Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PERIOPERATIF PADA PASIEN Tn.

L
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA

1.1 Defenisi Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui
lubang abnormal atau hernia merupakan protrusi (penonjolan) isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sesa &
Efendi, 2020).
Hernia adalah penonjolan peritoneum parietale yang berisi viskus
melalui bagian yang lemah pada dinding abdomen, pada hernia selalu ada 3
unsur yaitu: kantung hernia (peritoneum parietale), isi (viskus: organ/jaringan
yang keluar melalui kantung hernia), dan pintu/hernia (locus minorus resisten)
(Alfieri et al, 2018).

Gambar 1. Anatomi Hernia

1.1.2 Etiologi
Hernia terjadi akibat adanya tekanan dan lubang atau kelemahan pada
otot. Tekanan ini akan mendorong jaringan melalui lubang atau titik lemah
tersebut. Kelemahan otot bisa terjadi pada saat lahir, walaupun lebih sering
terjadi pada kemudian hari. Karena itu, semua hal yang meningkatkan tekanan
di dalam perut dapat menyebabkan hernia, termasuk:
a. Mengangkat benda berat
b. Diare atau konstipasi
c. Batuk yang terus-menerus atau bersin
Selain itu, kondisi berat badan berlebih, hamil, gizi kurang, dan merokok dapat
memperlemah otot-otot sehingga hernia lebih mungkin terjadi.

1.1.3 WOC

1.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Syamsuhidayat (2018), manifestasi dari Hernia yaitu:
1. Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
2. Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
3. Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat
4. Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi
komplikasi
5. Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan kadang perut
kembung

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium
menunjukan tingkat obstruksi
2. CT Scan : dapat menunjukkan kamal spinal yang mengecil, adanya protrusi
ductus intervertebralis. ( Swearingen, 2017)

1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari hernia menurut Bringman et al (2019) dan Ohene-Yeboah
& Abantanga (2020) dengan tindakan sebagai berikut:
a. Konservatif: Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia
yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal).
Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak
pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara
ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit
dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
b. Definitif: Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling
efektif mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi
organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip
pembedaahan yaitu:
1. Hernioraphy: Hernioraphy merupakan tindakan menjepit kantung hernia.
2. Herniotomi: Pada HerniotomI di lakukan pembedahan kantong hernia
sampai lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kalau di potong. Penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah
operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.

1.1.7 Konsep Asuhan Keperawatan


Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu
ilmu bedah. Menurut Muttaqin (2019), keperawatan perioperatif terdiri
daribeberapa fase, diantaranya pre, intra, dan post operatif. Berikut
dijelaskankonsep asuhan keperawatan perioperatif berdasarkan fase pre, intra,
dan postoperatif
1.1.1 Pengkajian
a. Pengkajian fase pre operatif
Fase pre operatif dimulai ketika keputusan dambil untuk melaksanakan
intervensi pembedahan. (Baradero dkk. 2019)
1) Keluhan utama, Hal yang perlu dikaji dan didapatkan yaitu alasan atau
keluhan yang menonjol pada pasien dengan hernia untuk dating ke RS
adalah nyeri pada selangkangan sebelah kanan
2) Riwayat penyakit sekarang, Didapatkan adanya keluhan nyeri pada saat
beraktifitas
a. Aktivitas/ istirahat
Benjolan pada perut atau isi perut keluar. Benjolan semakin terlihat
bila tekanan dalam rongga perut besar, biasanya benjolan tersebut
semakin besar/ terlihat jika mengangkat beban beat, mengejan, batuk,
atau buang air besar dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk.
a) Nyeri
 P ( Pemicu )
Pada pasien hernia akan terasa nyeri jika benjolan tertekan
atau disentuh.
 Q ( quality )
Biasanya pada pasien hernia rasa nyeri terasa tajam seperti
terbakar.
 R ( region )
Nyeri hernia pada bagian tergantung dari letak hernia.
Misalnya daerah lipatan paha, perut, diafragma, umbilical.
 S ( severity )
Pada pasien hernia biasanya retensitas/ keparahan sangat buruk.
 T ( Time )
Pada pasien hernia, terasa nyeri pada saat benjolan ditekan
juga saat beraktifitas serta mengejan.
3) Pengkajian psikososial spiritual, meliputi perasaan pasien menghadapi
operasi dan persiapan pasien menghadapi operasi.
4) Pemeriksaan fisik head to toe, pengkajian tanda-tanda vital:tekanan
darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
5) Pemeriksaan khusus sebelum pembedahan, meliputi apakah pasien telah
menyetujui surat izin operasi, pasien telah melakukanpencukuran,
apakah pasien telah puasa, pengosongan kandung kemih dan
pembersihan saluran pencernaan, perhiasan telahdilepas, pasien sudah
mengganti baju operasi, dan validasi apakah pasien alergi terhadap obat
(Muttaqin, 2019)
b. Pengkajian fase intra operatif
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.
Tahap ini berakhir ketika pasien dipindahkan ke postanathesia care unit
(PACU) atau yang dulu disebut ruang pemulihan (recovery room, RR).
Dalam tahap ini, tanggung jawab perwat terfokus pada kelanjutan dari
pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan dan mengimplementasikan
intervensi untuk keamanan dan privasi klien, mencegah infeksi luka dan
mempercepat penyembuhan. (Baradero dkk. 2019)
Pengkajian yang dilakukan intraoperatif meliputi proses keperawatan
pemberian anestesi umum, regional, lokal, proses keperawatan prosedur
intrabedah, dan proses keperawatan pengirimanke ruang pemulihan
(Muttaqin, 2019).
c. Pengkajian fase post operatif
Fase perioperatif dimulai dengan pemindahan pasien ke PACU dan berakhir
pada waktu pasien dipulangkan dari rumah sakit.
1) Status respirasi, meliputi: kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulasi, meliputi: nadi, tekanan darah, suhu, dan warna kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi: keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi: terdapat nyeri, mual dan muntah.
6) Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor
yangmemperberat / memperingan (Muttaqin, 2019)..

Diagnosa Keperawatan perioperatif (SDKI, 2017)


a. Pre operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang
penyakit dan proses informasi

b. Intra operatif
1) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
c. Post operatif
1) Bersihan jalan napas berhubungan dengan efek agen farmakologis
2) Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
1.1.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Ansietas b.d keperawatan diharapkan pasien dan keluarga
krisis cemas dapat terkontrol, 2. Kaji tingkat kecemasan pasien
situasional dengan kriteria hasil: 3. Tenangkan pasien dan dengarkan
operasi 1. Secara verbal dapat keluhan pasien dengan atesi
mendemonstrasikan 4. Jelaskan semua prosedur tindakan
teknik menurunkan kepada pasien setiap akan melakukan
cemas tindakan
2. Mencari informasi 5. Dampingi pasien dan ajak
yang dapat berkomunikasi yang terapeutik
menurunkan cemas 6. Berikan kesempatan kepada pasien
3. Menggunakan teknik untuk mengungkapkan perasaannya
relaksasi unntuk 7. Ajarkan teknik relaksasi
menurunkan cemas 8. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal
4. Menerima status – hal yang membuat cemas
kesehatan 9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk pemberian obat penenang
2. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Defisit keperawatan diharapkan 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit,
pengetahuan bertambahnya pengetahuan tanda dan gejala serta komplikasi yang
b.d pasien tentang mungkin terjadi.
keterbatasan penyakitnya, dengan 3. Berikan informasi kepada keluarga
informasi kriteria hasil: tentang perkembangan pasien
tentang 1. Pasien mampu 4. Berikan informasi pada pasien dan
penyakit dan menjelaskan keluarga tentang tindakan yang akan
proses operasi penyebab, dilakukan
tindakan komplikasi, dan 5. Diskusikan pilihan terapi
cara 6. Berikan penjelasan tentang pentingnya
pencegahannya ambulasi dini
2. Pasien dan keluarga 7. Jelaskan komplikasi kronik yang
kooperatif saat mungkin akan muncul
dilakukan
3. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Nyeri akut b.d keperawatan diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
agen cedera nyeri berkurang dengan dan fase presipitasi)
fisiologis kriteria hasil: 2. Observasi tanda – tanda vital
1. Pasien mengatakan 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
nyeri berkurag 4. Latih teknik relaksasi napas dalam
2. Pasien tampak 5. Anjurkan pasien menggunakan teknik
rileks relaksasi napas dalam saat nyeri timbul
3. Tanda – tanda vital 6. Gunakan teknik distraksi
dalam batas normal 7. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi
obat analgesik
8. Persiapan pasien untuk tindakan operasi
9. Dokumentasikan semua hal yang
dilakukan
4. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Resiko keperawatan diharapkan 2. Monitor jumlah perdarahan yang
perdarahan resiko perdarahan tidak keluar.
b.d tindakan terjadi, dengan kriteria 3. Pantau pemasukan dan pengeluaran
pembedahan hasil: cairan selama pembedahan
1. Tidak ada tanda – 4. Menghentikan perdarahan bila terjadi,
tanda perdarahan menggunakan kassa atau couter
hebat 5. Kolaborasi pengontrol perdarahan
5. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 2. Pastikan posisi pasien yang sesuai
Resiko cedera keperawatan diharapkan dengan tindakan operasi
b.d prosedur cedera tidak terjadi, 3. Cek integritas kulit
pembedahan dengan kriteria hasil: 4. Cek daerah penekanan pada tubuh
1. Tubuh pasien pasien selama operasi
bebas dari cedera 5. Hitung jumlah kasa, jarum, bisturi,
depper, dan hitung instrumen bedah
6. Lakukan time out
7. Lakukan sign out
6. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan sterilitas selama
Resiko infeksi keperawatan diharapkan pembedahan
b.d efek syok hipovolemik dapat 2. Memastikan keamanan elektrikal dan
prosedur dicegah dengan kriteria alat – alat yang digunakan
invasif hasil: 3. Bersihkan area operasi dengan
1. Tidak terjadi antiseptic dan pasang drapping
penyebaran infeksi 4. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Luka operasi bersih
7. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi napas,
Bersihan jalan keperawatan diharapkan kedalaman usaha napas
napas b.d efek bersihan napas efektif 2. Auskultasi bunyi napas, tandai area
agen dengan kriteria hasil: penurunan atau hilangnya ventilasi, dan
farmakologis 1. Dispnea tidak ada adanya bunyi tambahan
2. Tidak ada gelisah, 3. Pantau hasil gas darah dan kadar
sianosis, dan elektrolit
keletihan 4. Pantau status mental
3. Produksi sputum 5. Pantau status pernapasan dan
menurun oksigenasi
6. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
7. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
sesuai dengan kebutuhan
8. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh
Hipotermi b.d keperawatan diharapkan 2. Monitor tanda-tanda vital
terpapar suhu hipotermi tidak terjadi, 3. Identifikasi penyebab hipotermi
lingkungan dengan kriteria hasil: 4. Monitor tanda gejala hipotermi
1. Akral teraba hangat 5. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Suhu tubuh dalam 6. Lakukan penghangatan aktif eksternal
batas normal (> (selimut hangat)
36,5)
3. Menggigil tampak
berkurang
9. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Nyeri akut b.d keperawatan diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
agen cedera nyeri berkurang/teratasi, dan fase presipitasi)
fisik dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi ekspresi wajah dari
1. Pasien melaporkan ketidak nyamanan
nyeri berkurang 3. Monitor tanda – tanda vital pasien
dengan skala nyeri 4. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
2- 0 mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Ekspresi wajah 5. Kontrol faktor lingkungan yang
pasien tenang mempengaruhi nyeri seperti suhu
3. Pasien dapat ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
istirahat dan tidur 6. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas
dengan nyaman dalam untuk mengontrol nyeri
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pemberian analgesik
untuk mengurangi nyeri
8. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri
Sumber: SIKI PPNI, 2018.

DAFTAR PUSTAKA
Baradero dkk. 2019. Keperawatan Perioperatif, Prinsip dan Praktik. EGC. Jakarta
Muttaqin A & Sari K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif, Konsep Proses dan Aplikatif.
Salemba Medika.
Nurarif, H. A & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Mediaction. Jogjakarta
Muttaqin arif,sari kumala.2011.gangguam gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan
medikal bedah.jakarta:salemba

Anda mungkin juga menyukai