Anda di halaman 1dari 13

Referat

HERNIA INGUINALIS

Disusun Oleh :
Annisa Riandsya, S.Ked
NIM. 1608437618

Pembimbing:
dr. Tubagus Odih RW., Sp.BA

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia diartikan sebagai penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia menurut terjadinya dibagi
menjadi hernia bawaan atau kongenital dan hernia didapat atau akuisita. Menurut
arah penonjolannya, hernia dibagi menjadi hernia interna dan hernia eksterna.
Berdasarkan sifatnya, hernia dibagi menjadi hernia reponibel dimana isi hernia
dapat keluar-masuk dan hernia ireponibel dimana isi hernia biasanya mengalami
perlekatan isi kantong dengan peritoneum kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat masuk lagi. Berdasarkan letak, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
terjadinya herniasi tersebut.

Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
hernia inguinal indirek, serta hernia femoralis.1 Hernia inguinalis merupakan
penonjolan organ dari kavum peritoneal ke kanalis inguinalis. Hernia inguinalis
merupakan salah satu kasus bedah yang paling umum dilakukan pada anak
maupun dewasa.2

Penelitian yang dilakukan oleh Malangoni di Amerika menyebutkan, terdapat


lebih dari 600.000 tindakan operasi hernia setiap tahunnya dan diperkirakan
sekitar 25% dari seluruh pria dewasa di Amerika Serikat telah mengalami hernia
inguinalis dalam hidupnya.3,4

Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan


distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit
di Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145
kasus.

Pemahaman mengenai gejala klinis hingga penatalaksanaan terhadap hernia


inguinalis diperlukan oleh dokter mengingat tingginya angka kejadian kasus ini.
Hal tersebut menarik perhatian penulis untuk membuat referat mengenai hernia
ingunalis.

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas anatomi, definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,


manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi hernia inguinalis.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan referat ini adalah :

1. Memahami dan menambah wawasan mengenai hernia inguinalis.

2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran

khususnya bagian ilmu bedah.

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di

Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu


kepada beberapa literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

2.1.1 Dinding Abdomen

Dinding anterior abdomen dibentuk oleh kulit, fascia superficialis yang


dibagi menjadi lapisan luar yaitu lapisan lemak dan lapisan dalam yaitu lapisan
membranosa, fascia profunda, otot-otot (Musculus Obliquus Externus Abdominis,
Musculus Obliquus Internus Abdominis, Musculus Tranversus Abdominis, dan
Musculus Rectus Abdominis), fascia extraperitonealis, dan peritoneum
parietale.1,7

Gambar 2.1 Anatomi dinding abdomen anterior

2.1.2 Regio inguinalis


2.1.2.1 Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis dan
aponeurosis otot tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari
aponeurosis Musculus Obliquus Externus. Atapnya ialah aponeurosis Musculus
Obliquus Externus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi
tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.1,7

Gambar 2.2 Kanalis inguinalis dan Trigonum Hesselbach

2.1.3 Trigonum Hesselbach

Trigonum Hesselbach merupakan daerah yang secara lateral dibentuk oleh


vena epigastrika inferior, pada daerah inferior dibatasi oleh ligamentum inguinale,
dan daerah medialnya dibatasi oleh musculus rectus abdominalis medial. Dasar
trigonum Hesselbach dibentuk oleh fascia tranversalis yang diperkuat oleh serat
aponeurosis musculus tranversus abdominis.1

2.2 Definisi

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1,2,3,4

Hernia inguinalis terdiri atas hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis
indirek. Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis latelaris karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia inguinalis direk atau hernia
inguinalis medialis menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach.1,7
2.3 Epidemiologi

Hernia ingunal indirek merupakan hernia yang paling sering ditemukan yaitu
sekitar 50% sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis sekitar
15%. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan 2%
penduduk wanita menderita hernia inguinal didalam hidupnya, dengan hernia
inguinal indirek yang sering terjadi.2,3,8,9

2.4 Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Pada
orang sehat, terdapat 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang bejalan miring, struktur otot oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi,
dan fascia tranversum yang menutup trigonum Hesselbach yang umumnya
hampir tidak berotot. Gangguan satu dari tiga mekanisme tersebut menyebabkan
terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka. Pada neonatus, kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap
terbuka. Sebanyak kurang lebih 30% bayi berumur 1 tahun, masih memiliki
prosesus vaginalis yang terbuka.1

Peninggian tekanan didalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena usia juga merupakan faktor lain yang berperan terhadap terjadinya hernia.
Ketika otot dinding perut berelaksasi, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan ini, tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan vertikal. Sebaliknya, ketika otot dinding perut berkontraksi
akibat tekanan intra abdomen yang meningkat, kanalis inguinalis berjalan lebih
mendatar dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus
kedalam kanalis inguinalis. Pada penderita hernia, mekanisme ini tidak terjadi
akibat dari kelemahan otot dinding perut, sehingga saat tekanan intra abdomen
meninggi, otot dinding perut tidak kontraksi secara sempurna.1

Hernia inguinalis indirek disebut lateralis karna menonjol di daerah lateral


dari vena epigastrika inferior. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses turunnya testis ke skrotum.1

Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh
peninggian tekanan intra abdominal kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami
inkarserasi atau strangulasi.1

2.5 Patogenesis

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut
melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia.1,6

Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun dengan bantuan. Ada
pula yang tidak dapat kembali secara spontan atau dengan bantuan sekalipun
akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu.1,3

Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan tertekan
sehingga terjadi hernia inkarserata dimana terdapat gangguan pasase usus dan
hernia strangulata dimana terjadi gangguan vaskularisasi usus yang akan
menimbulkan gejala obstruksi usus kemudian menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan iskemik dan isi hernia ini akan menjadi nekrosis.1

Apabila kantong hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses lokal atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang
bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi. Nyeri yang timbul
lebih berat dan terjadi terus menerus, daerah benjolan menjadi merah.1

2.6 Diagnosis

Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis. Pada


hernia reponibel keluhan berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.1,8,9

Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum,


atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Pada pemeriksaan,
dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah dan akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat.1,8

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya.


Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada vunikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti karet), atau ovarium.1

Pada palpasi, dengan menggunakan jari telunjuk atau kelingking, dapat


dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti
hernia inguinalis lateralis, kalau sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum,
disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus
disebut hernia labialis.1

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri memegang isi
hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah
cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua tahun.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada
anak-anak masih elastis dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila
usaha reposisi ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya.
Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi
sesegera mungkin.1,10

Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia


yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur
hidup. Cara ini mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tetap mengacam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis. 1,8,10

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis


yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong. 1,10
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih
penting dalam mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. Terdapat
berbagai metode hernioplastik yang dikenal seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan
menjahitkan pertemuan musculus tranversus abdominis dan musculus obliquus
internus abdominis yang dikenal dengan cojoint tendon, ke ligamentum inguinal
Pouparti menurut metode Basinni, atau menjahit fascia tranversa, musculus
tranversa abdominis, musculus obliquuus internus ke ligamentum Cooper pada
metode Lotheissen-Mc Vay. 1

Teknik herniorafi yang dilakukan oleh Basinni adalah setelah diseksi kanalis
inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara mendekatkan musculus
obliquuus internus, musculus tranversus abdominis dan fascia tranversalis
dengan tractus illiopubic dan ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan
pada hernia direk maupun hernia inderek. Kelemahan teknik Basinni dan teknik
lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan
berlebihan dari otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan
puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu
digunakan protesis mesh untuk memperkuat fascia tranversalis yang membentuk
dasar kanalis inguinalis tanpa menjahit dasar otot otot ke inguinal. 1

2.9 Komplikasi

Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ
ekstraperitoneal. Dalam hal ini tidak ada keluhan atau asimtomatik kecuali ada
benjolan. Dapat pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan
hernia inkarserata dan selanjutnya menjadi strangulata. 1,10

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat
yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi
perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika
ada hubungan dengan rongga perut. 1

Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa. Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan
vaskularisasi dan akan terjadilah gangren. Hernia strangulata adalah keadaan
emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya. 1,10
BAB III

KESIMPULAN

1. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Hernia inguinalis
terdiri atas hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis indirek. Hernia
inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis latelaris karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia inguinalis direk atau hernia
inguinalis medialis menonjol langsung ke depan melalui trigonum
Hesselbach.
2. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.
Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.
3. Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis. Nyeri
yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Dengan menggunakan
jari telunjuk atau kelingking, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan
apakah isi hernia dapat direposisi (hernia reponibel) atau tidak (hernia
ireponibel).
4. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi dan
hernioplasti.
5. Komplikasi hernia inguinalis yang dapat terjadi yaitu penjepitan usus yang
berada pada kantong hernia oleh cincin hernia. Hal ini dapat menimbulkan
gangguan pasase usus yang disebut hernia inkarserata dan selanjutnya
menimbulkan gangguan vaskularisasi usus yang disebut hernia strangulata.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 3. Jakarta:


EGC; 2010. Hal 619-629.

2. Burcharth J., The epidemiology and risk factors for recurrence after inguinal
hernia surgery. Dan Med J 2014;61(5).

3. Malangoni MA, Gagliardi RJ. Hernias. In: Townsend, Beachamp, Evers,


Matoox (eds.) Sabiston Textbook of Surgery 17th edition 2004 Elsevier
Saunders Publishers: 1199-1218

4. Ruhl CE, Everhart JE. Risk factors for inguinal hernia among adults in the
US population. Am J Epidemiol 2007;165:1154– 61.

5. Depkes RI. Distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap dan rawat jalan
menurut golongan sebab sakit di Indonesia. Jakarta; 2004.

6. Conze J, Klinge U, Schumpelick V. Hernias. In: Surgical treatment –


evidence-based and problem-oriented. Holzheimer RG, Mannick JA (eds.).
Zuckschwerdt Verlag Munchen Bern Wien New York 2001:611-618

7. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Alih bahasa: Liliana
Sugiharto; editor Huriawati Hartanto. Jakarta:EGC;2000. Hal 183

8. Holzheimer RG. Inguinal hernia: classification, diagnosis and treatment


classic, traumatic and sportsman’s hernia. Eur J Med Res (2005) 10: 121-134

9. Ravikumar V, Rajshankar S, Kumar HRS, Gowda N. A clinical study on the


management of inguinal hernias in children on the general surgical practice.
Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2013 January, Vol-7(1): 144-
147.

10. World health organization. Surgical care at the district hospital. 2012

Anda mungkin juga menyukai