Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA

Disusun Oleh :
NILAM SARI
2022207209037

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding
rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan
pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi
yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2019)
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut
(Sjamsuhidayat, 2014).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ
melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering
terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen
konginental atau didapat (Ester, 2014).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat
(Long, 2012).

2. Penyebab/factor predisposisi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut .
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut

c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing
atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah.

d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.

h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ
atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah
terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made
Kusala, 2019).

3. Jenis – jenis hernia

a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks).
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut
ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak
menutup sepenuhnya.
d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah.
Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.

4. Gejala klinis
a. Berupa benjolan
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing

5. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
a. Laboratorium
b. Rontsgen
c. EKG
d. USG
e. Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh menejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri.
Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan itu dapat
dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur, bernafas dengan mulut
untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-
lahan. Bila benjolan itu dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat
ditegakan. Diagnosis pasti hernia juga dapat ditegakan bila terdengar bising
usus pada benjolan tersebut.
f. Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa.

6. Penatalaksanaan medis
a. Secara konservatif (non operatif)

 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
 Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset
b. Secara operatif

 Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering
dilakukan pada anak – anak
 Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat,
dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang
dewasa
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis

7. Komplikasi
a. Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut hernia
irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponsibel adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih
besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponsibel dari pada usus halus.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut
kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih
hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi
gelisah

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan

Data Subjektif

Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri


didaerah benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan,
pada bayi bila menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.

Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung

Data objektif.

Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot,
demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.

Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa


mulut kering, anak bayi rewel.
a. Anamnesa.
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung
jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit
yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko
terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC,
Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola
pemecahan masalah, Daya ingat.

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin,
warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri
dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna,
dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman
mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil,
nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran
kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas,
dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.

c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
d. Therapi
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul

1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik


2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik.
4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
6) Resiko infeksi
7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

( NOC ) ( NIC )

1 Nyeri Akut berhubungan dengan Pain control Pain management


agen cedera fisik
Criteria hasil : Lakukan pengkajian
nyeri secara
Mampu mengontrol nyeri
kompersensif
Melaporkan bahwa nyeri
Gunakan teknik
berkurang dengan
terapeutik untuk
menggunakan manajemen
mengetahui
nyeri
pengalaman nyeri
Mampu mengenali nyeri pasien

Menyatakan rasa nyaman Control lingkungan


setelah nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi nyeri

Kurangi factor
presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
( farmakologis,
nonfarmakologis dan
interpersonal)

Ajarkan tentang
teknik non
farmakologis

Tingkatkan istirahat

Analgesic
administration

cek instruksi dokter


tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi

tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya
nyeri

monitor vital sign


ebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali

berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat

2 Intoleransi aktivitas berhubungan Energy conservation Activity therapy


dengan tirah baring
Activity tolerance Bantu klien untuk
mengidentifikasi
Selft care : ADLs
aktivitas yang
Criteria hasil : mampu dilakukan

Tanda vital normal Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten
Mampu melakukan
yang sesuai dengan
aktivitas sehari – hari
kemampuan fisik,
secara mandiri
psikologis, dan
Mampu berpindah dengan social.
atau tanpa bantuan alat
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

Bantu klien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

3 Kerusakan integritas kulit Tissue integrity : skin and Pressure


berhubungan dengan factor mucous membrane management
mekanik.
Criteria hasil : Anjurkan pasien
menggunakan
Integritas kulit yang baik
pakaian yang longgar
dipertahankan
Jaga kebersihan kulit
Tidak ada luka/lesi pada
agar tetap bersih dan
kulit
kering
Mampu melindungi kulit
Monitor kulit akan
dan mempertahankan
adanya kemerahan
kelembabab kulit dan
perawatan alami Oleskan lotion atau
minyak pada daerah
yang tertekan

Monitor aktivitas dan


mobilisasi pasien

Insision site care

Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan

Monitor proses
kesembuhan area
insisi

Monitor tanda dan


gejala infeksi pada
area insisi

Bersihkan area
sekitar jahitan
menggunakan lidi
kapas steril

Ganti balutan pada


interval waktu yang
sesuai dengan
program

Dialysis Access
Maintenance

4 Kebutuhan nutrisi kurang dari Nutritional status : food Nutrition


kebutuhan tubuh berhubungan and fluid intake management
dengan ketidakmampuan untuk
Nutritional status : Kaji adanya alergi
mencerna makanan.
nutrient intake makanan

Criteria hasil : Kolaborasi dengan


ahli gizi untuk
Berat badan ideal sesuai
menentukan jumlah
dengan tinggi badan
kalori dan nutrisi
Tidak ada tanda – tanda yang dibutuhkan
malnutrisi pasien

Tidak terjadi penurunan Yakinkan diet yang


berat badan yang berarti dimakan
mengandung banyak
serat untuk mencegah
konstipasi

Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi

Nutrition
monitoring

Berat badan pasien


dalam batas normal

Monitor ada
penurunan berat
badan

Monitor turgor kulit

Monitor mual
muntah

Monitor kadar
albumin, jumlah
protein, Hb, dan
kadar Ht

Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan pada
konjungtiva

Monitor kalori dan


intake nutrisi

5 Kekurangan volume cairan Fluid balance Fluid management


berhubungan dengan kehilangan
Hydration Pertahankan intake
cairan aktif.
dan output yang
Nutritional status : food
akurat
and fluid intake
Monitor status
Criteria hasil :
dehidrasi
Tekanan darah, nadi, suhu
Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal
Monitor status nutrisi
Tidak adanya tanda
dehidrasi, turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan

6 Risiko infeksi Risk control Infection control

kriteria hasil : Bersihkan


lingkungan setelah
klien bebas dari tanda dan dipakai pasien lain
gejala infeksi
Batasi pengunjung
menunjukkan kemampuan bila perlu
untuk mencegah timbulnya
Cuci tangan sebelum
infeksi
dan sesudah tindakan
jumlah leukosit dalam keperawatan
jumlah normal
Gunakan baju,
menunjukkan perilaku sarung tangan
hidup sehat sebagai alat
pelimdung

Pertahankan
lingkupan aseptic
selama pemasangan
alat

Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih

Tingkatkan intake
nutrisi

Infection protection

Monitor tanda dan


gejala infeksi
sistemik dan local

Monitor granulosit,
WBC
Monitor kerentangan
infeksi

Batasi pengunjung

Inspeksi kulit dan


membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

Inspeksi kondisi
luka/insisi beda

Dorong masukkan
cairan

Dorong istirahat yang


cukup

Dorong masukkan
nutrisi yang cukup

Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai
resep

Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan
gejala infeksi

Ajarkan cara
menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan
infeksi

7 Defisiensi pengetahuan Knowledge : disease Teaching : disease


berhubungan dengan kurangnya process process
informasi mengenai
Knowledge : health Berikan penilaian
penyakitnya.
behaviour tingkat pengetahuan
pasien tentang proses
Criteria hasil :
penyakit yang
Pasien dan keluarga spesifik
menyatakan pemahaman
Gambarkan tanda
tentang penyakit, kondisi,
dan gejala yang bisa
prognosis dan program
muncul pada
pengobatan
penyakit dengan cara
Pasien dan keluarga mempu yang tepat
melaksanakan prosedur
Jelaskan patofisiologi
yang dijelaskan secara
dari penyakit dan
benar
bagaimana hal ini
Pasien dan keluarga mampu berhubungan dengan
menjelaskan kembali apa anatomi fisiologi
yang dijelaskan perawat/tim dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat

Gambarkan proses
terjadinya peyakit
yang tepat

Identifikasi
kemungkinan
penyebab dengan
cara yang tepat
Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi dengan cara
yang tepat

Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan dengan
cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai