Disusun Oleh:
PUTRI FINKA NOVIA
NIM. 2014901079
3. ETIOLOGI
a. Ketidakpatensian rongga yang tidak nyaman
b. Timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat
tekanan rongga perut yang meninggi.
c. Cacat bawaan
d. Anomaly congenital atau karena sebab didapat
e. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
f. Genetik
g. Proses menua
h. Aktivitas fisik berat
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laparaskopi : untuk menentukan adanya hernia inguinalis lateralis apakah ada
sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau
tidak.
b. Pemeriksaan darah lengkap : lebih spesifik leukosit.
c. EKG : terjadi peningkatan nadi adanya nyeri.
d. USG Abdomen : untuk menentukan isi hernia.
e. Radiografi : terdapat bayangan udara pada thoraks.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung
dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,
hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy : Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan,
kantong diikat, dan dilakukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada
orang dewasa.
3) Herniotomy : Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini
dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.
7. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Penyebab pasti terjadinya Hernia Ingunalis Lateralis masih belum diketahui
tetapi banyak faktor yang mendukung antara lain : Anomali kongenital (sebab
yang didapat atau bawaan), prosesus vaginalis yang terbuka, meningkatnya
tekanan intra abdomen karena kehamilan, obesitas, mengangkat berat, tekanan
saat batuk, kelemahan dinding otot perut akibat pekerjaan angkat beban berat
dalam jangka waktu yang lama, faktor degeneratif juga mempengaruhi bisa
terjadinya Hernia.
Kelemahan otot abdomen sejak lahir menyebabkan ligamen inguinal tidak
menutup dengan sempurna shingga organ saluran cerna usus dapat dengan
mudah menembus otot. Pada bulan kedelapan kehamilan, penurunan testisakan
menarik peritonium kearah skrotum sehinga terjadi penonjolan peritonium yang
disebut prosesus vaginalis. Dalam keadan normal kanal yang terbuka akan
menutuppada usia 2 bulan. Tekanan intra abdomen sering meningkat akibat
obesitas, pekerjaan berat, kehamilan. Peningkatan tekanan intra abdomen juga
dapat disebabkan oleh batuk dan aderataumatik. Bila kedua faktor tersebuat ada
bersamaan dengan kelemahan otot maka sudah pasti orang tersebut akan
mengalami Hernia. Gejala klinisnya adalah keluhan yang dirasakan dapat dari
yang ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya hernia merupakan isi
rongga perut yang keluar melalui suatu celah di dinding perut, keluhan berat
yang timbul di sebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada celah yang
dilaluinya. Jika masih ringan, penonjolan yang ada dapat hilang timbul. Benjolan
yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri dan timbul jika kita
mengedan, batuk atau mengangkat beban berat. Biasanya benjolan dapat hilang
jika kita beristirahat. Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat maka
perlu dipikirkan adanya penjepitan isi perut, biasanya jenis hernia inguinalis yang
lateralis yang lebih memberikan keluhan nyeri hebat dibandingkan inguinalis
medialis. Terkadang benjolan yang ada masih dapat dimasukan kembali dalam
rongga perut dengan tangan kita sendiri, yang berarti menandakan bahwa
penjepitan yang terjadi belum terlalu parah. Namun, jika penjepitan yang terjadi
sudah parah, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali, dan nyeri yang dirasakan
sangatlah hebat. Nyeri dapat disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi jika
sudah terjadi kematian jaringan isi perut yang terjepit tadi.
Apabila hernia tidak ditangani dapat terjadi komplikasi diantaranya terjadinya
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali, keadaan ini disebut hernia inguinalis
irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus, isi
hernia yang tersaring menyebabkan keadaan irreponibilis adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar
karena infiltrasi lemak. Bisa juga menyebabkan hematoma, infeksi luka,
bendungan vena femoralis terutama pada operasi hernia femoralis. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk,
cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan
akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi,obstruksi, infeksi dan edema.
8. PROSEDUR TINDAKAN OPERASI
1. Operator akan membersihkan area operasi dengan cairan desinfektan
2. Operator lalu membuat sayatan di dekat area hernia
3. Hernia akan dipisahkan dari jaringan sekitarnya
4. Kantong hernia akan diangkat atau hernia dimasukkan kembali ke dalam dinding perut
5. Kemudian operator menutup jaringan otot perut yang yang lemah dengan jahitan dan
diikat
6. jaringan sintetis (mesh) seringkali dipasang untuk memperkuat dinding perut yang lemah
tersebut
7. setelah itu, sayatan akan ditutup kembali dengan jahitan dan perban
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif,
dan post operatif antara lain:
1. Pre Operasi :
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
2. Intra Operasi :
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan, hipoksia
jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan, perubahaan kulit
3. Post Operasi :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
o Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
o Ds & Do :
Ds : - Pasien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi
- Pasien menanyakan kapan operasi dilakukan dan bagaimana
prosesnya
Do : - Pasien terlihat tegang
- Pasien terlihat cemas
Tujuan : Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi Kriteria
Hasil :
Pasien tidak cemas
Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan operasi
yang akan dilakukan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu pasienmengekspresikan Ansietas berkelanjutan memberikan
dampak serangan jantung
perasaan marah kehilangan dan takut
Kaji tanda – tanda ansietas verbal dan Reaksi verbal / non verbal dapat
non verbal menujukan rasa agitasi, marah dan
gelisah
Jelaskan tentang prosedur Pasien dapat beradaptasi dengan
prosedur pembedahan yang akan
pembedahan sesuai jenis operasi
dilaluinya dan akan merasa nyaman
Beri dukungan pra bedah Hubungan emosional yang baik
antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan pasien
terhadap pembedahan.
2. Intra Operasi
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan, hipoksia
jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan, perubahaan kulit
Ds & Do :
Ds : -
Do : - Pasien menjalani pembedahan pada inguinalis lateralis
- Pasien di bius dengan anastesi spinal
- Pemajanan instrument bedah
- Pemajanan jarum dan bisturi
- Penggunaan cutter
Tujuan : Tidak terjadinya cedera selama pembedahan
Kriteria hasil :
• Tidak terjadinya cedera sekunder akibat pengaturan posisi bedah
• Tidak adanya cedera akibat pemasangan alat – alat penunjang
pembedahan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien dan Untuk mencegah kesalahan pasien
jadwal prosedur operasi sesuai dan kesalahan dalam prosedur
dengan jadwal operasi
Letakan plate diatermi sesuai dengan Jika tidak diletak dengan benar dapat
prosedur menimbulkan cedera pada daerah
sekitar penempatan diatermi plate
dan mengganggu kelancaran operasi
3. Post Operasi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan Membantu menentukan pilihan
intensitas intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi
terhadap terapi
Observasi ketidaknyamanan non Perilaku non verbal menunjukkan
verbal ketidaknyamanan pasien terhadap
nyeri
Gunakan strategi komunikasi Komunikasi teraupetik dapat
teraupetik menenangkan pasien