L
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA
1.1.2 Etiologi
Hernia terjadi akibat adanya tekanan dan lubang atau kelemahan pada
otot. Tekanan ini akan mendorong jaringan melalui lubang atau titik lemah
tersebut. Kelemahan otot bisa terjadi pada saat lahir, walaupun lebih sering
terjadi pada kemudian hari. Karena itu, semua hal yang meningkatkan tekanan
di dalam perut dapat menyebabkan hernia, termasuk:
a. Mengangkat benda berat
b. Diare atau konstipasi
c. Batuk yang terus-menerus atau bersin
Selain itu, kondisi berat badan berlebih, hamil, gizi kurang, dan merokok dapat
memperlemah otot-otot sehingga hernia lebih mungkin terjadi.
1.1.3 WOC
1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari hernia menurut Bringman et al (2019) dan Ohene-Yeboah
& Abantanga (2020) dengan tindakan sebagai berikut:
a. Konservatif: Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia
yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal).
Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak
pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara
ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit
dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
b. Definitif: Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling
efektif mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi
organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip
pembedaahan yaitu:
1. Hernioraphy: Hernioraphy merupakan tindakan menjepit kantung hernia.
2. Herniotomi: Pada HerniotomI di lakukan pembedahan kantong hernia
sampai lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kalau di potong. Penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah
operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.
b. Intra operatif
1) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
c. Post operatif
1) Bersihan jalan napas berhubungan dengan efek agen farmakologis
2) Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
1.1.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Ansietas b.d keperawatan diharapkan pasien dan keluarga
krisis cemas dapat terkontrol, 2. Kaji tingkat kecemasan pasien
situasional dengan kriteria hasil: 3. Tenangkan pasien dan dengarkan
operasi 1. Secara verbal dapat keluhan pasien dengan atesi
mendemonstrasikan 4. Jelaskan semua prosedur tindakan
teknik menurunkan kepada pasien setiap akan melakukan
cemas tindakan
2. Mencari informasi 5. Dampingi pasien dan ajak
yang dapat berkomunikasi yang terapeutik
menurunkan cemas 6. Berikan kesempatan kepada pasien
3. Menggunakan teknik untuk mengungkapkan perasaannya
relaksasi unntuk 7. Ajarkan teknik relaksasi
menurunkan cemas 8. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal
4. Menerima status – hal yang membuat cemas
kesehatan 9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk pemberian obat penenang
2. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Defisit keperawatan diharapkan 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit,
pengetahuan bertambahnya pengetahuan tanda dan gejala serta komplikasi yang
b.d pasien tentang mungkin terjadi.
keterbatasan penyakitnya, dengan 3. Berikan informasi kepada keluarga
informasi kriteria hasil: tentang perkembangan pasien
tentang 1. Pasien mampu 4. Berikan informasi pada pasien dan
penyakit dan menjelaskan keluarga tentang tindakan yang akan
proses operasi penyebab, dilakukan
tindakan komplikasi, dan 5. Diskusikan pilihan terapi
cara 6. Berikan penjelasan tentang pentingnya
pencegahannya ambulasi dini
2. Pasien dan keluarga 7. Jelaskan komplikasi kronik yang
kooperatif saat mungkin akan muncul
dilakukan
3. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Nyeri akut b.d keperawatan diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
agen cedera nyeri berkurang dengan dan fase presipitasi)
fisiologis kriteria hasil: 2. Observasi tanda – tanda vital
1. Pasien mengatakan 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
nyeri berkurag 4. Latih teknik relaksasi napas dalam
2. Pasien tampak 5. Anjurkan pasien menggunakan teknik
rileks relaksasi napas dalam saat nyeri timbul
3. Tanda – tanda vital 6. Gunakan teknik distraksi
dalam batas normal 7. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi
obat analgesik
8. Persiapan pasien untuk tindakan operasi
9. Dokumentasikan semua hal yang
dilakukan
4. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Resiko keperawatan diharapkan 2. Monitor jumlah perdarahan yang
perdarahan resiko perdarahan tidak keluar.
b.d tindakan terjadi, dengan kriteria 3. Pantau pemasukan dan pengeluaran
pembedahan hasil: cairan selama pembedahan
1. Tidak ada tanda – 4. Menghentikan perdarahan bila terjadi,
tanda perdarahan menggunakan kassa atau couter
hebat 5. Kolaborasi pengontrol perdarahan
5. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 2. Pastikan posisi pasien yang sesuai
Resiko cedera keperawatan diharapkan dengan tindakan operasi
b.d prosedur cedera tidak terjadi, 3. Cek integritas kulit
pembedahan dengan kriteria hasil: 4. Cek daerah penekanan pada tubuh
1. Tubuh pasien pasien selama operasi
bebas dari cedera 5. Hitung jumlah kasa, jarum, bisturi,
depper, dan hitung instrumen bedah
6. Lakukan time out
7. Lakukan sign out
6. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan sterilitas selama
Resiko infeksi keperawatan diharapkan pembedahan
b.d efek syok hipovolemik dapat 2. Memastikan keamanan elektrikal dan
prosedur dicegah dengan kriteria alat – alat yang digunakan
invasif hasil: 3. Bersihkan area operasi dengan
1. Tidak terjadi antiseptic dan pasang drapping
penyebaran infeksi 4. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Luka operasi bersih
7. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi napas,
Bersihan jalan keperawatan diharapkan kedalaman usaha napas
napas b.d efek bersihan napas efektif 2. Auskultasi bunyi napas, tandai area
agen dengan kriteria hasil: penurunan atau hilangnya ventilasi, dan
farmakologis 1. Dispnea tidak ada adanya bunyi tambahan
2. Tidak ada gelisah, 3. Pantau hasil gas darah dan kadar
sianosis, dan elektrolit
keletihan 4. Pantau status mental
3. Produksi sputum 5. Pantau status pernapasan dan
menurun oksigenasi
6. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
7. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
sesuai dengan kebutuhan
8. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh
Hipotermi b.d keperawatan diharapkan 2. Monitor tanda-tanda vital
terpapar suhu hipotermi tidak terjadi, 3. Identifikasi penyebab hipotermi
lingkungan dengan kriteria hasil: 4. Monitor tanda gejala hipotermi
1. Akral teraba hangat 5. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Suhu tubuh dalam 6. Lakukan penghangatan aktif eksternal
batas normal (> (selimut hangat)
36,5)
3. Menggigil tampak
berkurang
9. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Nyeri akut b.d keperawatan diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
agen cedera nyeri berkurang/teratasi, dan fase presipitasi)
fisik dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi ekspresi wajah dari
1. Pasien melaporkan ketidak nyamanan
nyeri berkurang 3. Monitor tanda – tanda vital pasien
dengan skala nyeri 4. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
2- 0 mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Ekspresi wajah 5. Kontrol faktor lingkungan yang
pasien tenang mempengaruhi nyeri seperti suhu
3. Pasien dapat ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
istirahat dan tidur 6. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas
dengan nyaman dalam untuk mengontrol nyeri
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pemberian analgesik
untuk mengurangi nyeri
8. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri
Sumber: SIKI PPNI, 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero dkk. 2019. Keperawatan Perioperatif, Prinsip dan Praktik. EGC. Jakarta
Muttaqin A & Sari K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif, Konsep Proses dan Aplikatif.
Salemba Medika.
Nurarif, H. A & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Mediaction. Jogjakarta
Muttaqin arif,sari kumala.2011.gangguam gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan
medikal bedah.jakarta:salemba