Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIAINGUINALIS SINISTRA

Disusun Oleh:
PUTRI FINKA NOVIA
NIM. 2014901079

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021
A. DASAR TEORI
1. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal
(Brinner and sudarth,2010).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ di tempat yang normal
melalui sebuah defek congenital atau yang didapat Klasifikasi hernia :
a. Menurul letaknya terbagi atas :
1) Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
 Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati corda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Umumnya
terjadi pada pria dan wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak
kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
scrotum.
 Direk / medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis.
Umumnya pada lansia.
2) Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari
pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.
3) Umbilikal : pada orang dewasa umumnya pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien gemuk dan wanita
multipara.
b. Berdasarkan terjadinya, terbagi atas :
1) Hernia bawaan atau congenital
Hernia dapatan atau akuisita yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor
pemicu.
c. Menurut sifatnya, terdiri dari :
1) Hernia reponible yaitu hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
3) Hernia strangulata atau inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincicn
hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi.
2. EPIDEMIOLOGI KASUS
Epidemiologi dari hernia inguinalis lebih sering ditemukan para pria di
bandingkan wanita. Hernia inguinalis ditemukan pada semua usia,namun
insidensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita, hernia lebih
sering ditemukan pada usia lanjut dengan puncak onset usia 40 hingga 60
tahun, sedangkan pada pria paling sering ditemukan pada usia 30 hingga 50
tahun.
Sebagian besar kasus hernia inguinalis terjadi unilateral, dengan 20% kasus
terjadi bilateral. Sisi kanan inguinal dilaporkan 2 kali lebih sering terkena
disbanding sisi kiri. Sedangkan hernia hiatus terjadi ketika sebagian gaster
prolaps melalui hiatus esophagus di diafragma.

3. ETIOLOGI
a. Ketidakpatensian rongga yang tidak nyaman
b. Timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat
tekanan rongga perut yang meninggi.
c. Cacat bawaan
d. Anomaly congenital atau karena sebab didapat
e. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
f. Genetik
g. Proses menua
h. Aktivitas fisik berat

4. TANDA DAN GEJALA


a. Penonjolan di daerah inguinalis
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan
distensi abdomen
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia bisa terjadi/tampak diatas area yang terkena pada saat pasien berdiri ,
mendorong dang mengejan.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laparaskopi : untuk menentukan adanya hernia inguinalis lateralis apakah ada
sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau
tidak.
b. Pemeriksaan darah lengkap : lebih spesifik leukosit.
c. EKG : terjadi peningkatan nadi adanya nyeri.
d. USG Abdomen : untuk menentukan isi hernia.
e. Radiografi : terdapat bayangan udara pada thoraks.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung
dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,
hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy : Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan,
kantong diikat, dan dilakukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada
orang dewasa.
3) Herniotomy : Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini
dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.

7. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Penyebab pasti terjadinya Hernia Ingunalis Lateralis masih belum diketahui
tetapi banyak faktor yang mendukung antara lain : Anomali kongenital (sebab
yang didapat atau bawaan), prosesus vaginalis yang terbuka, meningkatnya
tekanan intra abdomen karena kehamilan, obesitas, mengangkat berat, tekanan
saat batuk, kelemahan dinding otot perut akibat pekerjaan angkat beban berat
dalam jangka waktu yang lama, faktor degeneratif juga mempengaruhi bisa
terjadinya Hernia.
Kelemahan otot abdomen sejak lahir menyebabkan ligamen inguinal tidak
menutup dengan sempurna shingga organ saluran cerna usus dapat dengan
mudah menembus otot. Pada bulan kedelapan kehamilan, penurunan testisakan
menarik peritonium kearah skrotum sehinga terjadi penonjolan peritonium yang
disebut prosesus vaginalis. Dalam keadan normal kanal yang terbuka akan
menutuppada usia 2 bulan. Tekanan intra abdomen sering meningkat akibat
obesitas, pekerjaan berat, kehamilan. Peningkatan tekanan intra abdomen juga
dapat disebabkan oleh batuk dan aderataumatik. Bila kedua faktor tersebuat ada
bersamaan dengan kelemahan otot maka sudah pasti orang tersebut akan
mengalami Hernia. Gejala klinisnya adalah keluhan yang dirasakan dapat dari
yang ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya hernia merupakan isi
rongga perut yang keluar melalui suatu celah di dinding perut, keluhan berat
yang timbul di sebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada celah yang
dilaluinya. Jika masih ringan, penonjolan yang ada dapat hilang timbul. Benjolan
yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri dan timbul jika kita
mengedan, batuk atau mengangkat beban berat. Biasanya benjolan dapat hilang
jika kita beristirahat. Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat maka
perlu dipikirkan adanya penjepitan isi perut, biasanya jenis hernia inguinalis yang
lateralis yang lebih memberikan keluhan nyeri hebat dibandingkan inguinalis
medialis. Terkadang benjolan yang ada masih dapat dimasukan kembali dalam
rongga perut dengan tangan kita sendiri, yang berarti menandakan bahwa
penjepitan yang terjadi belum terlalu parah. Namun, jika penjepitan yang terjadi
sudah parah, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali, dan nyeri yang dirasakan
sangatlah hebat. Nyeri dapat disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi jika
sudah terjadi kematian jaringan isi perut yang terjepit tadi.
Apabila hernia tidak ditangani dapat terjadi komplikasi diantaranya terjadinya
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali, keadaan ini disebut hernia inguinalis
irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus, isi
hernia yang tersaring menyebabkan keadaan irreponibilis adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar
karena infiltrasi lemak. Bisa juga menyebabkan hematoma, infeksi luka,
bendungan vena femoralis terutama pada operasi hernia femoralis. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk,
cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan
akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi,obstruksi, infeksi dan edema.
8. PROSEDUR TINDAKAN OPERASI
1. Operator akan membersihkan area operasi dengan cairan desinfektan
2. Operator lalu membuat sayatan di dekat area hernia
3. Hernia akan dipisahkan dari jaringan sekitarnya
4. Kantong hernia akan diangkat atau hernia dimasukkan kembali ke dalam dinding perut
5. Kemudian operator menutup jaringan otot perut yang yang lemah dengan jahitan dan
diikat
6. jaringan sintetis (mesh) seringkali dipasang untuk memperkuat dinding perut yang lemah
tersebut
7. setelah itu, sayatan akan ditutup kembali dengan jahitan dan perban
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif,
dan post operatif antara lain:

1. Pre Operasi :
 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
2. Intra Operasi :
 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan, hipoksia
jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan, perubahaan kulit
3. Post Operasi :
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
o Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
o Ds & Do :
Ds : - Pasien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi
- Pasien menanyakan kapan operasi dilakukan dan bagaimana
prosesnya
Do : - Pasien terlihat tegang
- Pasien terlihat cemas
Tujuan : Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi Kriteria
Hasil :
 Pasien tidak cemas
 Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan operasi
yang akan dilakukan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu pasienmengekspresikan Ansietas berkelanjutan memberikan
dampak serangan jantung
perasaan marah kehilangan dan takut
Kaji tanda – tanda ansietas verbal dan Reaksi verbal / non verbal dapat
non verbal menujukan rasa agitasi, marah dan

gelisah
Jelaskan tentang prosedur Pasien dapat beradaptasi dengan
prosedur pembedahan yang akan
pembedahan sesuai jenis operasi
dilaluinya dan akan merasa nyaman
Beri dukungan pra bedah Hubungan emosional yang baik
antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan pasien
terhadap pembedahan.

Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan


rasa marah, menurunkan kerjasama
dan mungkin memperlambat
penyembuhan
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan
rutin dan aktifitas yang diharapkan kecemasan

Berikan kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan


untuk mengungkapkan kecemasannya terhadap kekewatiran yang tidak di
ekspresikan

Berikan privasi untuk pasien dengan Kehadiran keluarga dan teman –


orang terdekat teman yang dipilih pasien untuk
menemani aktivitas pengalihan
akan menurunkan perasaaan
terisolasi

Kolaborasi pemberian anti cemas Meningkatkan relaksasi


sesuai indikasi seperti diazepam dan menurunkan kecemasan

2. Intra Operasi
 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan, hipoksia
jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan, perubahaan kulit
 Ds & Do :
Ds : -
Do : - Pasien menjalani pembedahan pada inguinalis lateralis
- Pasien di bius dengan anastesi spinal
- Pemajanan instrument bedah
- Pemajanan jarum dan bisturi
- Penggunaan cutter
Tujuan : Tidak terjadinya cedera selama pembedahan
Kriteria hasil :
• Tidak terjadinya cedera sekunder akibat pengaturan posisi bedah
• Tidak adanya cedera akibat pemasangan alat – alat penunjang
pembedahan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien dan Untuk mencegah kesalahan pasien
jadwal prosedur operasi sesuai dan kesalahan dalam prosedur
dengan jadwal operasi

Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi, Menghindari cedera akibat


kontak lensa, perhiasan sesuai penggunaan alat – alat penunjang
dengan protokol operasi operasi

Pastikan brangkar ataupun meja Untuk mencegah pasien jatuh


operasi terkunci pada waktu sehingga menimbulkan cedera
memindahkan pasien

Pastikan penggunaan sabuk Untuk menghindari pergerakan dari


pengaman pada saat operasi pasien pada saat operasi dan
berlangsung menghindari pasien jatuh

Persiapkan bantal dan peralatan Untuk menghindari cedera akibat


pengaman untuk pengaturan posisi penekanan pada posisi operasi pasien
pasien yang lama

Pastikan keamanan elektrikal selama Mencegah cedera pada daerah


selama pembedahan sekitarnya yang tidak mengalami
proses pembedahan

Letakan plate diatermi sesuai dengan Jika tidak diletak dengan benar dapat
prosedur menimbulkan cedera pada daerah
sekitar penempatan diatermi plate
dan mengganggu kelancaran operasi

Pastikan untuk mencatat jumlah Untuk mencegah tertinggalnya alat


pemakaian kasa, instrument, jarum atau bahan habis pakai dalam
anggota tubuh pasien yang dioperasi
dan pisau operasi

3. Post Operasi

 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


 Ds & Do :
Ds : - Pasien mengatakan sedikit nyeri pada luka operasi
Do : - Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Pasien terlihat gelisah
- Skala nyeri 4
- Terdapat luka operasi 7cm
Tujuan : tidak terjadinya penurunan suhu tubuh pasien selama pembedahan
Kriteria hasil:
• Skala nyeri berkurang
• Rileks tidak nampak menahan nyeri

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan Membantu menentukan pilihan
intensitas intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi
terhadap terapi
Observasi ketidaknyamanan non Perilaku non verbal menunjukkan
verbal ketidaknyamanan pasien terhadap
nyeri
Gunakan strategi komunikasi Komunikasi teraupetik dapat
teraupetik menenangkan pasien

Gunakan teknik distraksi Memfokuskan perhatian pasien


membantu menurunkan tegangan otot

Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri


pemberian analgetik yang dirasakan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. E. Marilyn (2000), rencana asuhan keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC.

Price. A. Silvia (2006), Pathophysiolg: Clinical Concepts of Disease Processes, (dr.


Brahm U. Pendit. dkk: penerjemah) volume 2, edisi 6, Jakarta: EGC.
Smeltzer. C. Suzanne. 2010. Brunner and Suddarth’s textbook of Medical-Surgical Nursing, (dr.
H. Y. Kuncara. dkk: penerjemah), volume 2, edisi VIII. Jakarta: EGC.
Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Anda mungkin juga menyukai