2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah
dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang
melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran
ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain
itu, saluran ini dilewati nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin. Panjang
kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus
inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna.
3. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
Batuk
Adanya presesus vaginalis yang terbuka
Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
Kehamilan multi para dan obesitas.
4. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami tekanan yang
berat seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin. Terjadinya hernia Inguinalis
disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu
kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor
yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus
ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan
atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000). Hernia inkarserata terjadi bila usus yang
prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum,
kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut
kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah).
Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam–hitaman dengan dinding
yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga ke dalam isi
hernia (usus) atau kedalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada
dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau
ganggren.
5. Manifestasi
- Adanya benjolan di daerah inguinal
- Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
- Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
- Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
- Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
- Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di
dapatkan benjolan keluar.
- Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita
mengejar) akan terasa benjolan pada jari.
- Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III
menekan Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan,
penderita mengejar) akan adanya dorongan pada jari II.
6. Pemeriksaan Penunjang
- Foto abdomen PA
- USG
- Hematologi (Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3)
7. Komplikasi
- Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
- Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
- Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
- Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
- Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
- Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
- Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
- Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
- Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medical
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis
berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan
hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan
ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah
hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari
kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah
penyokong untuk memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002)
b. Pembedahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria :
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang
- Kliebebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- Klien dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Intervensi
1. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
2. Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
3. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
4. Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
5. Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik