Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

DI RUANG IBS RSUD H. DAMANHURI BARABAI

OLEH :
AKHMAD ROZALI, S.Kep
NIM : 17.31.1037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA
DI RUANG IBS RSUD H. DAMANHURI BARABAI

OLEH :
AKHMAD ROZALI, S.Kep
NIM : 17.31.1037

Barabai, November 2018


Mengetahui
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Ns, Fadhil Al Mahdi, S.Kep.,M.Mkes Muklatul Ainiah, S.Kep.Ners

LEMBAR KONSULTASI
Nama : Akhmad Rozali, S.Kep
NIM : 17.31.1037
Judul : Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Diagnosa Hernia
Clinical Instruktur : Muklatul Ainiah, S.Kep.Ners
MATERI YG SARAN
NO HARI/TANGGAL PARAF
DIKONSULKAN PEMBIMBING

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIOTOMY
A. DEFINISI
Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh, biasanya abdomen lewat suatu celah pada
dinding yang mengelilinginya.

Menurut Barbara C.Long pengertian Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh
atau struktur organ dari tempat normal melalui sebuah defek kongenital atau didapat.

Pada hernia ada 3 unsur penting yaitu:

 Kantong hernia.
 Isi (viskos).
 Pintu atau leher hernia.
Tindakan bedah pada operasi hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia)
dan herniorafi (menjahit kantung hernia) pada bedah elektif maka kanalis dibuka dan
isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dimasukkan “Bassini Plasty “ untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat maka prinsipnya
seperti bedah elektif, cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat, apakah
vital atau tidak, bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan
reseksi usus dan anastomosis: end to end”. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas,
setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan rujuk
ke RS yang lengkap.

B. JENIS - JENIS HERNIA

1. Menurut tempat lokasinya


a. Hernia scrotalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia inguinalis
e. Hernia insisional
f. Hernia fragmentika
g. Hernia Epigastrika
2. Menurut gejala :
- Hernia Refonibilis
Penonjolan yang terjadi dan benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali secara
manual.
- Hernia irreponibilis
Penonjolan yang terjadi dan tonjolan tersebut tidak dapat dikembalikan secara
manual disertai nyeri tekan.

- Hernia inkaserata
Terjadi tonjolan yang tidak bisa kembali serta terjadi gangguan pasase usus dan
nyeri hebat.

- Hernia strangulata
Nyeri hebat, pembuluh darah terjepit, gangguan vaskularisasi karena masih ada
sisa makanan diusus yang terdapat penonjolan tersebut maka akan terjadi eksudat
cairan

- Hernia richter
Hernia responibilis yang turun naik

C. ETIOLOGI
1. Kongenital
a. Terjadi kegagalan dalam hal penutupan prosesus vaginalis (pintu/liang yang
menonjol menuju vagina)
b. Terjadi sejak bayi lahir, seperti: hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia
bochdalek.
2. Didapat/akuisita
Terjadinya hernia setelah dewasa/manula, hal ini disebabkan adanya tekanan
intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya: pada batuk
kronis, gangguan proses kencing (prostat hipertropi, strictura uretra) konstipasi
kronis, asites, dan trauma kecelakaan.
3. Faktor predisposisi
Terjadi karena peningkatan intra kranial, misal pada saat mengangkat benda berat,
meniup terompet atau terlalu kuat mengedan.
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Kanalis ingunalis adalah kanal yang normal pada fetus, pada bulan ke-8
hehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi Penonjolan peritoneum yang
disebut prosesus ingunalis peritonie.
Pada bayi baru lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
serimgkali kanalis ini tidak menutup kaena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
ingunalis kanan ini lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri yang terbuka biasanya yang
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka akan menutup pada usia
2 bulan.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi
atau miksi akibat hipertropi prostate.

PATHWAY HERNIA
E. TANDA DAN GEJALA
Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau adanya
benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang
waktu tidur dan bila menangi, mengejanatau mengangkat beda berat serta posisi pasien
berdiri dapat timbul kembali bila ditemukan komplikasi dapat nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien dapat
disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia akan
nampakbenjolan harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali.
Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan inra
abdominal, lalu scrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnosis pasti hernia pada umumnya
sudah ditegakkan dengan pemeriksaan yang teliti. Tanda dan gejala yang sering
dijumpai :
1. Nyeri
2. Ada benjolan
3. Mual
4. Kembung
5. Tidak flatus / BAB

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemastian diagnosis untuk hernia dapat dilakukan dengan pemeriksaan:

1. Ultrasonografi (USG)
Menentukan adanya BPH.
2. Rontgen thorak 
Adanya batuk lama, COPD
3. Hitung darah lengkap

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada hernia ingunalis reponibilis dan irreponibilis dilakukan tindakan bedah
elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi, sebaiknya bila telah terjadi proses
strangulasi tindakan bendah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya
nekrosis usus.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah
elektif canalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan “ Bassing
Plasty “ atau tehnik yang lain untuk memperkuat dinding belakang canalis ingunalis.

Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung


di atas urea yang lemah, usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantong
hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia di region
inguinal biasanya di perbaiki. Saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.

Beberapa perbaikan sulit dilakukan karena adanya insufisiensi massa otot


untuk mempertahankan usus di tempatnya, pada kasus ini graft mata jala tembaga (steal
mast=h) digunakan untuk menguatkan area herniasi, klien dengan kesulitan perbaikan
biasanya dirawat di rumah sakit 1-2 hari untuk mendapatkan antibiotik profilaksis

H. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan yang
lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu
granulasi jaringan.

Fase-fase penyembuhan luka antara lain :

1. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang
menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat
luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan
menahan jahitan dengan baik.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk
mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu
minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen
akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini,
tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada
minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan
otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal
disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi
tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan
akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

I. KOMPLIKASI

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.terjadi penekanan terhadap cincin hernia
hernia akibatnya makin banyaknya ususayng masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan
aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskelur. (proses strangulasi).

Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung muntah
dan obstipasi. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.
Komplikasi yang mungkin terjadi :
1. Haemorragie
2. Hipovolemia / Shock
3. Eviserasi
4. Dehidrasi
5. Infeksi
6. Retensi urine
7. Tromboflebitis
8. Paralitik Illeus
Komplikasi Operasi herniotomy :
1. Perdarahan
2. Infeksi luka operasi
3. Cedera usus
4. Cedera kantong kemih
5. Cedera vasdeferen
6. Cedera testis, orchitis, atropi testis
7. Cedera saraf intra inguinal
J. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
serta data penanggung jawab
2. Keluhan utama

Nyeri: berapa lama dan lokasinya?

3. Riwayat penyakit sekarang

Benjolan:

apakah nyeri ?

apakah benjolan menetap ?

apakah benjolan itu dapat dikembalikan ?

4. Riwayat penyakit dahulu


Apakah ada penyakit yang lain ?

- Batuk
- Asma bronkhial
- Konstipasi
- Dan lain-lain
5. Status pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya yang menunjang terjadinya ?

6. Riwayat penyakit keluarga


Apakah keluarga menderita batuk, asma?.
7. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada dan Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen
2) Teraba massa pada abdomen bagian bawah / lipat paha
f. Ekstremitas
1) Tidak ada kelemahan
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
8. Data Sosial Ekonomi
Hernia dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur.
9. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
10. Data Psikologis
Cemas akan dilakukan tindakan pembedahan.
11. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan hernia mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
biologi selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien   Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
berkurang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
NOC :   Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
  Pain Level,   Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
  Pain control, pengalaman nyeri pasien
  Comfort level   Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Kriteria Hasil :   Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab   Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
nonfarmakologi untuk mengurangi   Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
nyeri, mencari bantuan) dukungan
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang   Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dengan menggunakan manajemen nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Mampu mengenali nyeri (skala,   Kurangi faktor presipitasi nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)   Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri farmakologi dan inter personal)
berkurang   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Tanda vital dalam rentang normal   Ajarkan tentang teknik non farmakologi
  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  Tingkatkan istirahat
  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Kecemasan bd diagnosis Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC :
dan pembedahan selama 3x 24 jam diharapakan cemasi Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
terkontrol   Gunakan pendekatan yang menenangkan
NOC :   Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
  Anxiety control   Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
  Coping   Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
Kriteria Hasil : takut
  Klien mampu mengidentifikasi dan   Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
mengungkapkan gejala cemas   Dorong keluarga untuk menemani anak
  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan   Lakukan back / neck rub
menunjukkan tehnik untuk mengontol   Dengarkan dengan penuh perhatian
cemas   Identifikasi tingkat kecemasan
  Vital sign dalam batas normal    Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa    Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan persepsi
   Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
   Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan    Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
selama 3x24 jam diharapakan pasien    Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
menunjukkan perdarahan dapat    Monitor vital sign
diminimalkan    Catat perubahan mental
   Hindari aspirin
   Awasi HB dan factor pembekuan
   Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses
Post Operasi

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri
  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
pasien berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
NOC :
  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
  Pain Level,
  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
  Pain control, pengalaman nyeri pasien

  Comfort level   Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

Kriteria Hasil :   Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

  Mampu mengontrol nyeri (tahu   Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
penyebab nyeri, mampu menggunakan ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
tehnik nonfarmakologi untuk
  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
dukungan
  Melaporkan bahwa nyeri berkurang
  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dengan menggunakan manajemen nyeri
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
  Mampu mengenali nyeri (skala,   Kurangi faktor presipitasi nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri farmakologi dan inter personal)
berkurang
  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
  Tanda vital dalam rentang normal
  Ajarkan tentang teknik non farmakologi

  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

  Tingkatkan istirahat

  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri


tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi
  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol
  Pertahankan teknik isolasi
NOC :
  Batasi pengunjung bila perlu
  Immune Status   Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
  Knowledge : Infection control
  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
  Risk control
   Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Kriteria Hasil :
   Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
  Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi    Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

  Mendeskripsikan proses penularan    Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
penyakit, factor yang mempengaruhi dengan petunjuk umum
penularan serta penatalaksanaannya,
   Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
  Menunjukkan kemampuan untuk kencing
mencegah timbulnya infeksi
  Tingktkan intake nutrisi
  Jumlah leukosit dalam batas normal
  Berikan terapi antibiotik bila perlu
  Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


  Monitor hitung granulosit, WBC

  Monitor kerentanan terhadap infeksi

  Batasi pengunjung

  Saring pengunjung terhadap penyakit menular

  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

  Pertahankan teknik isolasi k/p

  Berikan perawatan kuliat pada area epidema

   Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,


drainase

  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

  Dorong masukkan nutrisi yang cukup

  Dorong masukan cairan

  Dorong istirahat

  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi


  Ajarkan cara menghindari infeksi

  Laporkan kecurigaan infeksi

  Laporkan kultur positif

3 Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegene managemen
b.d imobilitas (nyeri selama 3x24 jam diharapakan pasien
  Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
pembedahan) menunjukkan kebersihan diri
  Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh
NOC :
pasien (oral,tubuh,genital)
  Kowlwdge : disease process
   Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
  Kowledge : health Behavior
   Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan
Kriteria Hasil : pasien

  Pasien bebas dari bau

  Pasien tampak menunjukkan kebersihan

  Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of


America:Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America:Mosby.

Anda mungkin juga menyukai