Anda di halaman 1dari 20

Presentasi Kasus dan Portofolio

HERNIA SCROTALIS

Oleh:
dr. Sonya Hardi

Pendamping:
dr. Tri Endangwati

Wahana:
RS. Reksodiwiryo TK III Kota Padang

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
PORTOFOLIO

Nama Peserta :dr.Sonya Hardi

Nama Wahana :RS. Reksodiwiryo TK III Kota Padang

Topik :Hernia Scrotalis

Nama :Tn. S

Tanggal Presentasi :28 Mei 2018

NamaPendamping :dr. Tri Endangwati

Tempat Presentasi :RS. Reksodiwiryo TK III Kota Padang

Objektif Presentasi :Keilmuan dan diagnostik

Bahan Bahasan :Kasus Bedah

Cara Membahas :Presentasi dan diskusi


TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Secara Umum


Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang
menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi
hernia.1,2

Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.
Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering) dan
hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).1,3
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi kantung
bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan. Sedangkan bila tidak
bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan
isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada
keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.1
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka
disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan gangguan
vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat
(acquired) :
 Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei).
Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat
masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2
tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
 Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik
(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi
hernia ke annulus inguinalis internus
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.
illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

B. Hernia Inguinalis
Anatomi Regio Inguinalis

Gbr 1. Dinding Abdomen


Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m. transverses
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus
inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya
adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale.
Akanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan.1

Gbr 2. Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum
dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung
ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di
inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis
m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak
mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1
Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis.
Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang
menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
bisa menyebabkan terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan
saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites,
obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan
yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. 1
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang
saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir.
Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru
muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih
berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia
berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti
hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi
organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan klinis
yang teliti.2
Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum
hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis dan tidak
ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh
karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher
yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak
pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih
sering pada pria usia tua.1,3
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara khas
mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3
2. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di trigonum
hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis
biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar
annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit.
Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.1,3
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali turun
ke dalam skrotum.3
Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis peritoneum
sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk
corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas lebih
jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih elastis pada
anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari
berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak dianjurkan
karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.1
Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka factor-
faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki.
Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek yang ada
direkonstruksi.2
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi
sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti.1
Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil
annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m.
transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale poupart
menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper menurut McVay.1
Gbr 4. Herniotomi dan Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama dengan
yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah vital atau tidak.
Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2

Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau
isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial
atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku,
sering terjadi jepitan parsial.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga
suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan
transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi
sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap
karena rangsang peroitoneal.1
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local.
Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan
segera.1
Topik : Hernia scrotalis
Tanggal (Kasus) : 2 Mei 2018 Presenter : dr. Sonya Hardi
Tanggal Presentasi : 28 Mei 2018 Pendamping : dr. Tri Endangwati
Tempat Presentasi : RS. Reksodiwiryo TK III Kota Padang
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
ѵ
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pria, 56 tahun, hernia scrotalis (D) reponible
Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana hernio scrotalis
Bahan Bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data Nama: Tn. S No. Reg : 11 78 09


Pasien: Umur: 56 tahun
Pekerjaan: Buruh
Alamat: lubuk begalung, Padang
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia
Nama Rumah Sakit: RS. Reksodiwiryo TK Telp : Terdaftar sejak :
III kota Padang
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Hernia scrotalis (D) reponible
2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada riwayat pengobatan yang bermakna
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Tidak ada riwayat penyakit dahulu yang bermakna
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat hernia pada keluarga disangkal
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien seorang buruh
6. Lain-lain :
-
Daftar Pustaka:
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta
: EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24th
2011. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on
May 12th 2011)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia.
cited on May 12th 2011)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on
May 13th 2011)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis hernia scrotalis
2.Tatalaksana hernia scrotalis
3.Edukasi hernia scrotalis
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif

Keluhan utama :

Pasien mengeluh ada benjolan di buah zakar kanan sejak kurang lebih 2 tahun sebelum masuk
rumah sakit.

Keluhan tambahan:

 Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna
kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm. Permukaan benjolan rata
dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan.
 Menurut pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika sedang batuk atau mengedan, maka
benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila pasien
sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil.
 Pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun perut
sebelumnya.
 Kadang pasien juga merasakan nyeri di daerah bagian perut kiri atas dan keluhan mereda
jika benjolan turun ke buah zakar.
 Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sudah berobat ke dokter puskesmas,
kemudian dirujuk ke Poli Bedah RST.
 Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan terkadang sulit buang
air besar dan feses terasa keras sehingga harus mengedan tetapi keluhan sulit BAB
tersebut tidak berlangsung lama yang kemudian pasien mengeluh mencret dan tinjanya
berwarna agak hitam.
 Pasien menyangkal keluhan lain seperti demam, pusing, mual, muntah dan perut
kembung.
 Riwayat sering mengangkat beban berat (+)
2. Objektif

Status Generalis:

 Keadaan Umum : Sedang


 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 94 x/menit
 Nafas : 18 x/menit
 Suhu : 37 oC

Status Internus:

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor ϕ 2 mm = 2 mm,
refleks cahaya +/+ normal

Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah, nafas berbau asam jengkolat (+) tidak menyengat

Paru
 Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
 Palpasi : fremitus kiri = kanan
 Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
 Inspeksi : iktus tidak terlihat
 Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
 Perkusi : batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC V, batas jantung kanan LSD, batas
atas RIC II
 Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, HR 94 x/menit, gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan kelainan kulit,
tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, maupun nyeri
lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus positif 2x/menit, intensitas sedang

Punggung : Nyeri tekan CVA (-/+) Nyeri Ketok CVA (-/+)

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler < 2 detik


Status lokalis genitalia
Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x 5 x 3 cm di daerah
skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-
tanda radang
Palpasi : teraba massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm, permukaan
rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

3. Assesment

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 56 tahun datang ke Poli Bedah RST
rujukan dari Puskesmas seberang padang dengan keluhan utama adanya benjolan di buah zakar
kanan sejak kurang lebih 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan
permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira
berdiameter ± 7 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat
digerakan.
Menurut pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika sedang batuk atau mengedan, maka
benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila pasien sedang
berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Kadang pasien juga merasakan nyeri di daerah
bagian perut kiri atas dan keluhan mereda jika benjolan turun ke buah zakar.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan kondisi vital yang stabil, dan pemeriksaan fisik
secara umum yang normal. Pada pemeriksaan status lokalis genitalia teraba massa di daerah
skrotum dextra dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak,
fluktuasi (-), testis tidak teraba.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosis pasien dengan hernia
scrotalis (D) reponivle. Pasien direncanakan untuk dilakukan herniotomi dan hernioraphy segera
setelah informed concent dengan pasien.

4. Plan

Diagnosis :
Hernia scrotalis (D) reponible
Penatalaksanaan
1. Operasi : herniotomi dan hernioraphi
Laporan Operasi :
a. OS dalam spinal anesthesia
b. Desinfeksi lapangan operasi
c. Insisi kanan bawah abdomen
d. Herniotomi dan hernioraphi(jaringan yang di eksisi atau insisi kantong hernianya)
e. Tutup luka operasi
f. Operasi selesai
2. Instruksi post-operasi
 Bed rest
 Beri infuse RL 8 jam/kolf
 Obat :
- Injeksi ketorolac 3 x 1 amp
- Dilanjutkan dengan antibiotik injeksi cefotaxime 2 x 1 g iv
 Sadar, tidak mual muntah, boleh minum
Edukasi

 Penyakit hernia yang diderita pasien kemungkinan disebabkan kebiasaan pasien yang
mengangkat beban berat dan adanya kelemahan pada dinding abdomen pasien karena
usia.
 Setelah dilakukan operasi sebaiknya pasien jangan mengangkat beban berat dulu.
Follow up

Follow Up Hari I , 1 Juni 2017

S/ Telah dilakukan herniotomi dan hernioraphy


O/
 TD : 120/70
 N : 110 x/i
 RR : 13 x/i
 S : 36.8 °C

A/ Post herniotomi + hernioraphy a.i hernia scrotalis (D)

P/

 Awasi tanda kegawatan


 IVFD RL 8 jam/kolf
 Inj Cefotaxime 2 x 1 g iv
 Inj Ketorolac 3x1 amp iv
 Inj Ranitidin 2x1 amp iv

Follow Up Hari II , 2 Juni 2017

S/ Demam tidak ada


O/
 TD : 120/80
 N : 108 x/i
 RR : 18 x/i
 S : 36.6 °C

A/ Post herniotomi + hernioraphy a.i hernia scrotalis (D) hari ke II

P/

 Awasi tanda kegawatan


 IVFD RL 8 jam/kolf
 Inj Cefotaxime 2 x 1 g iv
 Inj Ketorolac 3x1 amp iv
 Inj Ranitidin 2x1 amp iv

Follow Up Hari III , 3 Juni 2017

S/ Demam tidak ada


O/
 TD : 110/70
 N : 100 x/i
 RR : 16 x/i
 S : 36.8 °C

A/ Post herniotomi + hernioraphy a.i hernia scrotalis (D) hari ke III

P/

 Awasi tanda kegawatan


 IVFD RL 8 jam/kolf
 Inj Cefotaxime 2 x 1 g iv
 Inj Ketorolac 3x1 amp iv
 Inj Ranitidin 2x1 amp iv

Follow Up Hari IV , 4 Juni 2017

S/ Demam tidak ada


O/
 TD : 120/80
 N : 110 x/i
 RR : 13 x/i
 S : 36.8 °C

A/ Post herniotomi + hernioraphy a.i hernia scrotalis (D) hari ke IV

P/

 Kontrol poli Bedah


 Cefixime tab 2 x 100 mg p.o
 Na diclofenac tab 2 x 50 mg p.o
 Ranitidine tab 2 x 150 mg p.o

Anda mungkin juga menyukai