Anda di halaman 1dari 3

Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun biologis yang

dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada


wanita hormon ini berfungsi dari permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan
payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri di mulai memperhatikan
perubahan yang terjadi. Sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan
pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini pada payudara.
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang hingga kini masih menjadi
pembunuh nomor satu bagi perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya diagnosis baru
yang dicatat oleh WHO bahwa kasus kanker hampir 1,7 juta pada tahun 2012, ini mewakili
sekitar 12% dari semua kasus kanker baru dan 25% dari semua kanker pada wanita. WHO
(Word Health Organization) tahun 2010 memperkirakan bahwa angka kejadian kanker
payudara adalah 11 juta dan tahun 2030 akan bertambah menjadi 27 juta kematian akibat
kanker (WHO, 2010).
Kanker payudara disebut juga carcinoma mamae adalah suatu jenis kanker yang dapat

menyerang siapa saja baik kaum wanita maupun pria. Kanker payudara ini tumbuh dalam
kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Hingga kini kanker
payudara masih menjadi hal yang menakutkan terutama pada kaum wanita, karena kanker
payudara ini diidentikkan dengan sebuah keganasan yang dapat berakibat pada kematian.
Tingkat bahaya keganasan dan kanker pada payudara sama saja. Hanya saja, jumlah penderita
kanker payudara lebih banyak (sekitar 90%) dibandingkan dengan penderita keganasan pada
payudara .(Kusumawaty et al., 2020)
Kanker payudara berdasarkan WHO adalah kanker yang paling sering terjadi di
kalangan wanita. Pada Tahun 2018 diperkirakan sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. (Kemenkes RI, 2016)
Sedangkan menurut profil kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2012 kanker tertinggi yang diderita wanita masih ditempati oleh kanker payudara
dengan angka kejadian 2,2% dari 1000 perempuan. Jika hal ini tidak bisa terkendali, maka
diperkiran pada tahun 2030 akan ada 26 juta orang yang menderita kanker payudara dan 17
juta orang yang meninggal dunia. Sedangkan di Kalimantan Selatan sendiri terdapat 1.328
kasus kanker payudara (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC)
tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan persentase kasus baru tertinggi (43,3%)
dan persentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia
mencapai 0,5 per 1000 perempuan (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Subdit Kanker
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI terdapat sekitar
36.761.000 perempuan seluruh Indonesia yang berumur 30-50 tahun. Sejak tahun 2007-2013
deteksi dini yang telah dilakukan oleh perempuan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan
penemuan suspek benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk)
(Kemenkes
RI, 2014).
Salah satu faktor tingginya angka kejadian adalah kurangnya edukasi kanker payudara
sejak remaja dalam mendeteksi dan menangani kanker payudara secara dini. Angka kematian
yang tinggi akibat kanker ini juga terjadi karena pasien yang datang ke tempat pelayanan
kesehatan sudah berada dalam stadium lanjut. Jika pasien telah berada dalam kanker stadium
lanjut, maka proses penyembuhannya akan sulit untuk dilaksanakan. Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai kanker dan bagaimana cara mendeteksi merupakan salah satu penyebab
angka kematian kanker payudara yang tinggi. (Heryani, Kusumawaty, Gunawan, & Samrotul,
2020) Gaya hidup dan perkembangan zaman juga merupakan faktor penting yang sangat
mempengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara (Kusminarto, 2005).
Tingginya angka kejadian kanker payudara mengakibatkan tidak sedikit pula
penderita
kanker payudara yang berujung pada kematian. Jika saja tanda dan gejala kanker payudara
dapat ditemui sedini mungkin maka tingkat kesembuhan akan semakin tinggi (Monty &
Aksan, 2012). Pengetahuan perempuan tentang risiko dan manfaat dari deteksi dini kanker
payudara berpengaruh positif terhadap keyakinan mereka tentang kesehatan, sikap, dan
perilaku, sehingga perawatan kesehatan professional dapat mengembangkan program
kesehatan payudara yang efektif (Erbil & Bolukbas, 2012).
Pemerintah telah memiliki sejumlah kebijakan dan program pengendalian dari kanker
payudara ini. Program ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini, penemuan dan tindak
lanjut dini kanker, meningkatkan kualitas hidup penderita kanker, dan menurunkan angka
kematian akibat kanker. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan program pengendalian
kanker yang meliputi upaya promotif dan preventif dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan kanker payudara dan deteksi dini kanker. Program utama pada kanker
payudara adalah periksa payudara sendiri (SADARI) dan Periksa Payudar Klinis (SADANIS)
(Kemenkes RI, 2017)
Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan SADARI. Apabila
tidak melakukan SADARI maka kanker payudara akan terdeteksi pada stadium lanjut dan
pada akhirnya akan menyebabkan kematian. Deteksi dini dapat menekan angka kematian
sebesar 25-30%.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI atau Breast self Examination) sebaiknya
dilakukan setiap bulan dan segera periksakan diri ke Dokter bila ditemukan benjolan.
Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting di anjurkan bagi masyarakat atau Remaja
karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. American Cancer
Society dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan pemeriksaan SADARI
dilakukan tiap bulan.
Meskipun SADARI merupakan metode skrining yang sederhana, mudah dan
ekonomis, tetapi banyak wanita tidak melakukan SADARI atau tidak tepat dalam praktik
SADARI (Okolie 2012). Penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh Taha et al. (2012)
rasa takut akan menemukan tanda dan gejala pada kanker payudara seperti benjolan pada
payudara dan takut didiagnosis kanker payudara menjadi penghalang pada wanita untuk
melakukan SADARI atau metode skrininng lainnya. Menurut penelitian Miller (2015)
responden akan melakukan pemeriksaan kesehatan apabila ada faktor pendorong seperti
intervensi.
Kegiatan pengabdian masyarakat tentang “Sosialisasi Deteksi Kanker Payudara
Dengan Teknik SADARI Pada Wanita Pekerja’’ yang berada Di wilayah Yayasan Sosial
Nurur Haqq, memiliki sasaran yaitu wanita terutama wanita usia produktif yang aktif bekerja.
Masyarakat diberikan wawasan dan pengetahuan mengenai kanker payudara dan bahayanya.
Masyarakat juga di berikan pengetahuan mengenai bagaimana cara mendeteksi secara dini
penyakit kanker
payudara melalui bentuk-bentuk aktivitas penyuluhan dan tanya jawab maupun soal-soal
pretest dan posttest. Tujuan dan target dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat
ini adalah: Meningkatkan pemahaman dan wawasan masyarakat terutama wanita mengenai
kanker payudara
dan bahayanya, Meningkatkan pemahaman dan wawasan masyarakat terutama wanita
mengenai pencegahan kanker payudara, Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama para
wanita produktif yang aktif bekerja mengenai deteksi dini kanker payudara dengan teknik
SADARI pada kanker payudara.

Anda mungkin juga menyukai