Anda di halaman 1dari 10

A.

Latar Belakang

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah mengalami kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

normal, cepat dan tindak terkendali. Kanker terjadi karena adanya perubahan genetik

(mutasi DNA) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemulihan sel. Kanker

merupakan pertumbuhan jaringan secara otonom dan tidak mengikuti aturan dan regulasi

sel tubuh normal (Tanjung, 2011).

Kanker termasuk penyakit dengan prevelensi cukup tinggi di dunia dan salah satu

penyebab utama kematian. Sebanyak 8,2 juta orang meninggal akibat kanker (World

Health Organization, 2014). Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia,

sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskuler. Kanker yang paling banyak di diagnosa di

seluruh dunia adalah kanker paru-paru sebanyak 1,8 juta jiwa (13,0% dari total

keseluruhan diagnosa kanker), kanker payudara 1,7 juta jiwa (11,9% dari total

keseluruhan diagnosa kanker) dan kanker kolorektal sebanyak 1,4 juta jiwa (9,7 % dari

total keseluruhan diagnosa kanker) (Kemenkes RI, 2016).

Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang merupakan suatu

pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang berbeda dengan jaringan sekitarnya.

Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mamae yaitu sebuah tumor ganas yang

tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjer jaringan susu

maupun jaringan ikat payudara (Suryaningsih, 2009).

Data dari American Cancer Society (2015) didapatkan jumlah kasus kanker

payudara sebesar 3,1 juta di tahun 2014. Sedangkan di tahun 2015 terdapat kasus baru

kanker payudara invasif sebesar 231,840 terdiagnosa pada wanita dan 2,350 pada laki-
laki. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak di temukan pada

wanita yaitu sebanyak 8-9% (Kemenkes RI, 2016).

Presentase kasus baru kanker payudara pada penduduk di dunia berdasarkan data

GLOBOCAN InternationalAgency For Research On Cancer (IARC) tahun 2012, kanker

payudara adalah kanker yang paling banyak di derita oleh perempuan yaitusekitar 1,67

juta (25% dari semua kanker) (WHO, 2017). Kasus baru dengankanker payudara

mencapai angka 43,1 % dan kematian akibat kanker payudara mencapai angka 12,9 %.

Tingkat incidence rate (IR) bervariasi hampir empat kali lipat di seluruh wilayah dunia,

mulai dari 27 kasus per 100.000 di Afrika Tengah dan Asia Timur sampai 92 kasus per

100.000 di Amerika Utara (Kemenkes RI, 2015).

Angka kejadian kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 berkisar 61.882

kasus. Prevelensi tertinggi berada pada Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 11.511 kasus

kanker payudara (Kemenkes RI, 2015). Dari data Profil Kesehatan RI tahun 2017,

presentase pemeriksaan deteksi dini kanker payudara didapatkan prevelensi tertinggi

berada pada Provinsi Kepulauan Bangkal Belitung (13,19%), Sumatera Barat (9,34%)

dan Kalimantan Selatan (8,77%). Hasil pemeriksaan deteksi dini kanker payudara di

Indonesia tahun 2017 telah ditemukan 12.023 penduduk tumor payudara dan 3.073 di

curigakan kanker payudara (Profil Kesehatan RI, 2017). Prevelensi kanker payudara di

Sumatera Barat yaitu 0,9% dan estimasi jumlah penderita kanker payudara sebesar 2.285

kasus (Kemenkes RI, 2015).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang menyebutkan bahwa angka kejadian

kanker payudara mengalami peningkatan sebanyak 60% pada tahun 2015 yaitu terdapat

142 kasus lama dan 99 kasus baru kanker payudara. Pada tahun 2016, angka kejadian
kanker payudara di Kota Padang mengalami peningkatan sebesar 73% yaitu menjadi 252

kasus lama dan 186 kasus baru kanker payudara (Dinkes Kesehatan Kota Padang, 2016).

Berbagai metode pengobatan untuk pasien dengan kanker payudara telah

dikembangkan di berbagai negara termasuk Indonesia. Pengobatan yang dilakukan adalah

radioterapi, kemoterapi, hormonoterapi, imunoterapi dan tindakan pembedahan (Tanti,

2016). Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk

pil cairan atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker, tidak

hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga sel-sel yang ada di seluruh tubuh.

Kemoterapi memiliki kelebihan dibanding terapi lainnya karena obat kemoterapi dapat

bekerja secara sistemik merusak sel kanker yang telah menyebar dari tempat asalnya.

Obat kemoterapi bekerja mengganggu reproduksi sel kanker secara langsung atau tidak

langsung, sehingga sel-sel kanker dapat terkontrol (Black & Hawks, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Halimatussakdiah & Junaidi (2016), di dapatkan

sebanyak 75% dari 84 pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Penelitian

yang dilakukan oleh Firmansyah, dkk (2017), didapatkan data pasien kanker payudara

yang menjalani kemoterapi sebanyak 33 orang (33.7%). Dan penelitian lain yang

dilakukan oleh Endiyono& Herdiana (2016), di dapatkan data survey awal di Rumah

Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto jumlah pasien dengan kanker

payudarayang menjalani kemoterapi sebesar 296 pasien (4,8%) dengan rata-rata

mencapai 25 pasien perbulan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Alifiyanti, dkk (2017),

didapatkan data pasien kanker payudara sebanyak 471 pasien (61,9%) yang menjalani

kemoterapi.
Rumah sakit dikota Padang khususnya RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah

rumah sakit sentral yang memiliki sarana dan prasarana yang standar dan lengkap untuk

melakukan tindakan pengobatan kemoterapi. Data pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. M. Djamil Padangmengalami peningkatan dari tahun

2017, yaitu sebanyak 423 pasien (66,9%) pada tahun 2017. Pada tahun 2018 di dapatkan

data pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebanyak 540 pasien (71,3%)

dan rata-rata kunjungan perbulan mencapai 43 pasien (Rekam medis RSUP. Dr. M.

Djamil, 2018).

Efek samping dari kemoterapi yang sering terjadi adalah penekanan sumsum

tulang, anemia, kadang disertai dengan demam, mual-muntah, sakit kepala, rambut

rontok, nyeri dan fatigue (Tanti, 2016). Fatigue yang berhubungan dengan kanker

menurut National Comprehensive Cancer Network (NCCN) didefenisikan sebagai suatu

kondisi subyektif perasaan lelah yang terus-menerus berhubungan dengan kanker atau

pengobatannya, sehingga mengganggu fungsi dan aktivitas sehari-hari (National

Comprehensive Cancer Network, 2014). Neefjes et, al dalam Taukhid, 2018 mengatakan

bahwa fatigue yang berhubungan dengan kanker adalah suatu perasaan kelelahan, lemah

dan kurang energi yang berpengaruh terhadap aktifitas sehari-hari dan kualitas hidup dari

penderitanya.

Data dari American Cancer Society (2015), menyatakan bahwa 1.569 penderita

kanker 80% dari klien yang menjalani kemoterapi mengalami fatigue. Penelitian yang

dilakukan oleh Ayubbana (2016), didapatkan pasien dengan kanker payudara yang

menjalani kemoterapi sebanyak 42 orang (48.90%) mengalami fatigue. Penelitian yang

dilakukan oleh Liu, et al dalam Ayubbana (2018), pada 142 pasien kanker payudara
stadium I-III mendapat kemoterapi mengalami fatigue. Menurut Hickok dan Jacobsen

dalam Taukhid, 2018 menyatakan bahwa insiden dari fatigue menjalani kemoterapi yang

paling banyak adalah penderita kanker payudara yakni 28-91%. Penelitian yang

dilakukan oleh Taukhid (2018), pasien dengan kanker payudara yang menjalani program

kemoterapi mengalami fatigue sebesar 60,4%.

Fatigue dapat terjadi karena kanker itu sendiri maupun terapi kanker atau

pengobatannya. Menurut Ahlberg et al, di kutip oleh Taukhid, 2017 menjelaskan ada dua

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fatigue yakni faktor fisiologis dan psikologis.

Faktor fisiologis yaitu anemia, terapi kanker dan produksi sitokin. Faktor psikologis

penyebab fatigue seperti ansietas, stres emosional depresi, susah tidur dan kurang

aktivitas setelah melakukan kemoterapi dapat berpengaruh dalam menimbulkan fatigue.

Fatigue yang berhubungan dengan kanker masih kurang mendapatkan perhatian

dan kurang mendapatkan penanganan oleh dokter dan perawat (American Cancer

Society, 2015). Jika fatigue pada klien tidak di atasi maka akan menimbulkan rasa

ketidaknyamanan bagi klien (Alligood & Tomey, 2014). Dampak lainnya yaitu klien

akan terlalu lelah untuk terlibat dalam aktivitas sehari-hari sehingga kulitas hidup klien

akan terganggu (Nugroho, 2016). Bagi beberapa pasien gejala fatigue ini lebih

mengganggu dibandingkan efek kemoterapi lainnya seperti nyeri, mual-muntah ataupun

kerontokan rambut (American Cancer Society, 2016).

Penanganan fatigue dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis.

Secara farmakologis penanganan fatigue belum diketahui dengan pasti. Sedangkan secara

non farmakologis intervensi yang dapat digunakan untuk penanganan fatigue yaitu
latihan aktivitas fisik, teknik relaksasi otot, yoga, hipnoterapy, meditasi dan massage

(Savitri, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Taukhid (2018), tentang manajemen fatigue

melalui kombinasi aerobik dengan relaksasi yoga pada penderita kanker payudara dalam

program kemoterapi, disimpulkan bahwa penurunan rata-rata skor fatigue didapatkan

secara statistik adalah 0,52-1,82 dari kisaran skor 6 turun pada kisaran 4. Secara klinis

skor fatigue 4-6 dikategorikan dalam kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penurunan fatigue yang bermakna hanya terjadi secara statistik namun secara klinis

penurunan yang terjadi masih dalam kategori yang sama atau tidak terjadi penurunan.

Keluhan fatigue akan menimbulkan ketidaknyamanan pasien. Menurut teori

comfort yang disampaikan oleh Kolcaba, intervensi awal dari pelayanan keperawatan

adalah kenyamanan (Alligood & Tomey, 2014). Salah satu intervensi yang dapat

membuat klien merasa nyaman dan rileks adalah tindakan massage (Alligood, 2014).

Massage adalah sentuhan dengan memanipulasi jaringan lunak untuk memberikan

kenyamanan dan penyembuhan (Liu, et al, 2013).

Massage dapat menimbulkan efek biomekanik dan efek psikologis dengan respon

neurohormonal. Massage akan mengurangi faktor psikologis terjadinya fatigue setelah

kemoterapi, seperti ansietas (kecemasan), stres emosionl dan depresi. Cemas, stres

emosional dan depresi dapat dipengaruhi oleh hormon-hormon seperti hormon kortisol,

melatonin dan serotonin. Hormon kortisol akan meningkat saat seseorang mengalami

ansietas, stres dan depresi, sedangkan hormon melatonin dan serotonin mengalami

defisiensi atau penurunan saat seseorang mengalami ansietas, stres dan depresi tersebut

(Ananda, 2013).
Massage menimbulkan stimulus pada jaringan tubuh untuk menghasilkan rasa

relaksasi dengan respon neurohormonal menurunkan hormon kortisol serta meningkatkan

hormon melatonin dan serotonin. Kortisol merupakan hormon yang menentukan respon

seseorang terhadap situasi yang menegangkan dan dapat membuat stres, sedangkan

serotonon merupakan hormon yang mengontrol mood atau suasana hati, nafsu makan,

tidur dan rasa nyaman. Melatonin merupakan hormon yang berfungsi sebagai

antioksidan, mengontrol tidur dan rileks. Kortisol, melatonin dan serotonin merupakan

hormon yang berpengaruh terhadap respon relaksasi sehingga dapat menurunkan tingkat

kelelahan atau fatigue (Ayubbana, 2018).

Message bisa dilakukan dibagian tubuh seperti punggung, kaki dan tangan (hand

massage). Mekanisme hand massage sama dengan massage lainnya hanya saja lebih

berfokus pada bagian tangan klien sehingga lebih muda untuk dilakukan. Selain itu pada

bagian tangan terdapat pembuluh darah. Teknik mekanik dan sentuhan pada telapak

tangan akan meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan meningkatkan

sirkulasi darah dan transportasi oksigen yang dapat meningkatkan metabolisme jaringan

dan memberikan sensasi kenyamanan, meredakan ketegangan, dan membuat pasien

menjadi rileks sehingga dapat menurunkan tingkat kelelahan atau fatigue (Potter & Perry

dalam Fadilah, 2016). Pada tangan juga terdapat bagian-bagian yang bisa menurunkan

tingkat stres, kecemasan dan kelelahan, seperti dibagian jari kelingking dan telapak

tangan. Memijat secara perlahan jari kelingking dapat menurunkan hormon-hormon yang

mengakibatkan stres dan kecemasan. Sedangkan pada telapak tangan dibagian dalam ibu

jari terdapat titik-titik yang berhubungan dengan kelelahan. Tekanan disertai pijatan

lembut pada bagian tersebut berfungsi menurunkan kelelahan (Ananda, 2013).


Cara melakukan hand massage yaitu dengan memberikan tekanan dan gesekkan

lembut diseluruh bagian tangan klien dengan gerakan melingkar kecil menggunakan

ujung jari atau ibu jari perawat. Hand massage dilakukan selama 10 menit dalam 6 hari

berturut-turut (Kolcaba, et al, 2009, dikutip dari Fadilah, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Ayubbana (2018) tentang efektifitas back

massage terhadap fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi

disimpulkan bahwa pemberian back massage efektif dalam penurunan skor fatigue dan

terdapat perbedaan yang signifikan pada fatigue sebelum dilakukan intervensi dan

setelah dilakukan intervensi back massage. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk,

(2018), di dapatkan hasil bahwa hand dan foot massage efektif dalam penurunaan

fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti tanggal 18 Januari, 2019

pada 8 orang pasien kanker payudara di ruangan kemoterapi RSUP. Dr. M. Djamil

Padang, 2 orang (25%) pasien mengatakan keluhan yang paling utama di rasakan setelah

kemoterapi adalah perasaan lelah, keluhan lainnya seperti mual-muntah, demam dan

pusing. Sedangkan 6 orang lainnya (75%) mengatakan keluhan yang dirasakan setelah

kemoterapi seperti mual-muntah, diare, rambut rontok dan perasaan lelah.

Pasien mengatakan selama ini belum ada intervensi atau tindakan yang dilakukan

perawat ataupun tenaga medis lainnya dalam menangani fatigue yang dirasakan pasien.

Usaha yang dilakukan pasien untuk mengurangi rasa lelahsetelah kemoterapi yaitu

dengan beristirahat, namun tindakan tersebut belum efektif dalam mengurangi rasa lelah

pada pasien. Pasien mengatakan belum ada intervensi khusus yang dilakukan pasien

dalam menangani perasaan lelah tersebut termasuk intervensi hand massage.


Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh hand massage terhadap skor fatigue pada pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini, yaitu : “Apakah ada pengaruh hand massage terhadap skor fatigue pada

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh hand massage terhadap skor fatigue pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rerata skor fatigue sebelum dilakukan hand massage pada pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang .

b. Mengetahui rerata skor fatigue sesudah dilakukan hand massage pada pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang .

c. Mengetahui perbedaan skor fatigue sebelum dan sesudah dilakukan hand

massage pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr.

M. Djamil Padang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan keperawatan


Penelitian tentang hand massage ini di harapkan dapat menjadi sumber masukan

bagi tenaga kesehatan/perawat sebagai salah satu terapi non farmakologis untuk

menurunkan fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi,

sehingga dapat meningkatkan standar asuhan keperawatan di institusi rumah sakit.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan masukan dalam bidang ilmu terkait khususnya dalam ilmu riset

keperawatan. Sebagai masukan bagi peserta didik untuk mengetahui terapi non

farmakologis dalam menurunan fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi dengan hand massage serta sebagai informasi untuk dijadikan masukan

tambahan dalam pendidikan terutama mata ajar terapi komplementer.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai referensi atau data pembanding untuk

penelitian yang akan datang dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan

hand massage terhadap fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai