Disusun Oleh:
NIM : 24121496
Kelompok : II (Dua)
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KETIDAKNYAMANAN (NYERI)
A. Pengertian
Kenyamana merupakan suatu keadaan seseoranag merasa sejahtera
atau nyaman baik secara mental, fisik maupun social (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono & Subu, 2015).
Gangguan rasa nyaman adalah keadaan dimana individu merasa kurang
nyaman, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan, budaya dan/atau sosial (NANDA Internasional, 2015).
Gangguan rasa nyaman nyeri menurut NANDA-I (2015) secara umum
dibagi menjadi beberapa batasan karakteristik, yaitu:
1. Nyeri akut, adalah suatu keadaan dimana individu memiliki pengalaman
sensori dan emosial tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau yang digambarakan sebagai kerusakan
(International Association of the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi.
2. Nyeri kronis, adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association of the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Internasional Assosiation for the Study of Pain [IASP],2009). Nyeri
merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual
karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa
disamakan satu sama lain (Asmadi, 2008).Nyeri merupakan keadaan
ketika individu mengalami sensasi ketidaknyaman dalam merespons suatu
rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012).
Nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik, waktunya kurang dari enam bulan
dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri
konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
Nyeri kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih (Potter
& Perry, 2006).
B. Etiologi
Menutur NANDA-I (2015), etiologi nyeri yang terbagi kedalam nyeri akut
dan kronis adalah sebagai berikut:
1. Agens cedera biologis (seperti infeksi, iskemia, neoplasma dan lainnya).
2. Agens cedera fisik (seperti luka bakar, abses, amputasi, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan).
3. Agens cedera kimiawi (seperti luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard).
4. Cedera medula spinalis
5. Cedera otot
6. Cedera tabrakan
7. Distress emosi
8. Fraktur
9. Gangguan iskemik
10. Gangguan metabolic
11. Infiltrasi tumor
12. Pasca-trauma karena gangguan (seperti infeksi, inflamasi dan lainnya).
C. Patofisiologi
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung
ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk
tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan
kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya
badan juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat
kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini,
serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-
masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian
sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta,
nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu
bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat
nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun,
sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda
spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis,
informasi mengenai rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari dua jaras ke
otak-traktus neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus.
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di
salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian
dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan menyiagakan
19 individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke
thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatik
tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan
sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus
paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang
otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea
periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui
daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system
limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki
lokalisasi difus dan menyebabkan distress emosi berkaitan dengan nyeri.
D. Mekanisme Nyeri Akut
Antara suatu rangsang sampai dirasakannya sebagai persepsi nyeri
terdapat 5 proses elektrofisiologik yang jelas, dimulai dengan proses
transduksi, konduksi, modulasi, transmisi dan persepsi. Keseluruhan
proses ini disebut nosisepsi (nociception) (Perry & Potter, 2009).
Mekanisme Nyeri Akut melalui proses nosisepsis adalah sebagai berikut :
G.
Nyeri
Ketidaknyamanan
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Siswantara (2012), pemeriksaan penunjang nyeri adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. CT scan
3. MRI
4. EKG
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Siswantara (2012) penatalaksanaan medis pada nyeri adalah sebagai berikut:
1. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan
nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat
analgesik yani asam salisilat (nonnarkotik), morphin (narkotik), dll.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
J. Komplikasi
Menurut Siswantara (2012), Nyeri dapat menimbulkan komplikasi sebagai
berikut:
1. Gangguan pola istirahat tidur
2. Syok neurogenic
K. Asuhan Keperawatan
1. Identitas
a. Pasien: Mencakup nama, nomer RM, jenis kelamin, umur,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, anak ke, diagnosa
medis.
b. Penanggung jawab klien, mencakup nama ayah/ibu/wali, pekerjaan
ayah/ibu/wali, pendidikan ayah/ibu/wali dan alamat.
2. Keluhan Utama: Merupakan keluhan yang paling mengganggu yang
paling utama yang dirasakan oleh klien seperti “ibu pasien mengatakan
anak saya BAB encer sudah 15 kali sejak tadi pagi”.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang: Bagian ini merupakan deskripsi masalah
yang lengkap, jelas dan kronologis yang memicu pasien untuk mencari
layanan kesehatan. Riwayat ini harus mencakup: Apakah yang
menyebabkan gejala? Apa saja yang dapat mengurangi atau memperbaiki
gejala? Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar? Sejauh mana
klien merasakannya sekarang? Dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
Seberapakah keparahan dirasakan?
4. Riwayat Kesehatan Dahulu: Mencakup riwayat penyakit, imuniasi.
riwayat pengobatan, riwayat operasi, ada tidaknya alergi dan riwayat
imunisasi.
5. Riwayat pertumbuhan, terkait ada tidaknya masalah pada proses
pertumbuhan pada klien,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga: Kaji apakah penyakit yang dialami ada
kaitannya dengan riwayat kesehatan yang dimiliki anggota keluarga
lainnya dan terjadi atau tidak pada keluarga, seperti penyakit
degenerative/ menurun (misalnya, diabetes, hipertensi), status sosial
ekonomi keluarga dan genogram.
7. Pengkajian tingkat perkembangan saat ini (menggunakan format DDST):
mencakup personal sosial, adaptasi motorik halus, bahasa, motorik kasar,
interpretasi..
8. Riwayat sosial: mencakup pengasuh, hubungan dengan anggota keluarga
hubungan dengan teman sebaya, pembawaan secara umum, lingkungan
rumah.
9. Pola kebiasaan sehari-hari: mencakup aktivitas dan latihan, kebutuhan
istirahat dan tidur, eliminasi, personal hygiene /perawatan diri dan asupan
nutrisi: jenis makanan, frekuensi, habis berapa porsi, makanan kesukaan,
BB, TB, dan IMT, nausea/vomitus, jenis minum dan jumlahnya.
10. Riwayat Psikososial: Mencakup persepsi dan pemeliharaan kesehatan,
konsep diri, peran dan hubungan sosial, spiritual.
11. Pengkajian fisik:
(Sumber: Bickley, 2017)
Hasil Pemeriksaan
Kepala Inspeksi: Kesimetrisan kepala, ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, ada tidaknya massa.
Rambut Inspeksi: Distribusi rambut, adanya alopesia, warna
rambut,
Palpasi: Kelembaban
Wajah Inspeksi: Kesimentrisan wajah, mimik wajah.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, lesi dan massa.
Mata Inspeksi: Kesimetrisan, pupil, warna seklera.
Palpasi: Konjungtiva anemis atau tidak.
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika