Anda di halaman 1dari 95

i

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA


PASIEN KISTA OVARIUM DENGAN TINDAKAN
KISTEKTOMI LAPARATOMI DIRUANG
OPERASI RS MARDI WALUYO
KOTA METRO TAHUN 2020

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS

MEYLANI ANITA PUTRI


1914901021

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANDAR LAMPUNG
2020
ii

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA


PASIEN KISTA OVARIUM DENGAN TINDAKAN
KISTEKTOMI LAPARATOMI DIRUANG
OPERASI RS MARDI WALUYO
KOTA METRO TAHUN 2020

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners

MEYLANI ANITA PUTRI


1914901021

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANDAR LAMPUNG
2020
ii
iii

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Laporan Akhir Profesi Ners, mei 2020

Meylani Anita Putri

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN KISTA


OVARIUM DENGAN TINDAKAN KISTEKTOMI LAPARATOMI
DIRUANG OPERASI RS MARDI WALUYO KOTA METRO TAHUN 2020

( xv + 65 halaman, 11 tabel, 3 gambar )

ABSTRAK

Kista ovarium merupakan benjolan yang membesar, seperti balon yang


berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista
fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur
dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas dapat disebut juga
kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena
memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan
biasanya sudah lanjut. Tujuan penelitian ini untuk melakukan asuhan keperawatan
perioperatif yang dilakukan diruang operasi Rumah sakit Mardi Waluyo Kota
Metro pada tanggal 17 Februari 2020. Penelitian ini menggunakan 1 orang klien
dengan diagnosa medis Kista ovarium dan tehnik pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik, serta dilakukan asuhan keperawatan
dari pre operasi sampai post operasi. Hasil dari penelitian ini terdapat keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan kepada subyek.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Perioperatif, Kista Ovarium, Kistektomi,


Laparatomy

iii
iv

HEALTH POLYTECHNIC TANJUNGKARANG


NURSING DEPARTEMENT OF TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDY PROFESSIONAL NERS
Final Professional Nurse report, May 2020

Meylani Anita Putri

PERIOPERATIVE NURSING CARE FOR OVARIUM KISTA PATIENTS


WITH LAPARATOMIC CHARACTERISTIC ACTION IN OPERATING
ROOMS OF MARDI WALUYO HOSPITAL METRO CITY IN 2020

(xv + 65 pages, 11 tables, 3 pictures)

ABSTRACT

Ovarian cysts are enlarged lumps, like a balloon filled with fluid that
grows in the ovaries. These cysts are also called functional cysts because they
form during the normal menstrual cycle or after the eggs are released during
ovulation. Ovarian cysts that are malignant are also called ovarian cancer. Ovarian
cancer is a silent killer, because indeed often patients do not feel anything, even
when complaints occur usually are advanced. The purpose of this study was to
conduct perioperative nursing care in the operating room at Metro City Mardi
Waluyo Hospital on February 17, 2020. This study used 1 client with an ovarian
cyst medical diagnosis and data collection techniques through interviews,
observation, and physical examination, as well as nursing care from pre-operative
to post-operative. The results of this study are that there is success in providing
nursing care to subjects.

Keywords : Nursing CarePerioperative, Ovarian Cyst, Cystectomy,


Laparatomy

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Akhir Profesi Ners ini. Penulisan
laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Ners. Saya menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Laporan akhir profesi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto., SKM., MKes, selaku Direktur Poltekkes Tanjungkarang
Kemenkes RI
2. Gustop Amatiria., SKp., MKep., Sp.KMB selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Tanjungkarang Kemenks RI
3. Drg. Budiono MARS selaku Direktur RS Mardi Waluyo Kota Metro.
4. Ns. Titi Astuti, S.Kep,M.Kep,Sp.Mat selaku dosen pembimbing utama yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ns. Efa Trisna, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.

Bandar Lampung, Mei 2020

Penulis

v
vi

BIODATA PENULIS

Nama : Meylani Anita Putri


NIM : 1914901021
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 10 mei 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Prum. Nusantara Permai Blok B.6 nomor 25,
Sukabumi, Bandar Lampung

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD (2003-2009) : SD Negri 1 Sukarame Bandar Lampung

SMP (2010-2012) : SMP Negri 29 Bandar Lampung


SMA (2012-2015) : SMA Utama 2 Bandar Lampung
D-IV (2015-2019) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan
Ners (2019-2020) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan

vi
vii

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN KISTA


OVARIUM DENGAN TINDAKAN KISTEKTOMI LAPARATOMI
DIRUANG OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
KOTA METRO TAHUN 2020

Penulis
MEYLANI ANITA PUTRI/1914901021

Telah diperiksa, disetujui dan untuk dipertahankan dalam sidang laporan akhir di
Program Studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan TanjungKarang Tahun
Akademik 2019/2020.

Bandar Lampung, Mei 2020


Pembimbing I

Ns. Titi Astuti, S.Kep,M.Kep,Sp.Mat


NIP.196501161988032003

Pembimbing II

Ns. Efa Trisna, S.Kep.,M.Kes


NIP.196810081989032002

vii
viii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN KISTA


OVARIUM DENGAN TINDAKAN KISTEKTOMI LAPARATOMI
DIRUANG OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
KOTA METRO TAHUN 2020

Penulis
MEYLANI ANITA PUTRI/ NIM: 1914901021
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Akademik 2019/2020
sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan profesi Ners.

Tim Penguji
Moderator

Ns. Titi Astuti, S.Kep,M.Kep,Sp.Mat


NIP.196501161988032003
Penguji Utama

Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes


NIP.196404291985032001
Penguji Pendamping

Ns. Efa Trisna, S.Kep.,M.Kes


NIP.196810081989032002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes


NIP.196607251988032001

viii
ix

Ditetapkan di : Bandar Lampung


Tanggal : ..........................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan akhir profesi Ners ini adalah hasil karya saya


sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : MEYLANI ANITA PUTRI


NPM : 1914901021
TANGGAL PERNYATAAN : 1 MEI 2020
TANDA TANGAN
(Diatas Materai Rp.6000) :………………………….

ix
x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


LAPORAN AKHIR PROFESI NERS UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Meylani Anita Putri
NPM : 1917901021
Program Studi : Profesi Ners
Jurusan : Profesi Ners
Jenis karya : Laporan akhir profesi Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Nonexclusive
Royalty- Free Right) atas karya Laporan Akhir Profesi Ners saya yang
berjudul : “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Kista Ovarium
Dengan Tindakan Kistektomi Laparatomi DiRuang Operasi Rumah Sakit
Mardi Waluyo Kota Metro Tahun 2020”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI berhak menyimpan,
mengalih media/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
namasaya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandar Lampung


Pada tanggal : mei 2020
Yang menyatakan

Meylani Anita Putri


NPM.1917901021
xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR.................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................ ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
ABSTRACT................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
BIODATA PENULIS.................................................................................. vi
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ vii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
1. Tujuan Umum..................................................................................3
2. Tujuan Khusus.................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3
E. Ruang Lingkup......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Konsep Perioperatif...............................................................5
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan.............................................................6
1. Pengkajian......................................................................................6
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................8
3. Rencana Intervensi.........................................................................8
C. Tinjauan Konsep Penyakit....................................................................14
1. Definisi...........................................................................................14
2. Etiologi...........................................................................................15
3. Patofisiologi...................................................................................17
4. WOC (Web Of Caution.................................................................19
5. Klasifikasi Kista Ovarium.............................................................20
6. Manifestasi Klinik .........................................................................23
7. Pemeriksaan Penunjang/Tambahan ..............................................23
8. Komplikasi Kista Ovarium ...........................................................24
9. Penatalaksanaan Kista Ovarium....................................................24
10. Pencegahan Kista Ovarium............................................................26
D. Jurnal Terkait........................................................................................26

BAB III METODE


A. Fokus Asuhan.....................................................................................28
B. Subjek Asuhan....................................................................................28
C. Lokasi dan Waktu...............................................................................28
xii

D. Pengumpulan Data..............................................................................28
E. Sumber Data.......................................................................................30
F. Penyajian Data....................................................................................31
G. Prinsip Etik.........................................................................................32

BAB IV HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran umum RS Mardi Waluyo Kota Metro..............................34
B. Asuhan Keperawatan..........................................................................34
1. Tinjauan Kasus (Pengkajian).......................................................34
2. Riwayat Praoperatif.....................................................................34
3. Intraoperatif ................................................................................39
4. Post Operasi ................................................................................41
5. Analisis Data...............................................................................43
6. Diagnosa Keperawatan................................................................44
7. Rencana Keperawatan ................................................................44
8. Catatan Perkembangan ...............................................................45
C. Pembahasan........................................................................................46

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................66
B. Saran...................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pemeriksaan Penunjang.............................................. 37


Tabel 4.2 Prosedur Khussu Sebelum Pembedahan..................... 38
Tabel 4.3 Surgical Patient Safety Checklist................................ 39
Tabel 4.4 Tahap-tahap /Kronologis Pembedahan....................... 40
Tabel 4.5 Bromage Score............................................................ 41
Tabel 4.6 Balance Cairan............................................................ 42
Tabel 4.7 Survey Sekunder......................................................... 42
Tabel 4.8 Analisa Data................................................................ 43
Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan............................................... 44
Tabel 4.10 Rencana Keperawatan............................................... 44
Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi....................................... 45
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kista Ovarium.........................................................14


Gambar 2.2 Pathway...................................................................19
Gambar 4.1 Skala Nyeri menurut VAS.......................................37

xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Inform Consent


Lampiran 2. Lembar Format Asuhan Keperawatan Perioperatif
Lampiran 3. Lembar Jadwal Pelaksanaan
Lampiran 4. Lembar Konsul
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium
yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer
atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari
bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat
kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista
fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah
telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut
juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-
diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun
terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Benson, R. & Pernoll, M. L., 2008).
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014,
sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita
akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian
kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per
100.000, 2 2 kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan
(7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di
Asia dan Afrika (WHO,2010). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia
belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang
baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan kira-kira 30 pasien
setiap tahun.
Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto
Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien kista
endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya
adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009

1
2

terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal
dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga
(Nasdaldy, 2009). Hasil laporan di Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota Metro
tercatat sejak tiga bulan terakhir untuk kasus obgyn sejak bulan Desember
2019 sampai dengan Februari 2020.
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen,
sulit buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan
menstruasi. Adanya gangguan menstruasi ini menyebabkan masyarakat
berpendapat bahwa wanita 3 3 yang mengalami kista ovarium akan
mengalami kemandulan (infertilitas). Hal ini dapat menimbulkan kecemasan
pada pasiennya. Hasil penelitian Arsianti (2007) tentang kecemasan pasien
kista ovarium yang belum memiliki keturunan mengidentifikasi skala
kecemasan pasien kista ovarium bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi.
Wanita dengan kista ovarium yang memiliki kecemasan rendah sebanyak
6,7%, kecemasan sedang 40%, dan kecemasan tinggi 36,7%. Hal ini
menunjukkan subyek penelitian memiliki skor kecemasan yang tergolong
sedang ke tinggi. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien
dengan kista ovarium adalah dengan pemberian obat hormonal dan
pembedahan. Pada pasien paska pembedahan kista ovarium akan mengalami
masalah yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan
diri serta sebagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran
perawat diperlukan untuk mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan
mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres hangat
dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik nafas dalam untuk
membantu mengurangi rasa nyeri, membantu perawatan luka post operasi
dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu
memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan
mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan
tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan
keperawatan pada Pasien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara
optimal.
3

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat laporan


tugas akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif pasien dengan
diagnosa kista ovarium dengan tindakan operasi Kistektomi Laparatomi
DiRuang Operasi RS Mardi Waluyo Kota Metro tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif pasien dengan diagnosa
kista ovarium dengan tindakan operasi Kistektomi Laparatomi DiRuang
Operasi RS Mardi Waluyo Kota Metro tahun 2020?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang bagaimana “Asuhan Keperawatan
Perioperatif pasien dengan diagnosa kista ovarium dengan tindakan
operasi Kistektomi Laparatomi diRuang Operasi RS Mardi Waluyo Kota
Metro tahun 2020”.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan keperawatan (Pengkajian sampai evaluasi) pre
operasi dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi Kista
Ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo Tahun 2020
b. Melakukan asuhan keperawatan (Pengkajian sampai evaluasi) intra
operasi dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi Kista
Ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo Tahun 2020
c. Melakukan asuhan keperawatan (Pengkajian sampai evaluasi) post
operasi dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi Kista
Ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo Tahun 2020

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan tugas akhir ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan
referensi bagi bidang keilmuan keperawatan dalam melakukan proses
4

asuhan keperawatan perioperatif pada pasien kista ovarium dengan


tindakan operasi laparatomi.

2. Manfaat Aplikatif
Laporan tugas akhir profesi ini dapat digunakan oleh praktisi
keperawatan untuk bahan masukan dan evaluasi dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan perioperatif khususnya pada pasien kista
ovarium dengan tindakan operasi laparatomi.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini pada pasien kista ovarium dengan
tindakan operasi kistektomi laparatomi pada area keperawatan perioperatif
yang meliputi pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan, implementasi dan
evalusai dalam pre, intra, dan post operasi dengan spesifikasi asuhan
keperawatan perioperatif dengan pasien kista ovarium dengan tindakan
operasi kistektomi laparatomi diruang operasi RS Mardi Waluyo Kota Metro
yang dilakukan pada tanggal 17 Februari 2020.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Perioperatif


1. Konsep Pembedahan
a. Pengertian Pembedahan
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana
pada tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intra operatif,
dan pasca operatif. Tiga fase ini secara bersamaan disebut fase
perioperatif.
b. Tiga fase dalam proses pembedahan:
1) Fase praoperatif
dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan
berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Aktifitas
keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji
klien, mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau
actual, merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan
individu, dan memberikan penyuluhan praoperatif untuk klien dan
orang terdekat klien.
2) Fase intra operatif
dimulai saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika
klien masuk ke unit perawatan pasca operatif (PACU), yang juga
disebut ruang pasca anastesi atau ruang pemulihan. Aktivitas
keperawatan yang termasuk kedalam fase ini antara lain berbagai
prosedur khusus yang dirancang untuk menciptakan dan
mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk klien
dan tenaga kesehatan.
3) Fase pasca operatif
dimulai saat klien masuk ke ruang pasca anastesi dan berakhir
ketika luka telah bener-benar sembuh. Selama fase pasca
perioperative, tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon
klien (fisiologik dan psikologik) terhadap pembedahan, melakukan

5
6

intervensi untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah


komplikasi, memberi penyuluhan dan memberikan dukungan
kepada klien dan orang terdekat, dan merencanakan perawatan
dirumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status
kesehatan yang paling optimal (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2011). Peran perawat selama fase pasca operatif sangat
penting terutama untuk pemulihan klien. Anastesi menghambat
kemampuan klien untuk berespon terhadap stimulus lingkungan
dan untuk membantu mereka sendiri. Selain itu, pembedahan itu
sendiri dapat menyebapkan trauma pada tubuh dengan
mengganggu mekanisme protektif dan homeostatis.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu
ilmu bedah. Menurut Muttaqin (2009), keperawatan perioperatif terdiri dari
beberapa fase, diantaranya pre, intra, dan post operatif. Berikut dijelaskan
konsep asuhan keperawatan perioperatif berdasarkan fase pre, intra, dan post
operatif:
1. Pengkajian
a. Pengkajian fase pre operatif
1) Pengkajian Psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan
keadaan emosi pasien
2) Pengkajian Fisik, pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah,
nadi, pernafasan dan suhu.
3) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah
penyakit kulit di area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sisitem cardio,
validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan
minum obat jantung sebelum operasi., Kebiasaan merokok,
minum alcohol, Oedema, Irama dan frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan, Apakah pasien bernafas teratur dan batu
secara tiba-tiba di kamar operasi.
7

6) Sistem gastrointestinal, apakah pasien diare ?


7) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
8) Sistem saraf, bagaimana kesadaran ?
9) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement
10) Kapter, perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien perlengkapa
operasi dan validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
b. Pengkajian fase intra operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien
yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan
pada pasien yang diberi anaesthesilokal ditambah dengan pengkajian
psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental, bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien
masih sadar / terjagamaka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur
yang sedang dilakukan terhadapnya danmemberi dukungan agar
pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan
maka perawat harusmemberitahukan ketidaknormalan tersebut
kepada ahli bedah).
3) Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin
sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
c. Pengkajian fase post operatif
1) Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna
kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
8

6) Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat


tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau
dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa,
hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor
yang memperberat /memperingan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa (SDKI, 2018) yang sering muncul pada pre operasi adalah :
a. Ansietas b.d Krisis Situasional
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpaprnya informasi
Diagnosa yang sering muncul pada intra operasi adalah:
a. Risiko perdarahan b.d tindakan pembedahan
b. Risiko hipotermi b.d suhu lingkungan rendah
Diagnosa yan gsering muncul pada post operasi:
a. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
b. Risiko hipotermi perioperatif b.d terpapar suhu lingkungan rendah
c. Risiko Jatuh b.d efek agen farmakologis

3. Rencana Intervensi
a. Pre Operasi
Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan 3 diagnosa diatas adalah :
1) Ansietas b.d Krisis Situasional
Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal : kondisi,
waktu, stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
9

c) Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal dan non verbal)


Teraupetik :
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi :
a) Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

2) Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis


Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
10

e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri


f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik :
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misal : TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin.)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan eknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu

3) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi


Intervensi :
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Teraupetik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
11

3. Berikan kesempatan untuk bertanya


Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

b. Intra Operasi
Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
1) Risiko jatuh b.d tindakan pembedahan
Intervensi :
Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4. Monitor koagulasi
Teraupetik :
1. Pertahankan bedrest selama perdarahan
2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah
konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
12

2. Kolaborasi pemberian produk darah , jika perlu


3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja , jika perlu

2) Risiko hipotermi perioperatif b.d terpapar suhu lingkungan rendah


Intervensi :
Observasi :
1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipotermia, ( Misal : terpapar suhu
lingkungan rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak subkutan )
3. Monitor tanda dan gejala hipotermia
Teraupetik :
1. Sediakan lingkungan yang hangat ( misal : atur suhu
ruangan)
2. Ganti pakaian atau linen yang basah
3. Lakukan penghangatan pasif (misal : selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
4. Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal : kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat, metode kangguru)
5. Lakukan penghangatan aktif internal ( misal : infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan
hangat)
Edukasi :
1. Anjurkan makan/minum hangat

c. Post Operasi
Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
1) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
Intervensi :
Observasi :
1. Monitor efek samping penggunaan analgetik
13

2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri.
3. Identifikasi skala nyeri
4. Identifikasi nyeri non verbal
5. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
6. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
8. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Teraupetik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( misal : TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback ,terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin.)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.)
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan eknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu

2) Risiko hipotermi perioperatif b.d suhu lingkungan rendah


Intervensi :
Observasi :
1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipotermia, ( Misal : terpapar suhu
lingkungan rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak subkutan )
14

3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi


Teraupetik :
1. Sediakan lingkungan yang hangat ( misal : atur suhu ruangan)
2. Lakukan penghangatan pasif (Misal : Selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
3. Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal : kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat, metode kangguru)
4. Lakukan penghangatan aktif internal ( misal : infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan
hangat).

C. Tinjauan Konsep Penyakit


1. Definisi

Gambar 2.1 Organ Interna Wanita (Bobak & Lowdermilk, 2004)

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang


banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium
yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi tumor ganas atau kanker ( Susanti, 2017).
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang
mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai
besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas
(Manuaba, 2009). Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau
secara diam-diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari
bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada
15

saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar ( Susanti, 2017).
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa
udara, nanah, dan cairan kental.

2. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon
pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014 dalam
Nurmansyah, 2019). Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya
penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi
bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran
gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista. Faktor makanan: lemak
berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak
tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan
meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik. Menurut
Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin
terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang
disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi
akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan
radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau
progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko
terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat
menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
16

b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila
jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh
dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran
darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat
berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak
sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak
sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan
menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker,
peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu
gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi
alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan
penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel
darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam
peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya
kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula
terkena penyakit kista. Namun, baik sosial ekonomi rendah atau
tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila
setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena
apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal
17

yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan
lain-lain.

3. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
a. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila
tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga
perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta
dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
2) Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini
menimbulkan rasa sakit.
3) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
18

4) Robek dinding Kista


Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus
ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus
menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan.
Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. (Wiknjosastro,2005
dalam nurmansyah, 2019). Kista dermoid adalah tumor yang
diduga berasal dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat
maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel
embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan
lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung
material sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul dari lapisan
kulit. Kista dermoid hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat
terjadi. Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan pengobatannya
tergantung pada tipenya. (Smeltzer and Bare, 2001)
19

4. Pathway

Etiologi :
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Tanda dan gejala : Diagnosa : Komplikasi :


 Tanpa gejala  Anamnesa  Pembenjolan
 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan perut
 Nyeri di perut bagian fisik  Pola haid berubah
bawah  Pemeriksaan  Perdarahan
 Nyeri saat berhubungan penunjang  Torsio (putaran
seksual tangkai)
 Nyeri saat berkemih atau Kista ovarium  Infeksi
BAB  Dinding kista

Kista fungsional Kista non fungsional

Konservatif :
 Observasi 1-2 bulan Laparatomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
Ovarian Salpingo-
 Aktivitas hormon
cystectomy oophorectomy
 Discomfort

Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :


 Obat analgetik  Nyeri
 Mobilisasi
 Perdarahan
 Personal hygiene
 Infeksi

Gambar 2.2 Pathway


20

5. Klasifikasi Kista Ovarium


Klasifikasi Kista Ovarium Menurut Anwar (2017), kista ovarium
dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non-neoplastik.
Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari
ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-
neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non
neoplatik, kista dapat didapati sebagai:
a. Kista OvariumNon-neoplastik
1) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang
berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat
berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi
besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat
mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi
pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar
2cm. Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang
dalam waktu <60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan
interval antar menstruasi yang sangat pendek atau panjang.
Pemeriksaan untuk kista <4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi
awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan
pada kista >4 cm atau kista menetap dapat diberikan pemberian
kontrasepsi oral selama 48 minggu yang akan menyebabkan kista
menghilang sendiri.
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal
dari corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus
selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat
banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang
berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Biasanya
21

gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan


ektopik.
3) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan
fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam
stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut stain-leventhal syndrome dan
kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant.
4) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang
terjadi. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista
sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan
sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu
tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan
yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat
di rongga panggul terjadi selama 1460 hari setelah periode
menstruasi terakhir.

b. Kista Ovarium Neoplastik


1) Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih.
Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus segera di periksa
secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan atau
tidak (Setiati, 2009 dalam Dzahiruddin, 2012).
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak
dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
22

seperti epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea


berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-
ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik
kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti
kista berongga satu (Anwar, 2017).
3) Kista Endometriois Merupakan kista yang terjadi karena ada
bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium
setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat
menstruasi dan infertilitas.(Setyorini, 2014).
4) Kista denoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista
tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam
pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen-elemen lain.
Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum.
Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi
tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa
ovarium yang normal, biasanya di lakukan pengangkatan ovariam
beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi, 2010).
5) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler
meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama
seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan
lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan
kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di bekukan pada saat
operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu
operasi (Rasjidi, 2010).
23

6. Manifestasi Klinik
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang
menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit
tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan
ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting
untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk
mengetahui gejala mana yang serius. (Wiknjosastro , 2007 dalam
Dzahiruddin, 2012)
Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista
ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung.
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
c. Haid tak teratur.
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.
e. Nyeri senggama.
f. Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada
saat hamil.

7. Pemeriksaan penunjang/tambahan
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang
dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih
lengkap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovari
antara lain:
a. Laparaskopi: Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor
tersebut berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor
tersebut termasuk jinak atau ganas.
b. Ultrasonografi (USG): Menentukan letak, batas, dan permukaan
tumor melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari
24

ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau
solid.
c. Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian
dada terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam
tumor.
d. Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125
adalah suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel
tumor khususnya pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi
oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan.

8. Komplikasi Kista Ovarium


Menurut Yatim (2008), komplikasi- komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium adalah :
a. Perdarahan kedalam kista,
biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit yang dapat
menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang
darah (anemia).
b. Putaran tangkai,
dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan
lebih sering pada waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan
nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air
besar (konstipasi).

9. Penatalaksanaan Kista Ovarium


Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
a. Pendekatan
25

pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan


nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres
hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam
(Prawirohardjo, 2011 dalam Laelati, 2017).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi
rasa nyeri (Manuaba, 2009 dalam Laelati 2017)
c. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama
yaitu: laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:
1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan
cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan
searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya
pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini
dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista
sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan
(kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan operasi
sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak
sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
3) Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu
diimplementasikan antara lain:
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama
pasca operasi.
b) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
26

c) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari


selama masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang
atau rujuk.
d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus
yang sesuai dan tidak lengket.
e) Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.

10. Pencegahan Kista Ovarium


Cara Pencegahan Kista Ovarium Menurut Nugroho (2014), adapaun
cara pencegahan penyakit kista yaitu:
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah
banyak mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan
stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari
infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar
area kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap
individu mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan
hormon kortisol pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas.
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen
dan progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista
karena mampu mencegah produksi sel telur.

D. Jurnal Terkait
1. Berdasarkan Penelitian Shiyamika 2014 yang berjudul Asuhan
keperawatan pada Nn. F dengan post operasi Kistektomi Laparatomi oleh
karna kista coklat di Ruang Anggrek RSUD Banyumas. Didapati bahwa
diagnosa keperawatan nyeri akut dengan agen injury fisik belum teratasi.
2. Berdasarkan Jurnal penelitian yang dilakukan Nurmansyah, dkk 2019
yang berjudul sebuah laporan kasus: kista ovarium. Didapati bahwa Kista
27

ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista
coklat atau kista lutein
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sri Utami 2016 yang berjudul
efektifitas relaksasi nafas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari
terhadap nyeri post op laparatomi. Didapati hasil bahwa terapi relaksasi
napas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari dapat menurunkan
intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi.
28

BAB III
METODE

A. Fokus Asuhan
Pada laporan akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk membantu pasien mengatasi masalah pada
area pre, intra dan post operasi. Konsep asuhan keperawatan yang digunakan
penulis adalah asuhan keperawatan perioperatif pada pasien kista ovarium
dengan tindakan kistektomi laparotomi.

B. Subjek Asuhan
Subyek asuhan keperawatan ini berfokus kepada pasien kista ovarium
yang menjalani pembedahan kistektomi laparotomi diRuang OK RS Mardi
Waluyo Kota Metro, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Klien dengan diagnosis medis kista ovarium
b. Klien dengan tindakan pembedahan kistektomi laparotomi
c. Klien berada diRuang OK RS Mardi Waluyo Kota Metro
d. Bersedia untuk di jadikan objek asuhan keperawatan dengan
menandatangani lembar persetujuan Informed Concent
2. Kriteria Eksklusi
Klien yang tidak bersedia menjadi responden

C. Lokasi dan Waktu


Lokasi asuhan ini dilaksanakan diRuang OK RS Mardi Waluyo Kota
Metro, dan telah dilaksanakan pada bulan Februari 2020.

D. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk menyusun laporan tugas akhir (LTA) ini
adalah lembar format asuhan keperawatan perioperatif yang meliputi
proses pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

28
29

keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.


Adapun alat yang digunakan dalam proses keperawatan itu sendiri yaitu
terdiri dari sfignomanometer (tensimeter), stetoskop, thermometer, jam
(arloji), alat tulis, sarung tangan, masker.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan
laporan tugas akhir (LTA) ini menggunakan metodologi keperawatan
dengan menerapkan proses keperawatan pada pasien selama minimal 3
hari perawatan dan mendokumentasikan hasil keperawatan sesuai format
(Budioni dan Sumirah,2016).
a. Anamnesa
Pada asuhan keperawatan ini peneliti melakukan anamnesa
berupa memberi pertanyaan pada pasien dan keluarga pasien
mengenai keluhan pasien dan riwayat penyakit pasien.
b. Observasi
Pada asuhan keperawatan ini peneliti mengobservasi respon
pasien baik secara verbal dan nonverbal.

c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik normal dan
abnormal suatu penyakit dan pada penelitian ini peneliti melakukan
pemeriksaan fisik pada daerah abdomen, dengan menggunakan metode atau
teknik P.E (Physical Examination) yang terdiri atas:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra
penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai alat untuk
mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada awal berinteraksi
dengan klien dan diteruskan pada pemeriksaan selanjutnya. Fokus
inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna
kulit, bentuk tubuh, serta posisi dan kesimetrisan tubuh. Pada
proses inspeksi perawat harus membandingkan bagian tubuh yang
30

normal dengan bagian tubuh yang abnormal.


2) Palpasi
Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra
peraba. Tangan dan jari adalah instrumen yang sensitif dan dapat
digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor,
bentuk, kelembapan, vibrasi dan ukuran.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-
ngetukan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke
bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian
yang kiri dengan yang kanan. Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.

E. Sumber Data
Dalam buku konsep dasar keperawatan, Budiono dan Sumirah (2016)
menyatakan ada beberapa sumber data dalam penyusunan laporan tugas akhir
(LTA) yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari pemeriksaan
pasien berupa keluhan utama pasien, dan riwayat penyakit sekarang. Bila klien
dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara atau pendengaran, klien
masih bayi, atau karena beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data
subyektif secara langsung, perawat dapat menggunakan data obyektif untuk
menegakkan diagnosis keperawatan. Namun, bila diperlukan klarifikasi data
subyektif, hendaknya perawat melakukan anamnesis pada keluarga.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien, yaitu orang
terdekat, orang tua, suami atau istri, anak, dan teman klien. mengenai riwayat
menstruasi pasien dan penyakit pasien
3. Sumber data lainya
31

a. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya


b. Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan catatan perkembangan
c. Konsultasi klien
d. Hasil pemeriksaan diagnostic, seperti hasil pemeriksaan laboratorium
dan tes diagnostic
e. Perawat lain
f. Kepustakaan

F. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada
umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk teks
(textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk grafik.
Penyajian secara textular biasanya digunakan untuk penelitian atau data
kualitatif yang berbentuk kalimat, penyajian dengan tabel digunakan untuk
data yang sudah diklasifikasikan dan ditabulasi serta tersusun dalam kolom
atau jajaran. Tetapi apabila data akan diperlihatkan atau dibandingkan secara
kuantitatif, maka lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Meskipun
demikian pada praktiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai secara bersama
sama, karena memang saling melengkapi. Dalam laporan tugas akhir ini
penulis akan menyajikan data dalam bentuk textular dan tabel. Textular
digunakan untuk data hasil pengkajian dan tabel digunakan untuk rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi dari dua klien yang dilakukan
asuhan keperawatan.

G. Prinsip Etik
Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat asuhan
keperawatan fokus tindakan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan
dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau
keluarga dan masyarakat. Menurut Potter Perry (2009), prinsip etik yang
digunakana antara lain:
32

1. Autonomy (Otonomi)
Autonomy berarti komitmen terhadap klien dalam mengambil keputusan
tentang semua aspek pelayanan. Autonomy merupakan hak seseorang
untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri meskipun masih terdapat
berbagai keterbatasan, terutama yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi, latar belakang individu, campur tangan hukum dan tenaga
kesehatan profesional yang menentukan ada.
2. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience adalah tindakan positif untuk membantu orang lain.
Melakukan niat baik mendorong keinginan untuk melakukan kebaikan
bagi orang lain. Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menggunakan prinsip ini karena semua klien harus kita perlakukan
dengan baik.
3. Non-maleficience (Tidak mencederai)
Maleficence merujuk pada tindakan yang melukai atau berbahaya. Oleh
karena itu, non-maleficence berarti tidak mencederai atau merugikan
orang lain. Dalam pelayanan kesehatan praktik etik tidak hanya
melibatkan untuk melakukan kebaikan, tetapi juga janji untuk tidak
mencederai.
4. Justice (Keadilan)
Keadilan merujuk pada kejujuran. Penyelenggaraan layanan kesehatan
setuju untuk berusaha bersikap adil dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan.
5. Fidelity (Kesetiaan)
Kesetiaan adalah persetujuan untuk menepati janji. Janji setia mendukung
rasa tidak ingin meninggalkan klien, meskipun saat klien tidak menyetujui
keputusan yang telah dibuat. Standar kesetiaan termasuk kewajiban
mengikuti pelayanan yang ditawarkan kepada klien.
6. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjelaskan
33

alasan tindakannya. Dengan adanaya akuntabilitas ini maka penulis dapat


belajar untuk menjamin tindakan professional yang akan dilakukan pada
klien dan atasan
34

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Ruang Instalasi Kamar Bedah RS Mardi Waluyo Kota Metro


Instalasi Kamar Bedah RS Mardi Waluyo Kota Metro Memiliki fisilitas
yang lengkap, memadai, dan modern demi terselenggaranya pelayanan
bedah/operasi yang aman dan nyaman bagi pasien dan karyawan. Di ruang
instalasi kamar bedah memiliki 1 ruang persiapan operasi, 4 kamar operasi
dan 1 ruang pemulihan. Di ruang instalasi kamar bedah terdapat sejumlah 18
orang perawat, 12 dokter spesialis, 2 dokter anastesi, 6 orang perawat
anastesi dan 1 orang kepala ruangan, dan setiap ruang operasi memiliki
masing-masing 1 ketua tim atau penanggungjawab.

B. Asuhan Keperawatan
1. Tinjauan Kasus (Pengkajian)
Identitas Pasien
Nama : Nn.B
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : SPG
Pendidikan : SMA
Gol.Darah : B+
Alamat : Rumbia, Lampung Tengah
Tanggunagn : BPJS
No.RM : 00-31-68-59
Tgl Masuk Rs : 17 Februari 2020
Diagnosa : Kista Ovarium

2. Riwayat Praoperatif
a. Pasien mulai dirawat tgl : 17 Februari 2020 Diruang: IGD

34
35

b. Ringkasan hasil anamnesa preoperatif :


Setelah dilakukan pengkajian tanggal 17 Februari 2020 di ruang
persiapan operasi. pasien mengeluh nyeri pada abdomen nyeri yang
dirasa terus menerus, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
Nyeri bertambah jika dipegang dengan skala nyeri 7. Pasien tampak
melindungi area nyeri, tampak benjolan pada kuadran 3 abdomen.
Pasien juga merasakan cemas karna baru pertama kali melakukan
operasi, pasien mengatakan takut akan dilakukan operasi, pasien
tampak menanyakan tentang prosedur operasi yang akan dilakukan.

c. Hasil Pemeriksaan Fisik


a. Tanda-tanda vital :
Tanggal 17 Februari 2020 Pukul : 12.35 WIB
Kesadaran : Composmentis GCS : 15 Orientasi : Baik
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,7 0C
Pernafasan : 22 x/m

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Dan Leher :
a) INSPEKSI
Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada jejas,
warna sama dengan warna kulit lain, distribusi rambut
merata, mukosa mulut lembab, tidak ada caries gigi.
b) PALPASI
Tidak ada nyeri tekan pada mata dan, mulut, terdapat nyeri
tekan di area hidung, Tidak ada nyeri tekan pada telinga,
tidak ada distensi vena jugularis dan tidak ada pembesaran
tiroid, tidak terdapat kerontokan pada rambut.
2) Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
a) INSPEKSI
36

Simetris, tidak ada lesi, pergerakan dinding dada simetris


kiri dan kanan
b) PALPASI
Tidak terdapat neyri tekan, tidak ada krepitasi, tidak ada
massa.
c) PERKUSI
Suara perkusi sonor
d) AUSKULTASI
Suara jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada suara tambahan,
suara nafas vesikuler.
3) Abdomen :
a) INSPEKSI
Terdapat adanya benjolan pada antara bagian supra pubis
dan kuadran 3, tidak ada lesi.
b) AUSKULTASI
Suara bising usus 10x/m
c) PALPASI
Terdapat nyeri tekan, terdapat masa dan teraba keras,
teraba masa sebesar ±19cm
d) PERKUSI
Suara perkusi timpani
4) Ekstremitas ( atas dan bawah)
Tidak ada lesi pada ekstremitas atas dan bawah, tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot 555
37

Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium

Nama Pasien : Nn. B Tgl pemeriksaan : 17 Februari 2020


No RM : 00-31-68-59 Diagnosa : Kista Ovarium

Tabel 4.1 Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN KETERANGAN


HEMATOLOGI
Darah rutin lengkap
Leukosit 6,600 /ul 4.500-11.000
Eritrosit 4,7 /ul 4,1-5,1
Hemaglobin 11,0* g/dl 12-16
Hematokrit 35 % 35-47
MCV 75* fl 80-100
MCH 24* Pg 26- 34
MCHC 31* g/dl 32- 36
Trombosit 359.000 /ul 150.000-450.000
HEMOSTATIS
Masa pendarahan 3 menit <6
Masa pembekuan 12 Menit 9-16
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 67* Mg% 70-180
IMUNOLOGI
Anti HCV
URINE Non Non reaktif
Plano test reaktif
Negatif
Negatif

Skala nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)

Gambar 4.1 Skala Nyeri menurut VAS


38

Ket :
Pasien megatakan nyeri abdomen nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu dan bertambah sejak 3 hari lalu nyeri yang dirasa seperti tertusuk-
tusuk, skala nyeri 7.

c. Prosedur Khusus Sebelum Pembedahan

Tabel 4.2 Prosedur Khussu Sebelum Pembedahan


No Prosedur Ya Tdk Waktu Ket

1. Tindakan persiapan psikologis pasien √


2. Lembar informed consent √
3. Puasa √
4. Pembersihan kulit (pencukuran √
rammbut)
5. Pembersihan saluran pencernaan √
( lavement/obat pencahar)
6. Pengosongan kandung kemih √
7. Transfusi darah √
8. Terapi cairan infus √
9. Penyimpanan perhiasan, acsesoris, √
kacamata, anggota tubuh palsu
10. Memakai baju khusu operasi √
d. Pemberian obat-obatan
1) Obat pramedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
Tgl/Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
- - - - -

2) Obat pra-pembedahan (diberikan 1-2 jam sebelum


pembedahan)
Tgl/Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
- - - - -

e. Pasien dikirim keruang operasi


Pasien dikirim pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 13.45 WIB.
Pasien datang dengan kesadaran composmentis ( GCS 15)
Keterangan : -
3. Intraoperatif
a. Tanda-tanda vital
Tanggal : 17 Februari 2020 Pukul : 14.05 WIB
39

TD : 130/80 mmHg
Nadi : 92 x/m
Suhu : 36,3 0C
Pernafasan : 22 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi : Supine
c. Jenis operasi : Mayor
Nama operasi : Kistektomi Laparatomi
Area/bagian tubuh yang dibedah : Abdomen dengan jenis insisi
Midline
d. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
e) Dokter anastesi : dr. Susana., Sp.An
f) Asisten dokter anastesi : Mariyo., Amd.Kep
g) Dokter bedah : dr. Paran Sp.B
h) Asisten bedah 1 : Maria Sri Lestari., AMK
i) Asisten bedah 2 : Meylani anita putri., S.Tr.Kep
j) Perawat instrumentator : I Putu Endra Setiyawan., Amd.Kep
k) Perawat sirkuler : Agung Pribadi., Amd.Kep

Tabel 4.3 Surgical Patient Safety Checklist


SURGICAL PATIENT SAFETY CHECKLIST
SIGN IN TIME OUT SIGN OUT
 Identitas pasien  Setiap anggota team Melakukan
 Prosedur operasi pengecekan :
 Sisi operasi sudah benar memperkenalkan diri  Prosedur
 Persetujuan untuk operasi dan peran masing- sudah di catat
telah diberikan masing.  Kelengkapan
 Sisi yang akan di operasi telah  Tim operasi kassa
ditandai memastikan bahwa  Penghitungan
 Ceklist keamanan anestesi semua orang di ruang instrumen
telah dilengkapi operasi saling kenal.  Pemberian
 Oksimeter pulse pada pasien  Sebelum melakukan lab PA pada
berfungsi apakah pasien sayatan pertama pada spesimen
memiliki alergi? kulit :  Kerusakan
 Ya  Operasi yang benar alat atau
 Tidak  Pada pasien yang masalah lain
Apakah resiko kesulitan jalan benar yang perlu
nafas / aspirasi ?  Antibiotik profiklasis ditangani.
Tidak telah di berikan  Tim bedah
Ya, telah disiapkan peralatan dalam 60 menit membuat
Resiko kehilangan darah > sebelumnya. perancanaan
500ml pada orang dewasa atau post operasi
> ml/kg BB pada anak-anak sebelum
40

Tidak memindahka
Ya, peralatan akses cairan n pasien dari
telah direncanakan kamar
operasi.

e. Pemberian obat anastesi


Dilakukan anastesi general
Tgl/Jam Nama Obat Dosis Rute
17 Februari 2020
13.52 Lidodex 100 mg Intratekal

f. Tahap-tahap /kronologis pembedahan

Tabel 4.4 Tahap-tahap /Kronologis Pembedahan


Waktu/Tahap Kegiatan
14.07 WIB 1. Memposisikan pasien di meja operasi
2. Desinfeksi area operasi
3. Melakukan drapping dan menyiapkan set instrumen
4. Time out 14.15 WIB
5. Melakukan insisi pada abdomen dengan jenis insisi
midline sepanjang 20cm menggunakan bisturi
No.10 dan scaple No.3
6. Melakukan inisi bagian kulit dengan bisturi dan
pinset cirugis
7. Insisi bagian fasia dan otot menggunakan couter
8. Lalu membuka ruang abdomen menggunakan hak
9. Melakukan pengkleman pada tuba dengan chroom
sebanyak 3 buah lalu bebaskan kista dengan
gunting.
10. Kemudian ikat menggunakan chromix No.3 di
lapiskan dengan silk No.2
11. Kemudian cuci rongga abdomen dengan Nacl 0,9%
dan lakukan suction
12. Memasang drain pada abdomen bagian kanan
13. Sign out 14.35 WIB
14. Jahit fasia dengan otot secara bersamaan
menggunakan benang monosin No.1 dan
mengunakaan pinset cirugis
15. Jahit subkutis menggunakan plaint No. 2/0
16. Jahit kulit menggunakan silk No. 2/0
17. Melakukan dressing
18. Operasi selesai
19. Pasien dipindahkan di ruang pemulihan
g. Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan
1) Pemberian oksigen
2) Pemberian suction
41

3) Pemasangan drain
4) Lain-lain :
Pasien mengalami perdarahan intraopersi kurang lebih 250 cc
Pasien terpasang infus RL 28 tpm
h. Pembedahan berlangsung selama 45 menit
i. Komplikasi dini setelah pembedahan ( saat pasien masih berada
diruang operasi) : Tidak terdapat komplikasi saat pembedahan
4. Post Operasi
a. Pasien dipindahkan keruang PACU/RR pukul 14.55 WIB
b. Keluhan saat di RR/PACU : Pasien mengatakan terasa dingin
c. Airway : Tidak ada masalah pada jalan nafas
d. Breathing : Pasien terpasang O2 nasal kanul 3
l/m SPO2 : 98%
e. Sirkulasi : pasien terpasang infus RL 26 tts/m,
CRT 3 detik, akral teraba dingin, TD: 100/70 mmHg, N: 86x/menit,
suhu : 35,60C
f. Observasi Recovery Room :

Tabel 4.5 Bromage Score


NO KRITERIA SCORE SCORE
1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0 0
2 Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat 1 1
mengangkat kaki
3 Tidak dapatmengangkat tungkai bawah 2 0
tetapi masih dapat mengangkat lutut
4 Tidak dapat mengangkat kaki sama 3 0
sekali
Jumlah 1
Keterangan :
Pasien dapat di pindah kebangsal, jika score kurang dari 2.
g. Keadaan Umum : Sedang
h. Tanda-tanda vital
1) Nadi : 86 x/m
2) Suhu : 35,6 0C
3) Pernafasan : 20 x/m
4) Saturasi O2 : 98 %
i. Kesadaran : Composmentis
42

j. Balance Cairan
Tabel 4.6 Balance Cairan
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml
(cc)
o Oral o Urine 250 cc
o Enteral o Muntah
o Parenteral 1000 cc o Iwl 10 cc
o ..... o Perdarahan 250 cc
Jumlah 1000 cc 510 cc
Balance Cairan : 490 cc
Pengobatan : RL 500 cc
Diit Tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

k. Survey sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas :

Tabel 4.7 Survey Sekunder


Normal Jika tidak normal, jelaskan
YA TIDAK
Kepala √
Leher √
Dada √
Abdomen √ Terdapat luka post op pada
abdomen dengan jenis insisi
midline. Panjang insisi ±
20cm.
Terpasang drainase pada
abdomen bagian kanan
Genetalia √ Pasien terpasang kateter , urine
± 250 cc
Integumen √ Terdapat luka jahitan post op
pada abdomen
Ekstremitas √

Skala nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)

Keterangan:
43

pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti tersayat-
sayat dengan skala nyari 6, pasien tampak gelisah, tampak meringis
menahan sakit dan tampak melindungi area nyeri.

5. Analisis Data

Tabel 4.8 Analisa Data


Data Subyektif Dan Obyektif Masalah Etiologi
Keperawatan
Pre Operasi Nyeri Akut Agen
DS : Pencedera
1. Pasien mengeluh nyeri pada abdomen, Fisiologis
nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dan terasa terus menerus dan nyeri
bertambah jika dipegang, skala nyeri 7
DO :
1. Pasien tampak melindungi area nyeri
2. Pasien tampak meringis
3. Pasien tampak gelisah
4. TTV :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,7 0C
Pernafasan : 22 x/m

Intra Operasi Resiko Tindakan


DS : - Perdarahan Pembedahan
DO :
1. Pasien dilakukan pembedah pada bagian
abdomen dengan tindakan laparatomi
2. Pasien mengalami perdarahan ±250 cc
3. Pasien tampak terpasang infus RL 28
tt/menit
4. Akral dingin
5. TTV:
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,3 0C
Pernafasan : 22 x/m
6. Balance cairan : 490 cc
7. Lama operasi : ±45 menit
8. Pasien dilakukan spinal anastesi
Post Operasi / di RR Resiko jatuh Kondisi pasca
DS : - operasi
DO :
1. Pasien terlihat gelisah
2. Pasien masih dalam pengaruh anastesi
3. Pasien post op laparatomi
4. Pasien terpasang drainase dan kateter urine

6. Daftar Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan


44

Tahapan Masalah Keperawatan Etiologi


Pre Operasi Nyeri Akut Agen Pencedera Fisiologis
Intra Operasi Resiko Perdarahan Tindakan Pembedahan
Post Operasi Resiko Jatuh Kondisi pasca operasi

7. Rencana Keperawatan

Tabel 4.10 Rencana Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, durasi,
Agen Pencedera keperawatan diharapkan karakterikstik, frekuensi,
Fisiologis nyeri berkurang atau hilang kualitas, instensitas nyeri
dengan KH:
2. Identifikasi respon nyeri
1. Keluhan nyeri
secaranon verbal
menurun
3. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun
4. Ajarkan teknik non farmakologi
3. Frekuensi nadi
5. Berikan posisi yang nyaman
membaik

2. Resiko Perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Mengukur tanda dan gejala


b.d Tindakan keperawatan diharapkan perdarahan
Pembedahan tidak terjadi kehilangan 2. Monitor TTV dan CRT
volume darah dengan
3. Gunakan ESU untuk
KH :
1. Tanda-tanda koagulasi
perdarahan minimal 4. Kolaborasi dalam pemberian
CRT < 3 detik terapi cairan
2. Intake dan output 5. Kolaborasi dalam pemberian
seimbang obat pengontrol prdarahan
3. Perdarahan kalnex 1 amp/ IV
terkntrol
3. Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi karakteristik
kondisi pasca keperawatan diharapkan lingkungan yang dapat
operasi
tidak terjadi cidera dengan meningkatkan potensi
KH : untuk jatuh
1. Tubuh klien bebas dari 2. Kunci roda tempat tidur
cidera atau brankar selama
transfer pasien
3. Ajarkan pasien bagaimana
untuk meminimalkan
cidera
4. Pasang siderail tempat tidur.

8. Catatan Perkembangan

Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi


45

No Implementasi Evaluasi
1. Pre Operasi S:
1. Mengidentifikasi lokasi, durasi, 1. Pasien mengatakan masih terasa
karakterikstik, frekuensi, kualitas, nyeri namun sedikit berkurang
instensitas nyeri 2. Skala nyeri 6
2. Mengidentifikasi respon nyeri O:
secaranon verbal 1. TTV:
3. Mengidentifikasi skala nyeri TD : 130/80 mmHg
4. Mengajarkan teknik non farmakologi Nadi : 92 x/m
(relaksasi napas) Suhu : 36,6 0C
5. Memberikan posisi yang nyaman Pernafasan : 22 x/m
2. Pasien masih terlihat meringis
3. Pasien terlihat melakukan teknik
relaksasi nafas dalam.
A : Nyeri Akut
P:
1. Monitor TTV
2. Anjurkan pasien melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
2. 1. Mengukur tanda dan gejala S :-
perdarahan O:
2. Memonitor TTV dan CRT 1. Pasien tampak mengalami perarahan
3. Menggunakan ESU untuk koagulasi ±250 cc
4. Berkolaborasi dalam pemberian
terapi cairan 2. Pasien terpasang infus RL 28 tt/m
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat 3. TTV:
pengontrol prdarahan kalnex 1 amp/ TD : 130/90 mmHg
IV Nadi : 104 x/m
Suhu : 36,0 0C
Pernafasan : 22 x/m
4. Akral teraba dingin
5. CRT 3 detik
6. Pasien diberi kalnex 1 amp/IV

A : Resiko perdarahan tidak aktual


P:
1. Mengukur tanda dan gejala perdarahan
2. Monitor TTV dan CRT
3. Gunakan ESU ubtuk koagulasi
4. Pertahankan terapi cairan

3. 1. Identifikasi karakteristik S :-
lingkungan yang dapat O:
1. Pasien tampak gelisah
meningkatkan potensi untuk
2. Pasien dalam posisi supinasi
jatuh
3. Skala nyeri VAS 6
2. Kunci roda tempat tidur atau
4. Terpasang side rail dan roda
brankar selama transfer pasien
tempat tidur terkunci
3. Ajarkan pasien bagaimana 5. TTV:
untuk meminimalkan cidera TD : 100/70 mmHg
46

4. Pasang siderail tempat tidur Nadi : 76 x/m


Suhu : 35,9 0C
Pernafasan : 20 x/m
A : Resiko Jatuh tidak aktual
P:-

C. PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan laporan asuhan keperawatan perioperatif
terhadap Nn. B dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista
ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo kota metro yang telah dilakukan
tangal 17 Februari 2020. Penulis membandingkan antara konsep teori dengan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses


keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan dari pasien meliputi usaha pengumpulan data tentang status
kesehatan seorang pasien secara sistemis, menyeluruh, akurat, singkat, dan
berkesinambungan. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang
respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Rencana keperawatan
adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutahan klien.
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan keperawatan atau intervensi
untuk mencapai tujuan yang sudah spesifik. Evaluasi keperawatan adalah
proses kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan
tindakan keperawatan yang dilakukan dan keefektifan rencana keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien.[ CITATION Zai10 \l 1057 ]

1. Pre Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian di ruang pra operasi perawat melakukan pengkajian
ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapannya yang
47

berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersesebut


berupa validasi, kelengkapan administrasi, tingkat kecemasan,
pengetahuan pembedahan, pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda
vital, dan nyeri tekan di area benjolan.(Muttaqin, 2009)
1) Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 12.35
WIB diperoleh data: Pasien bernama Nn.B, Umur: 19 tahun,
Agama: Islam, Alamat: Rumbia, Lampung Tengah, NO RM : 00-
31-68-59.
2) Saat tiba diruang operasi pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, pasien tampak melindungi area nyeri, pasien mengatakan
nyeri pada abdomen, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dan terus-menerus dan bertambah jika dipegang. Dengan skala
nyeri 7.
3) TTV Pasien saat masuk :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,7 0C
Pernafasan : 22 x/m
4) Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik head to toe ditemukan data
abnormal pada bagian abdomen yaitu terdapat benjolan pada antara
bagian supra pubis dan kuadran 3, terdapat nyeri tekan pada area
benjolan, terdapat masa.
Pada kista ovarium, komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien berupa benjolan pada area abdomen, terasa nyeri terus menerus
di area abdomen, terasa panas, dan dapat mengakibatkan perdarahan
serta kurang darah atau anemia (Yatim, 2008).
Pandangan setiap orang dalam menghadapi pembedahan berbeda,
sehingga respon setiap orang pun berbeda. Setiap menghadapi
pembedahan selalu menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada
pasien, (Stuart and Sundeen, 2006: 196). Pada pasien pre operasi dapat
mengalami berbagai ketakutan terhadap anestesi, nyeri atau kematian,
takut tentang ketidaktahuan atau deformitas serta ancaman lain
48

terhadap citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas


(Smeltzer dan Bare, 2006: 245).

b. Diagnosa Keperawatan
Perawat menggolongkan karakteristik tertentu yang diperoleh
selama pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosisi keperawatan
yang tepat bagi pasien prabedah. Diagnosis menentukan arah
perawatan yang akan diberikan pada satu atau seluruh tahap
pembedahan. Diagnosis keperawatan yang lazim di ruang pra operasi
adalah nyeri, kecemasan dan kurang pengetahuan (Mutaqin & Sari,
2009).
Diagnosa yang diangkat pada pre operasi adalah Nyeri akut b.d
agen pencedera fisiologis yang didukung dengan data subjektif: Pasien
mengatakan nyeri pada abdomen, nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan terasa terus-menerus, nyeri bertambah jika
dipegang. Dengan skala nyeri 7. Selain data subjektif, adapun data
objektif yang mendukung yaitu: pasien tampak meringis, pasien
tampak gelisah, pasien tampak melindungi area nyeri, dan TTV ( TD :
130/70 mmHg, Nadi: 89 x/m, Suhu: 36,7 0C, Pernafasan: 22 x/m).
Berdasarkan SDKI (2018) Gejala dan tanda mayor untuk diagnosa
nyeri akut secara subjektif mengeluh nyeri, sedangkan untuk data
objektifnya adalah tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi menigkat, dan sulit
tidur. Selain gejala dan tanda mayor ada juga gejala dan tanda minor
yang ditandai dengan data subjektif tidak ada, sedangkan data
objektinya adalah tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, dan diaforesis.
Berdasarkan penjelasan diatas maka terdapat banyak kesamaan
antara data yang diperoleh dengan teori yang ada pada SDKI , sehingga
dapat ditegakkan diagnosa nyeri akut. Menurut Wawan (2017), bahwa
prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi medis yang dapat
49

menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat


mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosiaonal yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang
membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain
merasakan ketidaknyaman dan mengganggu, nyeri akut yang tidak
reda dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler,
gastrointestinal, endokrin, dan immunologik (Smeltzer & Bare, 2002).

c. Rencana Keperawatan
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana
perawatan. Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan
pelaksanaan rencana asuhan keperawatan bedah, resiko pembedahan
dan komplikasi post operasi dapat diminimalkan. (Muttaqin,2009)
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan
diagnosa maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan
SDKI dan SIKI untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien pre operasi kistektomi laparatomi atas
indikasi kista ovarium yaitu :

Diagnosa
No Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahuai nyeri
agen pencedera durasi, karateristik, secara komperensif
fisiologis frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri.

2. Identifikasi respon
nyeri secara non verbal
2. Untuk mengtahui respon
pasien terhadap sensasi
nyeri dengan nonverbal
3. Identifikasi skala nyeri
3. Untuk mengetahui kualitas
50

atau tingkat nyeri yang


4. Ajarkan teknik dirasakan pada pasien.
relaksasi nafas dalam
4. Dengan mengendalikan
pernapasan, pasien jadi
memusatkan pikiran pada
pernapasan yang lambat dan
dalam sehingga membantu
pasien melepaskan diri dari
pikiran dan sensasi nyeri.
Bernapas dalam-dalam bisa
menenangkan saraf di otak.
Inilah alasan lain mengapa
menarik napas dalam bisa
menjadi cara yang ampuh
untuk mengatasi penurunan
sensasi nyeri.

Berdasarkan SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan untuk


diagnosa nyeri akut adalah sbb :
Intervensi :
Observasi :
1) Identifikasi lokasi, durasi, karakterikstik, frekuensi, kualitas, instensitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan terhadap nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas tidur
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang telah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik :
1) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
51

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu


ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Anjarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Berdasarkan intervensi diatas , tidak semua intervensi dilakukan
dikarenakan melihat kondisi dan adanya keterbatasan waktu, sehingga
hanya dilakukan intervensi yang memungkinkan untuk dilakukan.

d. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun, penulis melakukan
implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang dibuat
berdasarkan kebutuhan Nn. B. Implementasi merupakan tindakan yang
sudah direncanakan dalam rencana keperawatan, tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi
(Tartowo & Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan pada pasien pre operasi kistektomi
laparatomi yaitu :
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
1) Mengindentifikasi lokasi, durasi, karakterikstik, frekuensi, kualitas,
instensitas nyeri
2) Mengidentifikasi respon nyeri secaranon verbal
3) Mengidentifikasi skala nyeri
4) Memberikan posisi yang nyaman
5) Mengaarkan teknik non farmakologi (relaksasi napas)
52

e. Evaluasi
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Nn.B
dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista telah
dilakukan implementasi dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui perkembangan pasien dan untuk mengetahui seberapa
besar keberhasilan layanan asuhan keperaatan yang telah diberikan dan
pada evaluasi menggunakan komponen SOAP.
Evaluasi pada diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
yaitu Pasien mengatakan masih terasa nyeri namun sedikit berkurang,
pasien mengatakan skala nyeri 6, Tanda-tanda vital (TD :130/80
mmHg, Nadi : 92 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Pernafasan : 22 x/menit),
pasien masih terlihat meringis, dan pasien terlihat melakukan relaksasi
napas dalam. Rencana tindakan yang selanjutnya yaitu monitor TTV,
anjurkan pasien melakukan relaksasi napas dalam untuk mengurangi
nyeri.

2. Intra Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi
identitas dan prosedur jenis pembedahan yang dilakukan, serta
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi
(Muttaqin,2009).
Data-data yang diperoleh saat pengkajian intra operasi Tanda-tanda
vital (TD: 130/80 mmHg, Nadi: 92 x/m, Suhu: 36,3 0C, Pernafasan: 22
x/m). Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan adalah
pemberian oksigen, pemberian suction. Pasien mengalami perdarahan
kurang lebih 250 cc, akral pasien dingin.
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai
prosedur. Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah,
manajemen asepsis dan prosedur bedah laparatomi akan memberikan
implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul.
53

Diagnosa yang diangkat pada intra operasi adalah resiko


perdarahan b.d tindakan pembedahan yang didukung dengan data
objektif: Pasien dilakukan pembedahan pada bagian abdomen dengan
tindakan laparatomi, Pasien tampak mengalami perdarahan 250 cc,
pasien tampak terpasang infus RL 28 tt/menit, lama operasi ± 45
menit, balance cairan 490 cc, CRT: 3 detik, akral dingin TTV ( TD:
130/80 mmHg, Nadi: 92 x/m, Suhu: 36,60C, Pernafasan: 22 x/menit.
Perdarahan didefinisikan sebagai kehilangan akut dari volume
sirkulasi darah, menyebabkan penurunan pada venous return ke
jantung. Penurunan venous return akan menyebabkan penurunan
pengisian jantung dengan hasil penurunan pada volume akhir diastole.
Volume akhir diastole menentukan pemanjangan serabut otot jantung
saat akhir diastole, yang berkaitan dengan daya kontraktilitas otot
jantung (hukum Starling), hasil akhir adalah penurunan dari daya
kontraksi otot jantung yang menyebabkan volume sekuncup berkurang
dan menurunkan curah jantung yang jika dibiarkan bisa menyebabkan
kematian.
b. Diagnosa Keperawatan
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai
prosedur. Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah,
manajemen asepsis, terpapar dengan suhu lingkungan yang dingin dan
prosedur kistektomi laparatomi akan memberikan implikasi pada
masalah keperawatan yang akan muncul.
Diagnosa yang diangkat pada intra operasi adalah resiko
perdarahan b.d tindakan pembedahan yang di dukung dengan data
objektif: Pasien dilakukan pembedahan pada bagian abdomen dengan
tindakan laparatomi, Pasien tampak mengalami perdarahan 250 cc,
pasien tampak terpasang infus RL 28 tt/menit, lama operasi ± 45
menit, balance cairan 490 cc, CRT: 3 detik, akral dingin TTV ( TD:
130/80 mmHg, Nadi: 92 x/m, Suhu: 36,60C, Pernafasan: 22 x/menit.
Perdarahan didefinisikan sebagai kehilangan akut dari volume
sirkulasi darah, menyebabkan penurunan pada venous return ke
54

jantung. Penurunan venous return akan menyebabkan penurunan


pengisian jantung dengan hasil penurunan pada volume akhir diastole.
Volume akhir diastole menentukan pemanjangan serabut otot jantung
saat akhir diastole, yang berkaitan dengan daya kontraktilitas otot
jantung (hukum Starling), hasil akhir adalah penurunan dari daya
kontraksi otot jantung yang menyebabkan volume sekuncup berkurang
dan menurunkan curah jantung yang jika dibiarkan bisa menyebabkan
kematian

c. Rencana Keperawatan
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan bedah Obgyn
kista ovarium adalah untuk penanganan lembut jaringan untuk
membatasi dan adhesi paca operasi dan rekontruksi anatomi ovarium
normal untuk membantu transfer ovum ke tuba falopi (Febri, 2017).
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan
diagnosa maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan
SDKI dan SIKI untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien intra operasi Kistektomi Laparatomi atas
indikasi kista ovarium yaitu :

No Diagnosa Intervensi Rasional


1. Resiko Perdarahan 1. Mengukur tanda dan gejala 1. Agar mengetahui terdapat
b.d Tindakan perdarahan tanda dan gejala perdarahan
Pembedahan atau tidak

2. Monitor TTV dan CRT 2. Untuk mengetahui keadaan


umum pasien

3. Gunakan ESU untuk 3. Untuk melakukan


koagulasi pembekuan darah pada saat
terjadi perdarahan pada
jaringan

4. Kolaborasi dalam 4. Agar pasien mendapatkan


pemberian terapi cairan input yang sesuai dengan
kebutuhan pasien saat
menjalani operasi

5. Kolaborasi dalam 5. Untuk membantu


pemberian obat pengontrol menghentikan kondisi
55

perdarahan kalnex 1 amp/IV perdarahan

Berdasarkan SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan untuk


diagnosa resiko hipotermi adalah sbb :
Intervensi :
Observasi :
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan.
2) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah.
3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4) Monitor koagulasi
Teraupetik :
1) Pertahankan bedrest selama perdarahan
2) Batasi tindakan invasif, jika perlu
3) Gunakan kasur pencegah dekubitus
4) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
1) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah konstipasi
4) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Berdasarkan intervensi diatas , tidak semua intervensi dilakukan
dikarenakan melihat kondisi pasien, keterbatasan waktu, dan adanya
prinsip steril pada ruang operasi sehingga hanya dilakukan intervensi
yang memungkinkan untuk dilakukan.

d. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun, penulis melakukan
implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang dibuat
berdasarkan kebutuhan Nn.B.
56

Implementasi yang telah dilakukan pada pasien intra operasi


Kistektomi atas indikasi kista ovarium dengan diagnosa resiko
perdarahan b.d tindakan pembedahan yaitu Memonitor tanda dan
gejala perdarahan, memonitor TTV dan CRT, menggunakan ESU
untuk koagulasi, berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan,
berkolaborasi dalam pemberian obat pengontrol prdarahan kalnex 1
amp/ IV Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang
direncanakan.

e. Evaluasi
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Nn.B
dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista ovarium
telah dilakukan implementasi dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui perkembangan pasien dan untuk mengetahui
seberapa besar keberhasilan layanan asuhan keperawatan yang telah
diberikan dan pada evaluasi menggunakan komponen SOAP. Kondisi
pasien setelah dilakukan implementasi dan evaluasi untuk diagnosis
resiko perdarahan b.d tindakan pembedahan yaitu Pasien tampak
mengalami perdarahan ±250 cc TTV (TD: 130/90 mmHg, Nadi: 104
x/menit, Suhu: 36,0 0C, Pernafasan: 22 x/menit, akral dingin, CRT
3detik, dilakukan penghentian perdarahan dengan ESU, pasien diberi
kalnex 1 amp/IV, infus 28 tts/menit.

3. Post Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
kulit dan status genitourinarius.(Muttaqin, 2009).
Data-data yang penulis temukan pada saat pengkajian post operasi
yaitu pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, pasien masih
57

dalam pengaruh anastesi, pasien tampak gelisah, skala VSA 6, TTV


(TD: 100/70 mmHg, Nadi: 86 x/m, Pernafasan : 20 x/m)

b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang diangkat pada post operasi adalah nyeri resiko
jatuh b.d kondisi pasca operasi yang didukung dengan data: pasien
mengeluh nyeri pada luka post operasi, pasien masih dalam pengaruh
anastesi, pasien tampak gelisah, skala VSA 6, TTV (TD: 100/70
mmHg, Nadi: 86 x/m, Pernafasan : 20 x/m).
Berdasrkan SDKI (2018) Gejala dan tanda mayor untuk diagnosis
resiko jatuh secara objektifnya adalah pasien tampak gelisah, pasien
belum sadar penuh dan faktor resiko untuk resiko jatuh yaitu :
1) Usia >65 tahun (pada dewasa) atau < 2tahun (pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Penurunan tingkat kesadaran
4) Kondisi pasca operasi
5) Efek agen farmakologis (mis, sedasi, alcohol, anestesi umum)

Berdasarkan penjelasan diatas maka terdapat banyak kesamaan


antara data yang diperoleh dengan teori yang ada pada SDKI ,
sehingga dapat ditegakkan diagnosis resiko jatuh berdasarkan data-data
tersebut .
Resiko jatuh merupakan suatu keadaan dimana pasien beresiko
untuk jatuh yang pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan
dan fisiologis yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu cidera
(Wilkinson, 2018). Berdasarkan teori keperawatan Faye G Abdellah,
tipologi masalah keperawatan di antaranya mencegah terjadi nya
kecelakaan, cidera, atau trauma lain. Teori ini sejalan dengan patient
safety, dimana perawat harus mampu memberi asuhan aman bagi
pasien.
Kejadian pasien jatuh dapat mengakibatkan cedera atau trauma
untuk itu perawat harus mampu memberikan perawatan yang dapat
58

mencegah terjadinya jatuh sehingga menciptakan rasa aman bagi


pasien (Dewi, Noprianty 2018).
Menurut NIH Senior and Health 2015 salah satu faktor risiko
pasien jatuh adalah pengaruh obat-obatan salah satunya obat-obatan
yang digunakan pada anastesi general pada kasus limfadenopati.
Centers For Disease Control and Prevention (2016) menggolongkan
faktor resiko jatuh kedalam dua kategori yaitu faktor instrinsik dan
faktor ekstrinsik. Pada pasien Ny.L termasuk kedalam faktor ekstrinsik
yaitu sedang dalam pengaruh obat anastesi.
Didukung oleh penelitian Ariastuti, Margawati, dan Hidayati
(2017) yamg berjudul Hubungan Antara Saran dan Prasarana dengan
pelaksanaan patient safety dikamar bedah RS Telogorejo Semarang
diperoleh hasil bahwa pasien lanjut usia dengan kondisi penyakit atau
pasca operasi berisiko jatuh karena memiliki hubungan dengan sarana
prasarana dikamar bedah RS Telogerejo

c. Rencana Keperawatan
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan
diagnosis maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan
SDKI dan SIKI untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien post operasi kistektomi laparatomi atas
indikasi kista ovarium yaitu :

Tabel 4.15 Diagnosa Post OPerasi


No Diagnosis Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Resiko jatuh b.d 1. Identifikasi 1. Meminimalisir
pengaruh karakteristik lingkungan
anastesi narkotik lingkungan yang yang dapat
dapat membuat
meningkatkan pasien jatuh
potensi untuk jatuh atau cidera
2. Kunci roda tempat 2. Untuk
tidur atau brankar meminimalisir
selama transfer terjadinya
pasien cidera
3. Ajarkan pasien 3. Agar pasien
bagaimana untuk tidak terjadi
meminimalkan cidera dan
59

cidera dapat
4. Pasang siderail meminimalisir
tempat tidur. jatuhnya
pasien
4. Untuk
meminimalisir
cidera

Berdasarkan SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan untuk diagnosis


resiko jatuh adalah sbb :

1. Resiko jatuh b.d kondisi pasca operasi


Intervensi :
Observasi :
1) Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis, kondisi fisik, fungsi
kognitif, dan riwayat perilaku)
2) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
3) Identifikasi riwayat dan indikasi penggunaan sedasi
4) Monitor tingkat kesadaran
5) Monitor efek samping obat – obatan

Teraupetik :

1) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis, fisik, biologi, dan


kimia), jika memungkinkan.
2) Gunakan perangkat pelindung (mis, pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
3) Berikan informed consent

Edukasi :

1) Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya


lingkungan.
Berdasarkan intervensi diatas , tidak semua intervensi dilakukan
dikarenakan melihat kondisi dan adanya keterbatasan waktu , sehingga
hanya dilakukan intervensi yang memungkinkan untuk dilakukan

d. Implementasi
60

Implementasi yang telah dilakukan pada pasien post operasi kistektomi


laparatomi atas indikasi kista ovarium dengan diagnosis resiko jatuh
b.d kondisi pasca operasi yaitu Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh, mengunci
roda tempat tidur atau brankar selama transfer pasien, mengajarkan
pasien bagaimana untuk meminimalkan cidera, memasang siderail
tempat tidur.
Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh
lebih penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan.Perilaku perawat
dengan kemampuan perawat sangat berperan penting dalam
pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa,
kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan
kemampuan yang tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan
pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan
cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC)
atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya
pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku.
Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang
mengutamakan keselamatan pasien.(Sanjaya, 2017).

e. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien post operasi kistektomi
laparatomi adalah kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh sistem
secara normal, tidak terjadi cedera, tidak terjadi komplikasi pasca
bedah, dapat beristirahat, memperoleh rasa nyaman dan hilangnya rasa
cemas. (Muttaqin,2009)
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Nn. B
dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista ovarium
diruang operasi RS Mardi Waluyo kota metro telah dilakukan
implementasi dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pasien dan untuk mengetahui seberapa besar
keberhasilan layanan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan
pada evaluasi menggunakan komponen SOAP. Kondisi pasien setelah
61

dilakukan implementasi dan evaluasi untuk diagnosis resiko jatuh


yaitu pasien tampak gelisah, pasien dalam posisi supine, terpasang
siderail dan roda tempat tidur terkunci, skala nyeri 6, pasien masih
dalam pengaruh anastesi, TTV (TD : 100/70, N : 76x/m, S : 35,9ºC,
pernafasan : 20x/m),

D. Keterbatasan
Pada saat melakukan asuhan keperawatan perioperatif, ada beberapa
keterbatasan yang mempengaruhi kondisi dari tindakan asuhan keperawatan
yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sampel dalam tindakan asuhan keperawatan perioperatif membutuhkan
pembatasan yang ketat berupa kriteria inklusi dan eksklusi pada
responden sehingga sebagian populasi tidak dapat dijadikan sampel.
2. Tidak semua intervensi dalam teori (SIKI 2018) dilakukan, dikarenakan
melihat kondisi dan adanya keterbatasan waktu, sehingga hanya dilakukan
intervensi yang memungkinkan dilakukan.
62

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam kasus ini pengkajian yang didapatkan saat pre operasi adalah
Pasien mengatakan nyeri pada abdomen, nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan terasa terus-menerus, nyeri bertambah jika dipegang.
Dengan skala nyeri 7. Selain data subjektif, adapun data objektif yang
mendukung yaitu: pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien
tampak melindungi area nyeri, dan TTV ( TD : 130/70 mmHg, Nadi: 89
x/m, Suhu: 36,7 0C, Pernafasan: 22 x/m).
2. Diagnosa yang muncul saat pre operasi adalah nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis, intra operasi resiko perdarahan b.d tindakan
pembedahan, dan post operasi resiko jatuh b.d kondisi pasca operasi
3. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa kecemasan pre operasi adalah
kaji skala nyeri, monitor TTV, beri pasien posisi nyaman, kolaborasi
dalam pemberian analgetik, sedangkan untuk diagnose nyeri akut
intervensinya adalah monitor TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
dan beri posisi nyaman. Untuk diagnosa intra operasi resiko perdarahan
63

intervensi yang dilakukan monitor tanda dan gejala perdarahan, monitor


TTV dan CRT, gunakan ESU untuk koagulasi, kolaborasi dalam
pemberian terapi cairan, kolaborasi dalam pemberian obat pengontrol
perdarahan dan untuk diagnosa post operasi resiko jatuh intervensi yang
dilakukan Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan
potensi untuk jatuh, Kunci roda tempat tidur atau brankar selama transfer
pasien, Ajarkan pasien bagaimana untuk meminimalkan cidera, Pasang
siderail tempat tidur.
4. Implementasi tindakan dilaksanakan secara observasi, monitor, edukasi
dan kolaborasi sehingga tujuan rencana tindakan tercapai dan
dilaksanakan sesuai rencana.
5. Evaluasi dari setiap diagnosa yang muncul untuk pre operasi dengan nyeri
akut, masalah belum teratasi karena nyeri yang dirasakan oleh pasien
belum hilang, pada tahap intra operasi, resiko perdarahan tidak terjadi
karena balance cairan + 490 63
cc, dan pada diagnosa post operasi untuk
resiko jatuh tidak terjadi.

B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan dan memfasilitasi kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif baik
saat pre operasi, intra operasi, maupun post operasi .
2. Bagi perawat
Diharapkan dapat melakukan prosedur asuhan keperawatan sesuai dengan
standar yang berlaku sesuai dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, pembuatan intervensi keperawatan, pelaksanaan
implementasi dan evaluasi baik saat pre operasi, intra operasi, maupun
post operasi.
3. Bagi Institusi Poltekkes Tanjungkarang
Diharapkan agar mempertahankan mutu pembelajaran yang bermutu
tinggi terutama dalam bidang keperawatan perioperatif, dan diharapkan
hasil laporan tugas akhir ini dapat memperkaya literatur perpustakaan.
64

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2010). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC


Ariastuti, N. L. (2007). Hubungan Antara Sarana dan Prasarana dengan
Pelaksanaan Patient Safety Dikamar Bedah RS Telogorejo Semarang , 126.
Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC
C, B. R., & Taylor. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Salemba Medika.
Dzahiruddin, dkk. (2012). Laporan Kasus Kista Ovarium Laboratorium obstetri
ginekologi Rumah Sakit Umum DR. Saiful Anwar Malang.
Kozier, B. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Laelati. (2017). Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny.S Umur 29
tahun dengan Kista Ovarium di Ruang Ginekologi RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Kota Semarang.
Lika, & Tania. (2015). Anastesi Spinal. Jurnal Kedokteran
Moh Anwar, dkk (2017). Ilmu Kandungan Ed. 3, Cet 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
sarwono Prawirohardjo
Muttaqin. (2009). Asuhan Keperawatan perioperatif konsep, proses, dan
aplikasi . Jakarta: Salemba Medika.
65

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rinaka Cipta.


Nurmansyah, dkk. (2019). Sebuah Laporan Kasus: Kista Ovarium Vol.3 No.3.
Jurnal Medical Profession
Nurarif, S. A., & Kusuma, S. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medikal.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Of Nursing Fundamental


Keperawatan. Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
SDKI PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Intervensi Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Shiyamika, D. (2014). Asuhan Keperawatan pada Nn.F dengan post Operasi
Kistektomi Laparatomi oleh karna Kista Coklat di Ruang Anggrek RSUD
Banyumas.
Rismawan, wawan. (2017). Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD
dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah.
Jakarta: EGC. .
Stuart, & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Utami, S. (2016) Efektifitas relaksasi Nafas Dalam dan Distraksi Dengan Latihan
5 jari Terhadap Nyeri Post Laparatomi.
Yuyuk, E. (2015). Asuhan keperawatan pada Ny. S Dengan Diagnosis Medis
Kista Ovarium Pre & Post Laparatomi di Ruang E 2 Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
66
67

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JL. SOEKARNO HATTA NO. 1 HAJIMENA BANDAR LAMPUNG TELP. (O721) 703580 FAX. (O721) 703580

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat


asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada
Pasien Kista Ovarium dengan Tindakan Kistektomi Laparatomi diRuang
Operasi Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota Metro Tahun 2020”
Saya menyatakan bersedia diikutsertakan dalam asuhan ini. Saya yakin apa yang
saya sampaikan ini dijamin kebenarannya.

Metro, 17Februari 2020


Penyusun Responden

(MEYLANI ANITA PUTRI) (.…………………….)


NIM. 1514301021
68

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

I. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : No. RM :
Umur : Tgl. MRS :
Jenis Kelamin : Diagnosa :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Gol. Darah :
Alamat :

Tanggungan :

A. RIWAYAT PRAOPERATIF
1. Pasien mulai dirawat tgl : pkl : .................
Ruang : ………………………..
2. Ringkasan hasil anamnese preoperatif :
...........................................................................................................................................
.
3. Hasil pemeriksaan fisik
a. Tanda- tanda vital, Tgl : …..............................Jam :................
Kesadaran : ...................... GCS : .................... Orientasi : ..........................
Suhu : ……………… Tensi : ……………… Nadi : ………………. RR :
…………………….
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala & Leher :
Thorax (jantung & paru) :
Abdomen :
Ekstremitas (atas dan bawah) :
Genetalia & Rectun :
Pemeriksaan lain (spesifik) :
Pemeriksaan Penunjang :
a. ECG Tgl: .........................................Jam :........................
69

Hasil :...................................................
c. X- Ray Tgl :…………….. Jam : …………….
Hasil :.......................................................
d.Hasil laboratorium, Tgl :....................................... Jam :
Hasil
e. Pemeriksaan lain:
Hasil :………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………..
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

3. Prosedur khusus sebelum pembedahan


N Prosedur Ya Tdk Waktu Keterangan
o
1 Tindakan persiapan psikologis pasien
2 Lembar informed consent
3 Puasa
4 Pembersihan kulit (pencukuran rambut)

5 Pembersihan saluran pencernaan (lavement /


Obat pencahar)
6 Pengosongan kandung kemih
7 Transfusi darah
8 Terapi cairan infuse
9 Penyimpanan perhiasan, asesoris, kacamata,
anggota tubuh palsu
10 Memakai baju khusus operasi

5. Pemberian obat-obatan :
a. Obat Premedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
Tgl / jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
70

b. Obat pra-pembedahan (diberikan 1 – 2 jam sebelum pembedahan)


Tgl / jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

6. Pasien dikirim ke ruang operasi:


Tgl: ..................... Jam :....................... -------Sadar .............Tidak
sadar
Ket:
………………………………………………………………………………………............
..................................
B. INTRAOPERATIF
1. Tanda- tanda vital, Tgl :.....................................Jam :...........................
Suhu : Tensi : Nadi : RR :
2. Posisi pasien di meja operasi
_____Dorsal recumbent
_____Trendelennburg
_____Litotomi
______Latera
Lain – lain :______________________________________________________
3. Jenis operasi :___________Mayor _________Minor
Nama operasi :.................................................................................
Area / bagian tubuh yang dibedah :.................................................
4. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
Dokter anestesi :…………………………...,asisten :……………………………...........
Dokter bedah :…………………………...,asisten :…………………………………...
Perawat Instrumentator :
Perawat Sirkuler :
SURGICAL PATIENT SAFETY CHEKLIST
SIGN IN TIME OUT SIGN OUT
Pasien telah dikonfirmasi : ( ) setiap anggota tim operasi Melakukan pengecekan
memperkenalkan diri dan :
( ) Identitas pasien
71

( ) prosedur peran masing-masing. ( ) Prosedur sdh


( ) sisi operasi sudah benar ( ) Tim operasi memastikan dicatat
( ) persetujuan untuk operasi bahwa semua orang di ( ) kelengkapan spons
telah diberikan ruang ( ) penghitungan
operasi saling kenal. instrumen
( ) sisi yang akan dioperasi telah Sebelum melakukan sayatan ( )  pemberian label
pertama pada kulit  : pada spesimen
ditandai
( ) tim mengkonfirmasi dengan ( ) kerusakan alat atau
( ) Ceklist keamanan anestesi masalah lain
telah dilengkapi suara yang keras mereka
melakukan : yang perlu
( ) oksimeter pulse pada pasien : ditangani.
berfungsi ( ) operasi yang benar
( ) Tim bedah
Apakah pasien memiliki alergi ? ( ) pada pasien yang benar. membuat
( ) Ya ( )
antibiotik profilaksis telah
( ) Tidak perencanaan   post  ope
diberikan dalam 60 rasi  
Apakah risiko kesulitan jalan
menit sebelumnya. sebelum
nafas / aspirasi ?
memindahkan pasien
( ) Tidak
dari kamar operasi 
( ) Ya, telah disiapkan peralatan

Risiko kehilangan darah > 500 ml


pada orang dewasa atau > 7
ml/kg BB pada anak-anak
( ) Tidak
( ) Ya, peralatan akses cairan
telah direncanakan

5. Pemberian obat anestesi Lokal General

Tgl / jam Nama Obat Dosis Rute

6. Tahap – tahap / kronologis pembedahan :


…………………………………………………………………………………………
………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………
7. Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan
Pemberian oksigen
Pemberian suction
Resusitasi jantung
72

Pemasangan drain
Pemasangan intubasi
Transfusi darah
Lain-lain:
………………………………………………………………………..............................
8. Pembedahan berlangsung selama ……………… jam
9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih berada di ruang operasi)
C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke :
Pindah ke PACU/ICU/PICU/NICU, jam___________Wi
2. Keluhan saat di RR/PACU
: ................................................................................
3. Air
Way : ......................................................................................................................
4. Breathing : ................................................................................................................
....
5. Sirkulasi : .................................................................................................................
.....
6. Observasi RR
Steward Scor Aldrete Scor Bromage Score
ALDRETE SCORING ( DEWASA )
NO KRITERIA SCORE SCORE
1. WarnaKulit
- Kemerahan / normal 2 2
- Pucat 1
- Cianosis 0
2. AktifitasMotorik
- Gerak 4 anggotatubuh 2 2
- Gerak 2 anggotatubuh 1
- Tidakadagerakan 0
3. Pernafasan
- Nafasdalam, batukdantangiskuat 2 2
- Nafasdangkaldanadekuat 1
- Apnea ataunafastidakadekuat 0
4. TekananDarah
- ± 20 mmHg dari pre operasi 2 2
- 20 – 50 mmHg dari pre operasi 1
73

- + 50 mmHg dari pre operasi 0


5. Kesadaran
- Sadar penuh mudah dipanggil 2 1
- Bangun jika dipanggil 1
- Tidak ada respon 0
KETERANGAN
 Pasien dapat dipindah kebangsal, jika score minimal 8
 Pasien dipindahke ICU, jika score < 8 setelah dirawat selama 2 jam
BROMAGE SCORE
NO KRITERIA SCORE SCORE
1. Dapat mengangkat tungkai bawah 0 0
Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat
2. mengangkat kaki 1

Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi


3. 2
masih dapat mengangkat lutut

4. Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali

KETERANGAN
 Pasien dapat di pindah kebangsal, jika score kurang dari 2
STEWARD SCORE UNTUK PASCA ANASTHESI ANAK
NO TANDA KRITERIA SCORE
1. KESADARAN - Bangun 1
- Respon terhadap rangsang 2
- Tidak ada respon 3
2. PERNAFASAN - Batuk / menangis 1
- Pertahankan jalan nafas 2
- Perlu bantuan nafas 3
3. MOTORIK - Gerak bertujuan 1
- Gerak tanpa tujuan 2
- Tidak bergerak 3

KETERANGAN
 Score ≥ 5 boleh keluar dari RR
7. Keadaan Umum : __Baik __Sedang __ Sakit berat
8. TTV :Suhu ....... , Nadi.........x/mnt, Rr.........x/mnt,
TD.............mmHg,
Sat O2 : ............%
74

9. Kesadaran : ___CM ____Apatis ____Somnolen ___ Soporous


____Coma

10. Balance cairan


Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)
□ Oral □ Urine
□ Enteral □ Muntah
□ Parenteral □ Drain
□ … □ IWL
□ …
Jumlah Jumlah

Pengobatan
Catatan penting lain
11. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal Jika tidak normal, jelaskan
YA TIDA
K
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

I. ANALISA DATA

Data Subyektif & Obyektif Masalah Etiologi


Keperawatan
Pre Operasi
75

Intra Operasi

Post Opersi (di RR/PACU)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pre operasi :
Intra Operasi :
Post Operasi
76

III. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1

JADWAL PELAKSANAAN

No Kegiatan Februari April Mei


1 Pelaksanaan Penelitian
2 Penyusunan Laporan Penelitian
3 Seminar Hasil penelitian
2
1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
NAMA : MEYLANI ANITA PUTRI
NIM : 1914901021
JUDUL LAPORAN : ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADAPASIEN KISTA OVARIUM DENGAN
TINDAKAN KISTEKTOMI DI RUANG OPERASI RS
MARDI WALUYO KOTA METRO TAHUN 2020
PEMBIMBING 1 : Ns. TITI ASTUTI, S.Kep,M.Kep,Sp.Mat
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
30/03/2020 Konsultasi judul
Acc judul, lanjut BAB 1-BAB 5
26/04/2020 Bab 1 Perbaiki latar belakang penekanan
pada fenomena
Perbaiki tujuan khusus
268/04/2020 Bab 2 tinjauan teori penyakit fokuskan ke
kista ovarium, tambahkan penelitian terkait
Bab 4 pembahasan tambahkan pendapat
sendiri selama penelitian.
02/05/2020 Perbaiki jurnal terkalit dengan kasus
Perbaiki pembahasan
Lengkapi Lta
05/05/2020 Acc sidang laporan tugas akhir

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
LEMBAR CATATAN KONSULTASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
2

NAMA : MEYLANI ANITA PUTRI


NIM : 1914901021
JUDUL LAPORAN : ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADAPASIEN KISTA OVARIUM DENGAN
TINDAKAN KISTEKTOMI DI RUANG OPERASI RS
MARDI WALUYO KOTA METRO TAHUN 2020
PEMBIMBING 2 : Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
30/03/2020 Konsultasi judul

31/03/2020 Acc judul, lanjut BAB 1-BAB 5

30/04/2020 Bab 1 Perbaiki penulisan rumusan masalah


dan tujuan.
Bab 2 Dalam penulisan karya ilmiah tidak
ada simbol maka ubah menjadi numbering,
masukkan sumber gambar.
Bab 3 Konsentrasikan paragraf dan
perhatikan rata kanan dan kiri, perjelas
teknik pengumpulan data dan sumber data.
Bab 4 tambahkan pemeriksaan abdomen,
lengkapi pembahasan.
01/05/2020 Bab 4 Hilangkan gambaran rumah sakit yang
tidak sesuai dengan LTA
Perbaiki penulisan, dan paragraf
Masukkan abstrak
Lengkapi Lta
03/05/2020 Perbaiki penulisan, dan paragraf
Masukkan abstrak
04/05/2020 Acc sidang laporan tugas akhir

Anda mungkin juga menyukai