Disusun Oleh :
JNR0220101
1. Definisi Penyakit
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut.
Hernia Umbilikalis adalah penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra
abdomen, biasanya ketika bayi menangis.
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia
umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau
asites merupakan faktor predisposisi. Hernia umbilikalis pada orang dewasa
lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Hernia Umbikalis
Struktur dinding anterior abdomen: Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri
dari (luar ke dalam):
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
Regio Umbikalis
Colon Transversum
Letak intraperitoneal, mulai flexura colica sampai dengan sinistra
Fixasi oleh: Mesocolon transversum (dinding post abdomen)
Lig. Gastrocolica (dng curvature mayor gaster)
Vascularisasi:
o Arteri: a. colica media (2/3 proximal)
b. colica sinistra (1/3 distal)
c. supai arteri tidak konstan pada flexi coli sinistra
o Vena: pararel dengan arteri
o Limfe: nodi lympatici colica medi
o Jejenum dan Ilium
Fungsi
Absorsi: karbohidrat, trigliserida, as.lemak, as.amino, vitamin,
mineral
Vascularisasi
Arteri: Aa. Jejenalis dan ilealis, cabang a. mesenterica superior
Vena: Vv. Jejenalis dan ileasis bermuara ke v. mesenterica superior
Aliran Limfe:
Nodus limphaticus mesenterica superior crysterna chylii
Ductus thoracicus
NL Ileum terminal mengikuti cabang a. Ileocolica NL.
Ileocolica
Inervasi
Parasimpatis: n. vagus
Simpatis: n. splamcnicus minus (T 10-11)
Afferent: via serabut simpatis
Referred pain: dermatome T 10-11 (Regio umbilicus)
Fisiologi
a. Pada janin 5 minggu, usus tengah tergantung pada dinding abdomen
dorsal oleh sebuah mesentrium pendek dan berhubungan dengan yolk sac
melalui ductus vitelinus.
b. Perkembangan usus tengah ditandai oleh pemanjangan cepat usus dan
mesentriumnya sehingga terbentuk lengkung usus primer.
c. Akibat pertumbuhan yang pesat dan ekspansi hati, rongga abdomen
untuk sementara menjadi terlalu kecil untuk menampung semua
lengkung usus, dan lengkung tersebut masuk ke rongga ekstraembrional
di tali pusat selama minggu ke 6 perkembangan.
3. Etiologi Penyakit
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
1) Kelemahan jaringan
2) Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
3) Trauma
b. Peningkatan tekanan intra abdominal.
1) Obesitas
2) Mengangkat benda berat
3) Mengejan dan Konstipasi
4) Kehamilan
5) Batuk kronik
6) Hipertropi prostate
Faktor resiko: kelainan kongenital
4. Manifestasi klinis/ Tanda dan Gejala
a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdomen.
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.
5. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis incarcerata.
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
6. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1) Darah lengkap : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran
diferensial.
2) Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih.
b. Herniografi : Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke
dalam kavum peritoneal dan dilakukan.
c. X-ray : Mendeteksi penyebab lain.
d. USG : Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara
klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
e. CT dan MRI : Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi
(misalnya : hernia obturator)
f. Laparaskopi : Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat
laparaskopi untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
g. Operasi Eksplorasi : Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari
ibunya, namun tidak ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat
dilakukan
8. Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Istirahat baring
4) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
5) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
b. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak -anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi
dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan
kompres es di atas hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera.
c. Pembedahan (jika ada)
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
1) Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
2) Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil
anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai
metode hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identifikasi klien
Pengkajian mengenai nama, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
1) Keluhan Utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan
adanya nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum
pembedahan. Untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai
nyeri klien, dapat digunakan metode PQRST
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan nyeri di
daerah sekitar paha dalam maupun testis, keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca nyeri sering di
dapatkan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis,
diprtimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif serta dengan
aktivitas (khususnya pekerjaan) yang mengangkat beban berat juga
mempunyai resiko terjadi hernia.
4) Pola kesehatan
a. Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan
mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu
predisposisi hernia.
b. Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta
abdomen seperti bersin, mengangkat beban berat, batuk,
mengejan.
c. Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi
dapat menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
d. Pola eliminasi
Adakah keluhan eliminasi BAK maupun BAB sejak keluhan
dirasakan. Tanyakan frekuensi BAK dan BAB, adanya keluhan
dalam eliminasi menandakan terdapat gangguan pada sistem
perkemihan dan eliminasi BAB.
b. Pemeriksaan fisik fokus
Di fokuskan pada bagian yang terganggu yaitu sistem pencernaan, sistem
integument.
System Pencernaan
Persiapan
1) Menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan pengkajian
3) Mencuci tangan kering
4) Menggunakan handscoon
5) Perhatikan privasi
Pelaksanaan
1) Ukur TTV
2) Inspeksi umum : adakah drainase, muntah, NGT. Apakah pasien
terlihat obesitas atau kaheksia
3) Inspeksi konjungtiva : anemis/tidak
4) Inspeksi sclera : ikterik atau tidak
5) Inspeksi warna kulit : pucat atau tidak
6) Inspeksi adaya peningkatan JVP
7) Inspeksi adanya leukonychia (garis-garis putih di kuku) karena
hipoalbuminemia atau koilonychias (kuku seperti sendok) karena
anemia defisiensi besi
8) Inspeksi adanya palmar eritema (penyakit hati kronik).
9) Inspeksi adanya nieedle track (hepatitis B/C) dan adanya ptekie.
10) Inpeksi mulut kotir atau tudak, stomatitis atau tidak
11) Inspeksi dada : spider naevi, ginekomastia
12) Inspeksi bentuk abdomen, simetrisitas, ada stoma/tidak.
13) Inspeksi lesi di abdomen, striae, spider nevi
14) Inspeksi adanya asites, ukur lingkar perut
15) Palpasi adanya limfadenopati
16) Pasien diminta angkat kepala, inspeksi hernia umbilical
17) Auskultasi di keemoat kuadran untuk mengetahui frekuensi bising usus
18) Auskultasi adanya bruit vascular
19) Jika terdapat asites pastikan dengan melakukan pemeriksaan berikut
ini:
a. Pemeriksaan balotemen
b. Perkusi/shifting dullness
20) Lakukan palpasi ringan di semua kuadran, kaji adanya nyeri tekan dan
nyeri lepas di semua kuadran
21) Lakukan palpasi dalam untuk meraba adanya massa atau tidak di
semua kuadran
22) Lakukan palpasi dalam untuk mengetahui batas hepar dan adanya
pembesaran hepar
23) Melakukan perkusi di keempat kuadran
24) Kaji edema ekstremitas
Terminasi
System Integumen
Persiapan
1) Menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan pengkajian
3) Mencuci tangan kering
4) Menggunakan handscoon
5) Perhatikan privasi
Pelaksanaan
1) Ukur tanda vital, perubahan TTV bisa ditemukan pada pasien luka
bakar
2) Inspeksi rambut: distribusi, warna, rontok atau tidak kesehatan kulit
kepala ditandai dengan kondisi rambut
3) Inspeksi warna kulit: pucat atau tidak, ikterik atau tidak
4) Inspeksi konjungtiva: anemis/tidak
5) Inspeksi wajah dan tangan: pigmentasi, carotene (warna kuning-orange
pada kulit secara genetik atau karena konsumsi karotin seperti pada
wortel)
6) Inspeksi warna bibir dan mukosa mulut: lembab atau kering, pucat
atau tidak, eritema atau tidak
7) Kaji turgor kulit, kelembapan, tekstur, elastisitas
8) Kaji CRT dan akral teraba dingin/tidak
9) Kaji adanya clubbing finger (karena hipoksia)
10) Inspeksi adanya lesi: ptekie, bula, macula, papula (psoriasis), psoriasis.
Catat lokasinya, apakah menyebar atau terlokalisasi
11) Kaji lokasi lesi atau luka. Luka tekan umumnya terjadi di bagian
tonjolan2 tulang, luka diabetik dan venous ulcer biasanya ada di kaki,
luka bakar bisa mengenai are mana saja
12) Kaji derajat atau stage luka. Jika luka tekan menggunakan NPUAP
PUSH, luka diabetik menggunakan wagner Classification, luka bakar
menggunakan Rule of Nine
13) Khusus jika pasien mengalami luka operasi kaji primary and secondry
healing meliputi: adakah pus, dehisence , jahitan intak atau tidak,
edema dan eritema sekitar luka
14) Kaji luas luka atau dimensi luka
15) Kaji tipe jaringan, apakah ada jaringan nekrotik, jaringan epitel di tepi
luka
16) Kaji tipe eksudat (sereous, hemosereous, sanguineous, dan purulent
17) Kaji jumlah eksudat, sedikit - sedang – banyak
18) Kaji dasar luka (pink, merah, kuning, hitam, hijau, atau unstageable)
19) Kaji apakah luka disertai rasa nyeri atau tidak
20) Kaji kemampuan bergerak setelah terjadi luka
21) Kaji batas luka (wound edge) terhadap edema, maserasi, jaringan
nekrotik
22) Kaji area sekotar luka (periwound) apakah terdapat eritema, teraba
hangat, terlihat ekskoriasi, edema
Terminasi
B. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
a. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun,
berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, sariawan,
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare. (D.0019)
b. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur, hipertensi, pola napas dan nafsu makan berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan
diaphoresis. (D.0077)
Post Operasi
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis (proses pembedahan trauma
pasca operasi) d.d pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, hipertensi,
pola napas dan nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan diaphoresis. (D.0077)
b. Gangguan Integritas Jaringan b.d faktor mekanis d.d kerusakan
jaringan kulit dan atau lapisan kulit, nyeri, pendarahan, kemerahan,
hematoma, imunodefisiensi dan katerisasi jantung. (D.0129)
c. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
d. Risiko Infeksi dibuktikan dengan faktor risiko efek prosedur invasif,
dan kerusakan integritas kulit. (D.0142)
C. Intervensi Keperawatan
D. Implemetasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebh baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011) kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dari proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnose, perencanaan, tindakan dan evaluasi
itu sendiri (Purba, 2019)
PATHWAY
Hernia Umbilikus