangguan dalam berjalan.
f. Eliminasi
Gejala :
1) Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
2) Adanya retensi urine
g. Istirahat tidur
Penurunan kualitas tidur
h. Personal Hygiene
Penurunan kebersihan diri, kertergantungan.
i. Integritas Ego
1) Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan
finansial keluarga.
2) Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
2. Pemeriksaan fisik pada abdomen
a. Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen regioninguinal
b. Palpasi : teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
c. Perkusi : Dullness
I. Diagnose Keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
J. Luaran Keperawatan (SLKI)
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat nyeri menurun dengan
kriteriahasil :
a. Keluahan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Frekuensi nadi menurun
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka mobilitas fisik meningkat dengan
kriteria hasil :
a. Pengerakan ekstremitas meningkat
b. Rentang gerak (ROM) meningkat
c. Nyeri menurun
d. Kelemahan fisil menurun
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat infeksi menurun dengan
kriteria hasil :
a. Demam menurun
b. Kemerahan menurun
c. Nyeri menurun
d. Bengkak menurun
Dermawan Deden & Tutik Rahayuningsih. 2010. Keperawatn Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publising.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen
Publising.
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Mutaqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Sjamsuhidayat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC . Jakarta. Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi 1. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.