Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

METODE KANGURU

Disusun Oleh : Kelompok II Commented [A1]: TAMBAHKAN NPM

Syahruramadhoan
Sumarni
Arifuddin
Isnainul Fahmi
Samsil Bahar
I Made Amartha Bratasena
Juan Hamdani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TA 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR).
Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan
sebagian karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan PJT
(Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan
tingkat kemiskinan. 2,3 BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada
neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian
neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama
kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari
negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per
1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother
2012 (data tahun 2007-2012) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh
Bayi Berat Lahir Rendah.
Bayi berat lahir rendah merupakan faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap
kematian dan kelahiran bayi khususnya pada masa perinatal. Dampak kelahiran BBLR
berpengaruh terhadap kualitas generasi mendatang, ditandai dengan lambatnya pertumbuhan
dan perkembangan anak dan akan berpengaruh penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2012).
BBLR sering menghadapi berbagai masalah yaitu: asfiksia, hipotermia, ikterus dan
gangguan pernafasan. Bayi prematur atau bayi berat lahir rendah secara umum mempunyai
kematangan dalam sistem pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bayi
prematur yang mempunyai berat badan lahir rendah cenderung mengalami hipotermi. Hal ini
disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat mudah dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Pada umumnya bayi prematur dan mempunyai berat badan lahir
rendah harus dirawat dalam inkubator. Commented [A2]: REFERENSI

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan infrastruktur yang
mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali menjadi pengalaman
yang sangat mengganggu bagi keluarga. Oleh karena itu, perawatan terhadap bayi tersebut
menjadi beban sosial dan kesehatan di negara manapun. Analisis terkini menunjukkan
bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir (BBL) dapat dicegah per tahun menggunakan
intervensi yang tidak mahal dan tepat guna. Commented [A3]: REFERENSI

Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan metode kanguru (PMK). Perawatan
dengan metode kanguru merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang
paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi,
keselamatan dan kasih sayang. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang
sederhana, murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan BBLR. Metode kanguru tidak
hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun juga memberikan berbagai keuntungan
yang tidak dapat diberikan inkubator. Dibandingkan dengan perawatan konvensional, PMK
terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan
ketidakpuasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi. Commented [A4]: REFERENSI

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Perawatan Metode Kanguru?
2. Apa sajakah manfaat dari Perawatan Metode Kanguru?
3. Apa saja tahap yang dilakukan dalam melaksanakan Pearawan Metode Kanguru?
4. Bagaimanakah kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian, prinsip, tujuan, keuntungan, langkah-langkah, pelaksanaan
Perawatan Metode Kanguru.
2. Mengetahui pengertian Perawatan Metode Kanguru.
3. Mengetahui manfaat dari Perawatan Metode Kanguru
4. b. Memahami kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru. Commented [A5]: APA MAKSUDNYA 4.B?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Commented [A6]: TAMBAHKAN TEORI TENTANG KONSEP BBLR

TAMBAHKAN GAMBAR LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN METODE


KANGURU

TAMBAHKAN REFERENSI DISETIAP TEORI YANG DIGUNAKAN


A. Pengertian Metode Kanguru
Metode kanguru adalah suatu teknologi tepat guna untuk perawatan bayi baru lahir,
khususnya bayi premature atau berat lahirnya lebih kecil dari 2500 gram (BBLR) dengan
cara melekatkan kulit bayi ke kulit ibu/skin to skin contact (Sekartini, 2011).
Kanguru Mother Care ( KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL) adalah kontak langsung
kulit ibu dan bayi secara dini, terus menerus dengan pemberian ASI eksklusif metode ini
dilakukan sampai berat bayi 2500 gram atau mendekati 40 minggu atau sampai bayi kurang
nyaman dengan kanguru mother care (Endyarni, 2011).
Metode kangguru mampu memenuhi kebutuhan bayi dengan BBLR yaitu dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang sesuai dengan rahim ibu, sehingga memberi peluang
untuk dapat beradaptasi secara baik dengan dunia luar.Metode Kangguru atau perawat bayi
lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan
berat badan rendah baik selama perawatan di klinik ataupun di rumah. Sehingga diperoleh
suhu optimal bayi (Maulana, 2009).

B. Kriteria Metode Kangguru


1. Bayi dengan berat badan ≤ 2500 gram.
2. Tidak ada kelainan atas penyakit yang menyertai.
3. Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.
4. Perkembangan selama perawatan metode kangguru baik.
5. Kesiapan dan keikutsertaan orangtua, sngat mendukung dalam keberhasilan kelangkaan
fasilitas sumber daya rumah sakit untuk merawat bayi premature.

C. Manfaat Perawatan Metode Kanguru


Secara garis besar, manfaat PMK adalah sebagai berikut:
1. Manfaat PMK bagi bayi
a. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat dalam
batas normal.
b. BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5° C terutama dalam waktu 1 jam pertama.
c. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem imun bayi
karena meningkatnya produksi ASI.
d. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan
stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.
e. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.
f. Meningkatkan ikatan bayi-ibu
g. Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai dengan jumlah waktu
terbangun yang lebih rendah.
h. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernapasan
bawah.
i. Memperpendek masa rawat.
j. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.
k. Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.
l. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada kelompok PMK
daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam pertama dan seterusnya.
2. Manfaat PMK bagi Ibu
a. Mempermudah pemberian ASI.
b. Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.
c. Hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu sayang kepada bayinya.
d. Pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih puas, kurang merasa
stres).
e. Peningkatan produksi ASI, peningkatan lama menyusui dan kesuksesan dalam
menyusui.
3. Manfaat PMK bagi Ayah
a. Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya.
b. Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di negara
dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi.
4. Manfaat PMK bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi efisiensi tenaga
karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas
akan berkurang. Bahkan petugas justru dapat melakukan tugas lain yang memerlukan
perhatian petugas misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada bayi maupun
memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan PMK.
5. Manfaat PMK bagi institusi kesehatan
a. Lama perawatan lebih pendek sehingga cepat pulang dari fasilitas kesehatan. Dengan
demikian, tempat tersebut dapat digunakan bagi klien lain yang memerlukan (turn over
meningkat).
b. Pengurangan penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain) sehingga dapat
membantu efisiensi anggaran

D. Persiapan Ibu
1. Membersihkan daerah dada dan perut ibu dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali
sehari.
2. Membersihkan kuku dan tangan.
3. Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai.
4. Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH.
5. Memakai kain baju yang dapat direnggakan.

E. Persiapan Bayi
1. Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat.
2. Bayi perlu memakai tutup kepala serta popok selama penggunaan metode ini.
3. Pada saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu.

F. Waktu Pelaksanaan
1. Segera setelah lahir.
2. Sangat awal, setelah 10-15 menit.
3. Awal, setelah umur 24 jam.
4. Menegah, setelah 7 hari perawatan.
5. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2. Setelah keluar dari perawatan Metode
kangguru

G. Keuntungan
Keuntungan dari Metode Kanguru, antara lain:
1. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.menjaga agar suhu
tubuh bayi stabil dengan menggunakan tubuh ibu sebagai termoregulator suhu bayi.
Bayi kecil yang kedinginan lebih cepat mencapai suhu 36,5c terutama dalam waktu
1jam pertama.
2. Mengurangi stress pada ibu dan bayi karena bayi tenang dan nyaman berada di dekapan
ibunya. Sedangkan bagi ibu,PMK meningkatkan ikatan ibu dan bayi sehingga ibu
tenang dan makin percaya diri untuk melakukan perawatan bagi bayinya.
3. Bayi mudah mendapatkan ASI karena selalu berada bersama ibunya sehingga
memperkuat system imun bayi.
4. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi.
5. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak.
6. Mengurangi lama menangis pada bayi.
7. Meningkatkan perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensorik dari
ibu ke bayi.
8. Bermanfaat untuk ibu dan bayi, dimana suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien
dan murah.
9. Membuat bayi merasa aman dan nyaman.
10. Menurunkan resiko selama perawatan di rumah sakit.
11. Meningkatkan produksi Asi.
12. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi.

H. Kerugian Metode Kangguru


Kerugian metode kangguru adalah apabila bayi terlalu sering digendong bisa membuat
bayi menjadi malas bergerak, malas menggerakkan kaki dan pinggulnya untuk berjalan. Hal
ini tentu akan menghambat pergerakan motorik anak. Selain itu akibat lebih jauhnya pada
pola perkembangan berikutnya adalah kepercayaan diri anak bisa hilang atau anak jadi tidak
percaya diri.
Agar anak tetap merasa aman dan nyaman meski tanpa kebiasaan digendong, sebaiknya
orangtua tidak melepaskan anaknya sama sekali. Menggendong tetap bisa dilakukan pada
saat-saat tertentu seperti sedang rewel, menangis, mimpi buruk atau sakit. Ini penting untuk
membangun rasa amannya. Menggendong dihentikan bila usia bayi sudah di atas 8 bulan
sudah dapat berdiri dan belajar berjalan dan berat badannya sudah mencapai 8 kg lebih.
Secara psikologis, kebiasaan digendong, terutama setelah bayi berumur di atas 8 bulan akan
mendorongnya menjadi anak yang manja.

I. Cara Melakukan Metode Kanguru


1. Beri bayi pakaian, tutup bagian kepala bayi, popok dan kaos kaki bayi yang telah
dihangatkan terlebih dahulu.
2. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala
bayi sudah teriksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk,
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit ekste
3. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, dan bayi diletakkan
diantara payudara ibu, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar
bayi tidak terjatuh.
4. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau kain lebar yang
elastis atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.
5. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan,
makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi ibu setengah duduk atas dengan jalan
meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung ibu.
6. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
7. Dalam pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, pisisi bayi, pemantauan bayi,
cara pemberian ASI dann kebersihan ibu dan bayi.

J. Batas Penerapan Metode Kanguru


Batas penerapan metode kanguru adalah bila usia bayi sudah di atas 8 bulan atau sudah
dapat berdiri dan belajar berjalan dan petugas kesehatan harus terlebih dahulu memeriksa
retina agar kebutaan dapat dicegah begitu juga telinga, tulang dan vaksinasi. Lalu tunggu
hingga bayi beratnya mencapai 8 kg lebih.

K. Komponen Metode Kanguru


1. Posisi
Posisi kanguru yaitu : Posisi bayi yang diletakan diantara dada ibu dengan posisi tegak
langsung ke kulit ibu, apakah kepala sudah terfiksasi pada dada ibu dan posisikan bayi
dalam keadan pada siku dan tungkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepala ektensi. Posisi ini dilakukan secara terus menerus selama 24 jam atau beberapa
sejam sehari (Sudarti, 2010).
2. Nutrisi
Ibu harus diyakinkan bahwa makanan yang baik bagi bayinya adalah ASI pada
awalnya mungkin bayi mengisap tidak sekuat bayi yang normal. Bila ibu tidak dapat
menyusui, berilah ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum. Posisi KMC ideal untuk menyusui bayi (Sudarti, 2010).
3. Posisi Ibu Saat Tidur dan Istrahat Pada Metode Kanguru
Pada metode ini dianjurkann tidur bersama bayinya dilakukan dengan keadaan
setengah duduk dimana bayi dalam posisi kanguru, kepala ibu lebih tinggi sekitar 25
derajat dari posisi horijontal. Hal ini bias diilakukan dengan menopang beberapa bantal
dikepala ibu kurang nyaman ibu dapat istirahat dengan posisi menyamping setengah
berbaring.
BAB III
JURNAL TERKAIT METODE KANGURU Commented [A7]: LANGSUNG ANDA ANALISIS DARI BEBERAPA
JURNAL TERKAIT DENGAN METODE DAN HASIL
PENELITIANNYA....BUKAN ANDA MASUKKAN SEMUA ISI JURNALNYA

JURNAL PERTAMA
Pengalaman Ibu dalam Melakukan Perawatan Metode Kanguru
Oleh: Santi Wahyuni, Dwi Putri Parendrawati (2011)

A. Pendahuluan
Tingginya insidensi kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
merupakan penyumbang utama mortalitas pada neonatus. Perawatan BBLR di Indonesia,
masih diprioritaskan pada penggunaan inkubator, tetapi keberadaannya sangat terbatas,
sehingga diperlukan suatu metode praktis yaitu perawatan metode kanguru (PMK). Metode
ini memberi peluang bagi bayi BBLR untuk beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin.
Pelaksanaan PMK dapat dilakukan di rumah sakit dan dilanjutkan dirumah. Hal ini
menuntut kemampuan ibu dan dukungan keluarga dalam melakukan PMK.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif fenomenologi yang bertujuan
untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana pengalaman para ibu dalam melakukan
PMK terhadap bayi BBLR. Peneliti menggunakan berbagai penjelasan yang diungkapkan
oleh partisipan yang mengekspresikan berbagai perasaan, pikiran, persepsi, dan pengalaman
mereka dalam melakukan PMK.

B. Metode Penelitian
Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi yang
mempelajari pengalaman ibu dalam melakukan PMK terhadap bayi BBLR dengan
melibatkan delapan partisipan. Jumlah sampel yang banyak tidak selalu menjamin lebih
tingginya akurasi, validitas dan keberhasilan penelitian kualitatif. Jumlah sampel yang relatif
kecil, umumnya digunakan dalam studi kualitatif untuk lebih berfokus pada kedalaman
pengalaman hidup partisipan (Poerwandari, 2005).
Proses pengumpulan data dengan wawancara, umumnya dilakukan di rumah partisipan,
namun beberapa partisipan menyepakati untuk dilakukan wawancara di warung tempat ia
bekerja, di rumah orang tua, di rumah tetangga dan di kebun atau pekarangan rumah.
Wawancara pertama, partisipan memberikan penjelasan secara bebas mengenai pengalaman
melakukan PMK. Peneliti merekam hasil wawancara dan membuat transkrip verbatim yang
dilengkapi dengan fieldnotes. Peneliti melakukan interpretasi dengan proses identifikasi
berbagai tema sementara berdasarkan penjelasan yang telah diberikan partisipan.
Wawancara kedua, peneliti memberikan kesempatan bagi partisipan untuk melakukan
konfirmasi tema-tema sementara yang dihasilkan. Partisipan membaca (mempelajari) dan
memberikan tanggapan dengan memperjelas data terkait pengalaman mereka. Proses analisis
data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, menggunakan metode
Colaizzi.

C. Kesimpulan
Hasil penelitian mengidentifikasi berbagai ekspresi emosional ibu, baik yang negative
maupun positif ibu terhadap kelahiran bayi BBLR. Berbagai ekspresi perasaan yang muncul
merupakan manifestasi dari rangkaian proses berduka. Makna PMK sebagai suatu upaya
yang dapat dilakukan partisipan dalam merawat bayinya dan sebagai pengganti inkubator
yang ekonomis, efisien dan efektif.
Manfaat PMK memberikan kehangatan bagi bayi, meningkatkan berat badan,
mempermudah proses menyusui, menjalin kedekatan ibu dengan bayinya, memberi
kenyamanan. Alasan ibu melakukan PMK adalah menjadikan anak sehat dan PMK dianggap
murah dan praktis. Motivasi ibu difokuskan terhadap penyelamatan bayi (mempertahankan
kelangsungan hidup bayi).
Gambaran cara ibu melakukan PMK di rumah, mengikuti cara yang diajarkan di rumah
sakit. Ibu melakukan PMK secara kontinu dengan posisi pronasi. Bentuk dukungan yang ibu
peroleh dari tenaga kesehatan dan keluarganya adalah dukungan edukasi (informasi),
dukungan emosional dan dukungan fisik. Harapan dan kebutuhan ibu adalah peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya perinatal, informasi dan sosialisasi PMK kepada
masyarakat luas, adanya follow-up untuk memantau perkembangan bayi BBLR dan
pelatihan PMK bagi semua tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran diantaranya: untuk pihak institusi
pelayanan kesehatan diharapkan agar dapat mengoptimalkan pelaksanaan PMK Bagi para
ibu, diharapkan melakukan persiapan sejak rencana kehamilan, melakukan pemeriksaan
kehamilan (ANC) secara rutin dan menjaga kesehatan (memperhatikan kecukupan nutrisi)
agar ibu maupun janinnya sehat dan memiliki berat badan yang sesuai dengan usia
gestasinya, serta melakukan PMK terhadap bayi BBLR secara kontinu dan memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bagi para suami ataupun anggota keluarga, diharapkan memberikan dukungan dan
kerjasama dengan ibu yang memiliki bayi BBLR dalam pelaksanaan PMK sehingga ibu
semakin percaya diri dan termotivasi untuk melakukan PMK.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi respon ibu dalam memiliki bayi BBLR dan pengaruh respon ibu terhadap
kemampuan atau upaya ibu untuk melakukan PMK terhadap bayi BBLR.
JURNAL KEDUA
PENURUNAN KECEMASAN IBU DAN PERBAIKAN STATUS
BANGUN-TIDUR BBLR MELALUI PERAWATAN METODE KANGURU
Oleh: Qori’Ila Saidah1, Yeni Rustina, Nani Nurhaeni (2010)

A. Pendahuluan
Bayi berat lahir rendah merupakan permasalahan yang sering dihadapi pada perawatan
bayi baru lahir. Tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi permasalahan
tersendiri bagi tenaga kesehatan. Sekitar sepertiga dari jumlah BBLR meninggal sebelum
stabil atau dalam 12 jam pertama kehidupan bayi. BBLR memerlukan perawatan yang
intensif sampai berhasil mencapai kondisi stabil (Blackwell & Cattaneo, 2006). Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003 persentase BBLR di Indonesia
menunjukkan 7,6%. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 (Depkes,
2008), sekitar 11,5% bayi lahir dengan berat badan < 2500 gram atau BBLR.
BBLR termasuk didalamnya adalah bayi prematur. Bayi prematur mempunyai fungsi
neurologis yang immatur. Bayi ini mempunyai permasalahan dalam kemampuan
pengaturan, integrasi, dan koordinasi status bangun-tidur. Kesulitan yang dialami bayi
mencakup jumlah waktu tidur tenang (quiet sleep), tidur aktif, dan jumlah fase transisi
tenang. Hal ini terkait dengan fungsi dan kematangan neurologis. Pencapaian status bangun-
tidur stabil dan transisi antara tiap fase merupakan tugas perkembangan utama pada minggu
I kehidupan (Als, 1982, 1986 dalam Blackburn, Foreman, & Thomas, 2008).
Status bangun-tidur bayi merupakan bahasa bayi yang digunakan untuk mengekspresikan
kebutuhan internal sebagai respon dalam kondisi lingkungan eksternal. Bayi yang
mempunyai ambang kontrol yang rendah terhadap stimulus lingkungan akan sulit untuk
mentoleransi stimulus lingkungan. Bayi dengan risiko tinggi terlihat mempunyai ambang
yang rendah dan tidak mampu beradaptasi dengan stimulus yang berulang. Bayi mudah
mengalami kelelahan terhadap stimulus yang didapat, sering terlihat kacau, mengalami henti
nafas atau sering menangis. Reaksi ini menghalangi kemampuan bayi untuk memfokuskan
diri terhadap isyarat dari lingkungan (Brazelton & Nugent, 1995).
Kesulitan adaptasi terhadap lingkungan tampak pada status bangun-tidur bayi. Menurut
Brazelton dan Nugent (1995), bahwa status bangun-tidur bayi terlihat dari tingkat aktifitas
tubuh, pembukaan dan penutupan mata, keteraturan nafas, reaksi vokal, dan respon terhadap
stimulus eksternal. Perkembangan status tidur bayi dikategorikan dengan adanya
peningkatan status tidur tenang, penurunan status tidur aktif, peningkatan status terjaga,
transisi antara status bangun-tidur yang tenang dan peningkatan kemampuan bayi untuk
mempertahankan periode tidur seiring dengan peningkatan usia. Pada bayi prematur terjadi
status yang tidak sama, bayi ini mengalami status tidur yang tidak jelas. Bayi terlihat
mempunyai siklus tidur yang kurang, periode tidur yang lebih pendek, status tidur yang
tidak jelas, dan periode tidur tenang lebih singkat (Blackburn, Foreman, & Thomas, 2008).
Status bangun-tidur tenang sangat tergantung pada berat badan bayi (Ingersol dan
Thoman, 1999 dalam Blackburn, Foreman, & Thomas, 2008). BBLR mengalami status tidur
tenang yang lebih singkat. Peningkatan jumlah tidur tenang bayi ini perlu dipikirkan dalam
pengembangan pelayanan agar perkembangan bayi lebih optimal. Kedekatan bayi dengan
orangtuanya dapat membantu peningkatan tumbuh kembang bayi. Namun demikian, bayi
dengan BBLR sering kali memerlukan perawatan yang intensif sampai bayi stabil dan siap
untuk mendapatkan perawatan di rumah. Bayi ini secara umum berada di ruangan khusus
yang terpisah dengan ruang perawatan ibu. Perpisahan ini bias menyebabkan kecemasan
pada ibu tentang kondisi anak.
Menurut Ohgi, et al. (2002), isolasi dan perpisahan dengan orangtua akan mengurangi
kesempatan interaksi antara orangtua dengan bayinya dan bias menimbulkan stres pada
interaksi antara ibu dengan bayi. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan hubungan
antara orangtua dengan bayi, yang dapat menghambat perkembangan bayi. Kondisi BBLR
memerlukan lingkungan yang dapat membantu mengejar tumbuh kembang bayi. Interaksi
dengan orangtua merupakan faktor terpenting. Orangtua memainkan peranan yang paling
dominan dalam kehidupan bayi, terlebih karena perawatan di rumah sakit hanya bersifat
sementara. Interaksi yang dekat antara anak dengan orangtua harus dimulai sejak dini, untuk
itu perawatan perlu mengembangkan berbagai inovasi untuk meningkatkan kedekatan bayi
dengan orangtua.
Perawatan bayi dengan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu metode perawatan
noninvasive yang memberikan keuntungan baik bagi bayi maupun ibu. PMK memfasilitasi
interaksi yang dekat antara bayi dengan orangtua. Menurut penelitian Whilhelm (2005),
PMK mempunyai efek signifikan pada temperatur payudara ibu, namun PMK secara
statistik tidak menunjukkan efek signifikan dalam mempengaruhi penurunan kadar kortisol
atau hormon stres ibu. Menurut Shiau (1997), PMK mempunyai efek yang signifikan dalam
menurunkan kecemasan. Di Indonesia, penelitian tentang pengaruh PMK terhadap
kecemasan ibu dan perkembangan perilaku bayi prematur masih terbatas sehingga masih
diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

B. Metode
Rancangan penelitian menggunakan Quasi-Experimental Design dengan one group
pretest posttest design. Namun, khusus untuk pengukuran status bangun-tidur bayi dilakukan
dengan single subject design dengan repeated measurement. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 16 responden yang diambil dengan consecutive sampling. Kriteria BBLR yang
menjadi responden adalah bayi prematur dengan BB< 2500, usia gestasi 31 – 36 minggu,
telah stabil dan tidak mengalami kelainan kongenital. Kriteria ibu adalah bisa membaca dan
menulis, tidak sedang sakit selain nifas, dan badan ibu dalam keadaan bersih. Penelitian
dilaksanakan di ruang neonatologi rumah sakit Surabaya pada Mei – Juni 2010.
Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner data demografi,
lembar observasi status bangun-tidur bayi dan kuesioner kecemasan. Data demografi klien
dituliskan dalam kuesioner data demografi. Instrumen pengukur status bangun-tidur bayi
yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh Priya (2004). Pada instrumen ini status
bangun-tidur bayi diberikan skor, mulai dari status bangun-tidur tenang (skor 6), tidur aktif
(skor 5), mengantuk (skor 4), terjaga tenang (skor 3), terjaga aktif (skor 2), dan menangis
(skor 1).

C. Pembahasan
Bayi dengan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal akan mampu mengontrol
stimulus yang datang dengan merubah berbagai status bangun tidur. Sebagian besar bayi
meng-alami status tidur aktif saat bayi tidak dapat tidur dengan nyenyak. Pada tahap ini
pertumbuhan dan perkembangan BBLR kurang optimal dibanding bayi aterm yang mampu
menghabiskan sebagian besar waktu dengan tidur tenang. Tidur tenang merupakan fase tidur
yang mampu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Berbagai metode untuk memfasilitasi fase tidur bagi bayi perlu diperhatikan karena
merupakan hal penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini sesuai penelitian
yang dilakukan oleh Shiau (1997) yang mengungkapkan bahwa PMK mempengaruhi
penurunan hormon stres pada bayi dan ibu. Penurunan hormon stres bayi dapat dilihat dari
fase tidur tenang.
Perawatan metode kanguru dapat mempengaruhi status bangun-tidur pada bayi melalui
perubahan hormonal. Kedekatan antara ibu dan bayi melalui kontak kulit menimbulkan rasa
aman pada bayi sekaligus dapat mempengaruhi status hormone stres. Selanjutnya, hormon
ini akan mempengaruhi penurunan terhadap jumlah konsumsi energi yang sebelumnya
digunakan untuk merespon dan mengontrol stimulus lingkungan. Kecukupan energi ini
disebabkan peningkatan aliran darah ke otak yang berdampak pada peningkatan suplai
oksigen dan nutrisi ke otak. Kondisi ini membantu bayi mencapai status tidur tenang lebih
lama.
Pada pelaksanaan observasi menit ke-60 masih banyak ditemukan bayi dengan status
tidur aktif. Perawatan metode kanguru dapat membantu bayi untuk mencapai tidur tenang.
Hal ini terlihat pada menit ke-120, yang sebagian besar bayi berada pada status tidur tenang.
Pada menit ke-60 bayi masih mengalami satu siklus tidur, namun beberapa bayi telah
mencapai tidur tenang.
Perubahan jumlah bayi yang mencapai tidur tenang tidak banyak sehingga ketika
dilakukan uji statistic tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Browne dan Graven (2008), yang menjelaskan bahwa pada satu siklus tidur
beberapa bayi telah mencapai tidur tenang.

D. Kesimpulan
Perawatan metode kanguru yang merupakan tindakan noninvasif telah mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan ibu yang mempunyai BBLR prematur.
Perawatan ini juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap status bangun-tidur
BBLR.
Perawatan bayi dengan BBLR perlu dikembangkan lebih baik agar proses tumbuh
kembang bayi lebih optimal. Keberadaan perawatan metode kanguru tersebut, sedikit
banyak membantu mengurangi tingkat kecemasan dan memperbaiki status banguntidur bayi.
Penelitian yang lebih mendalam perlu dilakukan terhadap respon bayi BBLR dan ibu dalam
masa tumbuh kembang bayi. Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa perawatan yang baik
dengan fasilitas yang mendukung bagi ibu dan bayi BBLR (WK, NN, DW).
JURNAL KETIGA
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP PERTUMBUHAN
BAYI, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM MERAWAT BBLR DI RSUD
CIBABAT CIMAHI
Oleh: Siti Dewi Rahmayanti

A. Pendahuluan
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional.
Salah satu faktor penyebab utama terhadap kematian bayi adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR). BBLR dibedakan dalam dua kategori yaitu (1) BBLR karena prematur (usia
kehamilan kurang 37 minggu), dan (2) BBLR karena intra uterine growth retardation
(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang (Riskesdas, 2007
dalam Suseno, 2008).
Menurut data dari WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah kematian neonatal
terbesar di seluruh dunia. Angka kematian bayi di Indonesia 35 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2002 – 2003. Prevalensi BBLR di Indonesia antara 2 – 17,2% ( Endyarni, et al.
2009).
Sebelum mengenal PMK, inkubator merupakan salah satu cara untuk mengatasi bayi
dengan BBLR atau prematur, tetapi penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini
ibu bayi dan pemberian air susu ibu (ASI). Mengingat terbatasnya fasilitas inkubator pada
pelayanan kesehatan, maka PMK dapat digunakan dalam merawat BBLR. Metode ini
pertama kali dilakukan tahun 1979 di Kolombia oleh Martinez, yang melakukan perawatan
terhadap bayi dengan berat kurang dari 1500 gram dan hasilnya memuaskan (WHO, 2003).
Perawatan metode kanguru adalah perawatan untuk bayi prematur dengan kontak
langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact). Metode ini sebagai salah
satu alternatif bagi perawatan bayi prematur atau BBLR yang telah melewati masa kritis,
tetapi masih memerlukan perawatan seperti pemberian makanan untuk pertumbuhannya
(Arora, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Blackwell dan Cattaneo
(2005) bahwa PMK yang dilaksanakan setelah bayi stabil secara signifikan menurunkan
angka kematian bayi.
Manfaat PMK dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan
kehangatan kepada bayinya secara terus menerus dengan cara kontak antara kulit ibu dengan
kulit bayi. Selain itu manfaat PMK, dapat meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan
bayi, memudahkan bayi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah infeksi dan
memperpendek masa rawat inap sehingga dapat mengurangi biaya perawatan (Shetty, 2007).
Teknik melakukan PMK adalah bayi berat lahir rendah atau kurang bulan yang stabil
diletakan di dada ibu, dengan hanya memakai popok, topi dan kaus kaki. Posisi bayi sejajar
dengan dada ibu, di dalam baju ibu dan di sangga oleh kain yang melingkari ibu dan bayi.
Untuk PMK dalam waktu lama, bayi tetap dalam posisi ini kecuali saat dimandikan, diganti
popok atau jika ibu akan ke kamar mandi. Selama waktu ini, ayah dan anggota keluarga
yang lain bisa membantu dengan cara menjaga bayi tetap hangat dan menggantikan ibu
melakukan kontak kulit ke kulit (Indrasanto, et al. 2008).
Endyarni, et al. (2009) menyatakan PMK efektif untuk menumbuhkan efek positif pada
ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Sementara itu Feldman, et al. (2002) menyatakan
dengan PMK dapat menimbulkan dampak positif yang signifikan pada bayi dan
mempengaruhi hubungan orangtua bayi dalam berinteraksi.
BBLR atau bayi prematur memiliki risiko tinggi mempunyai beberapa masalah dalam
beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin. Oleh karena itu diperlukan dukungan serta peran
orang tua dalam melakukan perawatan anak. Model konseptual Mercer memandang bahwa
sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu yang meliputi: temperamen, kemampuan
memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan kesehatan umum
(Mercer, 1986 dalam Tomey & Aligood, 2006).
Ibu adalah orang yang paling dekat dengan bayi dan bertanggungjawab dalam merawat
bayi. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan BBLR secara tidak
langsung dapat meningkatkan kesehatan BBLR. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting terbentuknya tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan seseorang
dapat membentuk kepercayaan seseorang. Selain itu pengetahuan dapat mengubah sikap
terhadap sesuatu hal. Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus atau objek, dimana
sikap merupakan proses kelanjutan setelah seseorang mengetahui (Notoatmodjo, 2003).
PMK telah tercantum pada petunjuk pelaksanaan nasional untuk perawatan BBLR dan
bayi prematur, dan telah sukses diterapkan dibeberapa negara. Hal tersebut sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0:203/Menkes/SK/III/2008 tentang
pembentukan kelompok kerja (Pokja) nasional perawatan metode kanguru (PMK).

B. Metode
Penelitian ini menggunakan quasi-experimental design design. Intervensi dengan
pelaksanaan PMK diberikan kepada kelompok perlakuan; sedangkan kelompok kontrol
mendapatkan leaflet dan mendapatkan perlakuan PMK setelah selesai menjadi responden
dalam kelompok kontrol. Sampel pada penelitian ini sebanyak 16 untuk masing-masing
kelompok, sehingga total sampel adalah 32 orang. Tehnik pengambilan sampel
menggunakan cara non probability sampling jenis consecutive sampling. Kriteri Inklusi
adalah: (1) Ibu dan bayi berat lahir < 2500 gram, (2) Usia kehamilan > 32 minggu, (3) Bayi
mampu menghisap, walaupun masih lemah (4) Bayi tidak mengalami distres pernapasan, (5)
Frekuensi napas normal, (6) Bayi tidak tergantung oksigen, (7) Orang tua dari bayi tersebut
bersedia mengikuti penelitian ini (informed consent).
Alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini berupa observasi untuk
melihat pertumbuhan bayi yang terdiri dari mengukur berat badan dan lingkar kepala bayi.
kuesioner tentang pengetahuan dan sikap ibu dalam merawat BBLR. Sebelum kuesioner
digunakan, instrument telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil pengujian pengetahuan
memperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,939, sedangkan untuk sikap reliabilitasnya sebesar
0,945.
Kegiatan penelitian meliputi: (a) Mengidentifikasi subjek penelitian sesuai dengan
kriteria inklusi yang telah ditetapkan. (b) Peneliti meminta persetujuan pada orang tua
BBLR sesuai kriteria inklusi dengan menandatangani lembar informed consent. (c) Semua
ibu dan BBLR yang ditemukan oleh peneliti terlebih dahulu dimasukkan sebagai sampel
dalam kelompok kontrol, namun karena dalam satu minggu responden yang kontrol tidak
ada yang bertahan dirawat dalam inkubator, karena alasan pasien pulang sebelum waktunya,
atau karena ibu pulang dan bayinya dibawa pulang, atau karena inkubator dipakai oleh
BBLR baru, dan BBLR lama dicoba rawat gabung, sehingga pengumpulan data diawali dari
kelompok intervensi sampai besar sampel terpenuhi. Setelah sampel untuk kelompok
intervensi telah terpenuhi, maka ibu dan BBLR selanjutnya menjadi sampel kelompok
kontrol. Pengumpulan data dari kedua kelompok dilakukan di rumah, sejak responden
pulang dari rumah sakit. (d) Setiap responden dalam kelompok intervensi dan kontrol
dilakukan pengukuran berat badan dan lingkar kepala pada hari pertama sejak BBLR
tersebut ditetapkan sebagai sampel penelitian. Pengukuran yang ke-2 dilakukan pada hari
ke-7 untuk berat badan, dan lingkar kepala setelah pengukuran yang pertama. Pengukuran
pengetahuan dan sikap ibu dalam merawat bayi dilakukan pada hari pertama dinyatakan
sebagai responden, dan pengukuran ke-2 pengetahuan dan sikap dilakukan pada saat BBLR
dinyatakan selesai menjadi responden yaitu hari ke-7. Sebelum menutup pertemuan yang
pertama, peneliti memberikan ballpoint, leaflet PMK, formulir pencatatan pertumbuhan bayi
untuk diisi oleh ibu setiap harinya, serta kain yang dapat digunakan untuk PMK jika
responden tidak memiliki. Tetapi untuk yang kelompok kontrol leaflet PMK, diberikan
setelah selesai menjadi responden. (d) Responden dalam kelompok kontrol mendapat
perawatan metode kanguru setelah pengukuran berat badan, lingkar kepala, pengetahuan dan
sikap ibu yang ke-2.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (perawatan metode kanguru) dengan
variabel terikat (berat badan dan lingkar kepala pada bayi BBLR, pengetahuan dan sikap
ibu). Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test dan uji independent t test dengan 95%
confidence interval (CI).
Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan berat badan dan lingkar kepala
antara sebelum dan sesudah perlakuan, adalah paired t-test. Uji statistik yang digunakan
untuk membandingkan perbedaan perubahan berat badan, lingkar kepala, pengetahuan dan
sikap ibu pada kelompok yang mendapatkan intervensi metode kanguru dan kontrol yaitu
independent t test.

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan yang signifikan antara berat badan, lingkar kepala, pengetahuan dan sikap
ibu sebelum dan sesudah PMK.
2. Ada perbedaan yang signifikan antara berat badan, lingkar kepala, pengetahuan, dan
sikap ibu sebelum dan sesudah perawatan tanpa PMK.
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata berat badan, lingkar kepala bayi yang
mendapat PMK dan tidak mendapat PMK.
4. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu yang mendapat PMK
dan tidak mendapat PMK.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan Commented [A8]: JURNAL MANA YANG MENUNJUKKAN


METODENYA YANG DIGUNAKAN SESUAI DENGAN STANDAR ATAU
Metode kanguru merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan APAKAN ADA MODIFIKASI, DAN HASIL PENELITIANNYA LEBIH VALID
DAN AKURAT
dapat digunakan ketika fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas. Metode kanguru
ternyata tidak hanya sekedar menggantikan inkubator, namun juga memberi berbagai
keuntungan yang tidak bisa diberikan oleh incubator. Keuntungan menggunakan metode
kanguru antara lain meningkatnya hubungan ibu-bayi, stabilisasi suhu tubuh bayi, stabilisasi
laju denyut jantung dan pernapasan, pertumbuhan dan peningkatan berat badan yang lebih
baik, mengurangi stres baik pada ibu maupun bayi, memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi,
meningkatkan produksi ASI, menurunkan kejadian infeksi, dan mempersingkat masa rawat di
rumah sakit.
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim sehingga memberi peluang bagi
BBLR untuk beradaptasi dengan baik di dunia luar. Diperlukan upaya yang lebih strategis
untuk mempopulerkan metode yang sangat bermanfaat ini.

B. Saran
Diharapakan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca
tentang Perawatan Metode Kanguru. Diharapkan pula bagi semua tenaga kesehatan harus
memiliki pelatihan dasar tentang Perawatan Metode Kanguru.
DAFTAR PUSTAKA

Azari, 2008 http://www.Angka Kematian Neonatal Bayi .


Asrinah, 2010. Asuhan kebidanan masa kehamilan Graha Ilmu.Yogyakarta.
Efar. 2008. http://www.Kangguru Mother Care 2008-201.
Maulana,Mirna. 2009. Seluk Beluk Merawat Bayi Dan Balita Graha Yogyakarta.
M. Kes, Sudarti, 2010 Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.Nuha.
Muslihatun, Wafi Nur, 2010 .Asuhan Neonatus bayi dan Balita. Fitramaya, Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. Commented [A9]: LIHAT DI PANDUAN SKRIPSI CARA
PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai