Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI


DI RUANG IRNA 1 B RSUD KOTA MATARAM

Disusun Oleh :
AYIK SECOND RIDHO
022021031

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
T.A 2021/2022
I. KONSEP KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN RASA NYAMAN
A. DEFINISI

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang


tidakmenyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang
mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan
mengakibatkan dilepasnya bahan–bahan yang dapat menstimulus reseptor
nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan
substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk, 2009).

Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang


menyakitkan tubuh yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang
mengalaminya. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau
sumber yang dapat diidentiftkasi.Meskipun beberapa sensasi nyeri
dihubungkan dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata
merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya
membayangkannya saja. Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari
stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional.(Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri


adalah suatu pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan menyakitkan
bagi tubuh sebagai respon karena adanya kerusakan atau trauma jaringan
maupun gejolak psikologis yang diungkapkan secara subjektif oleh individu
yang mengalaminya.

B. FISIOLOGI NYERI

Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan hingga


pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri, terdapat
rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu transduksi,
transrmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses dimana stimulus
noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung saraf sensorik (reseptor)
terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam proses ini terlibat tiga
komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke
medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang
menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan
thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas sarafyang bertujuan mengontrol
transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu telah diternukan di sistem saraf pusat
yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla
spinalis.Senyawa ini diaktifkan jika terjadi relaksasi atau obat analgetika
seperti morfin (Dewanto. G, 2003).

Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang


ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut
juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar
merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang sehingga sangat
sulit untuk memahaminya (Dewanto.G, 2003).Nyeri diawali sebagai pesan
yang diterima oleh saraf-saraf perifer.Zat kimia (substansi P, bradikinin,
prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu
mengantarkan pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak.Sinyal nyeri dari
daerah yang terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus
ke bagian dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari
seluruh tubuh).Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di
otak di mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali
dipersepsikan.Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan lokasi
nyeri dipersepsikan.Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari otak
kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat kimia seperti endorphin
dilepaskan untuk mcngurangi nyeri di dacrah yang terluka (Potter & Perry,
2005).

Kozier, dkk. (2009) mengatakan bahwa nyeri akan menyebabkan


respon tubuh meliputi aspek pisiologis dan psikologis, merangsang respon
otonom (simpatis dan parasimpatis respon simpatis akibat nyeri seperti
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan
pernapasan, meningkatkan tegangan otot, dilatasi pupil, wajah pucat,
diaphoresis, sedangkan respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat ,
berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan,
kelelahan, dan pucat.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis


yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien terhadap nyeri
dibentuk oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi mencakup umur, sosial
budaya, status emosional, pengalaman nyeri masa lalu, sumber nyeri dan
dasar pengetahuan pasien. Kemampuan untuk mentoleransi nyeri dapat
rnenurun dengan pengulangan episode nyeri, kelemahan, marah, cemas dan
gangguan tidur. Toleransi nyeri dapat ditingkatkan dengan obat- obatan,
alkohol, hipnotis, kehangatan, distraksi dan praktek spiritual (Le Mone &
Burke, 2008).

Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Taylor (2011) diantaranya :

a. Budaya

Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai
fakor-faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri dan ekspresi nyeri tersebut.
Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari
proses sosialisasi (Kozier, 2010). Individu mempelajari apa yang
diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin dengan respon nyeri laki-laki dan perempuan berbeda. Hal
ini terjadi karena laki-laki lebih siap untuk menerima efek, komplikasi
dari nyeri sedangkan perempuan suka mengeluhkan sakitnya dan
menangis.

c. Usia

Menurut Retnopurwandi (2008) semakin bertambah usia semakin


bertambah pula pemahaman terhadap suatu masalah yang diakibatkan
oleh tindakan dan memiliki usaha untuk mengatasinya. Umur lansia
lebih siap melakukan dengan menerima dampak, efek dan komplikasi
nyeri (Adha, 2014). Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara
kelompok usia anak-anak yang masih kecil memiliki kesulitan
memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat (Potter & Perry,
2006)

d. Kepercayaan Spiritual

Kepercayaan spiritual dapat menjadi kekuatan yang memengaruhi


pengalaman individu dan nyeri. Pasien mungkin terbantu dengan cara
berbincang dengan penasihat spiritual mereka (Taylor, 2011)

e. Ansietas

Stimulus nyeri mengaktifkan bagian system limbic yang diyakini


mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas (Taylor, 2011)

f. Lingkungan dan dukungan keluarga

Individu dari kelompok sosiobudaya yang berbeda memiliki harapan


yang berbeda tentang orang, tempat mereka menumpahkan keluhan
mereka tentang nyeri, klien yang mengalami nyeri seringkali
bergantung pada anggota keluarga atau teman untuk memperoleh
dukungan, bantuan, atau perlindungan. Apabila tidak ada keluarga atau
teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan
(Potter & Perry, 2006).

D. TANDA & GEJALA

Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku yang tercemin dari
pasien. Secara umum yang mengalami nyeri akan didapatkan respon
psikologis berupa :

a. Suara : menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas

b. Ekspresi wajah : meringiu mulut

c. Menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup


rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir

d. Pergerakan tubuh : kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok


atau berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immobilissi, otot
tegang.

e. Interaksi social : menghindari percakapan dan montak social, berfokus


aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu (Mohamad, 2012).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Gangguan Rasa Nyaman
A. Pengkajian
Menurut Potter dan Perry (2005), pengkajian nyeri yang faktual,
lengkap dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk
menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi
yang cocok dan untuk mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Dalam
melakukan pengkajian ada beberapa hal yang harus dikaji yaitu:
1. Awitan dan durasi: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa
lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada
waktu yang sama setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kembali
kambuh?”.
2. Lokasi: Dalam mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
3. Keparahan: Tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta
untuk menggambarkan nyeri yang klien rasakan sebagai nyeri ringan,
nyeri sedang atau berat dari skala nyeri yang ditunjukkan dari
rentang nomor 1-10.
4. Faktor predisposisi atau faktor yang memperburuk: Perawat meminta
klien untuk menjelaskan apa saja yang dapat memperburuk ketika
nyeri itu muncul.
5. Tindakan untuk menghilangkan nyeri: Akan sangat bermanfaat
apabila perawat mengetahui apakah klien mempunyai cara yang
efektif untuk menghilangkan nyeri seperti mengubah posisi,
melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun, menggosok)
meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres
dingin atau kompres hangat.
B. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, kemungkinan data yang
ditemukan dalam kebutuhan nyeri dikelompokkan menjadi Data Subjektif
dan Data Objektif. Menurut Wilkinson dan Ahern (2011), batasan
karakteristik dalam data subjektif pada kebutuhan dasar nyeri seperti
mengungkapkan secara verbal atau isyarat, depresi, keletihan dan takut
kembali cedera. Selain data subjektif, batasan karakteristik data juga
ditemukan dalam data objektif seperti posisi untuk menghindari nyeri,
perubahan tonus otot, perubahan selera makan, perilaku ekspresif (seperti
gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan dan menghela napas
panjang), perilaku menjaga atau sikap melindungi, gangguan tidur (mata
terlihat kayu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan menyeringai),
perubahan pola tidur, perubahan berat badan dan penurunan interaksi
dengan orang lain.
Rumusan Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian dan analisa data, ditemukan alternatif
diagnosa yang disarankan antara lain (Potter dan Perry, 2005):
1. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri yang tidak hilang.
2. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan nyeri
kronik.
3. Nyeri kronik yang berhubungan dengan jaringan parut, kontrol nyeri
yang tidak adekuat.
C. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

Berdasarkan hasil rumusan masalah, ditemukan perencanaan


keperawatan pada klien nyeri yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan
intervensi. Dari hasil data rumusan masalah tersebut didapatkan diagnosa
pada kebutuhan nyeri antara lain (Wilkinson dan Ahern, 2011):

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

1 Ansietas yang berhubungan Tujuan: 1. Informasikan secara


klien
dengan nyeri yang tidak hilang. faktual menyangkut
menunjukkan
diagnosis, terapi, dan
ansietasnya berkurang.
prognosis,
Kriteria hasil:
2. Instruksikan klien
a. Klien mampu tentang penggunaan
mengidentifikasi dan teknik relaksasi dan
imajinasi bimbingan
mengungkapkan
3. Beri dorongan
gejala cemas
kepada klien untuk
b. Memiliki tanda-
mengungkapkan
tanda vital dalam
secara verbal pikiran
batas normal
dan perasaan untuk
c. Meneruskan
mengeksternalisasika
aktivitas yang
n ansietas
dibutuhkan
4. Sediakan pengalihan
meskipun
melalui televisi,
mengalami
radio, permainan
kecemasan.
untuk menurunkan
ansietas,
5. Kurangi rangsangan
yang berlebihan
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
6. Memiliki tanda-tanda
vital dalam batas
normal

Ketidakefektifan Tujuan: menunjukkan 1. Kaji konsep diri dan


2
koping individu yang koping yang efektif. harga diri klien
berhubungan dengan 2. Identifikasi
Kriteria hasil:
nyeri kronik. penyebab koping
a. Klien akan
tidak efektif,
menunjukkan minat
3. Berikan informasi
terhadap aktivitas
faktual yang terkait
pengalihan
dengan diagnosis,
b. Klien akan
terapi dan prognosis,
berpartisipasi dalam
4. Anjurkan klien
aktivitas kehidupan
untuk menggunakan
sehari-hari
teknik relaksasi (jika
c. Klien akan
diperlukan),
berpartisipasi dalam
5. Identifikasi
proses pengambilan
pandangan klien
keputusan
terhadap kondisinya
d. Menggunakan
dan kesesuaiannya
pernyataan verbal
dengan penyedia
dan nonverbal yang
layanan kesehatan
sesuai dengan
6. Bantu klien dalam
situasi.
mengambil
keputusan,
7. Bantu klien untuk
meningkatkan
penilaian diri sendiri
terhadap harga
dirinya,
8. Dorong untuk
melakukan latihan
fisik sesuai
kemampuan klien.
Nyeri kronik yang Tujuan: menunjukkan 1. Lakukan pengkajian
3
berhubungan dengan tingkat nyeri ringan nyeri secara
jaringan parut, dengan skala 1-3. komprehensif
kontrol nyeri yang Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
tidak adekuat. a. Menyatakan secara karakteristik, durasi,
verbal pengetahuan frekuensi, dan
tentang cara kualitas
alternatif untuk 2. Gunakan teknik
meredakan nyeri komunikasi
b. Memperlihatkan terapeutik untuk
tenang, tidak mengetahui
mengalami pengalaman nyeri
ketegangan otot klien
pasien 3. Kontrol lingkungan
c. Melaporkan yang dapat
menikmati mempengaruhi nyeri
aktivitas senggang seperti suhu ruangan,
d. Mengenali faktor- pencahayaan dan
faktor yang kebisingan
meningkatkan 4. Ajarkan pasien
nyeri dalam penggunaan
e. Melakukan teknik
tindakan nonfarmakologis
pencegahan nyeri. seperti distraksi,
relaksasi, terapi
bermain, imajinasi
bimbingan
5. Kompres hangat dan
dingin
6. Tingkatkan istirahat
dan tidur yang
adekuat.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan


keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif
dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang
telah ditentukan tercapai.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian,
diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Guytondan Hall.(2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11.


Jakarta: EGC.
Dewanto. G. (2003). Patofisiologi Nyeri. Majalah Kedokteran Atmajaya,
Herdman, T. Heather. (2012).
NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Kozier dkk.( 2009 ). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis edisi 5. Jakarta : EGC.
LeMone dan Burke. (2008). Education Consultant for the Oregon State
Board of Nursing.
Nian Prasetyo, Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2002).Buku Ajar Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.
Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta.
Wilkinson dan Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA, Intervensi
NIC, Hasil Kriteria NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai