P
DENGAN NYERI KRONIS DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING
SEMARANG
Oleh :
Kelas A15.1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2018
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia menurut peraturan pemerintah Republik
Indonesia nomor 43 tahun 2015 adalah seseorang yang berumur 60 tahun
ke atas (Kemenkes, 2017). Proses menua (aging) adalah proses alami yang
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa pada lansia termasuk
juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien geriatri
dan psikogeriatri yang merupakan bagian dari gerontologi. Masalah
kesehatan lansia meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural
ekonomi, dan lain-lain (Sunaryo, dkk. 2015).
Rumah sosial pelayanan lanjut usia Pucang Gading berada di jalan
Letjen Sarwo Edi Wibowo km 1, Plamongan Sari, Semarang dan terdiri
dari 7 ruang. Ruang Flamboyan berada di sebelah ruang Anggrek.
Ruangan ini terdiri dari 12 penerima manfaat yang semua anggotanya
adalah perempuan.
Menurut riskesdas (2013) dalam Kholifah (2016), artritis adalah
penyakit tidak menular (PTM) terbanyak ke dua pada lansia dan penyakit
terbanyak pertama adalah hipertensi. Berikut tabel urutan penyakit pada
lansia berdasarkan Riskesdas (2013) dalam Kholifah (2016) :
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan
pada lansia dengan gangguan nyeri kronis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan
gangguan nyeri kronis.
b. Mahasiswa mampu merencanakan, melakukan dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Klien dengan
masalah utama nyeri kronis.
c. Mahasiswa mampu memberikan intervensi kepada Klien individu
maupun kelompok asuhan keperawatan sesuai dengan
permasalahan lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri Kronis
1. Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang
yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, dan
berlangsung lebih dari 3 bulan (NANDA, 2018).
2. Batasan karakteristik
a. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya.
b. Perubahan pola tidur akibat nyeri yang diderita klien
c. Anoreksia
d. Bukti nyeri dengan menggunakan standar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
e. Ekspresi wajah nyeri
f. Laporan tentang perilaku nyeri atau perubahan aktivitas
g. Fokus pada diri sendiri
h. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
i. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan mengunakan standar
instrumen nyeri
3. Faktor yang berhubungan
4. Populasi Berisiko
a. Usia > 50 tahun
Usia mempunyai peranan yang penting dalam mempersepsikan dan
mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang
berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia. Nyeri dianggap
sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara menafsirkan
nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah normal dari proses
penuaan. Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor
penting dalam pemberian obat. Perubahan metabolik pada orang
yang lebih tua mempengaruhi respon terhadap analgesik opioid.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia
terhadap persepsi nyeridan hasilnya sudah tidak konsisten.
b. Gender wanita
Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien
untuk mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan
perempuan. Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara
laki- laki dan perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan
mempunyai respon nyeri lebih baik dari pada laki-laki.
c. Tinggat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan persepsi
nyeri, semakin rendah pendidikan menyebabkan peningkatan
intensitas nyeri dan disabilitas akibat nyeri. Hal tersebut
berhubungan dengan strategi coping, yaitu konsekuensi masing-
masing individu untuk menilai suatu keadaan.
d. Budaya
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada
nyeri.
5. Kondisi Terkait
a. Gangguan muskuloskeletal kronis
b. Kontusio
c. Cedera tabrakan
d. Gangguan sistem saraf
e. Fraktur
f. Gangguan genetik
g. Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan
reseptor.
h. Gangguan imun
i. Gangguan metabolik
j. Gangguan iskemik
k. Cedera otot
l. Pasca trauma
m. Peningkatan kadar kortisol lama
n. Cedera medula spinalis
o. Infiltrasi tumor.
B. Hambatan berjalan
4. Kondisi Terkait :
a. Imobilisasi.
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama lansia : Mbah P
b. Usia : 86 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku : Jawa
e. Jenis kelamin : perempuan
f. Nama wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia “Pucang Gading” Semarang
g. Pendidikan : Tidak Bersekolah
h. Riwayat pekerjaan : Pedagang
i. Status perkawinan : Janda
j. Pengasuh wisma : Lita Vokalita, MPS.Sp
4) Toileting
a) Mbah P berkata “pipise ping tigo sedinten enjing kaleh
sonten dalu niku kadang-kadang. Pipise nggeh biasa titik
soale nginume nggeh biasa mboten katah.”
b) Mbah P berkata “nek eek nggeh sedinten pisan nggeh
kadang-kadang sedinten ping kalih. Nggeh lancar mawon.”
c) Mbah P berkata “nek kudu pipis nggeh keroso terus
mlampah kamar mandi, eek lah nggeh teng WC. Saget
piyambak tapi nggeh kalih cekelan niki mbak. mboten nate
ngagem pampers mbak.
5) Personal Hygiene
a) Mbah P berkata “mandi nggeh ping pindo to enjing
sakderenge subuh kalih sonten terus nggeh gantos klambi.
Nggih sikatan, keramas piyambak.”
6) Mandi
Mbah P berkata “mandi nggeh ping pindo to enjing sakderenge
subuh kalih sonten. nggih mandi saget mbak mboten mboten
dibantu nggeh piyambak. Wong tesih saget nggeh mboten
dibantu. Sikatan kosokan nggih saget piyambak niki tangane
nggeh tesih saget nggih paling kaleh ndodok niku tapi cekelan
niki (menunjuk walker). Nek mlampah teng kamar mandi nggeh
piyambak ngangge niki (menunjuk walker).”
4. Dimensi psikologis
a. Status kognitif (Short Portable Mental State Quesionnare /
SKLIENSQ)
Berdasarkan hasil pengkajian SKLIENSQ yang sudah
dilakukan pada mbah P, statuskognitif mbah P masih baik /
fungsi intelektual utuh karena skor kesalahan berjumlah 2
yaitu tidak mampu menyebutkan umur yang tepat dan tanggal
serta bulan lahirnya (lampiran 1).
b. Perubahan yang timbul terkait status kognitif
Mbah P berkata “nggih niku mbahe dadi gampang supe, tapi
nggeh tesih katah sing iling.”
c. Dampak yang timbul terkait status kognitif
1) Mbah P berkata “kulo gampang supe namine tiyang mbak.
hehe.”
2) Mbah P lupa dengan umurnya saat ini dan mbah P menjadi
agak susah mengingat nama mahasiswa.
6. Dimensi fisik
a. Luas wisma
Mbah P berada diruangan flamboyan dengan ukuran ruangan
15 x 5 meter. Didalam ruangan terdapat 1 kamar mandi, 10
tempat tidur MBAH P dengan masing-masing lemari.
b. Keadaan lingkungan didalam wisma
1) Penerangan
Penerangan didalam ruangan cukup baik sumua lampu
menyala dan saat siang sinar matahari bisa masuk ke
dalam ruangan.
2) Kebersihan dan kerapian
Ruangan didalam wisma bersih dan penataan barang yang
ada diruangan cukup tertata rapi dan tidak berantakan.
3) Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Ruangan antara pria dan wanita sudah dipisah
4) Sirkulasi udara
5) Udara masu melalui ventilasi, jendela dan pintu. Didalam
ruangan terdapat 10 ventilasi dan 10 jendela yang selalu
terbuka saat siang hari. Pintu juga selalu terbuka.
6) Keamanan
7) Ruangan flamboyan cukup aman. Kondisi lantai bersih
dan tidak licin
8) Sumber air minum
9) MBAH P minum dengan air galon aqua yang terdepat di
dalam ruangan terletak didepan
a. Ruang berkumpul bersama
Ruangan aula untuk tempat berkumpul bersama digunakan untuk
bebagai kegiatan lansia. Fasilitas yang ada diruangan cukup lengkap.
7. Dimensi sosial
1. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Mbah P berkata, “baik mbak sering ngobrol, saya juga sering minta
tolong kerokin sama minta jemurin baju”.
2. Hubungan antar lansia diluar wisma
Mbah P berkata, “ ya baik mbak”.
3. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Mbak P berkata, “saya sudah tidak punya keluarga mbak, ada keluarga
jauh di Salatiga tapi tidak pernah komunikasi gak ada nomer telponnya
juga”.
4. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Mbah P berkata, “ sini ibu-ibunya baik-baik mbak”.
5. Kegiatan organisasi sosial
Mbah P berkata, “kalo kakinya gak sakit biasanya ikut kegaiatan senam
di lapangan, ikut karoke nari-nari di aula”.
DO:
- Mbah P terlihat memegangi walker
saat akan berjalan
- Mbah P tampak kesusahan dan
meringis saat berjalan
Senin, 27 DS : Hambatan
Agustus - Mbah P berkata “ini kakinya rasanya berjalan
2018 sakit mbak, susah digerakin berhubungan
makanya ini pakai tongkat. Berat dengan gangguan
sampai dua kilo kadang saya muskuloskeletal
malesnya itu berat.” kronis
- Mbah P berkata “nek jalan yo (rheumatoid
nganggo iki tapi susah. Ajeng arthritis)
ngadek ngeniku yo cekelan iki (00088)
(sambi menunjuk walker). Nek gak
ngono yo gak kuat. Sikile mbahe
loro mlaku adoh yo wegah kudune
yo nggowo iki.”
- Mbah P berkata “nek munggah
tangga nggih mboten saget, susah
nok. Paling yo diiwangi nok. Neng
panti dalane roto dadine iso mbahe.”
DO :
- Mbah P terlihat menggunakan
walker dalam berjalan
- Mbah P terlihat berjalan dengan
menggunakan walker secara hati-
hati dengan bertumpu pada walker
dan kaki yang tidak sakit yaitu kaki
kanan.
Senin, 27 DS :
Agustus - Mbah P berkata, “kulo sare jam 9 Gangguan pola
2018 tangine jam tigo, kadang nggeh tidur
melek tengah wengi niku kudu pipis berhubungan
kadang nggeh pas pilek niku watuk. dengan kurang
Kadang nggih kelap-kelap mboten kontrol tidur
saget tilem mbak. Mboten ngertos (minum sebelum
rasane melek tak rem-remke nggeh tidur) dan
mboten tilem-tilem. Mboten wonten insomnia
sing dipikerke nggeh terahe (00198)
ngoten.”
- Mbah P berkata “kadang niki mbak
samparane sakit kaku mboten saget
tilem nggeh melek ngoten.”
DO :
- Berdasarkan pengukuran
menggunakan kuisioner PSQI
diperoleh hasil 6 yang artinya pola
tidur buruk (>5)
DO :
- Saat di inspeksi terdapat benjolan
kecil di area ketiak
- Saat di inspeksi di area abdomen
tidak terdapat ruam atau kemerahan,
tidak ada benjolan maupun lesi
C. PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Keperawatan Prioritas Pembenaran
Nyeri kronis berhubungan High
dengan gangguan Priority
muskuloskeletal kronis
(rheumatoid arthritis)
(00133)
Hambatan berjalan Medium
berhubungan dengan Priority
gangguan muskuloskeletal
kronis (rheumatoid
arthritis)
(00088)
Gangguan pola tidur Medium
berhubungan dengan Priority
kurang kontrol tidur
(minum sebelum tidur)
dan insomnia
(00198)
Gangguan rasa nyaman Low Priority
berhubungan dengan gatal
pada tubuh mbah P
(00214)
D. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
No. Kode NIC Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
1. Nyeri kronis NOC NOC NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan 1E-1400 Manajemen Nyeri
gangguan keperawatan dalam 3x20 tindakan keperawatan 1E-1400.1 a. Lakukan pengkajian nyeri secara
muskuloskeletal kronis menit diharapkan nyeri dalam 3x20 menit komprehensif pada Klien meliputi
(rheumatoid arthritis) berkurang dengan kriteria diharapkan PQRST.
(00133) hasil : pengetahuan mbah P 1E-1400.5 b. Bantu Klien mengenali penyebab
Nyeri : Efek yang mengenai manajemen nyeri.
mengganggu rematik meningkat 1E-1400.7 c. Tentukan akibat nyeri terhadap
(V V 2101) dengan kriteria hasil : kualitas tidur dan nafsu makan
a. Ketidaknyamanan Pengetahuan : Klien.
atau nyeri pada Manajemen Arthritis 1E-1400.11 d. Bantu Klien memilih terapi
ekstremitas bawah (IV S 1831) manajemen nyeri yang diinginkan.
mbah P berkurang a. Klien mampu 1E-1400.22 e. Jelaskan manfaat dan tujuan dari
menjadi skala 2 (VV melakukan latihan ROM kepada Klien
210127) latihan Rom 1E-1400.24 f. Ajarkan Klien latihan ROM untuk
b. Klien dapat secara mandiri mengurangi nyeri sendi pada
melakukan rutinitas selama 1x Klien (Taufandas, dkk, 2018)
tanpa mengalami sehari (IV S 1E-1400.26 g. Monitor lokasi dan
gangguan karena 183112) ketidaknyamanan selama latihan
nyeri (V V 210119) b. Klien dapat ROM
c. Klien dapat memahami tata 1E-1400.31 h. Bantu Klien membuat jadwal
melakukan cara harian untuk melakukan terapi
pergerakan fisik penggunaan manajemen nyeri (Latihan ROM)
dengan baik (V V alat bantu 1E-1400.34 i. Evaluasi keefektifan manajemen
210113) dengan benar nyeri nonfarmakologi (latihan
(IV S 183124). ROM) pada Klien
1E-1400.25 j. Dorong Klien untuk
meminimalisasi penggunaan obat-
obatan kimia.
2. Hambatan berjalan NOC NOC NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan 4V-6490 Pencegahan jatuh
gangguan keperawatan dalam 3x20 tindakan keperawatan 4V-6490.3 a. Kaji riwayat jatuh pasien
muskuloskeletal kronis menit diharapkan hambatan dalam 3x20 menit menggunakan POMA
(rheumatoid arthritis) berjalan pada Klien dapat diharapkan faktor 4V-6490.4 b. Identifikasi karakteristik
(00088) berkurang dengan kriteria penyebab hambatan lingkungan yang meningkatkan
hasil : berjalan pada Klien potensi jatuh (misal lantai licin)
Cara berjalan dapat berkurang 4V-6490.13 c. Instruksikan pasien untuk
(I C 0222) dengan kriteria hasil : menggunakan walker dengan tepat
a. Klien menggunakan Pengetahuan : 4V-6490.15 d. Pastikan walker dalam kondisi
postur yang tepat saat Manajemen Arthritis siap pakai.
berjalan (I C 022203) (IV S 1831)
b. Klien menggunakan a. Klien mengetahui 1A-0201 Peningkatan Latihan : Latihan
dasar topangan yang manfaat olahraga Kekuatan
kokoh (I C 022208) (senam lansia) 1A-0201.4 a. Jelaskan pada klien manfaat
c. Klien tidak merasa secara teratur (IV melakukan Manfaat senam lansia
sakit pada kaki saat S 183109). 1A-0201.15 b. Dukung klien untuk rutin
berjalan (I C b. Klien mengetahui mengikuti senam lansia yang
022215) cara untuk diadakan oleh panti (Syah, dkk,
d. Kaki kiri Klien tidak mencegah jatuh 2017).
menyeret saat (IV S 183126). 1A-0201.27 c. Tentukan perkembangan terhadap
melangkah ( I C pencapaian tujuan.
022216)
e. Kaki Klien dapat
lebih lentur untuk
berjalan (I C
022223).
Pengetahuan : Pencegahan
jatuh
(IV S 1828)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam 3x10
menit diharapkan resiko jatuh
pada mbah P dengan kriteria
hasil :
a. Klien mengetahui
penggunaan alat
bantu yang benar (IV
S 182801).
Tujuan
Waktu Diagnosa Kep. Implementasi Evaluasi Formatif
Umum Khusus
Selasa, 28 NOC NOC 1. Salam S:
Agustus Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan 2. Kontrak waktu 1. PM responsif mau di
2018 keperawatan dalam 3x20 tindakan 3. Menjelaskan tujuan tindakan ajak bekerja sama dan
menit diharapkan nyeri keperawatan intervensi pada PM terbuka untuk
Pukul 1 berkurang dengan kriteria dalam 3x20 4. Melakukan pengkajian nyeri menceritakan keluhan
10.00 WIB hasil : menit diharapkan secara komperhensif pada PM nya
Nyeri : Efek yang pengetahuan meliputi PQRST 2. Hasil pengkajian
mengganggu mbah P mengenai nyeri :
(V V 2101) manajemen - P : mbah P berkata
d. Ketidaknyamanan rematik “sikil kiwo iki loro
atau nyeri pada meningkat mbak koyok
ekstremitas bawah dengan kriteria sengkring-
mbah P berkurang hasil : sengkring. Dengkul
menjadi skala 2 (VV Pengetahuan : iki lahyo mbak
210127) Manajemen mengisor.”
e. Klien dapat Arthritis - Q : mbah P berkata
melakukan rutinitas (IV S 1831) “Lorone koyok
tanpa mengalami c. Klien sengkring-
gangguan karena mampu sengkring kaku.
nyeri (V V 210119) melakuka Kadang yo cekit-
f. Klien dapat n latihan cekit dewe.”
melakukan Rom - R : mbah P berkata
pergerakan fisik secara “Sikile kulo
dengan baik (V V mandiri dengkul nganti
210113) selama 1x ngisor iki loro
sehari (IV mbak sing kiwo.
S 183112) Nek tak nggo
d. Klien mlaku yo loro gak
dapat kuat nggih ngangge
memaham niki (menunjuk
i tata cara walker).”
pengguna - S : Mbah P berkata
an alat “yo loro pas ameh
bantu tilem nggeh kadang
dengan loro senut-senut.
benar (IV Piro yo hehe limo
S yake mbak hehe”
183124). - T : mbah P berkata
“lorone wis patang
tahun. Lorone iki
nek digae ngadek,
nek pas mlaku yo
loro tapi mboten
gerah banget.”
O:
1. PM terlihat
memegang area nyeri
yaitu area lutut
2. PM mempraktikan
berdiri menggunakan
tumpuan walker, terlihat
wajah nya menahan
nyeri
A : pengkajian PQRST
telah sesuai
P : lanjutkan dengan
pemberian intervensi
nyeri
11.10 WIB 3 NOC NOC 11. Monitor jumlah jam tidur S : PM mengatakan
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan klien tidur jam 21.00 lalu
keperawatan selama 3x10 tindakan terbangun lagi jam
menit, diharapkan pola tidur keperawatan 24.00 lalu tidur lagi jam
pada Mbah P membaik selama 3x10 01.00 dan bangun jam
dengan kriteria hasil : menit, 03.00 (5-6 jam tidur)
Tidur diharapkan
(I A 0004) gangguan tidur O : terlihat kantung
d. Klien mengatakan segar pada Mbah P mata di wajah PM
saat bangun (I A berkurang dengan A : PM mengalami
000408). kriteria hasil : gangguan dalam pola
Klien mengatakan tidak Tidur tidur
merasa lemas saat kegiatan (I (I A 0004) P : lanjutkan dengan
A 000409) d. Klien tidak memberi intervesi
terbangun di pengaturan pola tidur
malam hari yang baik
untuk BAK (I
11.15 WIB 3 A 000423). 12. Monitor pola tidur klien dan S : PM mengatakan
e. Klien tidak catat kondisi fisik (nyeri pada sering terbangun karena
lagi kesulitan ekstremitas yang mengganggu) ingin pipis atau nyeri di
untuk tidur kaki
saat sudah O : berdasarkan hasil
terbangun pengukuran kualitas
untuk BAK tidur dengan PSQI
atau merasa diperoleh skor 6 yang
nyeri pada artinya kualitas tidur
kakinya (I A buruk
000421). A : PM mengalami
Klien dapat gangguan pola tidur
membatasi P : lanjutkan dengan
minum pemberian intervensi
(maksimal 2 jam pengaturan pola tidur
sebelum tidur)
(IA 000406).
H. PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Sitinjak, V. M., dkk. (2016). Pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala
nyeri pada lanjut usia dengan osteoarthritis lutut. Jurnal Universitas
Tanjungpura, 4(2), 139-150.
Sunaryo., Wijayanti R., dkk. (2015). Asuhan keperawatan gerontik (edisi ke-1).
Yogyakarta : Andi.
Syah, Irhas, dkk. (2017). Efek pelatihan senam lansia dan latihan jalan tandem
dalam meningkatkan keseimbangan tubuh lansia di panti sosial Tresna
Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatra Barat. Sport and Fitness Journal,
5(1), 8-16.
Taufandas, M., dkk. (2018). Pengaruh range of motion untuk menurunkan nyeri
sendi pada lansia dengan osteoartritis di wilayah puskesmas Godean I
Sleman Yogyakarta. Jurnal Care, 6(1), 36-45.
Yurintika, F., dkk. (2015). Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada
lansia yang insomnia. JOM, 2(2), 1116-1123
Lampiran 1
1 Tanggal berapa hari ini? Mbah P berkata “niki tanggal 27, bulane
wolu tahune rong ewu wolulas.”
Benar
2 Hari apa sekarang ini? Mbah P berkata “dinten Senin.”
Benar
3 Apa nama tempat ini Mbah P berkata “niki namine panti lansia
Pucang Gading Semarang.”
Benar
4 Berapa nomer telepon anda? Mbah P berkata “niki teng Pucang
Gading ruange Flamboyan. mboten
wonten nomere mbak.”
Benar
5 Berapa umur anda? Mbah P berkata “saiki wolu wolu mbak.”
Salah (umur saat ini adalah 86 tahun)
6 Kapan anda dilahirkan? Mbah P berkata “tahune telu loro
tanggale supe bulane nggeh supe mbak.
Nek Jowo niku sing penting lahir kaleh
iling tahune.”
Salah (tidak tahu tanggal dan bulan lahir)
7 Siapa nama presiden sekarang? Mbah P berkata “presiden saiki pak
Jokowi.”
Benar
8 Siapa nama presiden sebelumnya? Mbah P berkata “sederenge SBY, bu
Megawati.”
Benar
9 Siapa nama ibu anda? Mbah P berkata “ibune kulo niku
Tasriah.”
Benar
10 5+6 adalah? Mbah P berkata “rong puluh ewu
dikurangi tigang ewu nggeh tesih
pitulas.”
Benar
Lampiran 2
Lampiran 3
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal keenam fungsi makan, kontinen, berpindah,
toileting, berpakaian, mandi.
B Kemandirian semua aktivitas hidup kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian semua aktivitas hidup, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
D Kemandirian semua aktivitas hidup, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan.
E Kemandirian semua aktivitas hidup, kecuali mandi, berpakaian,
kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Seperti E tetapi ditambah berpindah dari suatu tempat dan satu
fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Total nilai = 12 +7 = 19
(Resiko terjatuh sedang)
Keterangan:
- 25-28 : resiko terjatuh rendah
- 19-24 : resiko jatuh sedang
- <19 : resiko jatuh tinggi.
Intepretasi Hasil: 19 (Resiko terjatuh sedang)