Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Konsep Dasar Medik


1. Definisi
Hernia adalah merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo apeneurotik dinding perut ( R. Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis
di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup
yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 2004).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia inguinal yang meninggalkan
abdomen melalui annulus inguinalis profundus dan bergerak kebawah secara
oblikmelalui kanalis inguinalis di lateral arteri epigastrika inferior.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulusinguinalis internus yang terletak lateral
daripembuluh darah epigastrika inferiorkemudian masuk kedalam kanalis
inguinalisdan jika cukup panjang menonjol keluar darianulus inguinalis
eksternus.

2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah
dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang
melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran
ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain
itu, saluran ini dilewati nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin. Panjang
kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus
inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna.

Dinding canalis inguinalis


Seluruh panjang dinding anterior canalis guinlais dibentuk oleh
aponeurosis musculus obliqua externus abdominis. Dinding anterior ini
diperkuat sepertiga lateralnya oleh serabut- serabut origo muscuus obliqus
internus abdominis yang berasal dari ligamentum inguinale. Oleh karena itu
dinding ini paling kuat di tempat berhadapan dengan bagian yang paling lemah
dari dinding posterior, yaitu anulus inguinalis profudus. Seluruh panjang
dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding
posterior ini diperkuat di sepertiga medialnya oleh tendo conjungtivus, yaitu
gabungan tendo dari insertio musculus obliqus internus abdominis dan
musculus trasnversus abdominis yang melekat pada crista pubica dan pecten
ossis pbis. Oleh karena itu dinding ini paling kuat di tempat berhadapan dengan
bagian paling lemah dari dinding anterior yaitu anulus inginalis superficialis.
Dinding inferior atau dasar canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir
bawah aponeurosis musculus obliqus externus abdominis yang disebut
ligamentum inguinale dan ujung medialnya disebut ligamentum lacunare.
Dinding superior atau atap canalis inguinalis dibentuk oleh serabut-serabut
terbawah musculus obliqus internus abdominis dan musculus transversus
abdominis yang melengkung

Fungsi canalis inguinalis


Canalis inguinalis memungkinkan struktur-struktur yang terdapat di
dalam funiculus
spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju abdomen dan sebaliknya
pada laki-laki. Pada
perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil emungkinkan ligamentum
teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium majus. Pada laki-laki maupun
pada perempuan , canalis inguinalis juga dilalui oleh nervus ilioinguinalis.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada
laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer,
2002). Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan
aponeurosis tranversus. Dimedial bawah, diatas tuberkulum tubkum, kanal ini
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis
moblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis moblikus eksternus, dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki,
dan ligamentum rotundum pada perempuan.

3. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
 Batuk
 Adanya presesus vaginalis yang terbuka
 Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
 Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
 Kehamilan multi para dan obesitas.

4. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami tekanan yang
berat seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin. Terjadinya hernia Inguinalis
disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu
kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor
yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus
ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan
atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate
akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000). Hernia inkarserata terjadi bila usus yang
prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum,
kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut
kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah).
Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam–hitaman dengan dinding
yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga ke dalam isi
hernia (usus) atau kedalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada
dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau
ganggren.

5. Manifestasi
- Adanya benjolan di daerah inguinal
- Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
- Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
- Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
- Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
- Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di
dapatkan benjolan keluar.
- Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita
mengejar) akan terasa benjolan pada jari.
- Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III
menekan Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan,
penderita mengejar) akan adanya dorongan pada jari II.

6. Pemeriksaan Penunjang
- Foto abdomen PA
- USG
- Hematologi (Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3)

7. Komplikasi
- Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
- Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
- Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
- Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
- Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
- Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
- Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
- Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
- Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medical
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis
berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan
hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan
ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah
hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari
kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah
penyokong untuk memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002)
b. Pembedahan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
2. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya pasien dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya.
Misalnya : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi
kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya
tekanan intra abdominal.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan paha. Pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama,
menangis, mengejan waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb,
sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di
dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan
tekanan intra abdominal.
4. Aktivitas/ istirahat
- Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk mengemudi
dalam waktu yang lama.
- Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
- Atrofi otot pada bagian tubuh terkena
- Gangguan dalam berjalan
5. Eliminasi
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, inkotenensia atau retensio
urin
6. Nutrisi/ cairan
Anoreksia : mual, muntah, penurunan berat badan
7. Nyeri/ kenyamanan Nyeri seperti tertusuk pisau akan semakin bertambah nyeri
dengan adanya batuk, mengangkat, defekasi.
8. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien
diperiksa dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat
pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah.
- Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia
adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus.
- Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dx Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria :
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang
- Kliebebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- Klien dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Intervensi
1. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
2. Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
3. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
4. Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
5. Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik

Dx Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka pada okerasi.


Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor, functio
laesa).
- Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi
1. Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
2. Observasi tanda – tanda infeksi pada daerah operasi
3. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
4. Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptik
5. Observasi gejala kardinal
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.

Dx Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri


Tujuan : pasien mampu mobilisasi
Kriteria Hasil :
- Pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
- Pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
1. Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas
2. R/ : meningkatkan perasaan untuk beraktivitas
3. Ajarkan teknik mobilisasi di tmpat tidur
4. R/ : melatih menggerakan anggota tubuh
5. Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu melatih mobilisasi pasien
6. R/ : keluarga punya peran penting membantu pasien
7. Tingkatkan aktifitas secara bertahap
8. R/ : meningkatkan mobilitas pasien

Anda mungkin juga menyukai