Anda di halaman 1dari 15

LANGKAH PERUMUSAN MASALAH KEDALAM PERTANYAAN KLINIS

“Ditulis untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Evidence based practice”

OLEH :

YOVELLA VALVIOLA

191211560

KELAS 4A

MATA KULIAH :

EVIDENCE BASED PRACTICE

DOSEN PEMBIMBING :

Ns, Rini Rahmyanti, M.Kep, SP,Kep.Mat

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AJARAN

2022/2023
Langkah perumusan masalah kedalam pertanyaan klinis

No Langkah Keterangan

1 Tentukan kasus Tentukan kasus yang menarik yang akan anda


bahas untuk mencari dasar evidence based
practicenya

2 Buat scenario kasus Buatlah kasus tersebut kedalam skenariio


klinik agar dapat dianalisa kedalam format
pertanyaan klinik

3 Buat pertanyaan klinis Scenario yang telah disusun kemudian


diringkas menjadi pertanyaan klinis sesuai
dengan format PICO/PICOT

4 Tentukan PICO/PICOT Tentukan P-I-C-O, berdasarkan scenario yang


telah diringkas

5 Tentukan jenis pertanyaan klinis Tentukan jenis pertanyaan kliniknya


berdasarkan scenario tersebut (intervensi,
diagnostic, prognostic, etiologi, meaning)

6 Tentukan jenis / metode penelitian Tentukan jenis metode penelitian yang sesuai
dengan pertanyaan klinik

1. Tentukan kasus

Nyeri pada lansia dengan rematik

2. Skenario kasus
Lansia seringkali mengalami keluhan nyeri terutama bagian sendi, penyakit yang sering
terjadi pada lansia dipengaruhi oleh proses penuaan, usia, dan aktivitas fisik, lansia seringkali
mengalami nyeri sendi dan nyeri saat beraktivitas, lansia banyak menderita penyakit rematik,
penyakit rematik ini merupakan penyebab terjadinya keterbatasan aktivitas, keterbatasan
aktivitas pada lansia karena nyeri rematik dapat menyebabkan imobilisasi dan penurunan
rentang gerak pada lansia dampak fisiologis dari imobilisasi dan ketidakaktifan adalah
peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan penurunan rentang gerak dan
kekuatan otot, senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam
memelihara kesehatan tubuh, jadi apakah ada pengaruh senam ergonomis terhadap
perubahan nyeri pada lansia yang mengalami rematik ?
3. Pertanyaan Klinis
Apakah ada pengaruh senam ergonomis terhadap perubahan nyeri pada lansia penderita rematik?

4. Tentukan PICO/PICOT

ANALISIS EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Pertanyaan Klinis

Apakah ada pengaruh senam ergonomis terhadap perubahan nyeri pada lansia penderita rematik?

TABEL ANALISIS PICO

Unsur PICO Analisis kata kunci Kata kunci

P (problem) Lansia penderita rematik yang Lansia, rematik, nyeri


mengalami nyeri

I (intervention) Senam ergonomis Senam ergonomis

C (comparison) - -

O (outcome) Ada pengaruh senam Ada pengaruh, senam


ergonomis terhadap perubahan ergonomis, nyeri, lansia,
nyeri pada lansia penderita rematik
rematik

5. Jenis pertanyaan klinis


Jenis pertanyaan pada kasus ini yaitu Intervension question yaitu meneliti mengenai
keefektivan dari suatu eksperiment/ intervensi berupa pemberian senam ergonomic untuk
mengetahui apakah ada perubahan nyeri yang dirasakan lansia penderita rematik.

6. Jenis/ metode penelitian


Jenis atau metode penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan rancangan
one group pretest and posttest design, dan penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
total sampling.
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PERUBAHAN NYERI


PADA LANSIA DENGAN REMATIK DI SADA JIWA BANJAR PASEKAN
DESA SEMBUNG KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

NK. Matalia Gandari1), A.A.K. Ngurah Darmawan2), NK. Budiadnyani3)


1), 2) dan 3)
STIKES Bina Usada Bali
E-Mail : 1) mataliagandari88@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group pretest
and posttest design yang telah dilakukan terhadap 30 responden, sampel dalam penelitian ini
diambil dengan menggunakan teknik Total Sampling. Data analisis menggunakan uji
Wilcoxon untuk membandingkan pretest and posttest design. Hasil Persentase tingkat nyeri
sebelum diberikan senam ergonomis yaitu nyeri ringan sebanyak 4 responden (13,3%) dan
nyeri sedang sebanyak 26 responden (86,7%). Setelah diberikan senam ergonomis yaitu
kategori nyeri ringan sebanyak 17 responden (56,7%) dan nyeri sedang sebanyak 13 responden
(43,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan nyeri rematik yaitu p value = 0,000 (α=0,05) yang artinya bahwa p value < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah melalui uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh senam ergonomis terhadap perubahan nyeri pada lansia di Sada Jiwa Banjar Pasekan
Desa Sembung Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

Kata kunci : rematik, senam ergonomis, lansia

ABSTRACT
This research is a pre-experimental study with a design of one group pretest and posttest design
that has been conducted on 30 respondents, the sample in this study was taken using the Total
Sampling technique. Data were analyzed using the Wilcoxon test to compare the pretest and
posttest design. Results Percentage of pain level before being given ergonomic exercise is mild
pain as much as 4 respondents (13.3%) and moderate pain as many as 26 respondents (86.7%).
After being given ergonomic exercise, namely mild pain category as many as 17 respondents
(56.7%) and moderate pain as many as 13 respondents (43.3%). The results of this study
indicate that there is a significant effect on changes in rheumatic pain, namely p value = 0,000
(α = 0.05) which means that p value <0.05. Based on the results of research that has gone
through statistical tests, it can be concluded that there is an effect of ergonomic exercise on
changes in pain in the elderly at Sada Jiwa Banjar Pasekan, Sembung Village, Mengwi District,
Badung Regency.

Keywords : rheumatism, ergonomic gymnastics, elderly

PENDAHULUAN kerusakan yang diderita (Maryam,


Proses menua menimbulkan 2008). Peningkatan jumlah lanjut usia
suatu proses hilangnya kemampuan (lansia) perlu mendapatkan perhatian
jaringan secara perlahan-lahan dalam karena kelompok lansia merupakan
memperbaiki diri atau mengganti dan kelompok beresiko tinggi yang
mempertahankan fungsi normalnya mengalami berbagai masalah
sehingga tidak mampu bertahan kesehatan khususnya penyakit
terhadap infeksi serta memperbaiki degeneratif (Depkes RI, 2006).

47
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

Umur adalah usia individu nyeri rematik prevalensinya


yang terhitung mulai saat dilahirkan mencapai 23,6% hingga 31,3% di
sampai saat berulang tahun (Santika, Indonesia sedangkan di Bali
IGPNA, 2015). Lanjut usia merupakan rekapitulasi tahun 2012 menempatkan
suatu proses alami yang ditentukan rematik sebagai penyakit yang
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia pertama diderita lansia yaitu jumlahnya
akan mengalami proses perubahan mencapai 7852 dengan persentase
tumbuh kembang, tidak secara tiba-tiba 11,81% (Prayana, 2015).
menjadi tua tetapi berkembang dari Penyakit rematik merupakan
bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya suatu kondisi yang menyakitkan.
menjadi tua. Lanjut usia merupakan Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit
seseorang yang mengalami rematik, antaranya adalah, osteoartritis,
kemunduran fisik, mental dan sosial rheumatoid artritis, spondiloartritis,
secara bertahap (Azizah, 2011). Secara gout, lupus eritematosus sistemik,
global pada tahun 2013 proporsi dari skleroderma, fibromialgia, dan lain-
populasi penduduk berusia lebih dari lain lagi. Penyakit ini menyebabkan
60 tahun adalah 11,7% dari total inflamasi, kekakuan, pembengkakan,
populasi dunia dan diperkirakan jumlah dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon,
tersebut akan terus meningkat seiring ligamen, dan tulang. Penyakit rematik
dengan peningkatan usia harapan ini merupakan penyebab terjadinya
hidup. Data WHO menunjukan pada keterbatasan aktivitas. Keterbatasan
tahun 2000 usia harapan hidup orang di aktivitas pada lansia karena nyeri
dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 reumatik dapat menyebabkan
naik menjadi 70 tahun dan pada tahun immobilisasi dan penurunan rentang
2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi gerak pada lansia, dampak fisiologis
lansia di Bali menurut data BPS dari imobilisasi dan ketidakaktifan
Provinsi Bali jumlah lansia di Bali adalah peningkatan katabolisme protein
pada tahun 2011 sebanyak 371.900 sehingga menghasilkan penurunan
jiwa, pada tahun 2012 sebanyak rentang gerak dan kekuatan otot
680.114 jiwa, pada tahun 2013 (Stanley, 2006).
sebanyak 988.329 jiwa (BPS Provinsi (Arifin, 2008),
Bali). Akibat dari jumlah lansia yang mengemukakan bahwa terapi
semakin meningkat, berbagai penyakit farmakologi harus diminimalkan
muncul karena proses penuaan. penggunaannya, karena tersebut dapat
Penyakit yang sering terjadi menyebabkan ketergantungan dan juga
pada lansia dipengaruhi oleh proses memiliki kontraindikasi, oleh sebab
penuaan, usia, status pekerjaan, itu terapi secara nonfarmakologi lebih
makanan dan aktivitas fisik adalah utama untuk mencegah atau mungkin
penyakit hipertensi, diabetes mellitus, bisa mengurangi angka kejadian
kardiovaskuler dan penyakit rematik rematik. Terapi secara nonfarmakolgi
serta gout atritis atau yang sering dapat dilakukan dengan berbagai cara
dikenal dengan asam urat. Golongan yaitu, relaksasi, meningkatkan intake
penyakit yang sering menyertai usia cairan, kompres air hangat, diet rendah
lanjut yang dapat menimbulkan purin dengan cara mengatur pola hidup
gangguan muskuloskeletal adalah dan asupan makanan dengan
rematik. Lansia yang mengalami mengurangi makanan yang mengandung

48
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

purin tinggi seperti kacang- kacangan Lansia di sada jiwa belum mengetahui
dan jeroan, menjaga ideal tubuh, dan manfaat dari senam ergonomis sebagai
olah raga salah satunya senam penatalaksanaan secara nonfarmakologi
ergonomis (Krisnatuti, 2006). untuk menurunkan rasa nyeri. Lansia
Senam ergonomis merupakan mengatakan penelitian tentang pengaruh
salah satu metode yang praktis dan senam ergonomis terhadap perubahan
efektif dalam memelihara kesehatan nyeri dengan rematik belum pernah
tubuh. Gerakan yang terkandung dalam dilakukan Di Sada Jiwa Banjar Pasekan
senam ergonomis adalah gerakan yang Desa Sembung Kecamatan Mengwi
sangat efektif, efisien, dan logis Kabupaten Badung.
karena rangkaian gerakannya Terkait dengan latar belakang
merupakan rangkaian gerak yang dan studi pendahuluan diatas peneliti
dilakukan manusia sejak dulu sampai melihat lansia belum mengetahui
saat ini (Sagiran, 2012). manfaat dari senam ergonomis sebagai
Penelitian yang dilakukan penatalaksanaan secara nonfarmakologi
oleh Eko (2014), mengenai pengaruh untuk menurunkan rasa nyeri, maka
senam ergonomis terhadap perubahan dari itu peneliti tertarik untuk
kualitas tidur pada lansia di melakukan penelitian dengan judul
Pandukuhan Bonosoro Bumirejo “Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap
Lendah Kulon Progo. Hasil penelitian Perubahan Nyeri Pada Lansia Dengan
menunjukkan ada pengaruh yang Rematik Di Sada Jiwa Banjar Pasekan
signifikan senam ergonomis terhadap Desa Sembung Kecamatan Mengwi
kualitas tidur lansia di Pandukuhan Kabupaten Badung Tahun 2016”.
Bonosoro Bumirejo Lendah Kulon Lanjut usia adalah bagian
Progo. dari proses tumbuh kembang. Manusia
Berdasarkan studi tidak secara tiba- tiba menjadi tua,
pendahuluan yang dilakukan pada tetapi berkembang dari bayi, anak-
tanggal 19 Juni 2016, diperoleh data anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
dari Sada Jiwa Banjar Pasekan Desa Hal ini normal, dengan perubahan fisik
Sembung jumlah lansia 60 orang. Laki- dan tingkah laku yang dapat diramalkan
laki 36 orang dan perempuan 24 orang. yang terjadi pada semua orang pada saat
Peneliti melakukan wawancara dan mereka mencapai usia tahap
pengisian lembar observasi nyeri perkembangan kronologis tertentu
sebanyak 10 lansia dengan (Azizah, 2011). Faktor-faktor yang
menggunakan Verbal Descriptor Scale. mempengaruhi penuaan dan penyakit
Dari hasil yang didapatkan oleh peneliti yang sering terjadi pada lansia di
terdapat 4 orang mengalami nyeri antaranya hereditas, atau keturunan
ringan, 3 orang mengalami nyeri genetik, nutrisi atau makanan, status
sedang dan 3 orang nyeri berat kesehatan, pengalaman hidup,
terkontrol. Peneliti melakukan lingkungan dan stress (Santoso, 2009).
wawancara secara mendalam terhadap Batasan umur pada usia
salah satu lansia yang menderita lanjut dari waktu ke waktu berbeda.
rematik bahwa walaupun sudah Menurut World Health Organitation
mengkonsumsi obat nyeri tetapi obat (WHO) lansia meliputi :
tersebut hanya berfungsi sementara a. Usia pertengahan (middle age)
setelah itu nyeri dirasakan kembali. antara usia 45 sampai 59 tahun.

49
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

b. Lanjut usia (elderly) antara usia nyeri, sedangkan individu dari


60 sampai 74 tahun. budaya lain justru lebih memilih
c. Lanjut usia tua (old) antara usia menahan perasaan mereka dan tidak
75 sampai 90 tahun. ingin merepotkan orang lain.
d. Usia sangat tua (very old) diatas b. Tahap perkembangan.
usia 90 tahun. Usia dan tahap
Berbeda dengan WHO, perkembangan seseorang merupakan
menurut Departemen Kesehatan RI variabel penting yang akan
(2006) pengelompokkan lansia menjadi mempengaruhi reaksi dan ekspresi
: terhadap nyeri. Dalam hal ini anak-
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa anak cenderung kurang mampu
persiapan usia lanjut yang mengungkapkan rasa nyeri
menampakkan kematangan jiwa dibandingkan orang dewasa, dan
(usia 55-59 tahun). kondisi ini dapat menghambat
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu penanganan nyeri untuk mereka.
kelompok yang mulai memasuki Disisi lain prevalensi nyeri pada
masa usia lanjut dini (usia 60-64 individu lansia lebih tinggi karena
tahun). penyakit akut ataupun kronis yang
c. Lansia berisiko tinggi untuk mereka derita. Walaupun ambang
menderita berbagai penyakit batas nyeri tidak berubah karena
degeneratif (usia>65 tahun). penuaan, tetapi efek analgesik
Secara umum nyeri adalah yang diberikan menurun karena
suatu keadaan yang tidak nyaman yang perubahan fisiologis yang terjadi.
dirasakan oleh seseorang, baik ringan c. Lingkungan dan individu pendukung.
maupun berat. Nyeri didefinisikan Lingkungan yang asing,
sebagai suatu keadaan yang tingkat kebisingan yang tinggi,
mempengaruhi seseorang dan pencahayaan, dan aktivitas yang
eksitensinya diketahui bila seseorang tinggi di lingkungan tersebut dapat
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). memperberat nyeri. Selain itu
Nyeri merupakan perasaan yang tidak dukungan dari keluarga dan orang
menyenangkan yang terkadang dialami terdekat menjadi salah satu faktor
individu. Kebutuhan terbebas dari rasa penting yang mempengaruhi persepsi
nyeri itu merupakan tujuan nyeri individu.
diberikannya asuhan keperawatan pada d. Pengalaman nyeri sebelumnnya.
seseorang pasien di rumah sakit (Sigit, Pengalaman masa lalu juga
2010). berpengaruh terhadap persepsi nyeri
Faktor-faktor yang dapat individu dan kepekaannya terhadap
mempengaruhi nyeri adalah sebagai nyeri. Selain itu keberhasilan atau
berikut (Potter & Perry, 2009) : kegagalan metode penanganan nyeri
a. Etnik dan nilai budaya. sebelumnya juga berpengaruh
Latar belakang etnik dan terhadap harapan individu pada
budaya merupakan faktor yang penanganan nyeri saat ini.
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri e. Ansietas dan stress.
dan ekpresi nyeri, contohnya Ansietas sering kali menyertai
individu dari budaya tentu cenderung peristiwa nyeri yang terjadi.
ekspresif dalam mengungkapkan Ancaman yang tidak jelas asalnya

50
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

dan ketidakmampuan mengontrol psikologis, mental, emosional, atau


nyeri atau peristiwa disekelilingnya faktor prilaku.
dapat memperberat persepsi nyeri.
Sebaliknya, individu yang percaya Penyakit rematik meliputi
bahwa mereka mampu mengontrol cakupan luas dari penyakit yang
nyeri yang mereka rasakan akan dikarakteristikkan oleh kecenderungan
mengalami penurunan rasa takut dan untuk mengefek tulang, sendi dan
kecemasan yang akan menurunkan jaringan lunak (Soumya, 2011).
persepsi nyeri mereka. Rematik atau pegal linu juga
merupakan penyakit degeneratif yang
Adapun macam-macam tipe menyebabkan kerusakan tulang rawan
nyeri yaitu sebagai berikut (American (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,
Society of Anesthesiologist, 2008) : disertai proliferasi dari tulang dan
a. Nyeri akut. jaringan lunak di dalam dan sekitar
Nyeri akut terjadi setelah daerah yang terkena (Priyanto, 2009).
terjadinya cedera akut, penyakit atau Faktor penyebab dari
intervensi bedah dan memiliki penyakit ini belum diketahui dengan
permulaan yang cepat dengan pasti. Namun, faktor genetik seperti
intensitas yang bervariatif (ringan produk kompleks histokompatibilitas
sampai berat) dan biasanya utama kelas II (HLA- DR) dan beberapa
berlangsung dalam waktu yang faktor lingkungan diduga berperan
singkat. dalam timbulnya penyakit ini (Sudoyo,
b. Nyeri kronik. dkk, 2007).
Nyeri kronik berlangsung lebih lama a. Faktor genetik seperti kompleks
daripada nyeri akut, intensitasnya histokompatibilitas utama kelas II
(ringan sampai berat) dan biasanya (HLA-DR), dari beberapa data
berlangsung lebih dari enam bulan. penelitian menunjukkan bahwa
c. Nyeri somatis dalam. pasien yang mengemban HLA-DR4
Nyeri somatis merupakan memiliki resiko relatif 4:1 untuk
banyaknya kejadian nyeri yang menderita penyakit ini. Rematik pada
kompleks. Struktur somatis adalah pasien kembar lebih sering dijumpai
bagian pada tubuh seperti otot-otot pada kembar monozygotic
atau tulang, struktur somatis yang dibandingkan kembar dizygotic
ada dalam tubuh berbeda- beda (Sudoyo, dkk, 2007).
intensitasnya terhadap nyeri. Tulang b. Berbagai observasi menunjukkan
dan kartilago biasanya sensitif dugaan bahwa hormon seks
terhadap tekanan yang ektrim atau merupakan salah satu faktor
stimulasi kimia (misalnya Artritis predisposisi penyakit ini. Hubungan
rheumatoid, osteomielitis). hormon seks dengan rematik sebagai
d. Nyeri psikogenetik. penyebabnya dapat dilihat dari
Nyeri psikogenetik disebut juga prevalensi penderitanya yaitu 3 kali
nyeri sematoform. Nyeri lebih banyak diderita kaum wanita
psikogenetik adalah nyeri yang tidak dibandingkan dari kaum pria
diketahui secara fisik, nyeri ini (Sudoyo, dkk, 2007).
biasanya timbul karena pengaruh c. Faktor infeksi sebagai penyebab
rematik timbul karena umumnya

51
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

onset penyakit ini terjadi secara system pembakaran (asam urat,


mendadak dan timbul dengan disertai kolesterol, gula darah, asam laktat,
oleh gambaran inflamasi yang kristal oxalate), nyeri rematik. Gerakan
mencolok. Dengan demikian timbul yang terkandung dalam senam
dugaan kuat bahwa penyakit ini ergonomis merupakan gerakan yang
sangat mungkin disebabkan oleh sangat efektif, efesien dan logis karena
tercetusnya suatu proses autoimun rangkaian gerakannya merupakan
oleh suatu antigen tunggal atau rangkaian gerakan sholat yang
beberapa antigen tertentu saja. Agen dilakukan manusia sejak dulu sampai
infeksius yang diduga sebagai saat ini (Sagiran, 2012).
penyebabnya adalah bakteri,
mycoplasma atau virus (Sudoyo, METODE PENELITIAN
dkk, 2007). Penelitian ini merupakan
penelitian pre eksperimen dengan
Senam ergonomis merupakan rancangan one group pretest and
kombinasi dari gerakan otot dan posttest design. populasi dalam
pernafasan, pada saat gerakan berdiri penelitian ini adalah lansia yang
sempurna seluruh saraf menjadi satu mengalami nyeri rematik di Sada Jiwa
titik pada pengendaliannya di otak dan Banjar Pasekan Desa Sembung
saat itu pikiran dikendalikan oleh Kecamatan Mengwi Kabupaten
kesadaran akal untuk sehat dan bugar, Badung Tahun 2016. Jumlah lansia
dan pada saat badan membungkuk yang mengalami rematik 30 orang.
dalam gerakan tunduk syukur dapat Tehnik pengambilan sampel dengvan
memasok oksigen ke kepala dan Total Sampling menggunakan teknik
menambah aliran darah kebagian atas nonprobalility sampling.
tubuh terutama kepala yang dapat Analisa Data
menstimulasi respon relaksasikan tubuh 1. Analisa Univariat
kita dari seluruh ketegangan fisik dan Analisa univariat digunakan
mental (Sagiran, 2012). untuk melihat frekuensi dan
Senam ergonomis adalah presentase dari variabel dependen
salah satu metode yang praktis dan yaitu rasa nyeri rematik dan untuk
efektif dalam memelihara kesehatan melihat frekuensi dan presentase dari
tubuh. Senam ergonomis merupakan karakteristik responden lainnya yaitu
senam yang dapat langsung membuka, usia dan jenis kelamin.
membersihkan, dan mengaktifkan 2. Analisa Bivariat
seluruh sistem-sistem tubuh seperti Analisa bivariat digunakan untuk
sistem kardiovaskuler, kemih, mengetahui hubungan antara dua
reproduksi (Wratsongko, 2008). Senam variabel, yaitu dependent dan
ergonomis itu sendiri merupakan suatu independent. Analisa bivariat
teknik senam untuk mengembalikan merupakan analisa data untuk
atau membentulkan posisi dan mengetahui adanya pengaruh senam
kelenturan sistem saraf dan aliran darah. ergonomis terhadap rasa nyeri
Senam ergonomis juga bermanfaat rematik dengan menggunakan uji
memaksimalkan suplai oksigen ke otak, non parametrik yaitu dengan uji
membuka system kecerdasan, system Wilcoxon Match Pairs test.
keringat, system pemanasan tubuh,

52
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

Analisis Univariat
1. Distribusi Nyeri Lansia dengan
Rematik sebelum diberikan Senam
HASIL DAN PEMBAHASAN Ergonomis (Pre-tets)

Tabel 5.3.
Distrubusi Frekuensi Nyeri Lansia dengan Rematik sebelum diberikan
Senam Ergonomis (Pre-test) di Banjar Pasekan Desa Sembung
Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Tingkat Nyeri Frekuensi (n) Persentase (%)


Tidak Nyeri 0 0
Nyeri Ringan 4 13,3
Nyeri Sedang 26 86,7
Nyeri Berat Terkontrol 0 0
Nyeri Berat Tidak Terkontrol 0 0
Total 30 100

Berdasarkan tabel di 5.3 di atas dapat 2. Distribusi Nyeri Lansia dengan


diketahui tingkat nyeri lansia dengan Rematik setelah diberikan Senam
rematik kategori ringan sebanyak 4 Ergonomis (Post-test)
responden (13,3%) dan nyeri sedang
sebanyak 26 responden (86,7%).

Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Nyeri Lansia dengan Rematik setelah diberikan Senam
Ergonomis (Post-Test) di Banjar Pasekan Desa Sembung Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung

Tingkat Nyeri Frekuensi (n) Persentase (%)


Tidak Nyeri 0 0
Nyeri Ringan 17 56,7
Nyeri Sedang 13 43,3
Nyeri Berat Terkontrol 0 0
Nyeri Berat Tidak Terkontrol 0 0
Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dengan rematik di Sada Jiwa Banjar
diketahui tingkat nyeri lansia dengan Pasekan Desa Sembung Kecamatan
rematik dengan kategori ringan Mengwi Kabupaten Badung Tahun
sebanyak 17 responden (56,7%) dan 2016 menggunakan uji statistik
nyeri sedang sebanyak 13 responden Wilcoxon Signed Rank Test dengan α
(43,3%). sebesar 0,05, perhitungan menggunakan
Analisa Bivariat aplikasi komputer dapat ditunjukkan
Analisis pengaruh senam pada tabel 5.5 sebagai berikut.
ergonomis terhadap tingkat nyeri lansia

53
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

Tabel 5.5.
Pangaruh Senam Ergonomis Terhadap Tingkat Nyeri Lansia dengan Rematik
Di Sada Jiwa Banjar Pasekan Desa Sembung Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung

Tingkat Nyeri Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan p (value)


(Pre-test) (Post-test)
Tidak Nyeri 0 0 0,000
Nyeri Ringan 4 17
Nyeri Sedang 26 13
Nyeri Berat Terkontrol 0 0
Nyeri Berat Tidak Terkontrol 0 0
Total 30 30

Berdasarkan hasil pada tabel 5.5 dapat lunak di dalam dan sekitar daerah yang
diketahui terjadi perubahan tingkat terkena (Priyanto, 2009).
nyeri lansia dengan rematik sebelum Berdasarkan dapat diketahui
dan sesudah perlakuan. Dari hasil tingkat nyeri lansia dengan rematik
analisis dapat diketahui bahwa p value pada responden setelah diberikan
= 0,000 (α = 0,05) yang artinya bahwa p senam ergonomis, nyeri rematik
value < 0,05, sehingga hipotesa dalam mengalami penurunan dengan kategori
penelitian ini diterima di mana secara ringan sebanyak 17 responden (56,7%),
statistik ada pengaruh senam ergonomis dan nyeri sedang sebanyak 13
terhadap tingkat nyeri lansia dengan responden (43,3%). Senam ergonomis
rematik di Sada Jiwa Banjar Pasekan merupakan kombinasi dari gerakan
Desa Sembung Mengwi Badung. otot dan pernafasan, pada saat gerakan
berdiri sempurna seluruh saraf menjadi
PEMBAHASAN satu titik pada pengendaliannya di otak
Interprestasi dapat dilihat dari dan saat itu pikiran dikendalikan oleh
30 responden diketahui tingkat nyeri kesadaran akal untuk sehat dan bugar,
lansia dengan rematik dengan kategori dan pada saat badan membungkuk
ringan sebanyak 4 responden (13,3%), dalam gerakan tunduk syukur dapat
dan nyeri sedang sebanyak 26 memasok oksigen ke kepala dan
responden (86,7%). Secara umum menambah aliran darah kebagian atas
nyeri adalah suatu keadaan yang tubuh terutama kepala yang dapat
tidak nyaman yang dirasakan oleh menstimulasi respon relaksasikan tubuh
seseorang, baik ringan maupun berat. kita dari seluruh ketegangan fisik dan
Nyeri didefinisikan sebagai suatu mental (Sagiran, 2012).
keadaan yang mempengaruhi seseorang Senam ergonomis
dan eksitensinya diketahui bila merupakan kombinasi dari gerakan
seseorang pernah mengalaminya otot dan teknik pernapasan. Melalui
(Tamsuri, 2007). Rematik atau pegal latihan relaksasi senam ergonomis
linu juga merupakan penyakit lansia dilatih untuk dapat memunculkan
degeneratif yang menyebabkan respon relaksasi. Sehingga pengeluaran
kerusakan tulang rawan (kartilago) endorphin ini menghambat aktifitas
sendi dan tulang didekatnya, disertai trigger cell, maka gerbang subtsansi
proliferasi dari tulang dan jaringan gelatinosa tertutup dan impuls nyeri

54
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

berkurang atau sedikit di transmisikan ergonomis dengan benar dapat


ke otak, kondisi seperti ini dapat mencapai puncak relaksasi pada tubuh,
membuat klien mencapai keadaan membuang muatan listrik negatif,
tenang. Kondisi relaks yang dirasakan oksigen dapat mengalir keseluruh
tersebut dikarenakan latihan relaksasi tubuh sehingga tubuh terasa lebih
dapat memberikan pemijatan halus pada nyaman dan segar. Melalui latihan
berbagai kelenjar-kelenjar pada tubuh, relaksasi senam ergonomis lansia dilatih
menurunkan produksi kortisol dalam untuk dapat memunculkan respon
darah, mengembalikan pengeluaran relaksasi. Sehingga pengeluaran
hormon yang secukupnya sehingga endorphin ini menghambat aktifitas
memberi keseimbangan emosi dan trigger cell, maka gerbang subtsansi
ketenangan pikiran (Demir, 2012). gelatinosa tertutup dan impuls nyeri
Setelah diberikan senam berkurang atau sedikit di transmisikan
ergonomis adalah kategori nyeri ringan ke otak, kondisi seperti ini dapat
sebanyak 17 responden (56,7%), dan membuat klien mencapai keadaan
nyeri sedang sebanyak 13 responden tenang. Terlebih bila dilakukan
(43,3%). Hasil statistik dengan wilxocon secara teratur dan tetap menjaga gaya
signed rank test diperoleh dengan α hidup sehat untuk mencegah kembali
sebesar 0,05, perhitungan menggunakan terjadinya nyeri rematik yang dirasakan.
aplikasi komputer dapat ditunjukkan Penelitian yang sama
diketahui terjadi perubahan tingkat diajukan oleh Komariah (2015) tentang
nyeri lansia dengan rematik sebelum Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap
dan sesudah perlakuan. Dari hasil Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan
analisis dapat diketahui bahwa p Gout Di Pos Binaan Terpadu Kelurahan
value = 0,000 (α=0,05) yang Pisangan Ciputat Timur. Penelitian
artinya bahwa p value < 0,05, sehingga yang dilakukan oleh Prayana (2015)
hipotesa dalam penelitian ini tentang Pengaruh Senam Ergonomis
diterima dimana secara statistik ada Terhadap Keluhan Nyeri Dan
Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Pada
Tingkat Nyeri Lansia Dengan Rematik Lansia Yang Mengalami Nyeri
Di Sada Jiwa Banjar Pasekan Desa Reumatik Di Panti Wreda Dharma
Sembung Kecamatan Mengwi Bhakti Surakarta.
Kabupaten Badung Tahun 2016.
Berdasarkan manfaat dari SIMPULAN DAN SARAN
senam ergonomis salah satunya Simpulan
menurunkan nyeri rematik, gerakan Penelitian yang dilakukan
yang terkandung dalam senam pada tanggal 19 Januari sampai dengan
ergonomis merupakan gerakan yang 12 Februari 2017 mengenai Pengaruh
sangat efektif, efesien dan logis untuk Senam Ergonomis Terhadap Perubahan
meningkatkan daya gerak sendi dan Nyeri Pada Lansia dengan Rematik di
kekuatan otot sehingga mampu Sada Jiwa Banjar Pasekan Desa
menurunkan skala nyeri rematik. Senam Sembung Kecamatan Mengwi
ergonomis salah satu terapi yang dapat Kabupaten Badung Tahun 2016 dapat
menjadi pengaruh terhadap penurunan disimpulkan sebagai berikut :
nyeri rematik, hal ini dapat terjadi 1. Persentase nyeri rematik pada
karena dalam melakukan senam lansia sebelum diberikan senam

55
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

ergonomis dengan kategori ringan DAFTAR PUSTAKA


sebanyak 4 responden (13,3%), dan American Society of Snesthesiologist.
nyeri sedang sebanyak 26 responden 2008. The management
(86,7%). of pain, available from :
2. Persentase nyeri rematik pada hhtp://www.asagq.org/patient
lansia sesudah diberikan senam Educa
ergonomis dengan kategori ringan tion/managepain.htm#top,
sebanyak 17 responden (56,7%), dan accesed tanggal 3 April 2016.
nyeri sedang sebanyak 13 responden Arifin, L. 2008. Teknik Akupresur Pada
(43,3%). Persalinan, available from :
3. Terdapat pengaruh yang signifikan www.akperppni.ac.id/.
Senam Ergonomis Terhadap accesed tanggal 31 Maret
Perubahan Nyeri Pada Lansia 2016 pukul 2.33 PM.
Dengan Rematik di Sada Jiwa Azizah, 2011. Keperawatan Lanjut
Banajr Pasekan Desa Sembung Usia.Yogyakarta : Graha
Kecamatan Mengwi Kabupaten Ilmu.
Badung Tahun 2016 p (0,000 < α Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.
(0,05). Keperawatan Lanjut Usia.
Saran Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saran yang dapat diberikan dalam Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat.
penelitian ini adalah : 2011.Bali Dalam Angka
1. Bagi Institusi Pendidikan 2011. Denpasar : BPS
Diharapkan hasil penelitian ini Provinsi Bali.
dapat dijadikan bahan acuan untuk Boedhi, D. 2011. Buku Ajar Geriatri,
institusi pendidikan agar saat Ilmu Kesehatan Lnjut Usia.
memberikan intervensi senam Jakarta : Fakultas Kedokteran
ergonomis harus memperhatikan Universitas Indonesia.
gerakan dari responden khususnya Departemen Kesehatan RI. 2006.
kepada penderita nyeri rematik Batasan Lanjut Usia.
karena individu yang mengalami Digilib.unila.ac.id. Diakses
nyeri rematik akan mengalami tanggal 15 Juni 2016 pukul
kesulitan dalam bergerak. 9.02 am.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Departemen Kesehatan RI.
Penelitian ini diharapkan 2006. Pharmaceutical care
dapat dijadikan referensi dan acuan untuk pasien penyakit
untuk penelitian selanjutnya agar arthritis rematik.
dapat melakukan pengkajian lebih (http://125.160.76.194/bidang
mendalam serta mengembangkan /yanmed/farmasi/
penelitian ini menjadi bentuk pharmaceutical/rematik.pdf).
kelompok control desain. Diakses tanggal 31 Maret
3. Bagi Masyarakat 2016 pukul 12.27 PM.
Diharapkan melalui hasil penelitian Hartono. 2007. Modul Analisis
ini masyarakat mampu membantu Data. Jakarta : Fakultas
menghilangkan nyeri rematik Kesehatan Masyarakat
tetapi tetap harus memperhatikan Universitas Indonesia.
gerakan saat melakukan senam.

56
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

Komariah. A, 2015. Pengaruh Senam accesed tanggal 31 Maret


Ergonomis Terhadap Kadar 2016 pukul 9.59 pm.
Asam Urat Dengan Gout Di Priyanto, 2009. Tanda dan Gejala
Pos Binaan Kelurahan Penyakit Rematik, available
Pisangan Ceputat Timur. from :
repository.uinjkt.ac.id/dspace repository.usu.ac.id/bitstream
/bitstream/.../26474/.../ANIS /123456789/21438/4/Chapter
%20KOMAR IAH-FKIK.pdf, %20II.pdf, accesed tanggal
accesed tanggal 31 Maret 15 Juni 2016 pukul 9.07 am.
2016 pukul 9.59 pm. Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik
Krisnatuti, Rina Yerina. 2006. Kesehatan. Editor Ari
Perencanaan Menu Untuk Setiawan. Cetakan keempat.
Penderita Gangguan Jogjakarta : Mitra Cendilia
Rematik, Jakarta : Penebar press. Hal 151-156.
Swadaya. Sagiran. 2012. Mukjizat Gerakan
Maryam, R, Siti 2008. Mengenal usia Sholat. Edisi ke-2. Jakarta :
Lanjut dan Perawatannya. Qultum Media.
Jakarta : Salemba Medika. Santika, I Gusti Putu Ngurah Adi.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Hubungan Indeks Massa
Penelitian Kesehatan. Jakarta Tubuh (Imt) Dan Umur
: Rineka Cipta. Terhadap Daya Tahan Umum
Nursalam. 2008. Konsep Dan (Kardiovaskuler) Mahasiswa
Penerapan Metodelogi Putra Semester Ii Kelas A
Penelitian Ilmu Keperawatan. Fakultas Pendidikan
Edisi 2. Jakarta : Salemba Olahraga Dan Kesehatan
Medika. Ikip Pgri Bali Tahun 2014.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Jurnal Pendidikan Kesehatan
Metodelogi Penelitian Ilmu Rekreasi, [S.l.], v. 1, n. 1, p.
Keperawatan. Jakarta : 42-47, june 2015. ISSN 2337-
Salemba Medika. 9561. Available at:
Potter, P.A, Perry, A. G. <https://ojs.ikippgribali.ac.id/
2009. Fundamentals of index.php/jpkr/article/view/6
Nursing 7th Edition Buku >.
2. Alih Bahasa : Nggie. Santoso, 2009. Faktor Yang
Adrina F., Albar. Marina. Mempengaruhi Penuaan.
Jakarta : Penerbit Salemba Availeble.
Medika. ws.ub.ac.id/selma2010/public
Prayana, C.A. 2015. Pengaruh Senam /images/UserTemp/2014/.../2
Ergonomik Terhadap 0140507182222_3073.pdf,
Keluhan Nyeri Dan accesed tanggal 15 Juni 2016
Peningkatan Rentang Gerak pukul 9.05 am.
Pada Lansia Yang Sekaran. U. 2006. Metode Riset
Mengalami Nyeri Reumatik. Bisnis. Jakarta : Salemba
Available.https://www.google Empat.
.co.id/search?newwindow=1 Sigit Nian. 2010. Konsep Dan
&site=webhp&source=hp&q, Proses Keperawatan

57
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi P-ISSN 2337-9561
Vol. 5, No. 2, Hal. 47 – 58, Juni 2019 E-ISSN 2580-1430
DOI : 10.5281/zenodo.3340175

Nyeri. Edisi I
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soumnyo, 2011. Pengertian Penyakit
Rematik, available from :
eprints.ung.ac.id/5184/5/201
3-1-14201-
841409078bab225072013090
802.pdf, accesed tanggal 15
Juni 2016 pukul 09.09 am.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar
Keperawatan Gerontik, edisi
2. Jakarta : EGC.
Sudoyo, dkk, 2007. Tanda dan Gejala
Penyakit Rematik.
repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/21438/4/Chapter
%20II.pdf, accesed tanggal
15 Juni 2016 pukul 9.07
am.
Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&B. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&B. Bandung : Alfabeta.
Sutantri, E. 2014. Pengaruh Senam
Ergonomis Terhdap
Perubahan Kualitas Tidur
Pada Lansia Di Padukuhan
Bonosoro Bumirejo Lendah
Kulon Progo. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan, hlm 1-16.
Tamsuri, A. 2007. Konsep Dan
Penatalaksanaan Nyeri.
Jakarta : EGC.
Tamsuri, A. 2013. Fisioterapi Pada
Lansia. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Wratsongko, M., & Sulistyo, T. B.
2008. 205 resep Pencegahan
dan Penyembuhan dengan
Gerakan Shalat. Depok :
Qultum Media.

58

Anda mungkin juga menyukai