DISUSUN OLEH :
NAUFAL ULIL ALBAB
220104058
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala menurut Haryono, (2012) antara lain :
1. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh
keluarnya suatu organ.
2. Muncul nyeri yang menyebar ke daerah panggul, belakang perut, dan daerah
genital. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan intensitas dari aktivitas
atau kerja yang berat. Nyeri akan mereda ataua menghilang jika istirahat.
3. Kandung kemih terasa berisi penuh sehingga menimbulkan gejala sakit saat
berkemih dan dapat disertai kencing darah disamping benjolan dibawah sela
paha.
4. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan terasa bertambah
besar.
D. PATOFISIOLOGIS
Berdasarkan patofisiologi terbentuknya, hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi
hernia inguinalis direk dan indirek.
1. Hernia Indirek
Pada hernia indirek, isi abdomen menonjol melalui anulus inguinalis
profunda, yang terjadi pada sisi lateral dari pembuluh epigastrika. Hernia tipe
ini disebabkan oleh kegagalan penutupan embrionik dari prosesus vaginalis.
Pada pria, jalur hernia indirek (lateralis) mengikuti jalur yang sama dengan
jalur penurunan testis. Pada masa perkembangan organ berkemih dan
reproduksi, testis berpindah dari abdomen menuju skrotum. Secara anatomis,
kanalis inguinalis pada pria memiliki diameter yang lebih besar dan annulus
yang lebih dalam yang memungkinkan migrasi testikel beserta struktur korda
spermatika. Hal ini yang diperkirakan berkontribusi pada tinggi nya insidens
hernia inguinalis pada pria dibandingkan wanita. Setelah penurunan testis
pada skrotum, prosesus vaginalis secara normal akan menghilang.
Peningkatan tekanan intraabdomen yang sering dijumpai pada berbagai
kondisi patologis juga diperkirakan berpengaruh pada pembentukan hernia
inguinalis. Kondisi peningkatan tekanan intraabdomen tersebut meliputi
asites, masa intraperitoneal, obstipasi, organomegali, dan batuk kronis.
2. Hernia Direk
Pada hernia inguinalis direk (medialis), kelainan terjadi pada sisi medial dari
pembuluh epigastrika inferior. Pada hernia tipe ini, isi rongga abdomen
menonjol melalui sisi yang lemah pada fasia transversalis, Pada pasien hernia,
kolagen pada dinding abdomen ditemukan sekitar 60% lebih rendah
dibanding populasi kontrol. Pada hernia medialis juga ditemukan perubahan
struktur fasia abdominalis, di antaranya serabut elastis yang tidak beraturan,
serta selaput muskulus rektus yang lebih tipis yang berkontribusi terhadap
terbentuknya defek pada fascia transversalis.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit.
Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
2. USG abdomen pada region inguinalis dan sinistra
Membedakan masa dip aha atau dinding perut, sumber pembengkakannya,
dan membedakan jenis-jenis hernia.
3. Urinalisis
Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan rasa sakit
di daerah inguinal dan eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini merupakan
akibat dari hipertrofi prostat jinak.
G. KOMPLIKASI
1. Hernia berulang
Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga muncul
hernia baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah hernia perut kiri dan sudah
dioperasi sekarang muncul hernia baru di perut kanan.
Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit, maka timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah.
Penyakit hernia bila tidak segera diatasi dan diobati dapat mengakibatkan
perdarahan yang diakibatkan semakin membesarnya usus yang keluar
semakin besar.
6. Infeksi luka bedah
Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi luka operasi
akibat adanya tekanan intraabdominal sehingga luka operasiyang terbuka
kembali.
Menimbulkan benjolan
Tindakan herniotomy
Pola Nafas
Tidak Efektif
I. FOKUS PENGKAJIAN
A. Anamnesa.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, Diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien pengkajian
meliputi(P,Q,R,S,T):
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari hernia, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia dan memberi
petunjuk berapa lama hernia tersebut akan sembuh. Apakah memiliki
penyakit- penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, dll.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan kongenital dan kebiasaan sering
mengangkat beban-beban yang berat merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya hernia.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama protein. Selain itu
obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
3) Pola Eliminasi
Untuk kasus hernia adalah terjadi konstipasi gangguan pada pola eliminasi, perlu juga
dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan
pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pola
tidur dan istirahat semua klien hernia timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan
tidur serta penggunaan obat tidur.
4) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang
perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa
bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya hernia dibanding pekerjaan yang lain.
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap.
Dampak yang timbul pada klien hernia yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas/ ansietas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).
Pada klien fraktur daya geraknya berkurang terutama pada bagian exstrimitas bawah,
begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
nyeri akibat hernia.
Dampak pada klien hernia yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien.
Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya.
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketakutan timbul
akan kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien
bisa tidak efektif.
Untuk klien hernia tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien.
E. Pemeriksaan fisik
Dibagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk
dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya
memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam. Seluruh rangkaian
pemeriksaan fisik tersebut bisa dilakukan dengan I-P-P-A (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi), kecuali bagian B5 yang dilakukan secara I-A-P-P. Karena jika dilakukan
perkusi dan palpasi sebelum diauskultasi pada bagian abdomen, dikhawatirkan akan
mengubah frekuensi bising usus yang dievaluasi.
HERNIA SCROTALIS
Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur
yang secara normal berisi bagian ini.( Monnica Ester. 2001. Hal 53 ).Hernia adalah
protusi sebagian dari organ atau organ – organ melalui lubang abnormal.( Donna L.
Wong. 2003. Hal 521 ) Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh biasanya abdomen
lewat suatu celah pada dinding yang mengelilinginya.( Henderson. 1992. Hal 137 )
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang
abnormal pada selubungnya.( Pierce A. Grace. 2006. Hal 119 ).Hernia scrotalis adalah
merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum. (Syamsuhidajat, 1997,
Buku Ilmu Bedah, hal 717).Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis
dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral,
yang dapat mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect.
A. .Etiologi
1. Kelemahan muscular “otot” abdomen congenital atau didapat ( akibat suatu insisi ).
2. Trauma
3. Peningkatan tekanan intraabdominal
1) Kehamilan
2) Kegemukan
4. Peningkatan tekanan
1) Mengangkat berat
2) Batuk
3) Cedera Traumatic Karena Tekanan Tumpul
B. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan
tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan
mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi
komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi
ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri
palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus
pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung
jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314).
C. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,
mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate ( Mansjoer, 2000,
hal 314 ).
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut
juga hernia scrotalis ( Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).
D. Penatalaksanaan Medis
1.Pemakaian Sandat ( “truss” )
Alat ini baru digunakan bagi pasien – pasien yang usianya amat lanjut atau yang
keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan bantalan yang
diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu tertutup oleh tekanan
setelah isi hernia dikembalikan ke tempatnya ( direposisi ).
2.Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan yang
teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.
3.Herniotomi
Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
4.Herniorafi
Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jarring ( mesh ) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
5.Penatalaksanaan
1) Nilai hernia
Untuk keparahan gejala, risiko komplikasi ( tipe, ukuran leher hernia ),
kemudahan untuk perbaikan ( lokasi, ukuran ), kemungkinan berhasil ( ukuran,
banyaknya isi perut kanan yang hilang ).
2) Nilai pasien
Untuk kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup ( pekerjaan, hobi).
3) Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarakan pada pasien – pasien dengan :
-Hernia dengan resiko komplikasi apapun gejalanya
-Hernia dengan adanya gejala – gejala obstruksi sebelumnya
-Hernia dengan resiko komplikasi yang rendah namun dengan gejla yang
mengganggu gaya hidup, dan sebagainya.
( Pierce A. Grace, 2006, Hal 119 )
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 DS :- Agen pencedera fisik Nyeri akut
DO :
- Pasien tampak
meringis menahan
nyeri
- Pasien sulit tidur
- TD 130/90 mmHg, N
102 x/ menit, RR 20
x/ menit, S 37,2°C
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA SIKI SLKI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukannya Manajemen nyeri
dengan agen pencedera tindakan keperawatan (I.08238)
fisik selama 2 x 24 jam Observasi
diharapka masalah - Identifikasi lokasi,
nyeri akut dapat teratasi karakteris
dengan kriteria hasil : tik, durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri kualitas, intensitas
(L.08066) nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Meringis - Identifikasi faktor
- Kesulitan tidur yang memper-
berat dan memperi-
ngan nyeri
-
Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarma-
Kologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedbackterapi
pijat,
aromaterapiteknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/
dingin)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarma-
kologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pembesian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan Pola Nafas Setelah dilakukannya Manajemen Jalan Nafas
Tidak Efektif tindakan keperawatan (I.01011)
selama 2 x 24 jam Observasi :
diharapkan masalah - Monitor pola nafas
pola nafas tidak efektif - Monitor bunyi nafas
dapat teratasi dengan tambahan
kriteria hasil:
Pola Nafas (L.01004) Teraupetik :
- Dispnea - Berikan Oksigen
- Penggunaan otot - Posisikan Semifowler
bantu nafas - Lakukan fisioterapi
- Frekuensi nafas dada
- Kedalaman nafas
Edukasi :
- Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
Bronkodilator
ekspetoran
3 Risiko infeksi ditandai Setelah dilakukannya Perawatan Luka (I.14564)
dengan faktor risiko efek tindakan keperawatan Observasi
prosedur invasif selama 3 x 24 jam - Monitor karakteris-tik
diharapkan masalah luka
risiko infeksi dapat - Monitor tanda-tanda
teratasi dengan kriteria infeksi
hasil :
Tingkat Infeksi Teraupetik
(L.14137) - Lepaskan balutan dan
- Kemerahan plester secara perlahan
- Bengkak - Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Pasang balutan sesuai
dengan jenis luka
- Pertahan-kan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(Vitamin A, vitamin
C, Zinc, asam amino)
sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan mengkon-
sumsi makanan tinggi
kalori dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
L. DAFTAR PUSTAKA
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi
Dengan Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta. Nuha Medika
Nurarif, A.H & Kusuma.H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta. Media Action
Syamsuhidajat. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wijayaningsih, Sari. K. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta. TIM.