Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara
(Depkes RI, 2009). Kanker payudara dimulai di jaringan payudara, yang
terdiri dari kelenjar untuk produksi susu, yang disebut lobulus, dan saluran
yang menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari payudara terdiri dari lemak,
jaringan ikat, dan limfatik (American Cancer Society, 2011). Menurut the
American Cancer Society, payudara merupakan tempat nomor satu tumbuhnya
kanker pada wanita.

Kanker payudara pada stadium awal, jika diraba, umumnya tidak menemukan
adanya benjolan yang jelas pada payudara. Namun sering merasakan
ketidaknyamanan pada daerah tersebut (Tim Cancer Helps, 2010). Sedangkan
pada Stadium lanjut gejalanya antara lain, jika diraba dengan tangan, terasa
ada benjolan di payudara; jika diamati bentuk dan ukuran payudara berbeda
dengan sebelumnya; ada luka eksim di payudara dan puting susu yang tidak
dapat sembuh meskipun telah diobati; keluar darah atau cairan encer dari
puting susu; puting susu masuk memuntir kedalam payudara; kulit payudara
berkerut seperti kulit jeruk (Mangan, 2009).

Fenomena yang sering terjadi dimasyarakat menurut Kepala Instalasi


Pendidikan dan Latihan RS Kanker Dharmais adalah pasienpasien kanker di
Indonesia, datang dengan stadium lanjut. Alasannya, tidak mengetahui gejala
dini kanker payudara, atau malu memeriksakan untuk diri bahkan kurang
peduli atau tidak mau tahu. Banyak juga yang berkunjung ke paranormal
dahulu sebelum mau berobat ke dokter (Tapan, 2005).

1
Insiden Kanker payudara yang sebelumnya banyak menyerang perempuan
paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Sebuah penelitian terbaru
menunjukkan, perempuan di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita
kanker payudara mencapai 10.000 kasus per tahun. Kanker payudara pada
stadium awal sangat tinggi angka kesembuhannya jika melakukan
pendeteksian dan pengobatan dini. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS), jenis kanker tertinggi di RS seluruh Indonesia pasien rawat inap
tahun 2008 adalah kanker payudara 18,4 %, disusul kanker leher rahim 10,3
% (Antara, 2011).

Insidens kanker di Indonesia masih belum dapat diketahui secara pasti, karena
belum ada registrasi berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi dari data
Globocan 2002, IARC (International Agency for Research on Cancer)
didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per
100.000 perempuan.

Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais tahun 2010: Jumlah pasien kanker
payudara yang datang dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah 13,42%,
stadium III sebesar 17% dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium
lanjut (stadium IV). Pasien paling banyak datang dengan kekambuhan yaitu
sebesar 39,66% (Purwanto, 2010).

Etiologi dari penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan tetapi,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor resiko yang antara lain
adalah faktor reproduksi seperti menarche atau haid pertama usia kurang dari
12 tahun, menopause di usia lebih dari 50 tahun, melahirkan anak pertama
usia lebih dari 35 tahun; faktor endokrin sepeti pemakaian kontrasepsi oral
dalam waktu lama; diet seperti makanan berlemak, alkohol; genetik atau
riwayat keluarga, terpapar radiasi pengion saat pertumbuhan payudara

2
(Depkes RI, 2009). Perlu diingat, apabila seorang perempuan memiliki faktor
resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker
payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan kemungkinan untuk
menderita kanker payudara. (Rasjidi, 2010). Keterlambatan diagnostik dapat
disebabkan oleh ketidaktahuan pasien (patient delay), ketidaktahuan dokter
atau tenaga medis (doctor delay), atau keterlambatan rumah sakit (hospital
delay) (Purwanto, 2010).

Menurut Bland & Copeland (1991, dikutip dari Gruendemann & Fernsebner,
2005) The American Cancer Society menganjurkan bahwa wanita berusia 20
tahun atau lebih memeriksa sendiri payudara mereka setiap bulan. Perawat
dapat berperan penting dalam pemeriksaan penapisan dan deteksi dini kanker
payudara dengan cara ikut serta dalam usaha mendidik wanita, keluarga
mereka, dan masyarakat umum mengenai manfaat deteksi dini. Perawat dapat
memotivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
dengan membangkitkan kesadaran dan pemahaman mengenai resiko kanker,
dengan menekankan tanda dan gejala peringatan untuk pengenalan dini, dan
menekankan pentingnya pemeriksaan penapisan berkala dan deteksi dini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melatih siswi dalam upaya deteksi dini CA mamae dengan teknik
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Siswi mampu mengetahui tentang deteksi dini CA mamae.
1.2.2.2 Siswi mampu mengetahui cara melakukan teknik pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) untuk deteksi dini CA mamae.
1.2.2.3 Siswi mampu melakukan teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
untuk deteksi dini CA mamae.

1.3 Manfaat
Bagi siswi menjadikan sarana untuk mengetahui cara mendeteksi dini CA
mamae dengan teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Deteksi Ca Mammae


2.1.1 Pengertian
Skrining ( screening ) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha
untuk mengidentifikasi penyakit dan kelainan yang secara klinis yang belum
jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihanatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Uji
skrining dapat dilakukan dengan pertanyaan (anamnesis), pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium.
2.1.2 Tujuan skrining dan deteksi dini.
Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari
penyakitdengan pengobatan dini terhadap khasus yang ditemukan. Progam
diagnosis dan pengobatan dinihampir selalu diarahkan kepada penyakit yang
tidakmenular seperti kanker, diabetes militus, glaucoma, danlain-lain.
2.1.3 Peran skrining.
a) Berperan dalam identifikasi orang yang beresiko terkena penyakit atau
masalah kesehatan.
b) Penegakan diagnosis pasti ditindaklanjuti di fasilitas kesehatan.
c) Mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapibisa dimulai
secepatnya dan prognosis penyakit bisa diperbaiki.
d) Berperan dalam melindungi kesehatan individu.
e) Mengendalikan penyakit infeksi melalui proses identifikasi karier
penyakit di masyarakt.
2.1.4 Persyaratan skrining menurut Wilson and Jungner (1986)
a) Masalah kesehatan atau penyakit yang diskriningharus merupakan
masalah kesehatan yang penting.
b) Harus bersediapengobatan bagi pasien yang terdiagnosis setelah proses
skrining.
c) Penyakit yang diskrining harus memiliki fase laten atau simptomatik
dini.

2.2 Kanker Payudara

4
2.2.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu
payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal
yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras
dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan. Kanker payudara
(Carcinoma Mammae) adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang
berasal dari parenchyma. Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu
(kelenjar embuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan
penunjang payudara (Olfah dkk, 2013). Kanker payudara dikenal sebagai
slaha satu kanker yang paling sering menyerang kaum wanita. Selain itu
kecenderungan peningkatan prevalensinya tidak dapat dihindari. Ditambah
lagi kematian karena kanker payudara masih tinggi, terutama pada negara-
negara sedang berkembang, karena keterlambatan diagnosis, yang berarti
juga keterlambatan pengobtan. Semua ini pada gilirannya menyebabkan
masalah kanker sebagai suatu masalah kesehatan yang biaya yang mahal
(Bustan, 2007).

Menurut Mulyani (2013) dan Suprianto (2010) Kanker payudara


merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. Kanker
payudara pada umumnya menyerang pada kaum wanita, tetapi tidak
menutup kemungkinan juga dapat menyerang kaum laki-laki, walaupun
kemungkinan juga dapat menyerang kaum laki-laki itu sangat kecil sekali
yaitu 1:1000. Kanker payudara ini adalah salah asatu jenis kanker yang
juga menjadi penyebab kematian terbesar kaum wanita di dunia, termasuk
di Indonesia. Kanker payudara berdasarkan sifat serangannya terbagi
menjadi dua,yaitu:

5
1. Kanker Payudara Invasif Pada kanker payudara invasif, sel kanker
merusak saluran serta dinding kelenjar susu, menyerang lemak dan
jaringan konektif disekitarnya. Kanker dapat bersifat invasif /
menyerang tanpa selalu menyebar (metastatic) ke simpul limfe atau
organ lain dalam tubuh.
2. Kanker Payudara Non-Invasif Sel kanker terkunci pada saluran susu
dan tidak menyerang lemak serta jaringan konektif disekitarnya.
DCIS/Ductal Carcinoma In Situ merupakan bentuk kanker payudara
non-invasif yang paling umum terjadi sedangkan LICS/Lobular
Carcinoma In Situ lebih jarang terjadi justru lebih diwaspadai karena
merupakan tanda meningkatnya risiko kanker payudara.

2.2.2 Penyebab Kanker Payudara dan Faktor Resiko

Menurut Sitorus (2006), Kasdu (2005), Mulyani (2013) hingga saat ini,
penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti salah satunya genetik
(keturunan) dan faktor yang belum pasti tidak ada faktor lain mendukung
sperti terlalu banyak mengonsumsi makanan yang berelmak, obata-obatan
yang mengandung hormon estrogen dan zat karsinogen (zat warna sintesis
dan bahan kimia).

1. Faktor Usia
Semakin tua usia seorang wanita, maka akan risiko untuk menderita
kanker payudara akan semakin tinggi. Pada usia 50-69 tahun adalah
kategori usia paling beresiko terkena kanker payudara, terutamabagi
mereka yang mengalami menopause terlambat.
2. Faktor Genetik
Ada dua jenis gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang sangat mungkin menjadi
faktor resiko pencetus knaker payudara. Bila ibu, saudara wanita
mengidap kanker payudara maka ada kemungkinan untuk memilki risiko
terkena kanker payudara dua kali lipat dibandingkan wanita lain yang
tidak mempunyai riwayat keluarga yang terkena kanker payudara.
3. Penggunaan hormon estrogen

6
Penggunaan hormon estrogen (misalnya pada pengunaan terapi estrogen
replacemenet), penggunaan terapi estrogen replacement mempunyai
peningkatan risiko yang signifikan untuk mengidap penyakit kanker
payuadara.
4. Gaya hidup yang tidak sehat
Jarang berolahraga atau kurang gerak, pola makan yang tidak sehat dan
tidak teratur, merokok serta mengkonsumsi alkohol akan meningkatkan
resiko kanker payudara.
5. Perokok pasif
Merupakan orang yang tidak merokok tetapi orang yang tidak sengaja
menghisap asap rokok yang dikeluarkan olehorang perokok sering kali
didengar perokok pasif terkena risiko dari bahaya asap rokok dibanding
perokok aktif. Menurut ahli dari California Enviromental Protection
Agency Perokok asif memiki hubungan erat dengan resiko terserang
penyakit kanekr payuadara, oleh karena itu jangan menjadi perokok aktif,
hindarilah orangorang yang merokok di sekitar anda agar anda tidak
menjadi perokok pasif.
6. Penggunaan kosmetik
Bahan-bahan kosmetik yang bersifat seperti hormon estrogen beresiko
menyebabkan peningkatan risiko mengalami penyakit kanker payudara,
sehingga berhati-hatilah dalam penggunaan alat kosmetik untuk
kesehatan diri kita.
7. Penggunaan Pil KB
Penggunaan pil KB pada waktu yang lama dapat meningkatkan wanita
terkena risiko kanker payudara karena sel-sel yang sensitif terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak
atau menjadi ganas dan risiko ini akan menurun secara otomatis bila
penggunaan pil KB berhenti.

2.2.3 Gejala dan Tanda Kanker Payudara

Menurut Mulyani (2013), Setiati (2009), Bustan (2007), dan Olfah dkk
(2013) gejala dan pertumbuhan kanker payudara ini tidak mudah dideteksi

7
karena awal pertumbuhan sel kanker payudara jga tidak diketahui dengan
mudah. Sering kali, gejalanya baru diketahui setelah stadium kanker
berkembang agak lanjut. Untuk menentukan gejala awal kanker payudara
dapat dideteksi oleh kaum wanita, jadi perlu seorang ahli untuk menemukan
awal kanker payudara. Secara rutin wanita dapat melakukan metode
SADARI dengan cara memijat dan meraba seputar payudara untuk
mengetahui ada atau tidaknya benjolan disekitar payudara. Menurut
American Cancer Association, kemungkinan wanita wanita terkena kanker
payudara itu satu banding delapan orang atau 12 persen. Adapun beberapa
gejala kanker payudara :

1. Ditemukannya benjolan pada payudara yang tidak hilang dan permanen


biasanaya tidak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada
kulit payudara atau sekitar ketiak. Menurut American Cancer Society,
gejala awal yang signifikan dan sering dialami wanita ialah benjolan
yang biasanya ditandai rasa sakiy bila dipegang atau ditekan.

2. Perubahan pada payudara Biasanya gejala yang terjadi ialah berubahnya


ukuran, bentuk payudara dan puting. Dimana gejala itu awalnya ditandai
dengan permukaan payudara akan berwarna merah, kemudian perlahan
kulit mengerut seperti kulit jeruk, kemudian perlahan kulit mengerut
seperti kulit jeruk. Adapula dalam kasus lain, warna payudaranya
berubah orange.
3. Puting mengeluarkan cairan Pada puting seringkali mengeluarkan cairan
(nipple discharge) seperti darah, tetapi juga terkadang juga berwarna
kuning, kehijau-hijauan berupa nanah.
4. Pembengkakan pada payudara Gejala kanker payudara juga ditandai
dengan pembengkakan payudara tanpa ada benjolan, yang merupakan
gejala umumnya. Bahkan, kadang kadang salah satu payudara pembuluh
darah jadi tlebih terlihat.

8
Menurut Olfah dkk (2013) mengungkapkan tanda dan gejala kanker
payudara dibuat beedasarkan fasenya sebagai berikut:
A. Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala).
Tanda dan gejala yang paling umum dalah benjolan dan penebalan
pada payudara. Kebanyakkan sekitar 90% ditemukan oleh penderita
sendiri. Pada stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan
keluhan.
B. Fase lanjut
1. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
2. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah di
obati.
3. Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak
sembuh walau diobati.
4. Putting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari
puting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui.
5. Putting susu tertarik ke dalam
6. Kulit payudara menegrut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
C. Metastase luas, berupa :
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2. Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan
penyebaran ke tulang.
4. Fungsi hati abnormal.
Menurut Suprianto (2010) sesungguhnya seseorang bisa terserang kanker
Lantaran banyak faktor diantaranya ialah faktor gen, makanan dan
minuman tertentu dan lain sebagainya. Supaya kita dapat mengidentifikasi
adanya kanker dalam tubuh, kita mesti mengenali tanda-tanda kanker sejak
dini. Tanda-tanda kanker payuadara yaitu:
1. Berkurangnya berat badan tanpa diketahui penyebabnya.

9
2. Demam yang berlebih sering terlihat dalam tahap-tahap lanjut, terutama
bila kanker mempengaruhi sistem kekebalan dan mengurangi
pertahanan terhadap infeksi.
3. Rasa lelah yang berlebihan.
4. Rasa nyeri yang muncul di tempat-tempat tertentu, yang merupakan
sistem tahap lanjut penyakit kanker.
5. Perubahan warna kulit menguning, memerah, gatal-gatal, atau
pertumbuhan rambut berlebihan.
2.2.4 Fakto Risiko Kanker Payudara
Menurut Mulyani (2013), Nisman (2011), Olfah dkk (2013), Andrews (2010)
Hampir seluruh faktor resio kanker payudara berhubungan langsung maupun
tidak langsung dengan estrogen yang tidak terpakai dan tersisa dalam tubuh
ataupun estrogen yang tidak tidak diimbangi dengan progesteron. Faktor
risiko adalh setiap faktor yang meneybabkna seseorang atau sekelompok
orang mempunyai kemungkinan lebih besar menderita, cedera, atau
komplikasi. Banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
kanker payudara sebagai berikut:
1. Faktor reproduksi
Beberapa faktor reproduksi yang berhubungan denga risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas (wanita yang belum melahirkan)
dan kehamilan pertama pada umur tua (kehamilan pertama diatas 30
tahun). Hal ini dikaitkan dengan fungsi payudara yang berfungsi
optimal, demikian juga hormonhormon yang berperan pada prose
menyusui. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa menyusui
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Faktor reproduksi
lain yang mungkin berperan adalah menarche (menstruasi pertama)
pada umur muda dan menopause (berhentinya menstruasi) pada umur
lebih tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan hanya kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya

10
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan yang terjadi pada
payudara.
2. Riwayat kesehatan personal
Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat kanker payudara pada
salah satu payudaranya maka individu ini mempunyai risiko lebih
tinggi untuk terkena pada payudara satunya.
3. Lokasi geografis dan ras
Eropa Barat dan Amerika utara : lebih dari 6-10 kali keturunan
Amerika utara perempuan Afrika-Amerika sebelum usia 40 tahun.
4. Status perkawinan
Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara.
5. Paritas
Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun atau yang
belum pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar daripada yang
melahirkan anak pertama di usia belasan tahun.
6. Riwayat mesntruasi
Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia
kurang dari 12 tahun memiliki resiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih besar
daripada wanita dengan menarche yang datang pada usia lebih dari 12
tahun. Wanita dengan menopause terlambat yaitu pada usia lebih dari
50 tahun memiliki resiko 2,5 hinga 5 kali lebih tinggi.
7. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara
berisiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan
saudara perempuan maka risiko menjadi 6 kali lebih tinggi.
8. Obesitas atau setiap penambahan 10 kg maka 80% lebih besar terkena
kanker payudara.

9. Penyakit payudara lain


Wanita yang mengalami hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia
memiliki risiko 8 kali lebih besar kanker payudara.
10. Terpajan radiasi
Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada peempuan muda dan
anak-anak bermanifestasi setelah usia 30 tahun. Terpapar unsur
radiasi, apalagi dalam waktu lama selama atau sesudah pubertas,
meningkatnya terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa

11
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungan erat dengan dosis atau lama terpapar dan umur saat
terjadinya paparan.
11. Kanker primer kedua
Dengan kanker ovarium primer, resiko kanker payudara 3-4 kali lebih
besar. Dengan kanker endometrium primer resiko kanker payudara 2
kali lebih besar. Dengan kanker colorectal resiko kanker payudara 2
kali lebih besar (Olfah dkk,2013).
12. Penyakit fibrokistik
Wanita dengan adenosis fibroadenoma serta fibrosis tidak ada
peningkatan risiko tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara. Sedangkan pada hiperplasis dan papiloma risiko sedikit
meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik risiko
meningkat hingga 5 kali.
13. Usia saat melahirkan anak pertama
Semakin tua memiliki anak pertama, semakin besar risiko untuk
terkena kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum
pernah melahirkan anak risiko terkena kanker payudara juga akan
meningkat.
14. Obesitas setelah menopause
Seorang wanita yang mengalami obesitas setelah menopause, akan
berisko 1,5 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita berberat badan normal.
15. Perubahan payudara
Hampir setiap wanita mengalami perubahan pada payudaranya.
Sebagian besar perubahan itu bukan kanker. Tetapi ada beberapa
perubahan yang mungkin merupakan tanda-tanda kanker. Jika
seseorang wanita memiliki perubahan jarinagn payudara yang dikenal
sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang wanita
memilki peningkatan risiko kanker payudara.
16. Penggunaan hormon estrogen dan progestin
Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon
estrogen saja atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau

12
lebih setelah menopause akan miliki peningkatan risiko
mengembangkan kanker payudara.
17. Mengkonsumsi Alkohol
Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisko terkena
kanker payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati,
sehingga hati bekerja lebih keras dan sehingga lebih sulit memproses
estrogen agar keluar dari tubuh.
18. Mengkonsumsi makanan siap saji (junk food)
Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat
membuat gemuk tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker
payudara, lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak diimbangi
dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada resistansi insulin
sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat
yang mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilakan
un bertambah seiring dengan pertambahan berat badan. Lemak pada
tubuh yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar
estrogen sehingga pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat.
19. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Intiative menemukan bahwa
aktifitas fisik pada wanita menopause yang berjalansekitar 30 menit
perhari diaitkan dengan penurunan 20 persen risiko kanker payudara.
Namun, pengurangan risiko terbesar diantara wanita yang berberat
badan normal. Dampak aktifitas fisik tidak ditemukan di kalangan
wanita yang klebihan berat badan atau obesitas. Namun, aktifitas fisik
yang dikombinasi dengan diet dapat menurunkan berat badan
sehingga pada akhirnya menurunkan juga risiko kanker payudara dan
berbagai penyakit lain. Selain itu, merokok dan kebiasaan makan
yang tidak baik juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

2.2.5 Upaya Pencegahan Kanker Payudara

Menurut Mulyani (2013) dan Olfah dkk (2013) Pencegahan kanker payudara
bertujuan untuk menurunkan insidensi kanker payudara dan secara tidak

13
langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara itu
sendiri. Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan deteksi dini, begitu pula pada kanker
payudara. Adapun strategi pencegahan yang dilakukan antara lain berupa :
a. Pencegahan primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan
pada orang yang sehat melalui upaya untuk menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer dapat
berupa deteksi dini, SADARI serta melaksanakan ola hidup sehat
untuk mencegah penyakit kanker payudara.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Pada setiap wanita yang normal serta
memiliki siklus haid normal, mereka merupakan populasi at risk dari
kanker payudara. Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan
deteksi dini berupa skrining melalui mammografi yang diklaim
memiliki akurasi 90% tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat itu tidak baik karena payudara.
Sehingga mammografi dengan pertimbangan.
c. Pencegahan tertier
Pada pencegahan tertier ini biasanya diarahakan pada individu yang
telah positif menderita kanker payudara. Dengan penangganan yang
tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadium kanker
dengan tujuan untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini berperan penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah
komplikasi penaykit serta meneruskan pengobatan (Mulyani, 2013).

2.3 Teknik Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

2.3.1 Pengertian SADARI

14
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang
berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi
terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri
dan sisi kanan, apakah ada benjolah, perubahan warna kulit, puttting berisik
dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah (Olfah dkk, 2013). American
Cancer Society merekomendasikan agar sejak usia 20 tahun, kaum wanita
memeriksakan payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun.
Sesudahnya pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun. Meskipun
sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi
keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009). Pemeriksaan payuadara sendiri
(SADARI) adalah pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap
kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-
langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara.
Kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa
perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, dan bagi
wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktuna selama kurang lebih
lima menit. Tidak diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi
atau pada saat sedang berbaring. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat
seorang wanita telah mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya
(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara) dalah sekitar 20-30%
(Nisman, 2011).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi kanker payudara


adalah cara termudah dan termurah mengetahui adanya benjolan yang
kemungkinan besar berkembang menjadi kanker ganas. SADARI atau
periksa payudara sendiri dengan rutin merabanya merupakan langkah
penting untuk deteksi dini kanker payudara. Kebiasaan karena mudah,
murah, cepat, dan efektif untuk semangkin “mengenal” dan menyadari jika

15
terdapat suatu hal yang tidak normal pada payudara. Sebaiknya jangan
tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal itu sudah terjadi, maka
kemungkinan menderita kanker payudara stadium 1 lebih besar. Pemeriksaan
melalui ultrasonografi dan mamografi harus dilakukan secara berkala. Untuk
wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun. Sementara
yang berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada
benjolan, yang terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang merasa ada
benjolan paling hanya satu (Olfah dkk, 2013). Pemeriksaan payuadara
sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara sendiri untuk dapat
menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus
mengeluarkan biaya. American Cancer Society dalam proyek skrening
kanker payudara menganjurkan pemeriksaan SADARI walaupun tidak
dijumpai keluhan apapun. Dengan melakukan deteksi dini dapat menekan
angka kematian sebesar 25-30%. Dalam melakukan deteksi dini seperti
SADARI diperlukan minat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup serta menjaga kualitas hidup untuk lebih baik
(Mulyani, 2013).

Bentuk payudara biasanya berubah-ubah sebelum memasuki masa


menstruasi, biasanya payuadara terasa membesar, lunak, atau ada benjolan
dan kembali normal ketika masa menstruasi selesai. Yang terpenting adalah
mengenali perubahan mana yang biasa terjadi dan mana yang tidak keadaan
normal dari payudara sendiri. Pemeriksaan payudar sendiri (SADARI)
secara rutin untuk dapat merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara
sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui. Waktu terbai untuk
memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi selesai.
Pada saat itu, payudara terasa lunak. Pemeriksaan tidak tepat dilakukan pada
menjelang dan sewaktu menstruasi (Bustan, 2007).

16
SADARI optinum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus
menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam
keadaan lembut, tidak keras, membengkak sehingga jika ada
pemebengkakan akan lebih mudah ditemukan ( Mulyani, 2013).

2.3.2 Manfaat SADARI

Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat
penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada
payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit
kanker tersebut. Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk
meningkatkan kemungkinan harapan hidup pada wanita penderita kanker
payudara. Hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan oleh penderita
sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Selain itu, SADARI adalah
metode termudah, tercepat, termurah, dan paling sederhana yang dapat
mendeteksi secara dini kanker payudara.

2.3.3 Tujuan SADARI

Menurut Nisman (2011) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan dengan


bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut.
1. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk
mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini
akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara.
2. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan
pada stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.
2.3.4 Cara Memeriksa Payudara Sendiri (SADARI)
Menurut Nisman (2011), Mulyani (2013), Bustan (2007), Sitorus (2006),
Proverawati (2010) dan Olfah dkk (2013) deteksi dini kanker payudara dapat
dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. Waktu yang tepat untuk periksa
payudara sendiri adalah satu minggu setelah selesai haid. Jika siklus haid

17
telah berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa payudara sendiri pada
waktu yang sama setiap bulannya dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukannya tidak lebih dari 5 menit. Terbukti 95% wanita yang
terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih
dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang
merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI (periksa payuadara
sendiri) pada saat menstruasi, pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10
setelah hari pertama haid di rumah secara rutin dan menyarankan
dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada
payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun
kurang atau lebih.
1. Buka baju dan tinggalkan pakaian-bra Anda dan berdiri tegak di depan
cermin dengan kedua lengan lurus ke bawah. Perhatikan ada-tidaknya
perubahan ukuran dan bentuk dari payudara Anda, seperti lekukan atau
kerutan dari kulit.
2. Melihat Perubahan di Hadapan Cermin.
Perhatikan secara teliti mengenai hal-hal tersebut.
a) Apakah bentuk dan ukurannya kanan dankiri simetris?
b) Apakah bentuknya membesra/mengeras?
c) Apakah arah putingnya lurus kedepan? Atau berubah arah?
d) Apakah ada dimpling( putting tertarik ke dalam) ?
e) Apakah putting?kulitnya da yang lecet?
f) Apakah kulitnya tampak kemerahan?kebiruan? kehitaman?
g) Apakah kulitnya tampakmenebal dengan pori-pori melebur
(seperti kulit jeruk)?
h) Apakah permukaan kulitnya mulus, tidak tampak adanya
kerutan/cekungan/puckering ?

Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris


atau tidak). Cara melakukan :

18
2.1 Gambar Tahap 1 Melihat Bentuk Payudara di Cermin

3. Periksa payudara dengan tangan diangkat diatas kepala. Dengan


maksud untuk melihat retraksi kulit, perlekatan tumor terhadap otot
atau fascia dibawahnya atau kelainan pada kedua payudara. Kembali
amati perubahan yang terjadi pada payudara Anda, seperti perubahan
warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting atau
permukaan kulit menjadi kasar.

2.2 Gambar Tahap 2 Periksa Payudara dengan Diangkat Kedua Tangan

4. Berdiri tegak didepan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.

19
2.3 Gambar Tahap 3 Berdiri di Depan Cermin Tangan Disamping

5. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang /


tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di
daerah axilla. Lalu perhatikan apakah ada kelainan seperti di atas.
Masih dengan posisi demikian, bungkukkan badan dan tandai apakah
ada perubahan yang mencurigakan perubahan atau kelainan atau
puting.

2.5 Gambar Tahap 1 Persiapan Melakukan SADARI

Di mulai dari payudara kanan, baring menghadap ke kiri dengan


membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi
yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian
yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah
kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan.

20
Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan
atau penebalan. Periksa payudara Anda dengan menggunakan Vertical
Strip dan Circular membentuk sudut 90 derajat.
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang
selangka dibagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah
antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan
tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan
tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-
lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap
tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan
terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan.
Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh
bagian yang ditunjuk.

2.6 Gambar Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip

6. Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang
luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke
puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan
ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian
bawah areola mammae. Tekanan payudara memutar searah jarum jam
dengan bidang datar dari jari-jari Anda yang dirapatkan. Dimulai dari
posisi jan 12.00 pada bagian puting payudara.

21
2.7 Gambar Tahap 3 Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar

7. Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk


melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

2.8 Gambar Tahap 4 Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara

8. Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda ke


samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan
abnormal atau tidak.

22
2.9 Gambar Tahap 5 Memeriksa Ketiak

2.3.5 Masalah Yang Ditemukan Saat Keterlambatan Melakukan Teknik


Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

Menurut Olfah dkk (2013), Setiati (2009), Nisman (2011), dan Kasdu (2005)
menyatakan apabila Anda tidak melakukan Skrining dan deteksi dini dengan
pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan 5-7 hari stelah menstruasi akan
medapatkan temuan masalah kanker payudara atau kelainan yang terjadi di
payudara seperti memiliki ada sejumlah tanda yang harus diwaspadai yang
menunjukkan suatu ketidaknormalan pada pyudara. Hal-hal berikut ini dapat
menandakan adanya kanker payudara tanda-tanda khusus kanker payudara
sebagai berikut:

1. Terdapat benjolan kecil pada jaringan disekeliling payudara biasanya


tanpa rasa sakit walaupun 25% kanker dihubungkan dengan suatu rasa
tidak nyaman.

2. Puting susu yang terlipat ke dalam.

3. Perubahan tekstur atau rasa seperti perubahan warna kulit dan terdapat
kerutan- kerutan pada kulit payudara.

4. Rasa tidak nyaman atau kesadaran rutin terhadap salah satu payudara.

23
5. Suatu perubahan pada puting susu atau pengeluaran spontan dari puting
susu (jarang-jarang).

6. Bintik-bintik getah bening yang membengkak di bawah ketiak Anda


yang berbintik-bintik adalah tanda meningkatnya penyakit.

7. Terjadi pembengkakan, benjolan yang keras, padat, tidak sakit, jika


ditekan tidak bergerak pada tempatnya, dan hanya teraba pada salah satu
payudara.

8. Terjadi perlukaan seperti keluar darah atau nanah dari puting susu.

9. Timbul rasa nyeri.

10. Terjadi pembengkakan di daerah ketiak atau puting susu seperti gatal,
terasa bakar, dan tertarik ke dalam.

11. Terjadi perlukaan di daerah ketiak.

2.3.6 Cara untuk melakukan SADARI Bila Menemukan Benjolan

Menurut Nisman (2011) dan Mulyani (2013) SADARI baru dilakukan oleh
sebgian kecil kaum wanita. Diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita
yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan teratur
setiap bulannya. Umumnya langkah ini dihindari karena menimbulkan
bayangan menakutkan. Pertama sadarilah bahwa upaya SADARI yang kita
lakukan adalah untuk melakukan deteksi dini- sangat awal-sehingga kita
punya harapan besar bahwa masalah yang kita temui adalah masalah yang
ringan, bisa diobati, dan penyembuhannya dapat dilakukan dengan baik.
Yang kedua adalah berusahalah untuk tenang jika menemukan benjolan.
Jangan berusaha memijat-mijat benjolan tersebut karena pemijatan tidak
akan membuat benjolan menegcil, sebaliknya justru dapat membuat masalah
menjadi lebih berat jika benjolan ini merupakan masalah atau penyakit. Yang

24
ketiga adalah segera konsultasikan dengan dokter yang tepat untuk
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

a. Mammografi
Mammografi merupakan proses pemeriksaan payudara manusia
menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Melalui
pemeriksaan Mammografi, angka kematia karena kanker payudara dapat
diturunkan sampai 30%. Metode mammografi, sinar X yang dipancarkan
sangat kecil, sehingga metode ini relatif mudah. Mammografi merupakan
suatu tes yang aman yang bertujuan untuk melihat adanya masalah pada
payudara wanita.
b. Biopsi
Biopsi merupakan suatu tes untuk mengambil sejumlah kecil jaringan dari
benjolan dan daerah sekitar benjolan. Jaringan tersebut dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan tes, dicari adanya perubahan-perubahan
yang menunjukkan adanya kanker. Benjolan atau perubahan yang
ditemukan pada payudara dapat bersifat jinak (bukan kanker) atau ganas
(kanker) dan jika kanker payudara dapat lebih dini maka wanita
kemungkinan bertahan dari penyakit ini lebih baik serta banyak terapi
untuk kanker payudara.
c. Mammogram
Suatu pemeriksaan diagnostik yang dilakukan ketika seorang wanita
memiliki gejala gejala kanker payudara atau terdapat benjolan di
payudara dan mammogram ini memakan waktu lebih lama karena gambar
yang diambil juga lebih banyak.
d. Mammogram digital
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengambil gambaran elektronik
payudara dan menyimpannya langsung di komputer. Penelitian terbaru
tidak menunjukkan bahwa gambaran digital lebih baik dalam menemukan
kanker dibandingkan film Sinar X.

25
BAB 3

PERENCANAAN KEGIATAN

1.1 Perencanaan
Departemen : Keperawatan Komunitas

Topik : Pelatihan Kesehatan SADARI

Sub Topik : SADARI


1. Pengertian SADARI.
2. Tujuan Pemeriksaan SADARI
3. Waktu Untuk Melakukan SADARI
4. Persiapan Sebelum Untuk Melakukan SADARI
5. Prosedur Pemeriksaan SADARI
Sasaran : Kader di RW 4 Dusun Bulurejo.
Hari/tanggal : Senin, 7 Mei 2018.
Tempat : Rumah Ibu Misdi.
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab.
Pelaksanaan : Mahasiswa Ners S1 Ilmu Keperawatan Stikes Karya Husada
Kediri.
Waktu : Pukul 08:00 s/d Selesai.
1.2 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Melatih kader dalam upaya deteksi dini Ca Mamae dengan teknik
pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).

26
1.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan, perseta mampu menjelaskan kembali :

1. Tentang deteksi dini CA mamae


2. Kader mampu mengetahui cara melakukan teknik pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) untuk deteksi CA mamae.
3. Kader mampu melakukan teknik pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) untuk deteksi dini CA mamae.
1.4 Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian SADARI.
2. Tujuan Pemeriksaan SADARI
3. Waktu Untuk Melakukan SADARI
4. Persiapan Sebelum Untuk Melakukan SADARI
5. Prosedur Pemeriksaan SADARI
3.5 Media
1. Leaflet
2. LCD
3.6 Pegorganisasian
Pembimbing Lahan : Wiwik Andriani, S.Kep.,Ns

Pembimbing Akademik : Linda Ishariani, M.Kep

Ketua Panitia : Putri Irawati, S.Kep

Sekretaris : Syahafiah Tanarubun, S.Kep

Anggota : Bayu Kurniawan, S.Kep

Dewi Elisa Rosalita, S.Kep

Diah Ayu Ari S, S.Kep

Imam Fatoni, S.Kep

Sigit Yulianto, S.Kep

Setyaning Arum, S.Kep

Ratna Indah P. Dewi, S.Kep

27
Yesa Damayani, S.Kep

Anita Indah S. E. W, S.Kep

Kholifatus Sari Wati, S. Kep

Penyaji : Oleh kader

Dokumentasi : Fahrul Rossi, S.Kep

3.7 Persiapan Pelaksanaan


1. Menetapkan panitia dan waktu pelaksanaan untuk penyuluhan.
2. Mencari materi tentang SADARI
3. Konsultasi dengan preceptor klinik dan preceptor akademik.
4. Melakukan pelatihan kader.
5. Melakukan evaluasi penyuluhan.
3.8 Pelaksanaan
1. Persiapan peserta
2. Mengisi daftar hadir
3. Peserta menggambil tempat duduk
4. Mendiskusikan kontrak waktu
5. Kegiatan inti.
Langkah-langkah metode ceramah yang dilakukan adalah mengikuti aturan
yang ada yaitu sebagai berikut.

28
3.1.1 Kegiatan

Sesion 1

Tahap Kegiatan Metode / media Alokasi Sasaran


Waktu
Pendahuluan a) Salam 20 menit KADER
b) Doa Pembukaan
c) Perkenalan
d) Apersepsi Diskusi
Pendidik melakukan tanya
jawab dengan siswi tentang
deteksi dini CA Mamae
dengan teknik pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).
Inti a) Memberikan materi tentang Ceramah/audio 60 menit KADER
deteksi dini CA Mamae visual
dengan teknik pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).
b) Memberikan kesempatan pada
siswi untuk bertanya tentang
hal yang masih belum Diskusi
dipahami.
c) Mempraktikkan teknik
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI). Role play /
d) Memberikan kesempatan pada Phantom
kader untuk mempraktikkan
teknik pemeriksaan payudara Role play /

29
sendiri (SADARI). Phantom

Penutup  Tanya jawab dan diskusi Diskusi 10 menit Siswi


tentang deteksi dini CA
Mamae dengan teknik
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
 Memberikan kesimpulan
 Doa penutup
 Salam

30
3.9 Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Menentukan tema penyuluhan yang disesuaikan dengan masalah yang
ditemukan.
2) Pembuatan SAP dan leaflet dilakukan 4 hari sebelumnya.
3) Peserta hadir tepat waktu yang telah ditentukan.
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Evaluasi Hasil
Peserta mengerti tentang pengertian pap smear, persiapan sebelum pap
smear dan prosedur pap smear.

31
3.10 Rencana Anggaran Keanggotaan

3.10.1 Sumber Dana

1. Dana Prodi S1 Ilmu Keperawatan Rp. 250.000,00

2. Dana Iuran Mahasiswa Rp. 304.000,00

Jumlah Rp. 554.000,00

3.10.2 Anggaran Dana

1. Kesekretariatan

Banner 1 @Rp. 50,000,- =Rp. 50,000,-

Proposal 2 @Rp. 35,000,- =Rp. 70,000,-

CD 2 @Rp. 8,000,- =Rp. 16,000,-

Sertifikat 41 @Rp. 3,500,- =Rp. 143,500,-

LPJ 2 @Rp. 25,000,- =Rp. 50,000,-

Doorprize 12 @Rp. 3,000,- =Rp. 36,000,-

Cinderamata 1 @Rp.35,000,- =Rp.35,000,-

2. Komsumsi

Snack dan minuman I 5 @Rp. 2,000,- =Rp. 10,000,-

Snack dan minuman II 30 @Rp. 2,000,- =RP. 90,000,-

Konsumsi Dosen/Guru 5 @Rp. 7.500,- =Rp. 37.500,-

Konsumsi Panitia 8 @Rp. 2.000 =Rp. 16.000,-

Jumlah Rp.554.000,-

1
2
3

Anda mungkin juga menyukai