Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN OSTEOARTRITIS DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI DESA KARANGKEMIRI,
KECAMATAN KARANGLEWAS, KABUPATEN BANYUMAS

Di Susun Oleh:

DWI YULIANTI
200104019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN STASE


KEPERAWATAN GERONTIK
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan lansia kelolaan dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Tn.S dengan Osteoartritis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri

Kronis Di Desa Karangkemiri, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad

SAW.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Noor Rochmah Ida Ayu Trisno Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing

stase gerontik Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa.

2. Tn.S yang telah bersedia menjadi pasien kelolaan saya dalam pembuatan laporan

asuhan keperawatan lansia.

Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan mendapat balasan sesuai dari Allah

SWT. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat banyak

kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan di masa

mendatang.

Purwokerto, 12 Desember 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif pada kartilago

sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi, seperti pembentukan osteofit,

perubahan tulang subkondral, perubahan sumsum tulang, reaksi fibrous pada

sinovium, dan penebalan kapsul sendi (Yuliastari, 2012). Osteoartritis merupakan

suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat berkaitan

dengan usia lanjut (Elvira, 2010). Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di

seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (Sangrah, 2017).

Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) dalam

Sabara (2017), prevalensi penderita osteoartritis di dunia pada tahun 2016 mencapai

151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara. Di Indonesia, prevalensi

osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65%

pada usia >61 tahun. Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5%

(Saga, 2017).

Tanda dan gejala yang dijumpai pada kondisi osteoarthritis berupa antara lain

nyeri, kaku sendi, krepitasi, sparme otot, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), dan

penurunan kekuatan otot. Osteoarthritis juga dapat menimbulkan gangguan

fungsional seperti kesulitan berjalan jarak jauh, sulit berdiri dari posisi jongkok, naik

turun tangga, dan juga menyebabkan participation restriction terganggu (Kuntono,

2005). Dari keluhan yang ditimbulkan kasus tersebut dapat di tangani oleh fisioterapi.

Permasalahan yang muncul pada pasien diantaranya yaitu gejalagejala utama

adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul

secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi ,

krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan (Purwanto, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pasien osteoartritis dengan gangguan nyeri
akut.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien osteoartritis dengan
gangguan nyeri akut.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien osteoartritis dengan gangguan
nyeri akut.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien osteoartritis dengan gangguan
nyeri akut.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien osteoartritis dengan
gangguan nyeri akut.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien osteoartritis dengan gangguan
nyeri akut.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengetahuan yang akan memperkaya body of knowledge terutama
di bidang Keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penulisan asuhan keperawatan ini diharapkan menambah wawasan
pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan klien yang mengalami
osteoartritis dengan gangguan nyeri akut.
b. Hasil penulisan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada mahasiswa atau peserta didik untuk mengetahui secara
jelas akan tindakan mengatasi masalah pasien osteoartritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Osteoartritis (OA) berasal dari kata “osteoartritis” yang berasal dari Yunani

dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang

berarti inflamas, walaupun pada penyakit ini inflamasi nya tidak begitu mencolok

seperti ada remathoid atau arthritis (Purwanto, 2018). Osteoatritis merupakan

penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

dengan usia lanjut. Penyakit ini ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi

dan hambatan gerak pada sendi-sendi yang menanggung beban (Suhardi, 2018).

Osteoartritis merupakan golongan rematk sebagai penyebab kecatatan yang

menduduki urutan pertama dan akan menignkat dengan bertambahnya usia, penyakit

ini sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Osteoartritis merupakan kelainan sendi

yang mengenai sendi sehingga tidak dapat digerakkan, terutama sendi penumpu

badan. Karakteristiknya berupa melemahnya tulang rawan sendi serta terbentuknya

tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi

(Karina, 2018).

B. Klasifikasi

Berdasarkan patogenesisnya, Osteoartritis dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Osteoartritis primer atau disebut dengan Osteoartritis idiopatik dimana kasusnya

tidak diketahui atau tanpa kejadian/penyakit sebelumnya yang berhubungan

dengan Osteoartritis.

2. Osteoartritis sekunder merupakan akibat dari kelainan endrokin, inflamasi,

trauma, infeksi dan pernah fraktur.


C. Etiologi

Penyebab osteoartritis sampai saat ini masih belum jelas, namun terdapat

beberapa faktor risiko yang menyebabkan timbulnya osteoartritis antara lain :

1. Umur

Faktor umur merupakan faktor terbesar dari terjadinya osteoartritis. Prevalensi

dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40

tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisik dan biokimia yang

terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan

kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning (Purwanto,

2018).

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi, dan laki-laki

lebih sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara

keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada

laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak

pada wanita dari pada laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada

pathogenesis osteoarthritis (Purwanto, 2018).

3. Genetik

Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis misal, pada ibu

dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi interfalang distal

terdapat 2 kali lebih sering osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-

anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan

anak perempuan dari wanita tannpa osteoarthritis.


4. Suku

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nampaknya terdapat

perbedaan diantaranya masing-masing suku bangsa, misalnya osteoarthritis lebih

jarang pada orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis

lebih sering dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada

frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan

Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria, kegemukkan bukan

hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi

juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

6. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang

menmbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

7. Akibat Penyakit Radang Sendi Lain.

Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak

matriks rawan sendi oleh membrane sinovial dan sel-sel radang.

D. Manifestasi Klinis

Gejala utama pda penyakit ini adalah nyeri pada sendi terutama waktu bergerak.

Timbulnya secara perlahan-lahan, awalnya dengan rasa kaku, kemudian timbul rasa

nyeri yang akan berkurang saat istirahat.

1. Nyeri
Rasa nyeri pada awal gerakan dan akan bertambah apabila sedang melakukan

suatu kegiatan fisik.

2. Hilangnya fungsi

a. Kekakuan (stiffness)

b. Keterbatasan gerakan

c. Penurunan aktivitas sehari- hari

d. Kebutuhan akan alat bantu ortopedi

3. Gejala lain

a. Krepitasi

b. Peningkatan sensitivitas terhadap dingin dan atau lembab, akan tetapi hal ini

belum dapat diketahui penyebabnya.

c. Pembengkakan sendi merupakan akibat dari peraangan karena pengumpulan

cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan.

E. Patofisiologi

Penyakit osteoartritis merupakan suatu penyakit kronik dan akibat dari proses

penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan

pertumbuhan tulang baru pada bagain tepi sendi proses degenerasi disebebkan oleh

pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan

tersebut diduga karena stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom

menyebabkan dipecahnya polisakarida protein membentuk matriks di sekililing

kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang sering terkena

adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggung lutut (Karina,

2018).

Osteoartritis akan menyebabkan keterbatasan gerak karena adanya rasa nyeri

yang dialami atau diakibatkan karena penyempitan ruang sendi. Perubahan-perubahan


degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera

sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan

menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga

menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang

pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang

menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki

kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (Renny 2014).

F. Penatalakasanaan dan Terapi

Tindakan pertahanan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri agar sendi

mampu difungsikan adalah secara farmakologis atau tindakan pemberian obat-obatan,

tindakan non farmakologis seperti edukasi pasien, terapi fisik, okupasional, aplikasi

dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan merawat persendian, penurunan berat

badan, akupunktur, dan terapi bedah sebagai pilihan terakhir (Permadi, 2019).

1. Terapi Non Farmakologi

a. Olahraga

Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak telalu berat dan

tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau tekanan atau trauma pada

sendi, yaitu misalnya berenang dan menggunakan sepeda statis. Olahraga

selain berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat untuk

mengontrol berat badan.

b. Proteksi / perlindungan sendi

Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan perkejaan yang dapat

menambah stress/tekanan pada sendi.

c. Terapi Panas atau Dingin


1) Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat otot-otot

sekitar sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah. Terapi

panas dapat diperoleh dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR

(Infra red/infra merah) dan alat-alat terapi lainnya seperti swd/mwd.

2) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi dan

mengurangi rasa sakit. Terapi dingin biasanya dipakai saat kondisi masih

akut. Dapat diperoleh dengan kompres air dingin.

d. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis yang gemuk

menjadi program utama pengobatan osteoarthritis. Penurunan berat badan

seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. Pemberian

Vitamin C,D,E dan beta karoten, vitamin-vitamin tersebut bermanfaat untuk

mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.

2. Terapi Farmakologi

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,

oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk

mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak

mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan

sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau

menghentikan proses patologis osteoartritis.

a. Acetaminophen

Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif

aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.

b. NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)


Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Efek samping yaitu

menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Nama mahasiswa : Dwi Yulianti


Tempat praktek :-
Tanggal pengajian : 10 desember 2020

Data Umum Pasien


Nama : Tn.S Penanggung jawab : An.A
No RM :- Hubungan dengan Klien : Anak
Umur : 71 thn
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan Terakhir : Petani
Tanggal Masuk :-
Hubungan dengan klien : suami

Genogram

Keluhan utama saat ini : Tn.S mengeluh sering merasakan lutut nyeri, kaku dan
terasa sakit.
Riwayat kesehatan keluarga : keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit
hipertensi, DM
Kebiasaan
Merokok : Ya (1 bungkus per hari)
Minum alkohol : Tidak
Makanan sehari-hari : nasi (karbohidrat), sayur, daging, ayam/ telur (protein),
buah seperti pisang atau papaya.
Olahraga (jenis/intensitas) : Tn. S mengatakan sehari-hari melakukan aktivitas ke
sawah yaitu mencangkul, berangkat jam 8 dan pulang
sebelum dzuhur, setelah dzuhur berangkat ke sawah
lagi.
Riwayat alergi :
Tn. S mengatakan tidak ada riwayat alergi.
Obat yang dikonsumsi saat ini (dosis dan pemakaian) dengan / tanpa resep dokter:
Tidak ada

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : compos mentis
2. Nyeri (OPQRST)
Tn.S mengeluh nyeri pada lutut dan kaki
O (nyeri muncul tidak tentu, kadang pagi hari atau setelah bekerja)
P (bekerja terlalu lelah)
Q (pegel-pegel, kaku)
R (di lutut dan kaki)
S (skala 6)
T (yang dilakukan untuk mengatasi nyeri adalah meluruskan kaki dan
beristirahat)
3. Status gizi lansia : BB saat ini: 70kg TB : 155 cm BMI : Overweight
4. Personal hygine : personal hyginene bersih
5. Sistem Persepsi Sensori
a. Pendengaran : tidak terlalu jelas
b. Penglihatan : baik
c. Pengecap : baik
d. Peraba : baik
6. Sistem Pernafasan
a. Frekuensi nafas : 24x/mnt
b. Suara nafas : vesikuler
7. Sistem Kardiovaskular
Tekanan darah : 130/90mmHg
Nadi : 66x/menit
Capilary refill : < 3 detik
8. Sistem saraf pusat
a. Kesadaran : kompos mentis
b. Orientasi orang : baik
c. Orientasi waktu : baik
9. Sistem gastrointestinal
a. Nafsu makan : baik
b. Pola makan : 3x sehari
c. Pola BAB : sehari sekali
d. Pemeriksaan abdomen : bising usus 10x/menit
10. Sistem Muskuloskeletal
Deformitas : tidak ada
Rentang gerak : cukup baik, tetapi saat nyeri atau kaku pada
kaki maka akan sedikit terganggu
Nyeri : kadang timbul nyeri di ekstremitas bawah dan
kadang juga mengalami kaku
Benjolan/radang : tidak ada
Kemampuan ADL : baik
11. Sistem Integumen : tidak ada luka ataupun gatal-gatal
12. Sistem Reproduksi : Tn.S sudah mengalami menopause dan istrinya
sudah meninggal
13. Sistem Genitourinaria
a. Pola : 6-7x dalam sehari
b. Inkontinensia : tidak ada
c. Data Penunjang : warna kencing kuning dan bau khas urin
d. Terapi yang diberikan : tidak ada
14. Psikososial, Budaya dan Spiritual
a. Psikologis
1) Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah :Tn.S sabar dan
menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa, dan masalah tidak terlalu
dipikirkan
2) Cara mengatasi perasaan tersebut : pergi ke sawah
atau melakukan aktivitas
3) Rencana klien setelah masalah terselesaikan : tidak terkaji
4) Jika rencana ini tidak dapat diselesaikan, maka : tidak terkaji
b. Sosial Aktifitas atau peran di masyarakat
1) Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai : tidak ada
2) Cara mengatasi :-
3) Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya: harus
selalu bersilaturahmi
c. Budaya Budaya yang diikuti klien adalah budaya
1) Keberatan/tidak terhadap budaya yang diikuti :tidak
2) Cara mengatasi (jika keberatan) :-
15. Spiritual Aktifitas ibadah yang sehari-hari dilakukan
a. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan : sholat
b. Perasaan klien akibat tidak dapat melakukan ibadah tersebut: sedih
c. Usaha klien mengatasi perasaan tersebut : dengan tetap
menjalankan kebiasannya
d. Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami : Tn.S mengatakan bahwa sudah semaki tua sehingga banyak
yang dirasakan seperti lutut dan kaki yang kadang terasa nyeri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN ETIOLOGI


1. DS: Nyeri Akut Agen Injury
bilogis
1. Tn. S mengatakan nyeri dilutut
kanan dan kakinya
2. Tn.S mengatakan nyeri saat pagi
hari atau setelah bekerja
3. Tn. S mengatakan kakinya sering
terasa kaku
DO:
1. PQRST
O (nyeri muncul tidak tentu, kadang
pagi hari atau setelah bekerja)
P (bekerja terlalu lelah)
Q (pegel-pegel, kaku, nyeri)
R (di lutut dan kaki)
S (skala 6)
T (yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri adalah meluruskan kaki dan
beristirahat)
2. TTV
TD : 130/90 mmHg
N: 66x/menit
R: 24x/menit

2. DS: Perilaku Kesehatan Cenderung Gaya hidup


tidak sehat
1. Tn. S mengatakan setiap hari Berisiko
merokok 1 bungkus
2. Tn.S mengatakan minum kopi dan
teh setiap hari
3. Tn.S mengatakan sering bekerja
terlalu lelah
4. Tn.S mengatakan sedang batuk
DO :
1. Di rumah pasien terdapat puntung
rokok
2. pasien batuk

C. INTERVENSI DIAGNOSA KEPERAWATAN


No TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
. KEPERAWATAN
1. Setelah dilakukan Indikator sblm ssdh Manajemen Nyeri (I.08238)
tindakan keperawatan 1. Keluhan nyeri 4 2 1. Observasi:
2. Meringis 4 2
selama 2x 24 jam 3. Gelisah 4 2 a. Identifikasi lokasi,
diharapkan masalah Keterangan : krakteristik, durasi,
keperawatan nyeri akut 1: meningkat frekuensi, intensitas nyeri
pasien dapat terkontrol 2: cukup meningkat b. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil : 3: sedang c. Identifikasi respon nyeri
Perfusi Serebral 4: cukup meningkat non verbal
(I.08006). 5: menurun d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
2. Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
dengan kompres
hangat/dingin
b. Fasilitas istirahat dan tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaboratif
Kolaborasi pemberian
naalgetik, bila perlu.

2. Setelah dilakukan Indikator sblm ssdh Promosi perilaku upaya


tindakan keperawatan 1. Menunjukkan 2 4 kesehatan (L.12472)
selama 2x 24 jam perilaku adaptif 1. Observasi
2. Menunjukkan 2 4
diharapkan masalah Identifikasi perilaku upaya
pemahaman
keperawatan nyeri akut kesehatan yang dapat
periaku sehat
pasien dapat terkontrol 3. Kemampuan 2 4 ditingkatkan
dengan kriteria hasil : menjalankan 2. Terapeutik
Pemeliharaan perilaku sehat Berikan lingkungan yang
Kesehatan (L.12106) Keterangan : mendukung
1: Menurun 3. Edukasi
2: Cukup Mneurun a. anjurkan melakukan
3: Sedang aktivitas fisik yang sesuai
4: Cukup Meningkat b. anjurkan tidak merokok di
5: Meningkat dalam rumah
DAFTAR PUSTAKA
Karina, H. M. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY.A DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN PADA GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDHI MULIA 2 CENGKARENG PADA TANGGAL 2-4 APRIL 2018.
(April).
Permadi, J. (2019). ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN
DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR NYERI AKUT OSTEOARTHRITIS DI
DESA SIDOHARUM KECAMATAN SEMPOR.
Purwanto, H. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN OSTEOARTRITIS
DI RUANG KIRANA RS TK.III DR.SOETARTO YOGYAKARTA.
Saga, S. (2017). Diet intensif dan aktifitas fisik untuk wanita lansia penderita osteoartritis
dengan obesitas. Medula.
Sangrah. (2017). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Dan Peningkatan
Rentang Gerak Osteoatritis Lutut Lansia. Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Suhardi. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Bp.M Dengan Rheumatik Di
Puskesmas Kambang Kec.Lengayang Kab.Pesisir Selatan.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
LAMPIRAN

PENGKAJIAN FUNGSIONAL LANSIA

Nama pasien :Tn.S. Nama pemeriksa : Dwi Yulianti

Pendidikan terakhir :SD Tanggal : 10 desember 2020

Umur :71 thn Waktu : 16.00 WIB

Psikososial
Tn.S kegiatan sehari-hari dengan pergi ke sawah atau kebun, Tn.S juga mempunyai kambing
dan kuda sehingga Tn.S mempunyai aktivitas setiap harinya. Di rumah Tn.S tidak pernah
sepi, setiap hari ada anak dan cucunya yang main. Tn.S selalu berinteraksi dengan tetangga
dan hidup rukun.
Emosional
Pertanyaan Tahap 1
1. Apakah klien mengalami sukar tidur? Kadang-kadang
2. Apakah klien meras gelisah? Tidak
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Tidak
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
Lanjut ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari sama dengan 1 memiliki jawaban “YA”
Pertanyaan Tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Tidak
2. Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
3. Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? Tidak
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
5. Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari sama dengan memiliki jawaban “YA” maka Lansia memiliki masalah
emosional positif (+)
Spiritual
Tn.S setiap harinya sholat 5 waktu di rumah dan setiap seminggu sekali mengikuti kegiatan
pengajian bersama anak sebelum adanya pandemik.
Kesimpulan : Tn.S tidak mengalami masalah emosional.

PENGKAJIAN MMSE (MINI MENTAL STATE EXAMINATION)

Nama pasien :Tn.S. Nama pemeriksa : Dwi Yulianti


Pendidikan terakhir :SD Tanggal : 10 desember 2020

Umur :71 thn Waktu : 16.00 WIB

Item penilaian Skor


tertinggi Nilai klien
Orientasi
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan). (tanggal), (hari) 5 1
apa?
2. Kita berada di mana? (Negara) (provinsi) (kota) (rumah) 5 2
Registrasi memori
3. Sebutkan 3 objek 3 3
Masing-masing objek 1 detik, lansia diminta mengulang
3 nama objek yang telah disebutkan oleh pemeriksa,
nilai 1 pada setiap objek benar. Ulangi sampai lansia
dapat menyebutkan dengan benar. Catat jumlah
pengulangan yang dilakukan.
Tensi dan kalkulasi
4. Minta klien untuk mengkurangkan 100 dengan 5, 5 5
kemudian hasilnya berturut-turut dikurangkan dengan 5
sampai pengurangan kelima (100,95,90,85,80)
Pengenalan kembali (recall)
5. Lansia diminta untuk menyebutkan kembali 3 objek di 3 2
atas (pertanyaan no.3)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebutkan 2 benda yang ditunjuk oleh 2 2
perawat
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat 3 kata :saya 1 1
ingin duduk

item skor
tertinggi Terendah
8. Lansia mengikuti perintah: ambil kertas, lipat menjadi 2 1 3
dan letakkan di tangan kanan anda
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah : 1 1
pejamkan mata anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang 1 1
pikiran/perasaan secara spontan. Kalimat terdiri dari 2
kata (subjek dan predikat)
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini 1 1
Total skor 30 22

Intepretasi hasil:

Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi:

a. >23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik

b. 18-23 kerusak aspek fungsi mental ringan

c. ≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Kesimpulan Hasil: aspek kognitif dari fungsi mental ringan


PENGKAJIAN KATZ INDEKS

Nama pasien :Tn.S. Nama pemeriksa : Dwi Yulianti

Pendidikan terakhir :SD Tanggal : 10 desember 2020

Umur :71 thn Waktu : 16.00 WIB

Aktivitas Mandiri Tergantung


(nilai 1) (nilai 0)
1. Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan, 1
mengeringkan badan).
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan mengeringkan. 1
3. Memakan makanan yang telah disiapkan. 1
4. Memelihara kebersihan diri untuk pnampilan diri (menyisir 1
rambut, keramas, gosok gigi, mencukur kumis).
5. BAB di WC (membersihkan dan mengeringkan daerah bokong) 1
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses. 1
7. BAK di kamar mandi (membersihkan dan mengeringkan daerah 1
kemaluan)
8. Dapat mengontrol keluarnya kemih. 1
9. Dapat berjalan tanpa alat bantu seperti tongkat. 1
10. Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan. 1
11. Melakukan pekerjaan rumah: menyapu, mencucui pakaian, dll. 1
12. Berbelanja kebutuhan sendiri/keluarga. 0
13. Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang 1
sendiri).
14. Menggunakan sarana transportasi umum dalam bepergian. 1
15. Menyiapkan obat dan meminum sesuai takaran (waktu, takaran 0
tepat).
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan 0
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
17. Melakukan aktivitas di waktu luang (keagamaan, sosial, hobi). 1
Jumlah total point mandiri 14
jumlah total point 13 – 17 : mandiri

jumlah total poin 0 – 12 : ketergantungan

Kesimpulan : Mandiri

PENGKAJIAN RESIKO JATUH LANSIA (MORSE FALLS)

Nama pasien :Tn.S. Nama pemeriksa : Dwi Yulianti

Pendidikan terakhir :SD Tanggal : 10 desember 2020

Umur :71 thn Waktu : 16.00 WIB


Skala
No Item Nilai
Tidak Ya
1 Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan 25 0
0
terakhir
2 Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih dari 1 15 0
0
penyakit?
Alat bantu jalan:

3 Bed rest / dibantu perawat 0 0 0


Kruk/tongkat/walker 0 15 0
Berpegangan pada benda sekitar (kursi, lemari, meja) 0 30 0
4 Terapi intravena: apakah saat ini lansia terpasang infus 0 20 0
Gaya berjalan/berpindah

5 Normal/bed rest/immobile (tidak dapat bergerak sendiri) 0 0 0


Lemah (tidak bertenanga) 10 0
Gangguan/ tidak normal (pincang/diseret) 20 0
Status mental
6 Lansia menyadari kondisinya 0 0
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15 0
Total Nilai 0

Interpretasi:

a. Tidak beresiko : 0 – 24 (perawatan dasar)

b. Resiko rendah : 25 – 50 (pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)

c. Resiko tinggi : ≥ 51 (pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko tinggi)

Kesimpulan: pelaksanaan intervensi perawatan dasar


PENGKAJIAN SKALA DEPRESI LANSIA

Nama pasien :Tn.S. Nama pemeriksa : Dwi Yulianti

Pendidikan terakhir :SD Tanggal : 10 desember 2020

Umur :71 thn Waktu : 16.00 WIB

NO Keadaan yang dirasakan selama sminggu terakhir Nilai respon


YA Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 0
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau 0
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong atau merasa kesepian? 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? 0
5 Apakah anda memiliki semangat yang bagus dalam sebagian besar hidup 1
anda?
6 Apakah anda takut, kwatir bahwa aka nada sesuatu yang buruk terjadi pada 0
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup anda? 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 0
9 Apakah anda lebih suka tinggal di wisma atau di rumah daripada pergi 0
keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa memiliki banyak masalah dengan daya ingat anda 0
dibandingkan dengan kebanyakan orang ?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga? 0
13 Apakah anda merasa penuh dengan energy / kekuatan? 0
14 Apakah anda merasa apa yang anda alami sekarang ini/keadaan anda saat ini 0
tidak ada harapan?
15 Apakah anda piki bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? 0
Intepretasi:

Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi:

a. Skor 10 – 15 : depresi berat

b. Skor 5 – 9 : depresi sedang

c. Skor 0 – 4 : normal

Kesimpulan: 1 Normal

PENGKAJIAN POLA KOMUNIKASI LANSIA

Nama pasien :Tn.S. Nama pemeriksa : Dwi Yulianti

Pendidikan terakhir :SD Tanggal : 10 desember 2020

Umur :71 thn Waktu : 16.00 WIB


N ASPEK YANG DINILAI URAIAN
O
1 Pendengaran a. Pendengaran adekuat tanpa menggunakan
hearing aid
b. Pendengaran adekuat dengan menggunakan
hearing aid
c. Sedikit mengalami kesulitan bila lingkungan
ramai
d. Hanya dapat mendengar dalam situasi khusus
(harus dengan suara keras dan jelas)
e. Pendengaran terganggu walaupun menggunakan
hearing aid.
2 Kemampuan memahami a. Dapat memahami
informasi b. Pada umumnya dapat memahami, hanya
kehilangan sebagian atau pesan tertentu.
c. Kadang-kadang dapat memahami.
d. Jarang/tidal emmahami.
3 Kejelasan bicara a. Bicara jelas
b. Bicara tidak jelas (kata-kata tidak jelas, komat-
kamit)
c. Tidak dapat bicara
4 Perubahan pola komunikasi Bandingkan dengan pola komunikasi pada 3 bulan
terakhir atau dengan pengkajian sebelum ini:
a. Tidak ada perubahan
b. Bertambah baik
c. Bertambah buruk
Keterangan: Klien memiliki kemampuan komunikasi yang cukup
Tulis Kondisis klien baik, hanya terkendala dengan pendengaran yang sedikit
tidak jelas. Saat berbicara dengan Tn.S menggunakan
suara yang sedikit keras, agara Tn.S mendengar dengan
jelas.
Kesimpulan: baik

Anda mungkin juga menyukai