PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan tumor ganas pada payudara yang
menginvasi daerah sekitar payudara dan menyebar keseluruh tubuh (American Cancer
Society, 2014). Kanker payudara secara global menyebabkan angka kematian tertinggi untuk
wanita dan epidemiologinya menyebar merata tanpa terkendali, prevelensi angka kejadian
kanker payudara cukup tinggi mulai dari luar negeri sampai dalam negeri.
(2012), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kasus kanker pada penduduk laki-laki
dan perempuan dengan persentase kasus tertinggi, kanker payudara 43,3%, kanker prostat
30,7%, dan kanker paru 23,1%. Sementara itu untuk kasus kanker yang dialami penduduk
laki-laki, kanker paru ditemukan pada penduduk laki-laki yaitu sebesar 34,2%, sedangkan
kematian akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk
perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama yaitu sebesar 43,3% dan
kematian akibat kanker payudara 12,9%. Menunrut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
tahun 2013 setiap 11 menit ada satu penduduk yang meninggal karena kanker, termasuk
didalamnya kanker payudara. Serta diprediksi oleh estimasi Interational Agency For
Research of Cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan
411.000 kematian. Sebanyak 70% kasus baru dan 55% kematian terjadi di negara
berkembang. Di Indonesia kanker payudara berada diurutan nomor dua setelah kanker leher
rahim jumlah pasien kanker payudara didapatkan prevelensi sebesar 26 per 100.000 wanita,
penderita sekitar 60-70% datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah
(Depkes, 2013). Tigginya jumlah kanker payudara di Indonesia disebabkan karena perubahan
gaya hidup masyarakat. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di
Indonesia menurut jenis kelamin yaitu pada lakilaki prevensi merokok 56,7%, sering
konsumsi makanan berlemak 39,4%, sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,4%,
kurang konsumsi sayur dan buah 96,9%, sering konsumsi makanan dibakar atau dipanggang
4,7%, kurang aktivitas 26,3%. Sedangkan pada perempuan prevelensi meroko 1,9%, sering
konsumsi makanan berlemak 41,9%, sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,2%,
kurang konsumsi sayur dan buah 96,6%, sering konsumsi makanan dibakar atau dipanggang
4,4%, kurang aktivitas 25,8% (Riskesdas, 2013). Faktor risiko tinggi penyebab kanker
payudara meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, genetik, siklus mentruasi,
melahirkan dan riwayat kanker sebelumnya (Breast Care Indonesia, 2017). Di Indonesia jenis
penanganan yang dilakukan pada pasien kanker termasuk didalamnya kanker payudara,
tercatat pada tahun 2018 tertinggi pembedahan 61,8%, kemotrapi 24,9%, radiasi atau
penyinaran 17,3% (Riskesdas, 2018). Di Kalimantan Timur pada tahun 2013 etimasi jumlah
kasus penderita kanker payudara sejumlah 1.879 kasus (Riskesdas, 2013). Di Kalimantan
Timur berdasarkan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan Clinical Breast
Examination (CBE) pada 180 puskesmas yang berjumlah 569.767 perempuan umur 30-50
tahun diperoleh hasil benjolan atau tumor di payudara sebanyak 49 orang (0,81%) (Profil
Sjahranie Samarinda, tahun 2014 tercatat 10 macam penyakit kanker pada 750 pasien rawat
inap, tertinggi kanker payudara sebanyak 216 orang dan data pada bulan Agustus hingga
Desember 2014 tercatat 55 orang pasien baru dengan kanker payudara yang dirawat di
ruangan kemoterapi. Terbanyak kelompok usia 41-49 tahun dengan jumlah 20 orang, usia
50-59 tahun dengan jumlah 15 orang, usia 30-40 tahun dengan jumlah 12 orang dan usia 60-
69 tahun dengan jumalah 7 orang (Rekam Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2015).
diproleh dari 10 responden dengan kejadian kanker payudara 72,1% dipengaruhi oleh usia
responden pertama haid, usia responden saat pertama melahirkan dan riwayat kanker dalam
keluarga sedangkan 27,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Prevelensi pasien kanker payudara
yang berkunjung rawat jalan dan rawat inap di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
mengalami peningkatan, dilihat dari data pada tahun 2016 pasien kanker payudara yang
menjalani rawat jalan berjumlah 1001 orang, pasien kanker payudara yang menjalani rawat
inap berjumlah 262 orang dan pasien yang meninggal karena kanker payudara berjumlah
33orang, sedangkan pada tahun 2017 pasien kanker payudara yang menjalani rawat jalan
meningkat menjadi 1901 orang, pasien kanker payudara yang menjalani rawat inap
meningkat menjadi 451 orang, dan pasien yang meninggal karena kanker payudara berjumlah
32 orang (Profil RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2017). Kanker payudara akan berdampak
pada penderita baik secara fisik maupun pisikologis. Dampak fisik yang ditemukan berupa
kerontokan rambut akibat kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat kurang
nutrisi, gangguan integritas kulit akibat terapi radiasi, nyeri pada massa yang membesar, dan
gangguan nafsu makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oetami,dkk (2014),
dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap aspek pisikologis akan memberikan
dampak ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri menurun, setres, amarah dan
ancaman body image. Pasien kanker payudara biasannya mengalami nyeri. Nyeri dari
penyakit kanker payudara dapat berupa nyeri akut maupun nyeri kronik. Keluhan nyeri
kronik merupakan keluhan yang paling menakutkan bagi penderita kanker payudara.
Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit biasanya diberikan terapi farmakologis yaitu obat
analgesik jenis NSAID (Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs) (Astuti, 2016). Dampak dari
kecemasan bisa meningkatkan rasa nyeri pada pasien kanker payudara. Efek kecemasan pada
pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa nyeri, mengganggu kemampuan tidur,
meningkatkan mual dan muntah setelah kemotrapi, juga terganggunya kualitas hidup diri
sendiri (Mohammed S., dkk, 2012). Kecemasan yang terjadi pada pasien kanker yang
motivasi, serta mendorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik (Pratiwi, 2017). Kanker
payudara bukanlah kasus yang dapat diabaikan karena prevelensi kejadian kanker payudara
yang tinggi maka diperlukan solusi yang tepat untuk menghadapi kanker payudara baik cara
penatalaksanaan kanker payudara dibagi menjadi dua, terapi lokal yaitu berupa konservatif,
mastektomi dengan rekontruksi, mastektomi dengan radikal yang dimodifikasi. Yang kedua
yaitu terapi sistemik yang berupa kemotrapi dan terapi radiasi (Astana, 2009). Upaya
pencegahan tersebut berupa dengan edukasi pemeriksa payudara sendiri (SADARI) dan
pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) (Kemkes RI, 2017). SADARI dan SADANIS
bertujuan untuk menemukan benjolan pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan
tindakan secara dini (Kemenkes RI, 2015). Selain dari SADARI dan SADANIS pemeriksaan
yang akurat bisa dari mammografi. Keefektifan mammografi dalam mendeteksi kanker
payudara sekitar 90%. Mammografi mendeteksi kanker payudara kecil dalam 2 tahun
sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan adanya massa payudara yang mencurigakan biopsi
harus dilakukan meskipun sudah ada hasil mamografi karena mamografi tidak bisa
mendeteksi kanker payudara sangat padat (Martin dan Griffin, 2014). Pasien yang menderita
Perawat sebagai salah satu anggota tim yang terlibat langsung dalam memberikan asuhan
kualitas hidup pasien dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan
keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Dari data tersebut diatas menunjukan prevelensi
penyakit kanker payudara yang cukup tinggi di dunia, di Indonesia dan di Kalimantan Timur
khususnya di Samarinda, serta dampak dari penyakit tersebut yang sangat luarbiasa, maka
penulis tertarik untuk menuangkan hal tersebut didalam karya tulis ilmiah sehingga dapat
lebih memahami dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara
secara holistik dan komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Carsinoma Mammae di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh darah (Nurarif,
2015).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari selsel di
memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang
dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah
(Putra, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak normal.
Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak terkendali serta dapat
2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker payudara
belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik. Kanker payudara
memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus
payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel
yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan sel menjadi
massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudra
terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko
a) Obesitas
utama estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti
b) Pecandu alkohol
darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs)
dan estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker
payudara.
c) Perokok berat
d) Stres
pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan
gen yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen
Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara,
jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen BRCA dapat
dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen BRCA1 dan BRCA2
payudara, tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini
perempuan.
c) Faktor usia
payudara. presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia
30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun
berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari
d) Riwayat kehamilan
kanker payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja
bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur
lebih rentan mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil
kanker payudara.
e) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum
umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena
akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu pertumbuhan
sel abnormal.
f) Riwayat menyusui
payudara.
Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa tunggal,
massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada kulit atau jaringan
yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda
lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada puting atau terjadi retraksi pada puting,
edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus
limfe aksila. Pasien yang menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan
nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan