TINJAUAN PUSTAKA
Teori ini menelaskan bahwa ada dua serabut nyeri yaitu serabut yang dapat
menghantarkan rangsang dengan cepat dan serabut yang menghantarkan rangsang
dengan lambat. Kedua serabut ini bersinapsis dan meneruskan rangsang ke otak
mengenai jumlah, tingkat, tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan
kuantitas input sensori (Zakiyah, 2015).
3. Teori Gerbang Kendali (The Gate Control Theory)
Menurut Melzack dan Wall menjelaskan teori gerbang kendali nyeri terdapat
semacam “pintu gerbang” yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi
nyeri. Selain itu juga, mejelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat dua
macam transmiter impuls nyeri, yaitu reseptor yang berdiameter kecil dan besar.
Menurut Joyce dan Hawks, reseptor berdiameter kecil (serabut delta A dan C)
berfungsi untuk mentransmisikan nyeri yang sifatnya keras. Reseptor ini biasanya
berupa ujung saraf bebas yang terdapat pada seluruh permukaan kulit dan pada
struktur lebih dalam seperti tendon, fasia, tulang serta organ-organ interna.
Transmitter yang berdiameter besar (serabut beta A) memiliki reseptor yang
terdapat pada permukaan tubuh dan berfungsi sebagai inhibitor, yaitu
metransmisikan sensasi lain seperti getaran, sentuhan, senasasi hangat dan dingin,
serta terhadap tekanan halus.
Saat terdapat rangsangan, kedua serabut tersebut akan membawa rangsangan
ke dalam cornu dorsalis yang terdapat pada medula spinalis posterior, di medula
spinalis terjadi reaksi antara dua serabut berdiameter besar dan kecil yang disebut
“substansia gelatinosa (SG)”.
SG merupakan area terjadinya perubahan dan modifikasi yang memengaruhi
apakah sensasi nyeri yang diterima mesula spinalis akan diteruskan ke otak atau
dihambat. Sebelum impuls nyeri diteruskan ke otak, serabut besar dan kecil
berinteraksi di area SG. Apabila tidak terdapat stimulus atau impuls yang adekuat
dari seabut besar, maka impuls nyeri dari serabut kecil akan dihantarkan ke sel T
(sel pemicu atau trigger sel). Kemudian dibawa ke otak dan menimbulkan sensasi
nyeri yang dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika impuls nyeri dihantarkan ke otak
dinamakan pintu gerbang terbuka. Sebaliknya apabila terdapat impuls yang
ditransmisikan oleh serabut berdiameter besar karena adanya stimulasi kulit,
sentuhan, getaran, sensasi hangat atau dingin, serta sentuhan halus, akan
menghambat ipmlus dari serabut beridamter kecil sehinggan sensasi yang diabawa
serabut krcil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak oleh SG
sehingga tubuh tidak merasakan sensasi nyeri, kondisi ini disebut dengan pintu
gerbang tertutup (Zakiyah, 2015).
2.1.4 Reaksi
Reaksi terhadap nyeri meruapakn respon fisiologis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri. Reaksi terhadap nyeri menurut
(Potter et al., 2013) meliputi beberapa respon antara lain :
1. Respon fisiologis
Nyeri dengan tingkat yang ringan hingga sedang dan nyeri yang
superfisial akan menimbulkan reaksi “flight or fight”, yang meruakan sindrom
adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis dan sistem saraf parasimpatis akan
menghasilkan suatu aksi
2. Respon perilaku
Secara umum nyeri dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu nyeri akut dan
kronik, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera
telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan
biasanya kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang terjadi adalah
nyeri pasca pembedahan (Meliala & Suryamiharja, 2007).
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan
penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri
ini sering tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya (Strong J, Unruh AM, 2001). Nyeri kronik ini juga sering di
definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih,
meskipun enam bulan merupakan merupakan suatu periode yang dapat
berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter et al., 2013).
Berdasarkan (Andarmoyo, 2013) nyeri dapat dibedakan berdasarkan lokasinya
yaitu sebagai berikut:
1. Nyeri Perifer
Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :
a. Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan
mukosa
b. Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi dari reseptor
nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks.
c. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari
penyebab nyeri.
2. Nyeri Sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan
talamus.
3. Nyeri Psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain nyeri ini
timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Tanra, (2007) Nyeri post operasi akan terus dirasakan sampai
pemberian obat analgesik berikutnya, pada waktu inilah diperlukan terapi
komplementer. Selama dan setelah operasi akan mengakibatkan sensitisasi susunan
saraf sensorik menjadi meningkat (Kustiningsih et al., 2014). Perubahan ini
dirasakan pasien sebagai stimulus noksius yang normal menjadi sangat nyeri. Pada
periode ini pengelolaan nyeri paska bedah sudah menggunakan obat, tetapi masih
belum optimal (Black & Hawks, 2011; Lewis et al., 2011).
Adapun bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca operasi adalah nyeri
akut yang terjadi karena luka insisi bekas pembedahan (Potter et al., 2013) Tujuan
dari manajemen nyeri pasca operasi adalah untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien dengan efek samping seminimal mungkin.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen nyeri yaitu
pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Pengkombinasian antara teknik non
farmakologi dan teknik farmakologi adalah cara yang efektif untuk menghilangkan
nyeri (Smeltzer et al., 2012) Terapi Non farmakologi membantu pengobatan
farmakologi standar manajemen nyeri. Obat medis yang digunakan untuk
mengobati somatik (fisiologis & emosional). Penggunaan terapi nonfarmakologi
yang menjadi pilihan menurut (Potter et al., 2013) adalah yang pendekatannya
noninvasif, resikonya rendah, tidak mengeluarkan biaya yang banyak, mudah
dilakukan, berada pada lingkup keperawatan.
Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari
tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri” sampai “nyeri
tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan (Potter et al., 2013).
2. Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10 (Meliala & Suryamiharja, 2007). Perawat dapat
menanyakan kepada klien tentang nilai nyerinya dengan menggunakan skala 0
sampai 10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan
bagaimana intensitas nyerinya. Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi
keefektifannya (Mc Kinney et al, 2000). Jika klien mengerti dalam penggunaan
skala dan dapat menjawabnya serta gambaran-gambaran yang diungkapkan atau
ditunjukkan tersebut diseleksi dengan hati-hati, setiap instrumen tersebut dapat
menjadi valid dan dapat dipercaya (Potter et al., 2013).
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Skala penialaian numerik lebih sering
digunakan sebagai pengganti alat deskripsi nyeri. Klien menilai nyeri degan
menggunakan skala 0-10 (Taylor, 2011). Skala ini paling efektif digunakan untuk
mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapeutik
(Potter et al., 2013).
Pembagian kategori dalam skala numerik menurut (Potter et al., 2013) adalah sebagai berikut:
Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian
secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat
sedih sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat) (Potter et al.,
2013).
b. Efflurage Massage
Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan
yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular
secara berulang (Parulian et al., 2013). Langkahlangkah melakukan teknik ini
adalah kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstan
dengan pola gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian
bawah di atas simphisis pubis, arahkan ke samping perut, terus ke fundus uteri
kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah diatas
simphisis pubis, bentuk pola gerakannya seperti “kupu-kupu”. Masase ini
dilakukan selama 3–5 menit dan berikan lotion atau minyak/baby oil
tambahan jika dibutuhkan (Kozier et al., 2018).
c. Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Potter et al., 2013).
d. Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011). Perawat dapat menggunakan
musik dengan kreatif di berbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih
menyukai melakukan suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan
lagu atau mendengarkan musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana
hati individu, merupakan pilihan yang paling baik (Karendehi et al., 2015).
e. GIM (Guided Imagery Music)
GIM (Guided Imagery Music) merupakan intervensi yang digunakan
untuk mengurangi nyeri. GIM mengombinasikan intervensi bimbingan
imajinasi dan terapi musik. GIM dilakukan dengan memfokuskan imajinasi
pasien. Musik digunakan untuk memperkuat relaksasi. Keadaan relaksasi
membuat tubuh lebih berespons terhadap bayangan dan sugesti yang
diberikan sehingga pasien tidak berfokus pada nyeri (Suarilah, 2014).
f. Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat
Salah satu terapi nonfarmakologi adalah hidroterapi rendam kaki air
hangat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti pada tahun 2015
tentang pengaruh hidroterapi rendam kaki air hangat terhadap 17 pasien post
operasi di RS Islam Sultan Agung Semarang terdapat penurunan intensitas
nyeri dari sebelum diberikan 4,06 dan setelah diberikan intensitas nyeri
menjadi 2,71 dan terdapat pengaruh hodroterapi rendam kaki air hangat
terhadap penurunan nyeri pasien post operasi dengan nilai p value 0,003 (p
value <0,05).
g. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom (Fitriani, 2013).
Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan
nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam
hati dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup) dan ekhalasi (hembus) (Potter
et al., 2013).
h. Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri
dapat terdiri atas penggabungan nafas berirama lambat dengan suatu
bayangan mental relaksasi dan kenyamanan (Potter et al., 2013).
i. Aromaterapi
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan (Primadiati, 2012).
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung
melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi
seseorang.
Beberapa jenis aromaterapi yang digunakan dalam menurunkan intensitas
nyeri adalah aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender. Aromaterapi lemon
merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri
dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya adalah linalool
yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan
efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya (Purwandari, 2009)
j. Kompres Dingin
Metode sederhana yang dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri yang
secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres dingin pada area nyeri, ini
merupakan alternatif pilihan yang alamiah dan sederhana yang dengan cepat
mengurangi rasa nyeri selain dengan memakai obat-obatan. Terapi dingin
menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf
sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Rahmawati, 2013).
k. Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat
yang dapat menimbulkan efek fisiologis (Anugraheni & Wahyuningsih,
2013). Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan
merelaksasikan otot-otot yang tegang (Price & Wilson, 2005). Kompres
hangat dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas atau kantong air
panas secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke
dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan
terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan
berkurang atau hilang (Potter et al., 2013).
l. Tehnik Akupresur
Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur.
Teknik ini menggunakan tenik penekanan, pemijatan, dan pengurutan
sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat
menurunkan nyeri. Sedangkan teknik akupresur titik pada tangan yaitu
dilakukan pada titik yang terletak sepanjang lipatan tangan ketika jari-jari
menyatu pada telapak tangan. Titik ini membantu pelepasan endorphin ke
dalam tubuh sehingga sangat membantu untuk menurunkan nyeri saat
kontraksi(Suroso & Mulati, 2013).
m. Dzikir Khafi
Secara etimologi dzikir berasal dari bahasa arab “zakara” yang berarti
menyebut atau mengingat-ingat. Secara istilah dzikir berarti membasahi lidah
dengan ucapan-ucapann pujian kepada Allah SWT (Jauhari, 2014) dalam
(Hutagaol, 2016). Dzikir khafi merupakan dzikir didalam qalbu yang
merupakan penggerak emosi perasaan, dzikir ini muncul melalui rasa, yaitu
rasa tentang penzahiran keaguangan dan keindahan Allah SWT (Hidayat,
2014).
2.2 Konsep Sectio Caesarea
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.(Nurarif &
Kusuma, 2015).
dimana irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Siwi Walyani,
2014).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan melalui
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio
caesaria adalah suatu histerektomiauntuk janin dari dalam rahim yang bertujuan
untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi (Mochtar, 2002
).
dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa etiologi yang menjadi indikasi
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
berikut :
2. Panggul sempit
panggul
7. Distosia serviks
9. Malpresentasi janin (letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan muka
2. Pemantauan EKG
4. Elektrolit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
peritoneum yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus
ditentukan dan disaat melintang. Lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah
dan sama-sama kandung kemih didorong serta ditarik agar tidak menutupi
lapangan pandangan.
Pada segmen bawah uterus dibuat insasi melintang yang kecil luka
insisi daerah pembuluh darah uterus, kepala janin yang pada sebagian
besar kasus terletak terbalik insisi diekstrasi atau dorongan, diikuti oleh
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta dibawah lengan dengan
gunting tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi – bayi
2.2.5 Komplikasi
sebagai berikut :
1. Pendarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai hemostrasis karena
insisi rahim atau akibat atonia yang dapat terjadi setelah pemanjangan
masa persalinan.
2. Sepsis sesudah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini jauh lebih berat
bila sectio caesaria dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi
dalam rahim.
didalam ligamen yang lebar dan uretur, hematuria singkat dapat terjadi
kemih.
b. Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
5. Perdarahan karena :
b. Atonia uteri.
6. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
kehamilan mendatang.
b. Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
c. Berat ; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
b. Atonia uteri
3. Luka kandung kemih, emboli baru dan keluhan kandung kemih bila
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Kesadaran penderita
perhitungan :
sekitar 2 x 24 jam.
b. Pemeriksaan
1) Paru-paru
flatus)
c. Profilaksis antibiotika
kematian.
1) Bersifat profilaksis
b. Jahitan diangkat pada hari ke 6-7 pst operasi diperhatikan apakah luka
c. Jika luka dengan eksudat sedikit, ditutup dengan band aid operatif
dressing
gurita
5. Mobilisasi penderita
a. Mobilisasi fisik
1) Miring kekanan dan kekiri dimulai –1 jam pasca operasi (setelah sadar)
b. Mobilisasi usus
makan bubur
a. Dianjurkan jangan hamil kurang lebih satu tahun dengan memakai alat
kontrasepsi