Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners
ABSTRAK
iii
iv
ABSTRACT
Ovarian cysts are enlarged lumps, like a balloon filled with fluid that
grows in the ovaries. These cysts are also called functional cysts because they
form during the normal menstrual cycle or after the eggs are released during
ovulation. Ovarian cysts that are malignant are also called ovarian cancer. Ovarian
cancer is a silent killer, because indeed often patients do not feel anything, even
when complaints occur usually are advanced. The purpose of this study was to
conduct perioperative nursing care in the operating room at Metro City Mardi
Waluyo Hospital on February 17, 2020. This study used 1 client with an ovarian
cyst medical diagnosis and data collection techniques through interviews,
observation, and physical examination, as well as nursing care from pre-operative
to post-operative. The results of this study are that there is success in providing
nursing care to subjects.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Akhir Profesi Ners ini. Penulisan
laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Ners. Saya menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Laporan akhir profesi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto., SKM., MKes, selaku Direktur Poltekkes Tanjungkarang
Kemenkes RI
2. Gustop Amatiria., SKp., MKep., Sp.KMB selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Tanjungkarang Kemenks RI
3. Drg. Budiono MARS selaku Direktur RS Mardi Waluyo Kota Metro.
4. Ns. Titi Astuti, S.Kep,M.Kep,Sp.Mat selaku dosen pembimbing utama yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ns. Efa Trisna, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis
v
vi
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
vi
vii
LEMBAR PERSETUJUAN
Penulis
MEYLANI ANITA PUTRI/1914901021
Telah diperiksa, disetujui dan untuk dipertahankan dalam sidang laporan akhir di
Program Studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan TanjungKarang Tahun
Akademik 2019/2020.
Pembimbing II
vii
viii
HALAMAN PENGESAHAN
Penulis
MEYLANI ANITA PUTRI/ NIM: 1914901021
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Akademik 2019/2020
sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan profesi Ners.
Tim Penguji
Moderator
viii
ix
ix
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
1. Tujuan Umum..................................................................................3
2. Tujuan Khusus.................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3
E. Ruang Lingkup......................................................................................4
D. Pengumpulan Data..............................................................................28
E. Sumber Data.......................................................................................30
F. Penyajian Data....................................................................................31
G. Prinsip Etik.........................................................................................32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................66
B. Saran...................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
xiii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium
yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer
atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari
bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat
kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista
fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah
telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut
juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-
diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun
terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Benson, R. & Pernoll, M. L., 2008).
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014,
sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita
akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian
kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per
100.000, 2 2 kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan
(7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di
Asia dan Afrika (WHO,2010). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia
belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang
baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan kira-kira 30 pasien
setiap tahun.
Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto
Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien kista
endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya
adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009
1
2
terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal
dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga
(Nasdaldy, 2009). Hasil laporan di Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota Metro
tercatat sejak tiga bulan terakhir untuk kasus obgyn sejak bulan Desember
2019 sampai dengan Februari 2020.
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen,
sulit buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan
menstruasi. Adanya gangguan menstruasi ini menyebabkan masyarakat
berpendapat bahwa wanita 3 3 yang mengalami kista ovarium akan
mengalami kemandulan (infertilitas). Hal ini dapat menimbulkan kecemasan
pada pasiennya. Hasil penelitian Arsianti (2007) tentang kecemasan pasien
kista ovarium yang belum memiliki keturunan mengidentifikasi skala
kecemasan pasien kista ovarium bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi.
Wanita dengan kista ovarium yang memiliki kecemasan rendah sebanyak
6,7%, kecemasan sedang 40%, dan kecemasan tinggi 36,7%. Hal ini
menunjukkan subyek penelitian memiliki skor kecemasan yang tergolong
sedang ke tinggi. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien
dengan kista ovarium adalah dengan pemberian obat hormonal dan
pembedahan. Pada pasien paska pembedahan kista ovarium akan mengalami
masalah yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan
diri serta sebagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran
perawat diperlukan untuk mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan
mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres hangat
dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik nafas dalam untuk
membantu mengurangi rasa nyeri, membantu perawatan luka post operasi
dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu
memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan
mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan
tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan
keperawatan pada Pasien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara
optimal.
3
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif pasien dengan diagnosa
kista ovarium dengan tindakan operasi Kistektomi Laparatomi DiRuang
Operasi RS Mardi Waluyo Kota Metro tahun 2020?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang bagaimana “Asuhan Keperawatan
Perioperatif pasien dengan diagnosa kista ovarium dengan tindakan
operasi Kistektomi Laparatomi diRuang Operasi RS Mardi Waluyo Kota
Metro tahun 2020”.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan keperawatan (Pengkajian sampai evaluasi) pre
operasi dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi Kista
Ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo Tahun 2020
b. Melakukan asuhan keperawatan (Pengkajian sampai evaluasi) intra
operasi dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi Kista
Ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo Tahun 2020
c. Melakukan asuhan keperawatan (Pengkajian sampai evaluasi) post
operasi dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi Kista
Ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo Tahun 2020
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan tugas akhir ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan
referensi bagi bidang keilmuan keperawatan dalam melakukan proses
4
2. Manfaat Aplikatif
Laporan tugas akhir profesi ini dapat digunakan oleh praktisi
keperawatan untuk bahan masukan dan evaluasi dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan perioperatif khususnya pada pasien kista
ovarium dengan tindakan operasi laparatomi.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini pada pasien kista ovarium dengan
tindakan operasi kistektomi laparatomi pada area keperawatan perioperatif
yang meliputi pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan, implementasi dan
evalusai dalam pre, intra, dan post operasi dengan spesifikasi asuhan
keperawatan perioperatif dengan pasien kista ovarium dengan tindakan
operasi kistektomi laparatomi diruang operasi RS Mardi Waluyo Kota Metro
yang dilakukan pada tanggal 17 Februari 2020.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa (SDKI, 2018) yang sering muncul pada pre operasi adalah :
a. Ansietas b.d Krisis Situasional
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpaprnya informasi
Diagnosa yang sering muncul pada intra operasi adalah:
a. Risiko perdarahan b.d tindakan pembedahan
b. Risiko hipotermi b.d suhu lingkungan rendah
Diagnosa yan gsering muncul pada post operasi:
a. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
b. Risiko hipotermi perioperatif b.d terpapar suhu lingkungan rendah
c. Risiko Jatuh b.d efek agen farmakologis
3. Rencana Intervensi
a. Pre Operasi
Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan 3 diagnosa diatas adalah :
1) Ansietas b.d Krisis Situasional
Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal : kondisi,
waktu, stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
9
b. Intra Operasi
Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
1) Risiko jatuh b.d tindakan pembedahan
Intervensi :
Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
4. Monitor koagulasi
Teraupetik :
1. Pertahankan bedrest selama perdarahan
2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah
konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
12
c. Post Operasi
Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
1) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik
Intervensi :
Observasi :
1. Monitor efek samping penggunaan analgetik
13
saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar ( Susanti, 2017).
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa
udara, nanah, dan cairan kental.
2. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon
pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014 dalam
Nurmansyah, 2019). Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya
penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi
bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran
gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista. Faktor makanan: lemak
berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak
tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan
meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik. Menurut
Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin
terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang
disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi
akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan
radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau
progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko
terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat
menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
16
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila
jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh
dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran
darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat
berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak
sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak
sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan
menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker,
peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu
gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi
alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan
penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel
darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam
peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya
kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula
terkena penyakit kista. Namun, baik sosial ekonomi rendah atau
tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila
setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena
apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal
17
yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan
lain-lain.
3. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
a. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila
tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga
perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta
dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
2) Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini
menimbulkan rasa sakit.
3) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
18
4. Pathway
Etiologi :
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Gangguan reproduksi
Konservatif :
Observasi 1-2 bulan Laparatomi Laparoskopi
Keluhan tetap :
Ovarian Salpingo-
Aktivitas hormon
cystectomy oophorectomy
Discomfort
6. Manifestasi Klinik
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang
menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit
tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan
ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting
untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk
mengetahui gejala mana yang serius. (Wiknjosastro , 2007 dalam
Dzahiruddin, 2012)
Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista
ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung.
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
c. Haid tak teratur.
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.
e. Nyeri senggama.
f. Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada
saat hamil.
7. Pemeriksaan penunjang/tambahan
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang
dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih
lengkap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovari
antara lain:
a. Laparaskopi: Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor
tersebut berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor
tersebut termasuk jinak atau ganas.
b. Ultrasonografi (USG): Menentukan letak, batas, dan permukaan
tumor melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari
24
ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau
solid.
c. Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian
dada terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam
tumor.
d. Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125
adalah suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel
tumor khususnya pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi
oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan.
D. Jurnal Terkait
1. Berdasarkan Penelitian Shiyamika 2014 yang berjudul Asuhan
keperawatan pada Nn. F dengan post operasi Kistektomi Laparatomi oleh
karna kista coklat di Ruang Anggrek RSUD Banyumas. Didapati bahwa
diagnosa keperawatan nyeri akut dengan agen injury fisik belum teratasi.
2. Berdasarkan Jurnal penelitian yang dilakukan Nurmansyah, dkk 2019
yang berjudul sebuah laporan kasus: kista ovarium. Didapati bahwa Kista
27
ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista
coklat atau kista lutein
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sri Utami 2016 yang berjudul
efektifitas relaksasi nafas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari
terhadap nyeri post op laparatomi. Didapati hasil bahwa terapi relaksasi
napas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari dapat menurunkan
intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi.
28
BAB III
METODE
A. Fokus Asuhan
Pada laporan akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk membantu pasien mengatasi masalah pada
area pre, intra dan post operasi. Konsep asuhan keperawatan yang digunakan
penulis adalah asuhan keperawatan perioperatif pada pasien kista ovarium
dengan tindakan kistektomi laparotomi.
B. Subjek Asuhan
Subyek asuhan keperawatan ini berfokus kepada pasien kista ovarium
yang menjalani pembedahan kistektomi laparotomi diRuang OK RS Mardi
Waluyo Kota Metro, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Klien dengan diagnosis medis kista ovarium
b. Klien dengan tindakan pembedahan kistektomi laparotomi
c. Klien berada diRuang OK RS Mardi Waluyo Kota Metro
d. Bersedia untuk di jadikan objek asuhan keperawatan dengan
menandatangani lembar persetujuan Informed Concent
2. Kriteria Eksklusi
Klien yang tidak bersedia menjadi responden
D. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk menyusun laporan tugas akhir (LTA) ini
adalah lembar format asuhan keperawatan perioperatif yang meliputi
proses pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan
28
29
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik normal dan
abnormal suatu penyakit dan pada penelitian ini peneliti melakukan
pemeriksaan fisik pada daerah abdomen, dengan menggunakan metode atau
teknik P.E (Physical Examination) yang terdiri atas:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra
penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai alat untuk
mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada awal berinteraksi
dengan klien dan diteruskan pada pemeriksaan selanjutnya. Fokus
inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna
kulit, bentuk tubuh, serta posisi dan kesimetrisan tubuh. Pada
proses inspeksi perawat harus membandingkan bagian tubuh yang
30
E. Sumber Data
Dalam buku konsep dasar keperawatan, Budiono dan Sumirah (2016)
menyatakan ada beberapa sumber data dalam penyusunan laporan tugas akhir
(LTA) yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari pemeriksaan
pasien berupa keluhan utama pasien, dan riwayat penyakit sekarang. Bila klien
dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara atau pendengaran, klien
masih bayi, atau karena beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data
subyektif secara langsung, perawat dapat menggunakan data obyektif untuk
menegakkan diagnosis keperawatan. Namun, bila diperlukan klarifikasi data
subyektif, hendaknya perawat melakukan anamnesis pada keluarga.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien, yaitu orang
terdekat, orang tua, suami atau istri, anak, dan teman klien. mengenai riwayat
menstruasi pasien dan penyakit pasien
3. Sumber data lainya
31
F. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada
umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk teks
(textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk grafik.
Penyajian secara textular biasanya digunakan untuk penelitian atau data
kualitatif yang berbentuk kalimat, penyajian dengan tabel digunakan untuk
data yang sudah diklasifikasikan dan ditabulasi serta tersusun dalam kolom
atau jajaran. Tetapi apabila data akan diperlihatkan atau dibandingkan secara
kuantitatif, maka lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Meskipun
demikian pada praktiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai secara bersama
sama, karena memang saling melengkapi. Dalam laporan tugas akhir ini
penulis akan menyajikan data dalam bentuk textular dan tabel. Textular
digunakan untuk data hasil pengkajian dan tabel digunakan untuk rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi dari dua klien yang dilakukan
asuhan keperawatan.
G. Prinsip Etik
Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat asuhan
keperawatan fokus tindakan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan
dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau
keluarga dan masyarakat. Menurut Potter Perry (2009), prinsip etik yang
digunakana antara lain:
32
1. Autonomy (Otonomi)
Autonomy berarti komitmen terhadap klien dalam mengambil keputusan
tentang semua aspek pelayanan. Autonomy merupakan hak seseorang
untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri meskipun masih terdapat
berbagai keterbatasan, terutama yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi, latar belakang individu, campur tangan hukum dan tenaga
kesehatan profesional yang menentukan ada.
2. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience adalah tindakan positif untuk membantu orang lain.
Melakukan niat baik mendorong keinginan untuk melakukan kebaikan
bagi orang lain. Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menggunakan prinsip ini karena semua klien harus kita perlakukan
dengan baik.
3. Non-maleficience (Tidak mencederai)
Maleficence merujuk pada tindakan yang melukai atau berbahaya. Oleh
karena itu, non-maleficence berarti tidak mencederai atau merugikan
orang lain. Dalam pelayanan kesehatan praktik etik tidak hanya
melibatkan untuk melakukan kebaikan, tetapi juga janji untuk tidak
mencederai.
4. Justice (Keadilan)
Keadilan merujuk pada kejujuran. Penyelenggaraan layanan kesehatan
setuju untuk berusaha bersikap adil dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan.
5. Fidelity (Kesetiaan)
Kesetiaan adalah persetujuan untuk menepati janji. Janji setia mendukung
rasa tidak ingin meninggalkan klien, meskipun saat klien tidak menyetujui
keputusan yang telah dibuat. Standar kesetiaan termasuk kewajiban
mengikuti pelayanan yang ditawarkan kepada klien.
6. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjelaskan
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Asuhan Keperawatan
1. Tinjauan Kasus (Pengkajian)
Identitas Pasien
Nama : Nn.B
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : SPG
Pendidikan : SMA
Gol.Darah : B+
Alamat : Rumbia, Lampung Tengah
Tanggunagn : BPJS
No.RM : 00-31-68-59
Tgl Masuk Rs : 17 Februari 2020
Diagnosa : Kista Ovarium
2. Riwayat Praoperatif
a. Pasien mulai dirawat tgl : 17 Februari 2020 Diruang: IGD
34
35
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Dan Leher :
a) INSPEKSI
Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada jejas,
warna sama dengan warna kulit lain, distribusi rambut
merata, mukosa mulut lembab, tidak ada caries gigi.
b) PALPASI
Tidak ada nyeri tekan pada mata dan, mulut, terdapat nyeri
tekan di area hidung, Tidak ada nyeri tekan pada telinga,
tidak ada distensi vena jugularis dan tidak ada pembesaran
tiroid, tidak terdapat kerontokan pada rambut.
2) Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
a) INSPEKSI
36
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Ket :
Pasien megatakan nyeri abdomen nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu dan bertambah sejak 3 hari lalu nyeri yang dirasa seperti tertusuk-
tusuk, skala nyeri 7.
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 92 x/m
Suhu : 36,3 0C
Pernafasan : 22 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi : Supine
c. Jenis operasi : Mayor
Nama operasi : Kistektomi Laparatomi
Area/bagian tubuh yang dibedah : Abdomen dengan jenis insisi
Midline
d. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
e) Dokter anastesi : dr. Susana., Sp.An
f) Asisten dokter anastesi : Mariyo., Amd.Kep
g) Dokter bedah : dr. Paran Sp.B
h) Asisten bedah 1 : Maria Sri Lestari., AMK
i) Asisten bedah 2 : Meylani anita putri., S.Tr.Kep
j) Perawat instrumentator : I Putu Endra Setiyawan., Amd.Kep
k) Perawat sirkuler : Agung Pribadi., Amd.Kep
Tidak memindahka
Ya, peralatan akses cairan n pasien dari
telah direncanakan kamar
operasi.
3) Pemasangan drain
4) Lain-lain :
Pasien mengalami perdarahan intraopersi kurang lebih 250 cc
Pasien terpasang infus RL 28 tpm
h. Pembedahan berlangsung selama 45 menit
i. Komplikasi dini setelah pembedahan ( saat pasien masih berada
diruang operasi) : Tidak terdapat komplikasi saat pembedahan
4. Post Operasi
a. Pasien dipindahkan keruang PACU/RR pukul 14.55 WIB
b. Keluhan saat di RR/PACU : Pasien mengatakan terasa dingin
c. Airway : Tidak ada masalah pada jalan nafas
d. Breathing : Pasien terpasang O2 nasal kanul 3
l/m SPO2 : 98%
e. Sirkulasi : pasien terpasang infus RL 26 tts/m,
CRT 3 detik, akral teraba dingin, TD: 100/70 mmHg, N: 86x/menit,
suhu : 35,60C
f. Observasi Recovery Room :
j. Balance Cairan
Tabel 4.6 Balance Cairan
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml
(cc)
o Oral o Urine 250 cc
o Enteral o Muntah
o Parenteral 1000 cc o Iwl 10 cc
o ..... o Perdarahan 250 cc
Jumlah 1000 cc 510 cc
Balance Cairan : 490 cc
Pengobatan : RL 500 cc
Diit Tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Keterangan:
43
pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti tersayat-
sayat dengan skala nyari 6, pasien tampak gelisah, tampak meringis
menahan sakit dan tampak melindungi area nyeri.
5. Analisis Data
7. Rencana Keperawatan
8. Catatan Perkembangan
No Implementasi Evaluasi
1. Pre Operasi S:
1. Mengidentifikasi lokasi, durasi, 1. Pasien mengatakan masih terasa
karakterikstik, frekuensi, kualitas, nyeri namun sedikit berkurang
instensitas nyeri 2. Skala nyeri 6
2. Mengidentifikasi respon nyeri O:
secaranon verbal 1. TTV:
3. Mengidentifikasi skala nyeri TD : 130/80 mmHg
4. Mengajarkan teknik non farmakologi Nadi : 92 x/m
(relaksasi napas) Suhu : 36,6 0C
5. Memberikan posisi yang nyaman Pernafasan : 22 x/m
2. Pasien masih terlihat meringis
3. Pasien terlihat melakukan teknik
relaksasi nafas dalam.
A : Nyeri Akut
P:
1. Monitor TTV
2. Anjurkan pasien melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
2. 1. Mengukur tanda dan gejala S :-
perdarahan O:
2. Memonitor TTV dan CRT 1. Pasien tampak mengalami perarahan
3. Menggunakan ESU untuk koagulasi ±250 cc
4. Berkolaborasi dalam pemberian
terapi cairan 2. Pasien terpasang infus RL 28 tt/m
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat 3. TTV:
pengontrol prdarahan kalnex 1 amp/ TD : 130/90 mmHg
IV Nadi : 104 x/m
Suhu : 36,0 0C
Pernafasan : 22 x/m
4. Akral teraba dingin
5. CRT 3 detik
6. Pasien diberi kalnex 1 amp/IV
3. 1. Identifikasi karakteristik S :-
lingkungan yang dapat O:
1. Pasien tampak gelisah
meningkatkan potensi untuk
2. Pasien dalam posisi supinasi
jatuh
3. Skala nyeri VAS 6
2. Kunci roda tempat tidur atau
4. Terpasang side rail dan roda
brankar selama transfer pasien
tempat tidur terkunci
3. Ajarkan pasien bagaimana 5. TTV:
untuk meminimalkan cidera TD : 100/70 mmHg
46
C. PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan laporan asuhan keperawatan perioperatif
terhadap Nn. B dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista
ovarium diruang operasi RS Mardi Waluyo kota metro yang telah dilakukan
tangal 17 Februari 2020. Penulis membandingkan antara konsep teori dengan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
1. Pre Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian di ruang pra operasi perawat melakukan pengkajian
ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapannya yang
47
b. Diagnosa Keperawatan
Perawat menggolongkan karakteristik tertentu yang diperoleh
selama pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosisi keperawatan
yang tepat bagi pasien prabedah. Diagnosis menentukan arah
perawatan yang akan diberikan pada satu atau seluruh tahap
pembedahan. Diagnosis keperawatan yang lazim di ruang pra operasi
adalah nyeri, kecemasan dan kurang pengetahuan (Mutaqin & Sari,
2009).
Diagnosa yang diangkat pada pre operasi adalah Nyeri akut b.d
agen pencedera fisiologis yang didukung dengan data subjektif: Pasien
mengatakan nyeri pada abdomen, nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan terasa terus-menerus, nyeri bertambah jika
dipegang. Dengan skala nyeri 7. Selain data subjektif, adapun data
objektif yang mendukung yaitu: pasien tampak meringis, pasien
tampak gelisah, pasien tampak melindungi area nyeri, dan TTV ( TD :
130/70 mmHg, Nadi: 89 x/m, Suhu: 36,7 0C, Pernafasan: 22 x/m).
Berdasarkan SDKI (2018) Gejala dan tanda mayor untuk diagnosa
nyeri akut secara subjektif mengeluh nyeri, sedangkan untuk data
objektifnya adalah tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi menigkat, dan sulit
tidur. Selain gejala dan tanda mayor ada juga gejala dan tanda minor
yang ditandai dengan data subjektif tidak ada, sedangkan data
objektinya adalah tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri, dan diaforesis.
Berdasarkan penjelasan diatas maka terdapat banyak kesamaan
antara data yang diperoleh dengan teori yang ada pada SDKI , sehingga
dapat ditegakkan diagnosa nyeri akut. Menurut Wawan (2017), bahwa
prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi medis yang dapat
49
c. Rencana Keperawatan
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana
perawatan. Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan
pelaksanaan rencana asuhan keperawatan bedah, resiko pembedahan
dan komplikasi post operasi dapat diminimalkan. (Muttaqin,2009)
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan
diagnosa maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan
SDKI dan SIKI untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien pre operasi kistektomi laparatomi atas
indikasi kista ovarium yaitu :
Diagnosa
No Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahuai nyeri
agen pencedera durasi, karateristik, secara komperensif
fisiologis frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri.
2. Identifikasi respon
nyeri secara non verbal
2. Untuk mengtahui respon
pasien terhadap sensasi
nyeri dengan nonverbal
3. Identifikasi skala nyeri
3. Untuk mengetahui kualitas
50
d. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun, penulis melakukan
implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang dibuat
berdasarkan kebutuhan Nn. B. Implementasi merupakan tindakan yang
sudah direncanakan dalam rencana keperawatan, tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi
(Tartowo & Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan pada pasien pre operasi kistektomi
laparatomi yaitu :
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
1) Mengindentifikasi lokasi, durasi, karakterikstik, frekuensi, kualitas,
instensitas nyeri
2) Mengidentifikasi respon nyeri secaranon verbal
3) Mengidentifikasi skala nyeri
4) Memberikan posisi yang nyaman
5) Mengaarkan teknik non farmakologi (relaksasi napas)
52
e. Evaluasi
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Nn.B
dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista telah
dilakukan implementasi dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui perkembangan pasien dan untuk mengetahui seberapa
besar keberhasilan layanan asuhan keperaatan yang telah diberikan dan
pada evaluasi menggunakan komponen SOAP.
Evaluasi pada diagnosa nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
yaitu Pasien mengatakan masih terasa nyeri namun sedikit berkurang,
pasien mengatakan skala nyeri 6, Tanda-tanda vital (TD :130/80
mmHg, Nadi : 92 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Pernafasan : 22 x/menit),
pasien masih terlihat meringis, dan pasien terlihat melakukan relaksasi
napas dalam. Rencana tindakan yang selanjutnya yaitu monitor TTV,
anjurkan pasien melakukan relaksasi napas dalam untuk mengurangi
nyeri.
2. Intra Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi
identitas dan prosedur jenis pembedahan yang dilakukan, serta
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi
(Muttaqin,2009).
Data-data yang diperoleh saat pengkajian intra operasi Tanda-tanda
vital (TD: 130/80 mmHg, Nadi: 92 x/m, Suhu: 36,3 0C, Pernafasan: 22
x/m). Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan adalah
pemberian oksigen, pemberian suction. Pasien mengalami perdarahan
kurang lebih 250 cc, akral pasien dingin.
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai
prosedur. Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah,
manajemen asepsis dan prosedur bedah laparatomi akan memberikan
implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul.
53
c. Rencana Keperawatan
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan bedah Obgyn
kista ovarium adalah untuk penanganan lembut jaringan untuk
membatasi dan adhesi paca operasi dan rekontruksi anatomi ovarium
normal untuk membantu transfer ovum ke tuba falopi (Febri, 2017).
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan
diagnosa maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan
SDKI dan SIKI untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien intra operasi Kistektomi Laparatomi atas
indikasi kista ovarium yaitu :
d. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun, penulis melakukan
implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang dibuat
berdasarkan kebutuhan Nn.B.
56
e. Evaluasi
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Nn.B
dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista ovarium
telah dilakukan implementasi dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui perkembangan pasien dan untuk mengetahui
seberapa besar keberhasilan layanan asuhan keperawatan yang telah
diberikan dan pada evaluasi menggunakan komponen SOAP. Kondisi
pasien setelah dilakukan implementasi dan evaluasi untuk diagnosis
resiko perdarahan b.d tindakan pembedahan yaitu Pasien tampak
mengalami perdarahan ±250 cc TTV (TD: 130/90 mmHg, Nadi: 104
x/menit, Suhu: 36,0 0C, Pernafasan: 22 x/menit, akral dingin, CRT
3detik, dilakukan penghentian perdarahan dengan ESU, pasien diberi
kalnex 1 amp/IV, infus 28 tts/menit.
3. Post Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
kulit dan status genitourinarius.(Muttaqin, 2009).
Data-data yang penulis temukan pada saat pengkajian post operasi
yaitu pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, pasien masih
57
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang diangkat pada post operasi adalah nyeri resiko
jatuh b.d kondisi pasca operasi yang didukung dengan data: pasien
mengeluh nyeri pada luka post operasi, pasien masih dalam pengaruh
anastesi, pasien tampak gelisah, skala VSA 6, TTV (TD: 100/70
mmHg, Nadi: 86 x/m, Pernafasan : 20 x/m).
Berdasrkan SDKI (2018) Gejala dan tanda mayor untuk diagnosis
resiko jatuh secara objektifnya adalah pasien tampak gelisah, pasien
belum sadar penuh dan faktor resiko untuk resiko jatuh yaitu :
1) Usia >65 tahun (pada dewasa) atau < 2tahun (pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Penurunan tingkat kesadaran
4) Kondisi pasca operasi
5) Efek agen farmakologis (mis, sedasi, alcohol, anestesi umum)
c. Rencana Keperawatan
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan
diagnosis maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan
SDKI dan SIKI untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien post operasi kistektomi laparatomi atas
indikasi kista ovarium yaitu :
cidera dapat
4. Pasang siderail meminimalisir
tempat tidur. jatuhnya
pasien
4. Untuk
meminimalisir
cidera
Teraupetik :
Edukasi :
d. Implementasi
60
e. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien post operasi kistektomi
laparatomi adalah kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh sistem
secara normal, tidak terjadi cedera, tidak terjadi komplikasi pasca
bedah, dapat beristirahat, memperoleh rasa nyaman dan hilangnya rasa
cemas. (Muttaqin,2009)
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Nn. B
dengan tindakan Kistektomi Laparatomi atas indikasi kista ovarium
diruang operasi RS Mardi Waluyo kota metro telah dilakukan
implementasi dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pasien dan untuk mengetahui seberapa besar
keberhasilan layanan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan
pada evaluasi menggunakan komponen SOAP. Kondisi pasien setelah
61
D. Keterbatasan
Pada saat melakukan asuhan keperawatan perioperatif, ada beberapa
keterbatasan yang mempengaruhi kondisi dari tindakan asuhan keperawatan
yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sampel dalam tindakan asuhan keperawatan perioperatif membutuhkan
pembatasan yang ketat berupa kriteria inklusi dan eksklusi pada
responden sehingga sebagian populasi tidak dapat dijadikan sampel.
2. Tidak semua intervensi dalam teori (SIKI 2018) dilakukan, dikarenakan
melihat kondisi dan adanya keterbatasan waktu, sehingga hanya dilakukan
intervensi yang memungkinkan dilakukan.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam kasus ini pengkajian yang didapatkan saat pre operasi adalah
Pasien mengatakan nyeri pada abdomen, nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan terasa terus-menerus, nyeri bertambah jika dipegang.
Dengan skala nyeri 7. Selain data subjektif, adapun data objektif yang
mendukung yaitu: pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien
tampak melindungi area nyeri, dan TTV ( TD : 130/70 mmHg, Nadi: 89
x/m, Suhu: 36,7 0C, Pernafasan: 22 x/m).
2. Diagnosa yang muncul saat pre operasi adalah nyeri akut b.d agen
pencedera fisiologis, intra operasi resiko perdarahan b.d tindakan
pembedahan, dan post operasi resiko jatuh b.d kondisi pasca operasi
3. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa kecemasan pre operasi adalah
kaji skala nyeri, monitor TTV, beri pasien posisi nyaman, kolaborasi
dalam pemberian analgetik, sedangkan untuk diagnose nyeri akut
intervensinya adalah monitor TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
dan beri posisi nyaman. Untuk diagnosa intra operasi resiko perdarahan
63
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan dan memfasilitasi kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif baik
saat pre operasi, intra operasi, maupun post operasi .
2. Bagi perawat
Diharapkan dapat melakukan prosedur asuhan keperawatan sesuai dengan
standar yang berlaku sesuai dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, pembuatan intervensi keperawatan, pelaksanaan
implementasi dan evaluasi baik saat pre operasi, intra operasi, maupun
post operasi.
3. Bagi Institusi Poltekkes Tanjungkarang
Diharapkan agar mempertahankan mutu pembelajaran yang bermutu
tinggi terutama dalam bidang keperawatan perioperatif, dan diharapkan
hasil laporan tugas akhir ini dapat memperkaya literatur perpustakaan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
INFORMED CONSENT
I. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : No. RM :
Umur : Tgl. MRS :
Jenis Kelamin : Diagnosa :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Gol. Darah :
Alamat :
Tanggungan :
A. RIWAYAT PRAOPERATIF
1. Pasien mulai dirawat tgl : pkl : .................
Ruang : ………………………..
2. Ringkasan hasil anamnese preoperatif :
...........................................................................................................................................
.
3. Hasil pemeriksaan fisik
a. Tanda- tanda vital, Tgl : …..............................Jam :................
Kesadaran : ...................... GCS : .................... Orientasi : ..........................
Suhu : ……………… Tensi : ……………… Nadi : ………………. RR :
…………………….
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala & Leher :
Thorax (jantung & paru) :
Abdomen :
Ekstremitas (atas dan bawah) :
Genetalia & Rectun :
Pemeriksaan lain (spesifik) :
Pemeriksaan Penunjang :
a. ECG Tgl: .........................................Jam :........................
69
Hasil :...................................................
c. X- Ray Tgl :…………….. Jam : …………….
Hasil :.......................................................
d.Hasil laboratorium, Tgl :....................................... Jam :
Hasil
e. Pemeriksaan lain:
Hasil :………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )
5. Pemberian obat-obatan :
a. Obat Premedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
Tgl / jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
70
Pemasangan drain
Pemasangan intubasi
Transfusi darah
Lain-lain:
………………………………………………………………………..............................
8. Pembedahan berlangsung selama ……………… jam
9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih berada di ruang operasi)
C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke :
Pindah ke PACU/ICU/PICU/NICU, jam___________Wi
2. Keluhan saat di RR/PACU
: ................................................................................
3. Air
Way : ......................................................................................................................
4. Breathing : ................................................................................................................
....
5. Sirkulasi : .................................................................................................................
.....
6. Observasi RR
Steward Scor Aldrete Scor Bromage Score
ALDRETE SCORING ( DEWASA )
NO KRITERIA SCORE SCORE
1. WarnaKulit
- Kemerahan / normal 2 2
- Pucat 1
- Cianosis 0
2. AktifitasMotorik
- Gerak 4 anggotatubuh 2 2
- Gerak 2 anggotatubuh 1
- Tidakadagerakan 0
3. Pernafasan
- Nafasdalam, batukdantangiskuat 2 2
- Nafasdangkaldanadekuat 1
- Apnea ataunafastidakadekuat 0
4. TekananDarah
- ± 20 mmHg dari pre operasi 2 2
- 20 – 50 mmHg dari pre operasi 1
73
KETERANGAN
Pasien dapat di pindah kebangsal, jika score kurang dari 2
STEWARD SCORE UNTUK PASCA ANASTHESI ANAK
NO TANDA KRITERIA SCORE
1. KESADARAN - Bangun 1
- Respon terhadap rangsang 2
- Tidak ada respon 3
2. PERNAFASAN - Batuk / menangis 1
- Pertahankan jalan nafas 2
- Perlu bantuan nafas 3
3. MOTORIK - Gerak bertujuan 1
- Gerak tanpa tujuan 2
- Tidak bergerak 3
KETERANGAN
Score ≥ 5 boleh keluar dari RR
7. Keadaan Umum : __Baik __Sedang __ Sakit berat
8. TTV :Suhu ....... , Nadi.........x/mnt, Rr.........x/mnt,
TD.............mmHg,
Sat O2 : ............%
74
Pengobatan
Catatan penting lain
11. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal Jika tidak normal, jelaskan
YA TIDA
K
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas
I. ANALISA DATA
Intra Operasi
JADWAL PELAKSANAAN