Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 2, Juni 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

HUBUNGAN LAMA KEMOTERAPI DENGAN KONSEP DIRI PASIEN


KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI

Heny Marlina Riskawaty*, Ni Made Sukerti, Dewi Nur Sukma Purqoti, Ernawati, Bq Nurainun Apriani
Idris, Maelina Aryanti, Elisa Oktaviani
Program Studi Keperawatan, STIKES YARSI Mataram, Jl. Lingkar Selatan, Pagutan, Kecamatan Mataram,
Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat 83361, Indonesia
*henymarlina.riskawaty@gmail.com

ABSTRAK
Kanker payudara yang terjadi pada wanita ialah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Salah
satu penatalaksanaan yang dapat dilakukkan adalah dengan kemoterapi terjadwal dimana akan
memberikan pengaruh secara fisik dan psikologis pada pasien, serta berpengaruh pada konsep diri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan lama kemoterapi dengan konsep diri pasien
kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Gili Asahan RSUD Provinsi NTB. Jenis
penelitian ini deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional,dengan populasi sejumlah 70 orang
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Gili Asahan RSUD Provinsi NTB.
Tehnik sampling yang di gunakan ialah total sampling dengan menggunakan uji Person Corelasi.
Terdapat Hubungan yang signifikan antara lama kemoterapi dengan konsep diri pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi dengan nilai p = 0,000, P value < α = 0,05) dengan koefisien
korelasi (r) sebesar -0,683. Disarankan karena kemoterapi berkala dapat memberikan efek samping
yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis pasien, maka tenaga medis dapat memberikan
perawatan holistik kepada pasien.

Kata kunci: kanker payudara; kemoterapi; konsep diri; pasien

THE CORRELATION OF CHEMOTHERAPY WITH PATIENT'S SELF- BREAST


CANCER CONCEPT THROUGH CHEMOTHERAPY

ABSTRACT
Breast cancer is one of the prominent causes of death in women. One of the treatments is
chemotherapy which is carried out on a schedule. Chemotherapy has side effects, both physical and
psychological, which can affect the patient's self-concept. This research aimed to analyze the
correlation between the duration of chemotherapy and self-concept of breast cancer patients
undergoing chemotherapy in the Gili Asahan Ward at NTB General Hospital. The type of this
research is descriptive correlation with cross-sectional design. The population used in this serearch
was 70 breast cancer patients undergoing chemotherapy in the Gili Asahan Ward at NTB General
Hospital. The sampling technique used in this reserach was total sampling. The bivariate test used
was the Pearson Corelation Test. This research discovered that there was a correlation between the
length of chemotherapy and self-concept of breast cancer patients undergoing chemotherapy with p-
value of 0.000, p value <α (0.000 <0.05) and the correlation coefficient (r) of -0.683. It is suggested
that since periodic chemotherapy can give side effects that can affect both physical and psychological
conditions of the patients, medical personnel can provide holistic care to the patient.

Keywords: breast cancer; chemotherapy; length of chemotherapy; self-concept; patients

PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah keganasan pada sel – sel yang terdapat pada jaringan payudara,
biasanya berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya), maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan payudara (Rasjidi 2010). Kanker payudara di

419
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pengaruhi oleh berbagai faktor resiko antara lain: usia, kebiasan merokok, atau minum
minuman beralkohol, kelebihan berat badan atau obesitas, mulai menopause pada usia lebih
tua, yaitu setelah usia 55 tahun, dan mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.Kejadian kanker
payudara terus mengalami peningkatan . Berdasarkan data Word Health Organization (WHO)
kanker payudara di derita oleh 2,1 juta wanita setiap tahun. (Rasjidi, 2010).

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) menunjukkan
kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256
kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) merupakan
jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia sebanyak 32.469 kasus atau 9,3%
dari total kasus. Riskesdas ( Riset Kesehatan Dasar) Kemenkes, 2018 prevalensi (per mil)
kanker di Provinsi NTB sebesar 0,85% dan Indonesia sebesar 1,79%. Deteksi resiko untuk
kanker serviks dan payudara dapat di lakukan dengan deteksi dini kanker leher rahim dengan
skrining Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan pemeriksaan payudara (Clinical
Breast Examination/CBE) yang dilakukan oleh petugas Puskesmas yang telah dilatih.
Terdapat 107 Puskesmas dari 166 Puskesmas yang ada di Provinsi NTB yang melakukan
kegiatan IVA dan SADANIS pada perempuan usia 30 – 50 tahun dengan hasil 2,5% IVA
positif, 0,4% di curigai kanker dan 1.0% terdapat benjolan atau tumor. (Riskesda Provinsi
NTB, 2018).

Berdasarkan Rekam Medis RSUD Provinsi NTB pada tahun 2019 didapatkan data 5 kasus
penyakit kanker terbanyak yaitu antara lain kanker payudara, serviks, ovarium, limfoma non-
hodkins, serta nasofaring. Angka kasus tertinggi yaitu kanker payudara. Pada kunjungan
rawat jalan sebanyak 345 orang, dan pasien Rawat Inap sebanyak 524 orang. Pasien
meninggal sebanyak 14 orang. Data tiga bulan terakhir yaitu bulan Agustus 2020 sampai
dengan bulan Oktober 2020 di ruang Gili Asahan atau ruangan khusus kemoterapi untuk
kasus kanker payudara sebanyak 80 orang pasien yang menjalani kemoterapi secara rutin
dengan jadwal yang sudah ditentukan sesuai siklusnya. Penatalaksanaan pada kanker
payudara sangat di tentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen
biomolekuler atau biomolekuler – signaling. Terapi pada kanker payudara selain mempunyai
efek terapi yang di harapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tidak diinginkan ( adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah mempertimbangkan untung dan
ruginya dan harus di komunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus
mempertimbangkan mengenai faktor usia, comorbid, evidence base, cost effective, dan kapan
akan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of issues. Adapun penatalaksanaan
terapi meliputi: Pembedahan, Kemoterapi, Terapi Hormonal dan Radioterapi (Kemenkes RI,
2013).

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti radiasi atau
operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar
ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang menyebar jauh atau metastase ketempat
lain (Rasjidi, 2010). Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6-8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima. Efek
samping dari kemoterapi yang sering terjadi adalah perubahan fisik seperti rambut rontok,
mual-mual, muntah, nyeri seluruh tubuh, keletihan, stomatitis, demam, menopause dini,
sterilisasi permanen, disfungsi seksual. Perubahan fisik merupakan perubahan yang terjadi
pada bentuk tubuh, kenyataan pisiologis, dan perubahan dalam penampilan fisik. (Wahyuni,
2012). Perubahan kondisi fisik yang menyertai penyakit dan proses dalam pengobatan
merupakan salah satu masalah psikologis pada penderita kanker payudara. Kondisi ini

420
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

berpengaruh terhadap self-consept pasien (Kamelia, 2012). Segala bentuk perubahan terhadap
tingkat kesehatan akan berpengaruh terhadap konsep diri pasien (Wahyuni, 2012).

Konsep diri merupakan bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri secara menyeluruh,
mengenai aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual, yang termasuk didalamnya
persepsi individu tentang sifat dan potensi individu yang dimilikinya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tertentu, serta
tujuan dan harapan serta keinginan individu itu sendiri. Konsep diri di bagi menjadi lima
komponen yaitu citra tubuh atau gambaran diri, Ideal diri, harga diri, penampilan peran, serta
identitas diri. Penderita kanker pada umumnya merasa malu, menarik diri, kontrol diri yang
kurang, takut, pasif, asing terhadap diri serta frustasi. Perilaku yang berhubungan dengan
harga diri yang rendah dan identitas diri yang kabur pada penderita kanker yakni mengkritik
diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis, gangguan
berhubungan, menarik diri, kecemasan tinggi ( hingga panik), ideal diri tidak realistis, tidak
atau kurang penerimaan terhadap diri serta hubungan intim terganggu.(Sobur, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan lama kemoterapi dengan konsep diri
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Gili Asahan RSUD Provinsi
NTB.

METODE
Jenis penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan desain
cross sectional yaitu dengan menganalisa Hubungan lama kemoterapi dengan konsep diri
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Gili Asahan RSUD Provinsi
NTB. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner, kuesioner terdiri dari 2 bagian
yaitu data demografi yang berisi identitas, usia, pekerjaan, lama siklus kemoterapi yang telah
dijalani oleh pasien, dan kuesioner konsep diri yang berjumlah 43 pertanyaan yang telah
dilakukkan uji Validitas dengan hasil uji diperoleh alpha sebesar 0,946>0,05 hasil lebih
besar maka kuesioner ini dinyatakan valid dapat digunakan. Hasl data yang diperoleh dalam
penelitian ini akan dianalisis dengan uji Pearson Correlation. Penelitian ini telah di
laksanakan pada tanggal 25 Januari sampai dengan 17 Februari 2021 di Ruang Kemoterapi
Gili Asahan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB.

Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi
sejumlah 70 orang. Adapun sampel yang di gunakan pada penelitian ini adalah 70 orang
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi, dengan kriteria pasien tersebut menjalani
kemoterapi secara rutin sesuai dengan protokol kemoterapi, kondisi stabil dan dapat
berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dalam penelitian. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Lama (Siklus) Kemoterapi pada
pasien kanker payudara. (Rentang waktu dalam pemberian kemoterapi di sebut siklus yang
biasa dilaksanakan dengan rentang waktu 3-4 minggu sekali, dengan efektifitas kemoterapi
hanya akan tercapai jika diberikan sesuai siklus atau jadwal yang telah di tentukan (Siklus
kemoterapi 6-8 kali). Data dianalisis menggunakan uji person corelasi.

HASIL
Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Usia (n=70)
Umur f %
21-40 23 32,9
41 – 59 43 61,4
≥ 60 4 5,7

421
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (n=70)
Pendidikan f %
SD 14 20
SMP 16 22,9
SMA 23 32,9
PT 17 24.3

Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan (n=70)
Pekerjaan f %
Bekerja 24 34,3
Tidak Bekerja 46 65,7

Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kemoterapi (n=70)
Lama Kemoterapi (1-8 siklus) f %
1 0 0
2 15 21.4
3 15 21,4
4 21 30,0
5 11 15,7
6 8 11,4
7 0 0
8 0 0

Tabel 5.
Distribusi Responden Berdasarkan Konsep Diri (n=70)
Konsep Diri Jumlah Prosentase
Negatif 42 60 %
Positif 28 40 %

Tabel 6.
Hubungan Lama Kemoterapi dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara yang Menjalani
Kemoterapi
Komponen Variabel Koefisien Korelasi ( r) R Square (R2) P Value
Lama Kemoterapi
-.683 .466 0.000
Konsep Diri

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Usia
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 orang responden, di peroleh data bahwa sebagian besar
berusia diantara 41 – 59 tahun yaitu sebanyak 43 orang ( 61,4%), dan sebagian kecil berusia
lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 4 orang (5,7%). Kemungkinan resiko yang lebih besar
untuk terjadinya kanker payudara adalah pada seorang perempuan yang berusia lebih dari 30
tahun dan resiko ini akan meningkat ketika mencapai usia 50 tahun atau lebih setelah
mengalami menopause ( Hawari,D.H,2004. Dari hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa

422
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dari 70 responden , sebanyak 42 orang memiliki konsep diri negativ yang berada pada rentang
usia 41-59 tahun, dimana pada usia dewasa konsep diri lebih banyak dipengaruhi oleh status
sosial dan pekerjaan individu tersebut. Maka terlihat jelas konsep diri negativ terjadi pada
pasien dengan usia dewasa oleh karena pengaruh status sosial, memikirkan pekerjaan dan
berbagai hal yang sulit untuk dikendalikan. Semakin muda usia individu maka pengalaman
serta informasi yang diperoleh akan semakinsedikit pula, dalam menerima serta memperoleh
informasi dengan baik dan sangat dibutuhkan kematangan dalam berfikir, apabila kematangan
serta kemampuan individu dalam berfikir kurang atau rendah maka kemampuan dalam
menerima dan menyesuaikan diri dalam menghadapi segala perubahan kondisi kesehatan
akan rendah (Notoatmodjo,S, 2003)

Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 orang responden didapatkan data karakteristik pendidikan
responden sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 23 orang (32,9%). Dan
sebagian kecil berpendidikan SD yaitu sebanyak 14 orang (20%). Seseorang dalam
berperilaku dapat di pengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor pendidikan.
Kedewasaan seseorang dalam berperilaku dengan baik juga sangat di pengaruhi oleh tingkat
pendidikannya.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan seseorang sangat
berpengaruh terhadap kematangan dan cara berfikir seseorang dalam mengambil keputusan
terbaik terhadap tindakan pengobatan yang akan diterima. Hal ini juga dapat dijadikan
patokan dalam pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil merupakan pilihan yang
terbaik. Semakin mudahnya informasi yang dapat diterima seseorang dimungkinkan dari
tingkat pendidikan yang tinggi. Dari faktor pendidikan, seseorang sangat berpengaruh
terhadap kematangan dan cara berpikir seseorang dalam mengambil suatu keputusan terbaik
terhadap tindakan pengobatan yang akan diterima Melia, E.K.D.A, 2012).

Status Pekerjaan
Berdasarkan dari hasil penelitian 70 orang responden, didapatkan data status pekerjaan.
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (65,7%) tidak bekerja. Dan sebanyak 24
orang (34,3 %) yang bekerja. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahawa konsep diri
sangat berpengaruh terhadap satus pekerjaan ini dikarenakan saat seorang wanita memiliki
pekerjaan, maka akan memiliki pola fikir yang berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan
wanita yang tidak bekerja. (Desanti, 2010) menyimpulkan bahwa wanita yang bekerja
memiliki proporsi yang lebih tinggi dalam melakukan pemeriksaan payudara dibandingkan
dengan wanita yang tidak bekerja. Wanita yang tidak bekerja memiliki pola pikir yang sangat
berbeda dengan wanita yang bekerja. Hal ini dikarenakan oleh saat seeorang wanita memiliki
pekerjaan, maka akan memiliki kemandirian yang lebih dibandingkan dengan wanita yang
tidak memiliki pekerjaan.

Lama Kemoterapi
Lama Kemoterapi adalah rentang waktu pemberian kemoterapi atau di sebut dengan siklus.
Kemoterapi diberikan secara bertahap yaitu
sebanyak 6 sampai dengan 8 siklus dengan interval satu siklus adalah 21 hari atau 3 minggu
agar mendapatkan efek yang di harapkan, dengan efek samping yang masih dapat di terima.
Dalam penelitian yang di lakukan selama 21 hari atau selama 3 minggu peneliti mendapatkan
pasien dengan siklus yang beragam mulai dari siklus kedua sampai dengan siklus ke enam.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: dari 70 orang responden, didapatkn frekuensi
minimal kemoterapi responden yaitu 2 kali dan frekuensi maksimal adalah 6 kali dengan
proporsi tertinggi adalah responden yang menjalani kemoterapi pada siklus ke 4 yang berarti
responden telah menjalani kemoterapi sebanyak 4 kali dengan jumlah responden 21 orang

423
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

(30.0%) dan proporsi terendah yaitu responden yang menjalani kemoterapi pada siklus ke 6
dengan jumlah responden sebanyak 8 orang (11.4 %). Peneliti tidak menemukan responden
pada siklus 7 dan 8 kali. Frekuensi dalam pemberian kemoterapi diberikan secara berulang
(bersiklus) dengan artian pasien akan menjalani beberapa siklus yaitu siklus 1, siklus 2 dan
seterusnya yang di mana dalam setiap siklus terdapat proses pengobatan dengan pemberian
obat kemoterapi disertai dengan masa pemulihan yang kemudian akan di lanjutkan lagi dan
begitu seterusnya sesuai dengan protokol obat kemoterapi yang telah di tentukan. Sejalan
dengan penelitian yang disampaikan Mustendt, 1997 dalam Setiawan, 2018 yang menyatakan
bahwa Pemberian kemoterapi pada pasien kanker dapat memunculkan berbagai efek samping,
baik secara fisik maupun psikologis. Salah satunya yaitu alopesia atau kerontokan rambut
sebagai efek samping yang traumatis, hal tersebut akan sangat mempengaruhi perubahan
konsep diri. Alopesia akan tetap ada bahkan setelah penghentian kemoterapi serta
pertumbuhan kembali rambut dan proses adaftif lainnya tidak dapat menormalkan atau
memperbaiki citra tubuh yang terganggu serta penurunan konsep diri. ( Ambarwati, 2014)

Konsep diri
Konsep diri merupakan persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek
sosial, dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan
orang lain ( Sobur,2013). Penderita kanker pada umumnya merasa malu, menarik diri,
kontrol diri yang kurang, takut, pasif, asing terhadap diri serta frustasi. Perilaku yang
berhubungan dengan harga diri yang rendah dan identitas diri yang kabur pada penderita
kanker yakni mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah
tersinggung, pesimis, gangguan berhubungan, menarik diri, kecemasan tinggi ( hingga panik),
ideal diri tidak realistis, tidak atau kurang penerimaan terhadap diri serta hubungan intim
terganggu. Pada penelitian ini dari 70 orang responden, di dapatkan 42 orang ( 60% ) yang
memiliki Konsep Diri Negatif,dimana konsep diri negativ merupakan penilaian yang negativ
mengenai diri sendiri, efek dari konsep diri yang negative ini akan mempengaruhi baik itu
hubungan interpersonal maupun fungsi mental lainya, dan 28 orang ( 40% ) yang memiliki
Konsep Diri Positif dimana dengan konsep diri positif akan memungkinkan seseorang untuk
bisa bertahap menghadapi berbagai masalah yang mungkin saja muncul.Selain itu pula akan
membawa dampak positif pada orang lain yang ada disekitarnya.

Senada dengan yang disampaikan oleh Hartati (2008) dalam penelitiannya mengenai
gambaran konsep diri dan kecemasan wanita penderita kanker payudara, dengan hasil
penderita kanker payudara lebih sering akan menampilkan kesan yang negative terhadap
dirinya sendiri seperti rendah diri dan rasa malu terhadap orang lain. Perasaan malu
berhubungan dengan keadaan fisik yang dirasakannya bahwa fisiknya tidak sesuai apa yang di
harapkannya serta fisiknya tidak sempurna lagi seperti dulu sebelum mengalami kanker
payudara. Hal tersebut yang menjadikannya menilai secara negative penampilan fisiknya
tersebut.

Hubungan Lama Kemoterapi dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara yang
Menjalani Kemoterapi
Dari 70 orang responden, di dapatkan nilai signifikasi lama Kemoterapi dengan konsep diri
sebesar (p = 0,000). Hasil analisis ini di dapatkan p value < α ( 0,000 < 0,05) dan koefisien
korelasi ( r) sebesar -0,683, dengan nilai determinasi atau R Square adalah 0,466 maka
keputusannya adalah Ho di tolak yang artinya ada korelasi atau ada hubungan yang signifikan
antara lama kemoterapi dengan konsep diri pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi di Ruang Gili Asahan RSUD Provinsi NTB dengan kekuatan hubungan kuat dan
arah hubungan negative atau berbanding terbalik yang artinya semakin tinggi atau semakin

424
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

lama kemoterapi maka semakin rendah nilai konsep diri pasien. Sebaliknya apabila semakin
rendah atau semakin sedikit lama kemoterapi yang dijalani pasien maka semakin tinggi nilai
konsep diri pasien (Uji Pearson Corelation. Sig (2 – tailed) SPSS 22. Jika di hubungkan
dengan teori dan kenyataan yang peneliti temukan di lapangan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa semakin tinggi atau semakin lama kemoterapi maka semakin rendah
nilai konsep diri pasien. Sebaliknya apabila semakin rendah atau semakin sedikit lama
kemoterapi yang dijalani pasien maka semakin tinggi nilai konsep diri yang dimiliki pasien.
Kedua hal tersebut berbanding terbalik.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2018) pada bulan Juni sampai
dengan Juli 2018 yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin, dengan jumlah responden
sebanyak 68 orang, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : terdapat korelasi atau ada
hubungan yang signifikan antara lama kemoterapi dengan konsep diri pada pasien yang
menjalani kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin dengan nilai p value = 0,000, dengan
koefisien korelasi (r) sebesar -0,663 yang berarti kekuatan hubungan negative atau
berbanding terbalik yang artinya apabila semakin tinggi atau semakin lama kemoterapi maka
semakin rendah konsep diri pasien. Sebaliknya apabila semakin rendah siklus kemoterapi
maka semakin tinggi skor konsep diri pasien.

SIMPULAN
Hasil analisis ini di dapatkan p value < α ( 0,000 < 0,05) dan koefisien korelasi ( r) sebesar -
0,683, dengan nilai determinasi atau R Square adalah 0,466 maka keputusannya adalah Ho di
tolak yang artinya ada korelasi atau ada hubungan yang signifikan antara lama kemoterapi
dengan konsep diri pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Gili Asahan
RSUD Provinsi NTB dengan kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan negatif atau
berbanding terbalik yang artinya semakin tinggi atau semakin lama kemoterapi maka semakin
rendah nilai konsep diri pasien. Sebaliknya apabila semakin rendah atau semakin sedikit lama
kemoterapi yang dijalani pasien maka semakin tinggi nilai konsep diri pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati dan Wardani,W.N (2014), Efek Samping Kemoterapi pada pasien kanker
Jurnal Keperawatan, 1-10.
Desanti,OP , Sunarsih, IM, Supriyati. (2010) Persepsi Wanita Berisiko kanker Payudara
Tentang pemeriksaan Payudara sendiri di Kota Semarang , Jawa Tengah, Berita
Kedokteran MasyarakatVol 26.No 3, September 2010
Eko Putro Widoyoko, (2012) Tehnik Penyusunan Instrumen Penelitian, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Hari Kanker Sedunia. (2019). www.kemkes go.id.article.view. 20 Oktober 2020 jam 18.00
Hartati. (2008), Konsep diri dan Kecemasan wanita penderita kanker serviks di Poli Bedah
Onkologi RSUD H. Adam Malik Medan.
Kemenkes RI. (2013). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara, Komite
Penanggulangan Kanker Nasional.
Kharisma Nail Mazaya & Ratna Supra Dewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup
padaremaja di Panti Asuhan, Jurnal Keperawatan Vol 6 No 2 Oktober 2011

425
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 2, Hal 419 - 426, Juni 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Lestari, Agustina, Budiyarti, Yuliani, Ilmi , Bahrul. (2020), Study Fenomenologi : Psikologis
Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi., Jurnal Keperawatan Suaka Insan
Volume 5, Edisi 1, Juni 2020.
Rasjidi Imam. (2010), Kanker Serviks dalam Buku Epidemiologi Kanker Pada Wanita,
Jakarta, Sagung Seto , hal 165-166.
Riskesdas. (2018). Prevalensi kanker di Provinsi NTB, dinkes babelprov.go.id
Ruma Sitio. (2019). Pengalaman Psikososial Pasien Kanker Payudara yang Menjalani
Kemoterapi di BLUD dr Zaenal Abidin, Banda Aceh, Jurnal Keprawatan Priotity, Vol 2,
No 1, Januari 2019.
Setiawan. (2018). Hubungan Lama Kemoterapi dengan Konsep Diri Pasien Kanker Payudara
yang menjalani Kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin, Dinamika Kesehatan, Vol 9
No 2 Desember 2018.
Sobur. (2013). PsikologiUmum, Bandung: CV Pustaka Setia.
Stuart & Sundeen. (2006). Keperawatan JIwa ( edisi 3). Alih bahasa, Achir Yani, editor
Yasmin Asih, Jakarta.
Wahyuni, Sri. (2012). Psikologi Keperawatan , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
WHO. (2018). Global Cancer Observatory: Data Penderita Kanker Payudara.

426

Anda mungkin juga menyukai