Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN HERNIA LINGUINALIS LATERALIS
DI RUANG POLI BEDAH UMUM RSUD BANGIL

Dosen Pengampu :
Ns. IDA ZUHROIDAH, S.Kep., M.Kes

Oleh :
NISA’UN NAFISAH (222303102005)
2–A

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan


Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah 1
Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hernia Linguinalis Lateralis
Di Ruang Pli Bedah Umum RSUD Bangil

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Ns. IDA ZUHROIDAH, S.Kep., M.Kes


NRP : 197905092006042023

Mahasiswa

NISA’UN NAFISAH
NIM : 202303102005
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP POST SESTIO CAESAREA


1. Definisi
Hemia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2008).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen. isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif. 2013).
Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu penyakit hernia atau berupa tonjolan yang
melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral epigastrika inferior,
menyusuri kanalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Rizaldy,
2018). Tonjolan bisa timbul apabila pasien menangis, mengejan atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan serta bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang. (Ghozali
et al., 2019). Keadaan tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya nyeri,
cemas dan ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan terganggunya kebutuhan dasar rasa
aman dan nyaman (Gujarati & Porter, 2018). Masalah keperawatan yang muncul dalam
kasus hernia inguinalis lateralis diantaranya nyeri akut, ansietas dan risiko infeksi jika
dilakukannya pembedahan atau operasi.
2. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah:
- Kelainan kongenital atau kelainan bawaan.
Kelainan didapat, meliputi:
1) Jaringan kelemahan.
2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal.
3) Trauma.
4) Kegemukan.
5) Melakukan pekerjaan berat.
6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar.
3. Tanda Dan Gejala
Menurut Jong (2008), tanda dan gejala dari hernia, antara lain:
1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipat paha.
2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaanmual.
3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4) Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebatserta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehinggamenimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah)disamping benjolan dibawah sela paha.
6) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesaknafas.
7) Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar .
4. Komplikasi
Menurut Nuruzzaman 2019, Komplikasi yang di timbulkan dari hernia antara lain :
a. Hernia berulang
b. Hematoma
c. Retensi urin
d. Infeksi pada luka
e. Nyeri kronis atau akut
f. Pembengkakan testis karena atrofi testis

5. Patofisiologi
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk
kembalisecara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan
dengan jariyang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan
saja makadapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut
menyebabkantonjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali dan disebut hernia
irreponable.Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan
pembedahan daripembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat
menimbulkan nyeriyang dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi
pergerakan dan resikoinfeksi (Liu & Campbell, 2011).
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2004), pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidakseimbangan elektrolit.
6. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam :
a. Konservatif
- Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
- Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
- Celana penyangga
- Istirahat baring
- Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyen, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
- Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB. hindari kopi kopi teh, coklat. cola. minuman beralkohol
yang dapat memperburuk gejala-gejala.
b. Pembedahan (Operatif):
- Hernioplasty: memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
- Herniotomy: pembebasan kantong hemia sampai ke lehemya. kantong dibuka dan
isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
Indikasi:
Herniotomi dan hernioplastik dilakukan pada pasien yang mengalami hernia
dimana tidak dapat kembali dengan terapi konservatif Proses tindakan
Herniotomi Membuat sayatan miring dua jari diatas sias, kemudian Kanalis
inguinalis dibuka, memisahkan funikulus, dan Kantong hernia dilepaskan dari
dalam tali sperma, dilakukan duplikasi (pembuatan kantong hernia), kemudian isi
hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong Henioplastik Memperkecil angulus:
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fascia transversa dan
memjahitkan pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.oblikuus
internus abdominis keligamentum inguinalis. Ini merupakan metode Basini.
Sedangkan untuk metode Me Vay yaitu menjahitkan fascia transversa,
m.tranversus abdominis. m.oblikuus internus abdominis ke ligamentum Cooper.
- Hernioraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan
muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
Suatu tindakan pembedahan dengan cara memotong kantong hernia. menutup
defek dan menjahit pintu hernia
Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang masih bisa
dimasukan kedalam cavum abdomen. Kadang benjolan tidak bisa dimasukkan ke
cavum abdomen disertai tanda-tanda obstruksi seperti muntah, tidak bisa BAB.
serta nyeri.
B. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
A. Pengkajian Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan pekerjaan, alamat, diagnose medis
2) Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
B. Data Subjektif
1) Sebelum Operasi
a) Keluhan
Adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Nyeri di daerah
benjolan meski jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau daerah paraumbilikal berupa nyeri viseral
karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk
ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual-muntah, kembung.
Konstipasi. Bayi menangis terus. Pada saat bayi menangis atau
mengejan dan batuk-batuk kuat timbul benjolan. Pada hernia
strangulata suhu badan dapat meninggi atau normal.
b) Riwayat penyakit sekarang
Merasa ada benjolan di skrotum atau kadang-kadang
mengecil/menghilang. Bila menangis, batuk, mengangkat benda berat
akan timbul benjolan lagi, timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul
rasa kemeng disertai mual-muntah. Akibat komplikasi terdapat shock,
demam, asidosis metabolik, abses, fistel, peritonitis.
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat psikososial

2) Sesudah Operasi
a) Keluhan Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, dan kembung
C. Data objektif
a. Inspeksi
Hernia reponsibel terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
Hernia inguinalis lateralis : muncul benjolan di region inguinalis yang
berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong. Medialis :
tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat. Hernia skrotalis :
benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan
dari hernia inguinalis lateralis. Hernia femoralis : benjolan di bawah
ligamentum inguinal. Hernia epigastrika : benjolan di linea alba. Hernia
umbilikal : benjolan di umbilikal. Hernia perineum : benjolan di perineum.
b. Palpasi
Caranya : tarik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL)
deitekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis. Titik
yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIL) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita
tekan maka dapat diasumsikan bawha itu hernia inguinalis lateralis.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inckarserata)
e. Colok dubur Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan
Howshipromberg (hernia obtutaratoria)
f. Pemeriksaan test diagnostik Rontgent, USG
g. Tanda-tanda vital Temperatur meningkat, pernafasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
h. Hasil laboratorium Leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3 . Serum elektrolit
meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis
Faktor yang Berhubungan Batasan Karakteristik (Data
Keperawatan
(Etiologi/E) Subjektif/Objektif/Symptom/S)
(Problem/P)
Nyeri akut Agen pencedera fisiologis, Tanda dan gejala mayor
berhubungan dengan agen pencedera kimiawi, agen Subjektif :

agen pencedera fisik pencedera fisik. - Mengeluh nyeri


Objektif :
(D.0077)
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Tanda dan gejala minor

Subjektif :-
Objektif :

- Tekanan darah meningkat


- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis

Ansietas (D.0080) Krisis situasional, Kebutuhan Tanda dan gejala mayor


tidak terpenuhi, Krisis Subjektif:
maturasional, Ancaman - Merasa bingung
terhadap konsep diri, Ancaman - Merasa khawatir dengan akibat
terhadap kematian, dari kondisi yang dihadapi
Kekhawatiran mengalami
- sulit berkonsentrasi
kegagalan, Disfungsi sistem
keluarga, Hubungan orang tua-
anak tidak memuaskan, Faktor Objektif:
keturunan (temperamen mudah - Tampak gelisah
teragitasi sejak lahir), - Tampak tegang
Penyalahgunaan zat, Terpapar - sulit tidur
bahaya lingkungan (mis,
toksin, polutan, dan lain-lain), Tanda dan gejala minor
Kurang terpapar informasi. Subjektif:
- Merasa tidak berdaya
- Mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi

Objektif:
- Frekuensi nadi meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Muka tampak pucat
- Kontak mata buruk
- Berorientasi pada masa lalu
- frekuensi napas meningkat
- Diaforesis
- Tremor
- Suara bergetar
- Sering berkemih
Gangguan mobilitas fisik Tanda dan gejala mayor
berhubungan dengan keengganan Kerusakan integritas
Subjektif :
melakukan pergerakan (D.0054) struktur tulang,
Perubahan metabolism, - Mengeluh sulit menggerakkan
Ketidakbugaran fisik, ekstremitas
Penurunan kendali otot,
Penurunan massa otot,
Penurunan kekuatan Objektif :
otot, Keterlambatan
perkembangan, - Kekuatan otot menurun
Kekakuan sendi, - Rentang gerak (ROM) menurun
Kontraktur, Malnutrisi,
Gangguan Tanda dan gejala minor
musculoskeletal,
Gangguan Subjektif :
neuromuscular, Indeks
masa tubuh diatas - Nyeri saat bergerak
persentil ke-75 sesuai - Enggan melakukan
usia, Efek agen pergerakan
farmakologis, Program - Merasa cemas saat
pembatasan gerak, bergerak
Nyeri, Kurang terpapar
informasi tentang Objektif :
aktivitas fisik,
Kecemasan, Gangguan
- Sendi kaku
kognitif, Keengganan
melakukan pergerakan, - Gerakan tidak terkoordinasi
Gangguan sensori - Gerakan terbatas
persepsi
- Fisik lemah

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
1. Nyeri akut Se Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan intervensi selama 2 x24
dengan agen jam, tingkatan nyeri pada Observasi :
pencedera fisik. pasien menurun dengan - Identifikasi lokasi,
(D.0077) kriteria hasil : karakteristik, durasi,
 Kemampuan frekuensi, kualitas,
menuntaskan aktifitas intensitas nyeri
meningkat - Identifikasi skala nyeri
 Pasien tidak tampak - Identifikasi respon nyeri
meringis non verbal
 Tidak tampak gelisah - Identifikasi faktor yang
 Skala nyeri menurun memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri - Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah
- diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis: TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain) - Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan
tidur - Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas


(D.0080) keperawatan selama 1 x 15
menit maka Tingkat Observasi:
Ansietas Menurun dengan
kriteria hasil: - Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. kondisi, waktu,
- Verbalisasi khawatir stresor)
akibat kondisi yang
dihadapi menurun - Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
- Perilaku gelisah menurun
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Perilaku tegang menurun (verbal dan nonverbal)

- Muka tidak tampak pucat Terapeutik:

- Kontak mata membaik - Ciptakan suasana terapeutik


untuk menumbuhkan
- Mengenali ansietasnya kepercayaan

- Mampu memperagakan - Temani pasien untuk


dan menggunakan teknik mengurangi kecemasan, jika
relaksasi Slow Deep memungkinkan Pahami situasi
Breathing untuk yang membuat ansietas
mengatasi ansietasnya
- Dengarkan dengan penuh
perhatian

- Gunakan pendekatan yang


tenang dan meyakinkan

- Tempatkan barang pribadi yang


memberikan kenyamanan

- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang

Edukasi :

- Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin dialami

- Informasikan secara faktual


mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis

- Anjurkan keluarga untuk tetap


bersama pasien, jika perlu

- Anjurkan umelakukan kegiatan


yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan

- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

- Latih kegiatan pengalihan untuk


mengurangi ketegangan

- Latih penggunaan mekanisme


pertahanan diri yang tepat

- Latih teknik relaksasi


Kolaborasi Kolaborasi
pemberian obat antiansietas,
jika perlu
Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
3. Gangguan intervensi selama 2 x24
mobilitas fisik jam, mobilitas fisik pada Observasi :
berhubungan pasien menurun dengan - Identifikasi adanyanyen atau
dengan
kriteria hasil : keluhan fisik lainnya
keengganan
melakukan  Pergerakan ekstremitas - Identifikasi toleransi fisik
pergerakan. meningkat melakukan pergerakan
 Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung dan
(D. 0054)  Nyeri menurn tekanan darah sebelum memulai
 Kekuatan sendi mobilisasi
meningkat - Monitor kondisi umum selama
 Gerakan terbatas melakukan mobilisasi
menurun Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
 Kelemahan fisik menurun dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur).

4.Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses 2000 dimana rencana


implementasi dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memudahkan dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi
dan komunikasi informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya.
Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengembangkan dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap berikutnya berikutnya (Doenges M, 2000).

5.Evaluasi

Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang


sistematis pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format
evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa dan data
perencanaan (Nursalam, 2009 ).
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi Muhammad. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Hernia Ingunalis


Lateralis Post Op Hernioraphy Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Ruang Wijaya Kusuma Ii Rsud Ciamis Tahun 2018. Bandung.
Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI
https://eprints.untirta.ac.id/14888/3/BAB%202.pdf.

Anda mungkin juga menyukai