Anda di halaman 1dari 57

PENGKAJIAN LANSIA DI KELUARGA

Disusun untuk Memenuhi Stase Mata Kuliah


Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing: Megah Andriany S.Kep., M.Kep., Sp.Kom., Ph.D

Disusun Oleh:

Idrus Anas
22020120220117
Kelompok II

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan, yaitu anak-anak, masa dewasa dan masa tua. lanjut usia
adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia yang dimulai dari usia
60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau 125 tahun.1 Populasi penduduk lansia
saat ini meningkat secara cepat diseluruh dunia, jumlah lansia (usia 65 tahun atau
lebih) diseluruh dunia diperkirakan meningkat dua kali lipat dalam 25 tahun
kedepan. Populasi penduduk yang berusia diatas 80 tahun juga meningkat pesat
secara global. Pada tahun 2030, jumlah penduduk lansia di Amerika Serikat
diperkirakan sebanyak 20% dari seluruh penduduk.2
Data proyeksi penduduk di Indonesia pada tahun 2017, diperkirakan
terdapat 23,66% juta jiwa penduduk lansia (9,03%). Jumlah ini terus meningkat
pada tahun-tahun berikutnya dengan prediksi pada tahun 2025 mencapai 33,69 juta
jiwa, dan tahun 2030 mencapai 40,95 juta jiwa. Tren yang cenderung meningkat
dari jumlah penduduk lansia disebabkan oleh penurunan angka fertilitas dan
mortalitas serta serta peningkatan angka harapan hidup.2
Proses menua pada lansia terjadi seiring bertambahnya umur yang dapat
menimbulkan berbagai permasalah dari beberapa aspek, terutama masalah
kesehtan. Tidak hanya aspek kesehatan, aspek ekonomi dan sosial juga perlu
diperhatikan secara spesifik, sebab kedua masalah ini bila tidak dapat terpenuhi
maka akan menimbulkan dampak yang serius terhadap masalah kesehatan lansia. 1
Seiring dengan peningkatan usia, tidak jarang diikuti dengan penurunan
kemampuan fisik sehingga tidak jarang keluahan kesehatan dirasakan oleh lansia.
Oleh karena itu, perlunya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia
sehingga kualitas hidup mereka dapat ditingkatkan.3
Penuaan banyak dikaitkan dengan perubahan fungsi imunitas tubuh,
khususnya imun yang diperantarai sel. Semakin bertambah usia, semakin
mengalami penurunan pula imunitas pada lansia, menjadikannya rentan terhadap
berbagai penyakit. Hal ini menjadi penyebab semakin beresiko terserang berbagai
penyakit degeneratif atau penyakit kronis lain.4
LBP merupakan salah satu permasalahan yang sering dialami oleh para
lansia. Selain itu masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah
lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan
kerja fisik, berdebar-debar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri punggung
bawah atau pinggang, dan nyeri pada sendi pinggul. LBP pada lansia sering kali
dipengaruhi oleh faktor degeneratif yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia
seseorang.5
Penurunan kadar air, protein, kebiasaan pola hidup mempengaruhi
terjadinya degenerasi diskus intervertebralis yang menyebabkan berkurangnya
kelenturan pergerakan sendi faset lumbal. Non-specific low back pain dapat
mengakibatkan nyeri, spasme otot dan imbalance muscle, sehingga stabilitas otot
perut dan punggung bawah mengalami penurunan, mobilitas lumbal terbatas,
perubahan postur, dan mengakibatkan disabilitas pada pasien non-specific low back
pain.6
Nyeri dapat disebabkan oleh osteoartritis sendi faset atau adanya stressor
akibat trauma pada kapsul sendi faset. Nyeri sering digambarkan oleh pasien
sebagai sensasi yang dalam dan terdistribusi secara unilateral atau bilateral. Nyeri
dapat dirasakan menjalar ke salah satu atau kedua gluteal, selangkangan, hingga
paha namun biasanya nyeri dirasakan hanya sampai lutut. Faktor-faktor yang dapat
memperburuk LBP akibat degenerasi sendi faset lumbal diantaranya peningkatan
atau penurunan aktivitas fisik secara berlebihan, ekstensi lumbal dengan atau tanpa
rotasi, dan terlalu lama berdiri atau terlalu lama duduk.5
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny.S, ditemukan
beberapa masalah utama, yaitu nyeri kronis dan gangguan pola tidur. Nyeri yang
dirasakan adalah diderah pinggang yang menjalar kepaha dan lutut. Berdasarkan
hasil konsultasi penulis dengan dokter, Ny S didiagnosis LBP. Hal ini merupakan
dasar disusunnya asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah yang dialami klien
sesuai dengan evidence based nursing.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik pada Ny.S
dengan masalah keperawatan yang telah ditemukan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.S secara bio, psiko,
sosial da spritual.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai hasil pengkajian yang
sudah dilakukan pada Ny.S
c. Mampu menentukan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil
berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah ditetapkan.
d. Mampu menerapkan intervensi sesuai dengan masalah yang ditemukan.
e. Mampu menerapkan rencana intervensi yang telah dirumuskan serta
mampu memberikan terapi nonfarmakologis sesuai eviden based practic.
f. Mampu merumuskan evaluasi dan rencana tindak lanjut dari asuhan
keperawatan yang sudah diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Nyeri merupakan sebuah pengalaman sensori serta emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan pada kerusakan jaringan, aktual maupun potensial
atau menggambarkan suatu kerusakan.7 Nyeri dibagi menjadi 2 macam, nyeri akut
dan nyeri kronik. Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendakdak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang
berlangsung lebih dari 3 bulan.8

B. Etiologi
Fisiologi nyeri dapat dijelaskan bahwa reseptor nyeri adalah organ yang
berfungsi untuk menerima ransangan nyeri. Orang tubuh yang berperan sebagai
reseptor adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensional merusak.9
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)8, nyeri kronis
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
1. Kondisi muskuloskeletal kronis
2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Infiltrasi tumor
5. Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator dan reseptor
6. Gangguan imunitas
7. Gangguan fungsi metabolic
8. Penyakit posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks massa tubuh
10. Tekanan emosional
11. Riwayat penganiayaan
12. Riwayat penyalahgunaan obat/zat
Etiologi Gangguan rasa nyaman: Nyeri menurut North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) antara lain:
1. Usia lebih dari 50 tahun
2. Perubahan pola tidur
3. Kondisi musculoskeletal kronik
4. Crush injury
5. Kerusakan system syaraf
6. Distress emosional
7. Fraktur
8. Agen injuri
9. Kompresi syaraf, dll.
Penyebab umum terjadinya nyeri kronis pada lansia adalah gangguan
musculoskeletal seperti degenerasi spinal dan artritis. Penyebab lain antara lain:
neuropathic pain, ischemic pain dan nyeri akibat kanker dan penanganannya. Pada
lansia wanita, terdapat prevalensi yang tinggi terjadi fraktur akibat kompresi
vertebral yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.10

C. Tanda dan Gejala


Tanda gejala mayor yang dirasakan oleh pasien adalah adanya keluhan nyeri
menetap selama 3 bulan atau lebih, pasien tampak meringis menahan nyeri, gelisah,
merasa takut mengalami cedera berulang, terkadang juga disertai dengan adanya
perubahan pola tidur, anoreksia, pasien lebih bersifat protektif dalam kegiatan
sehari-hari seperti mencari posisi untuk menghindari timbulnya nyeri.8
D. Pengkajian nyeri
Nyeri bukan merupakan proses dari penuaan yang tidak dapat dihindari.
Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian, diagnostik, dan
penatalaksaan secara agresif. Namun individu yang berusia lanjut memiliki resiko
tinggi memiliki situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri. Ketika klien
yang berusia lansia menderita nyeri, maka dapat mengalami gangguan status fungsi
yang serius. Mobilisasi, aktifitas perawatan diri, sosialisasi dilingkungan lusr
rumah, dan toleransi aktifitas dapat mengalami penurunan.11
Kemampuan klien lansia untuk mengintepretasika nyeri dapat mengalami
komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-samar yang
mungkin mengenai bagian tubuh yang lain.11 Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri dapat dilihat dibawah ini.12

Keluhan klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan ondikator utama


yang dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri serta apapun yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan. Nyeri bersifat individualistik. Pengkajian
karakteristik nyeri. Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan
PQRST dapat mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian nyeri yang
dirasakan klien.11
BABA III
PENGKAJIAN LANSIA DI KELUARGA

A. DATA UMUM
1. Nama Lansia : Ny. S
2. Usia : 61 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Ambon, Maluku
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Pendidikan : SD
7. Riwayat Pekerjaan : Petani
8. Status Pekerjaan : Tani

B. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat Penyakit (Dalam 6 bulan terakhir)
Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit gastritis sejak lama dan
selalu terjadi kekambuhan. Dalam enam bulan terakhir ia pernah menderita/
didiagnosis penyakit Arthritis, Hal ini diketahui klien saat merasakan gejala nyeri
pada kedua lutu dan melakukan kunjungan ke klinik dokter praktek.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam riwayat anggota keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TB Paru dan HIV AIDS. Penyakit yang sering diderita
oleh anggota keluarga biasanya hanya demam ringan, batuk, pilek dan dispepsia.
Klien mengatakan ibu dan ayahnya dulu juga sering mengelu sakit pinggang dan
sakit lutut.
3. Riwayat Pencegahan Penyakit
Klien mengatakan bahwa, untuk mencegah kekambuhan dari penyakit yang
pernah diderita, klien selalu melakukan aktifitas sehari-hari dan menjaga pola
makan. Informasi mengenai menjaga pola makan diperoleh dari petugas kesehatan
saat posyandu lansia.
4. Riwayat Monitoring Tekanan Darah
Klien mengatakan bahwa ia selalu rutin mengikuti kegiatan posyandu lansia
setiap bulanan, dan selalu dilakukan pemariksaan tekanan darah oleh petugas
kesehatan. Selain itu tekanan darah klien juga rutin diperiksa oleh anaknya sendiri
yang merupakan seorang bidan desa di desa tempat ia tinggal. Berdasarkan hasil
wawancara dengan anak klien yang merupakan bidan desa tersebut, diperoleh
hasil pemeriksaan tekanan darah dalam 6 bulan terakhir yaitu:
Waktu
No Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
1 Januari 2021 TD: 110/100mmHg, Nadi 80x/mnt, BB: 57 Kg
2 Februari 2021 TD 120/100mmHg, Nadi 80x/menti, BB: 57 Kg
3 Maret 2021 TD: 120/100mmHg, Nadi 80x/mnt, BB: 57 Kg
4 April 2021 TD: 110/90mmHg, Nadi 80x/menti, BB 57 Kg
5 Mei 2021 TD: 110/100 mmHg, Nadi 80x/mnt, BB: 57 Kg
6 Juni 2021 TD: 110/100 mmHg, Nadi 80x/menit, BB: 57 Kg,

5. Riwayat Vaksinasi
Klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat imunisasi sejak kecil, dan
saat ini klien belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 karena belum dilaksanakan
di daerah tempat tinggal klien berada. Klien berencana akan mengikuti progran
vaksinasi Covid-19 bila sudah dijadwalkan.
6. Skrining Kesehatan yang Dilakukan
Skrining kesehatan yang rutin dilakukan setiap bulan oleh klien adalah
pengukuran tekanan darah, nadi, dan seskali melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu dan asam urat. Klien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM dan klien
memiliki kadar asam urat nornal (6,3).

C. STATUS GIZI
Berat Badan : 57 Kg
Tinggi Badan : 154 cm
IMT : BB/TB²
: 57/2,37
: 24,05 (Normal)
D. MASALAH KESEHATAN TERKAIT STATUS GIZI
1. Masalah Pada Mulut
Klien mengatakan bahwa beberapa gigi sudah tidak ada, termasuk 2 gigi
seri bagian bawah dan 2 gigi geraham bagian belakang. Kedua gigi seri sudah
diganti dengan gigi palsu sedangkan gigi geram tidak diganti. Klien
mengatakan bahwa keempat giginya dicabut karena berlubang dan sakit,
sehingga di bawa ke puskesmas dan dicabut. Saat ini ada 2 gigi geraham klien
yang sudah karies namun tidak terasa sakit, dan klien selalu menggosok gigi
saat mandi sore atau setelah makan malam.
2. Perubahan Berat Badan
Klien mengatakan bahwa sejak 6 bulan terakhir memiliki berat badan
yang stabil, karena klien tidak memiliki perubahan nafsu makan atau
mengalami sakit tertentu.
3. Masalah Nutrisi
Klien mengatakan bahwa dalam sehari makan 3 kali, yakni pada waktu
pagi, siang dan malam. Pada waktu pagi biasanya klien mengkonsumsi 4 buah
roti dan teh manis hangat, sedangkan pada siang hari dan malam ia makan
nasi, sayur dan ikan. Minuman yang selalu dikonsumsi saat makan adalah air
puti. Jenis buah yang dikonsumsi oleh klien adalah pisang, pepaya, mangga,
sirsak dan buah-buahan lain lain bila tiba musimnay.

E. MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI SAAT INI


Klien mengatakan masalah kesehatan yang dialaminya saat ini adalah ia
sering merasakan nyeri pada pinggang dan menjalar ke lutut dan paha. Selain itu
klien juga mengatakan sering mengalami nyeri pada ulu hati karena memiliki
riwat penyakit gastritis sejak 6 tahun yang lalu.

F. OBAT-OBAT YANG DIKONSUMSI SAAT INI


Klien mengatakan bahwa obat yang ia sering konsumsi yakni Antasida dan
ranitidin jika merasa nyeri pada daerah lambung. Sedangkan untuk mengatasi
nyeri lutut yang dialami klien diberi obat anti inflamasi dan golongan analgetika
ketika berobat di puskesmas/ polindessetempat.
G. TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT INI
Klien mengatakan bahwa tindakan spesifik yang dilakukan saat ini untuk
mengatasi kekambuhan sakit mag adalah menjaga pola makan, yaitu dengan tidak
mengkonsunsi makanan yang bersifat pedas, asam dan beberapa jenis sayuran
seperti kubis dan daun singkong.

H. STATUS FUNGSIONAL
Klien mengatakan bahwa ia masih kuat sehingga dapat bekerja dan
beraktivitas seperti biasanya tanpa bantuan. Klien selalu melakukan aktifitas
kegiatan sehari-hari dengan bertani dan berdagang. Menurut klien dengan
beraktivitas seperti bertani maka akan meningkatkan kekuatan tubuh dari berbagai
penyaki.
Hasil pengkajian Index KATS:
Aktivitas sehari-hari Mandiri Tergantung Skor
Mandi √ - 1
Berpakaian √ - 1
Toileting √ - 1
Berpindah √ - 1
Kontinensia BAK/BAB √ - 1
Makan √ - 1
Jumlah 6
Nilai Index KATZ klien dalam kategori A yang berarti klien mampu melakukan
keenam aktivas sehari-hari secara Mandiri

I. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI


1. Mobilisasi
Klien mengatakan bahwa ia masih dapat melakukan aktivitas sendiri
tanpa bantuan. Jika ia mengalami rasa nyeri pada pinggang biasanya ia langsu
istrahat bekerja atau segera berbaring.
Pengkajian Resiko Jatuh menggunakan Morse Fall Risk (MSF)
No Pengkajian Skala Nilai
Riwayat Jatuh: Tidak 0
1. Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 0
Ya 25
bulan terakhir?
Diagnosa Sekunder: Tidak 0
2 Apakah Lansia memiliki lebih dari satu 25
Ya 25
penyakit?
Alat Bantu Jalan:
0
- Bed Rest/dibantu
3 - Kruk/tongkat/walker 15 0
- Berpegangan pada benda-benda
30
disekitar (kursi, meja, lemari)
Terapi Intravena: Tidak 0
4 0
Apakah saat ini lansia terpasang infus? Ya 20
Gaya berjalan/cara berpindah:
0
- Normal/bedrest/immobile
5 - Lemah (tidak bertenaga) 10 0
- Gangguan/tidak normal
20
(pincang/diseret)
Status Mental:
0
- Lansia menyadari kondisi dirinya
6 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya
15
ingat
Keterangan:
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Beresiko 0-24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25-50 Intervensi Pencegahan jatuh standar
Resiko Tinggi ≥51 Intervensi pencegahan resiko jatuh
tinggi

Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh nilai MFS 25 sehingga klien


dikategorikan resiko jatuh rendah
2. Berpakaian
Klien mengatakan bahwa ia masih dapat memakai pakaian sendiri tanpa
membutuhkan bantuan.
3. Makan dan minum
Klien mengatakan bahwa ia masih dapat makan dan minum secara
mandiri tanpa bantuan. Klien memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, namun
pada waktu pagi klien hanya mengkonsumsi roti dan teh manis hangat tapi
sewaktu-waktu ia sering mengkonsumsi ikan bakar dan umbi rebus,
sedangkan pada siang hari dan malam ia makan nasi, sayur dan ikan.
Minuman yang selalu dikonsumsi saat makan adalah air puti. Jenis buah yang
dikonsumsi oleh klien adalah pisang, pepaya, mangga, sirsak dan buah-buahan
lain lain bila tiba musimnaya. Untuk kebutuhan minum, kilen mengatakan
mengkonsumsi air putih kira-kira 8 gelas perhari, namun ketika melakukan
aktifitas di ladang dengan cuaca panas maka konsumsi air putih semakin
tinggi.
4. Toileting
Klien mengatakan BAB dan BAK seperti biasanya, tidak ada masalah
atau keluhan yang dialami saat BAB atau BAK. Klien tidak membutuhkan
bantuan untuk toileting. Waktu BAB biasanya pada pagi hari, sedangkan BAK
sehari bisa 4 atau 7 kali tergantung mengkonsumsi air pada saat itu. Jika
banyak mengkonsumi air biasanya lebih dari 5 kali sehari.
5. Personal Hygiene
Klien mengatakan bahwa ia mandi 1 kali sehari, yaitu pada waktu sore
namun sering-sering juga mandi pagi. Untuk keramas rambut biasanya
dilakukan 3 hari sekali atau ketika klien telah merasa rambutnya lepek. Klien
selalu menggososk gigi saat manda atau pada waktu malam setelah makan.
6. Mandi
Klien mengatakan bahwa ia mandi 1 kali sehari pada waktu sore, namun
terkadang ia juga mandi 2 kali sehari. Untuk keperluan mandi, klien
memperoleh sumber air bersih dari sumur didekat dirumahnya.
J. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status Kognitif (Short Portable Mental State Quesionnare)
Jawaban
No PERTANYAAN
Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini? √
2 Hari apakah ini? √
3 Apakah nama tempat ini? √
4 Berapa nomor telepon anda? √
5 Berapa usia anda? √
6 Kapan anda lahir? (Tanggal/bulan/tahun) √
7 Siapakah nama presiden RI saat ini? √
8 Siapakah nama presiden RI sebelum ini? √
9 Siapakah nama ibu anda? √
10 5+6 adalah? √
Keterangan:
0-2 Kesalahan : Baik
3-4 Kesalahan : Gangguan ringan
5-7 Kesalahan : Gangguan sedang
8-10 Kesalahan : Gangguan berat
Berdasarkan hasil pengkajian Status Kognitif dengna menggunakan Short
Portable Mental State Quesionnare ditemukan 2 kesalahan sehingga klien
dikategorikan status kognitif baik
2. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Kognitif
Klien mengatakan bahwa ia tidak dapat mengingat nomor teleponnya
karena angkanya terlalu banyak sehingga sulit dihafalkan dan klien tidak
mengingat tanggal hari ini karena tidak memilikii kalender dirumah, namun
klien menetahui jika sekarang telah masuk pada bulan Juni 2021.
3. Dampak Yang Timbul Terkait Status Kognitif
Klien masih dalam kategori kognitif baik sehingga tidak ditemukan
dampak yang serius terkait status kognitif klien.
4. Status Depresi (Pengukuran dengan skala depresi)
The Geriatric Depression Scale
No Pertanyaan Jawaban Skor
Apakah pada dasarnya anda puas dengan
1 Ya 0
kehidupan anda?
Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan
2 Tidak 0
minat anda?
Sudahkah anda merasa bahwa hidup anda
3 Tidak 0
kosong?
4 Apakah anda sering bosan? Ya 1
Apakah anda mempunyai semangat setiap
5 Ya 0
waktu?
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada
6 Ya 1
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? Ya 0
8 Apakah anda merasa jenuh saat ini? Tidak 0
Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada
9 malam hari daripada pergi melakukan sesuatu Ya 0
yang baru?
Apakah anda merasa bahwa anda mengalami
10 lebih banyak masalah dengan ingatan anda Tidak 0
daripada dengan yang lainnya?
Apakah anda berpikir hidup anda sangat
11 Ya 0
menyenangkan saat ini?
12 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Tidak 0
13 Apakah anda merasa penuh energi saat ini? Ya 0
Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan
14 Tidak 0
lagi?
Apakah anda berpikir banyak orang yang lebih
15 Ya 1
baik dari anda?
No Pertanyaan Jawaban Skor
Jumlah 3
Keterangan:
Nilai 1 untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban Ya dan Tidak setelah
pertanyaan.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas didaptkan nilai 3 sehingga klien berada
pada kategori Normal/Tidak Depresi
5. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien mengatakan bahwa untuk saat ini sangat merasa senang karena
kedatangan anak dan cucunya dari daerah lain. Biasanya ia sering merasa
cemas disaat anaknya belum datang bersama beliau, karena selalu memikirkan
status kesehatan mereka pada pendemi saat ini.
6. Dampak Yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami depresi jika ada
masalah dalam keluarga atau masalah lainnya. Bila memimiliki masalah,
klien selalu berdiskusi dengan suami dan anak-anaknya untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
7. Keadaan Emosi
a. Ansietas
Klien mengatakan untuk saat ini tidak merasa cemas, karena yang selalu
membuatnya cemas adalah ketika jauh dari anak dan cucunya.
Geriatric Anxiety Scale (GAS)
Sama Kadang- Sangat
No Gejala umum sekali kadang Sering sering
tidak (0) (1) (2) (3)
1 Jantung saya √
berdegup kencang
2 Napas saya pendek √
3 Saya mengalami √
sakit perut
4 Saya merasa seperti
hal-hal yang tidak
nyata atau seperti √
berada di luar diri
saya sendiri
5 Saya merasa seperti
kehilangan kendali √
atau kontrol
6 Saya kronis
dihakimi orang lain √
7 Saya kronis dihina
atau dipermalukan √
8 Saya mengalami √
kesulitan untuk
tertidur
9 Saya mengalami √
kesulitan untuk
tetap tidur
10 Saya mudah marah √
11 Saya mempunyai √
gejolak amarah
12 Saya mengalami
kesulitan √
berkonsentrasi
13 Saya mudah terkejut
atau marah √
14 Saya kurang tertarik
untuk melakukan
sesuatu yang √
biasanya saya
nikmati
15 Saya merasa
terkucilkan atau √
terisolasi dengan
orang lain
16 Saya merasa seperti
sedang linglung √
17 Saya mengalami
kesulitan duduk √
tenang/diam
18 Saya merasa
khawatir secara √
berlebihan
19 Saya tidak bisa
mengendalikan √
kekhawatiran saya
20 Saya merasa √
gelisah, tegang atau
cemas
21 Saya merasa lelah √
22 Otot saya terasa √
tegang
23 Saya mengalami
nyeri punggung, √
sakit leher, atau
kram otot
24 Saya merasa tidak
memiliki kendali √
atas hidup saya
25 Saya merasa sesuatu
yang mengerikan √
akan terjadi pada
saya
Nilai total skor = 13
Keterangan:
Ansietas minimal = 0-20
Ansietas ringan = 21-41
Ansietas sedang = 42-62
Ansietas berat = >63
Berdasarkan penilaian anxiety menggunakan skala geriatric anxiety scale
(GAS) didapatkan hasil pada Ny. S adalah 13 poin sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ny. S mengalami ansietas minimal.
b. Perubahan perilaku
Klien mengatakan ia tidak mengalami perubahan perilaku, ia hidup normal
seperti kebiasaan sebelumnya. Hanya saja dimasa pandemi telah merubah
pola hidupnya, dimana harus menjaga jarak dengan orang lain.
c. Mood
Klien mengatakan bahwa ia dapat mengontrol emosi, jika ada masalah ia
selalu berdoa dan berzikir setelah sholat lima waktu dalam setiap
menghadapi permasalahan.
d. Kesepian
UCLA Loneliness Scale Version 3
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu
Pernah Kadang
1 Seberapa sering anda √
merasa cocok dengan
orang-orang dari sekitar
anda?
2 Seberapa sering anda √
merasa tidak memiliki
teman?
3 Seberapa sering anda √
merasa tidak ada
seseorang pun yang dapat
anda mintai tolong?
4 Seberapa sering anda √
merasa sendiri?
5 Seberapa sering anda
merasa menjadi bagian
dari kelompok teman- √
teman anda?
6 Seberapa sering anda
merasa bahwa anda
memiliki banyak
persamaan dengan orang- √
orang disekitar anda?
7 Seberapa sering anda √
merasa bahwa anda tidak
dekat dengan orang lain?
8 Seberapa sering anda √
bahwa hobi dan ide anda
tidak sama dengan orang-
orang disekitar anda?
9 Seberapa sering anda √
merasa ramah dan
bersahabat?
10 Seberapa sering anda √
merasa dekat dengan
orang lain?
11 Seberapa sering anda √
merasa ditinggalkan?

12 Seberapa sering anda √


merasa hubunga anda
dengan orang lain tidak
berarti?
13 Seberapa sering anda √
merasa tak satupun orang
mengenal anda dengan
baik?
14 Seberapa sering anda √
merasa terisolasi dari
orang lain?
15 Seberapa sering anda √
dapat menemukan teman
ketika anda
membutuhkannya?
16 Seberapa sering anda √
merasa bahwa ada
seseorang yang benar-
benar dapat mengerti
anda?
17 Seberapa sering anda √
merasa malu?

18 Seberapa sering anda √


merasa bahwa orang-orang
ada disekitar anda, tetapi
tidak bersama anda?
19 Seberapa sering anda √
merasa bahwa ada orang
yang dapat anda ajak
bicara (ngobrol)?
20 Seberapa sering anda √
merasa bahwa ada orang
yang dapat anda mintai
tolong?
Nilai total skor = 26

Keterangan:
Nilai :
 Pertanyaan Favourable : 1,4,5,6,9,10,15,16,19,20
Tidak Pernah (4), Jarang (3), Kadang-kadang (3), Selalu (4)
 Pertanyaan Unfavourable : 2,3,7,8,11,12,13,14,17,18
Tidak Pernah (1), Jarang (2), Kadang-kadang (3), Selalu (4)
20-34 : Tidak kesepian
35-49 : Kesepian rendah
50-64 : Kesepian sedang
65-80 : Kesepian berat

Berdasarkan penilaian kesepian menggunakan UCLA Loneliness Scale


didapatkan hasil pada Ny. S adalah 25 poin sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ny. S tidak mengalami kesepian.

K. DIMENSI FISIK
1. Luas Rumah
Luas rumah 9x14m² (140m²) yang terdiri dari; teras (depan dan samping
rumah), 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi/WC, 1
ruang makan, dan sebuah gudang.
2. Keadaan Lingkungan didalam rumah
a. Penerangan: Klien mengatakan bahwa kondisi penerangan disetiap
ruangan cukup baik pada malam hari dan siang hari. Hal ini terlihat dari
banyaknya jendela, ventilasi dan tersedianya lampu disetiap ruangan.
b. Kebersihan dan kerapian: berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
saat pengkajian, kondisi lingkungan dalam rumah terlihat bersih dan
tertata rapi. Begitupun dihalaman rumah, cukup bersih dan tampak
sayuran hijau (katok) dan beberapa pohon ditanam dihalamn rumah. Klien
mengatakan setiap har ia selalu membersihkan ruangan dalam rumah,
sedangkan halaman rumah dibersihkan jika sudah tampak ada kotoran.
c. Sirkulasi Udara (Jumlah jendela, pintu, kondisi lubang angin, kondisi
jendela/pintu terbuka/ tertutup): Berdasarkan hasil pengamatan saat
pengkajian, sirkulasi udara dalam rumah cukup baik karena disetiap
ruangan terdapat jendela dan disetiap jendela dilengkapi dengan ventilasi
yang terbuka (lubang angin diatas jendela).
d. Keamanan (Kondisi lantai, Pegangan untuk pengaman , alarm tanda
bahaya): Klien mengatakan bahwa rumanya aman dari resiko jatuh karena
lantai rumahnya adalah kayu, namun karena bentuk rumahnya adalah joglo
(rumah panggung) jadi harus lebih berhati-hati ketika naik tangga. Sesuai
hasil pengamatan saat pengkajian, bahwa rumah klien adalah rumah
panggung dan terdapat tangga masuk/keluar rumah yang dapat
menimbulkan risiko jatuh bila tidak berhati-hati karena pada tangga rumah
tersebut tidak dilengkapi dengan tempat untuk pegangan.
e. Sumber Air Minum (Sumber air yang digunakan, kualitas sumber air,
pengelolaan air minum, Jarak sumber air dengan septic tank): Klien
mengatakan, sumber air minum dan keperluan rumah tangga berasal dari
mata air (artesis) didekat rumah dan ditarik menggunakan mesin pompa
air. Berdasarkan hasil pengamatan saat pengkajian, air yang digunakan
adalah mata air artesis yang berjarak ± 30 meter dari rumah dengan
kualitas baik (jerni, tidak ada bau dan tidak berasa).
f. Ruang Berkumpul Bersama Keluarga (Kondisi ruangan, fasilitas : Televisi
, radio, tape recorder, dll): Hasil pengamatan saat pengkajian; kondisi
ruangan berkumpul bersama keluarga cukup luas dan tertata rapi. Dalam
ruangan keluarga terdapat sebuah televisi dan lemari yang diletakkan
berbagai hiasan didalamnya. Klien mengatakan mereka dan keluarga
sering berkumpul diteras depan rumah karena sejuk dan bisa menikmati
hembusan angin dari pantai.
3. Keadaan Lingkungan Di Luar Rumah
a. Pemanfaatan Halaman
Hasil pengamatan saat pengkajian di halaman rumah bagian depan
terdapat pohon mangga dan pohon pisang dan disekeliling rumah ditanami
sayuran katok, cabai, sirkaya dan sirsak. Halaman rumah tampak bersih
dan dikelilingi pagar.
b. Pembuangan Air Limbah (Kondisi saluran pembuangan , terbuka/
tertutup)
Hasil pengamatan saat pengkajian ditemukan terdapat saluran limbah yang
terbuka menuju saluran utama (tidak ada genangan air limba).
c. Pembuangan Sampah (Jenis pembuangan sampah, pengelolaan sampah,
jarak tempat pembuangan sampah)
Hasil pengamatan terdapat sebuah lubang sampah dibelakang rumah
dengan jarak ±7 meter. Tidak ada pemisahan jenis sampah organik
maupun anorganik. Klien mengatakan untuk sampah yang dapat dibakar,
biasanya akan langsung dibakar dibelakang rumah.
d. Sanitasi
Hasil pengamatan sanitasi lingkungan cukup bersih.
e. Sumber Pencemaran (polusi udara, polusi air polusi suara)
Hasil pengkajian ditemukan adanya sumber polusi udara yakni klien
memiliki kebiasaan membakar sampah dan memasak menggunakan kayu
bakar. Sedangkan sumber polusi air dan suara tidak ditemukan.
L. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan Lansia dengan Anggota Keluarga:
Klien mengatakan bahwa ia tinggal bersama suaminya, dan mereka memiliki
hubungan yang baik, begitupun hubungan dengan ketiga anaknya baik.
2. Hubungan Antara Lansia Dengan Komunitas
Klien mengatakan, selalu menjaga silaturahmi dengan keluarga maupun
tetangga yang merupakan lansia dan mengikutu pengajian rutin setiap
minggu.
3. Hubungan Lansia Dengan Care Giver Utama Keluarga
Klien mengatakan; selalu dirawat oleh 2 orang anaknya yang tinggal tidak
jauh dari rumahnya ±300meter.
4. Kegiatan Organisasi Sosial
Klien mengatakan, ia memiliki kesibukan mengikuti pengajian setiap
minggunya dan merupakan anggota majelis taklim didesa.

M. DIMENSI TINGKAH LAKU


1. Pola Makan (Frekuensi makan, Porsi makan, Kesulitan ketika makan, pola
diet, kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan)
Klien mengatakan makan 3 kali sehari, namun waktu pagi hanya makan roti
dan teh hangat. Makan besar hanya pada siang jam 12:00 dan malam jam
08:00. Makan siang dan malam biasanya dengan menu nasi dengan porsi 2
centong, sayur dan ikan.
2. Pola Tidur (Jam tidur, lama tidur, kesulitan dalam tidur, pola tidur, kualitas
dan kuantitas tidur)
Klien mengatakan, mengalami kesulitan untuk tidur siang dan sering terjaga
saat tidur malam. Klien kesulitan untuk tidur siang karena disibukkan denga
banyaknya pekerjaan klien di ladang. Sedangkan pada malam hari, klien
sering terjaga dan tidak dapat tidur lagi. Klien juga mengatakan akhir-akhir
ini hanya bisa tidur malam sekitar 5-6 jam, biasanya tidur pukul 22- 05 pagi.
Klien sering terjaga karena sering merasa nyeri pada pinggang saat ada
gerakan atau membalikkan badan.
Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI)

No Pertanyaan
.

1. Sekitar pukul berapa anda biasanya tidur di malam hari? (Pukul 22.00 WIT)
2. Berapa menit anda membutuhkan waktu untuk dapat tertidur di malam hari?
(30 menit)
3. Sekitar pukul berapa anda biasanya bangun tidur di pagi hari? (pukul 05.00
WIT)
4. Selama satu bulan terakhir, berapa jam anda tidur di malam hari? (6 jam)
5. Seberapa sering anda terjaga Tidak <1 kali 1 atau 2 3 kali
karena... pernah semingg kali lebih
u semingg
u Dalam
seminggu
a. Tidak dapat tertidur dalam √
waktu 30 menit
b. Terbangun ditengah malam √
atau pagi-pagi sekali
c. Terbangun karena ingin ke √
kamar mandi
d. Terganggu pernafasan √
e. Batuk/mendengkur terlalu √
keras
f. Merasa kedinginan √
g. Merasa kepanasan √
h. Mimpi buruk √
i. Merasa kesakitan √
j. Alasan lain : (memikirkan √
anak)
6. Seberapa sering anda
mengkonsumsi obat untuk

membantu agar anda dapat
tertidur (resep/bebas)?
7. Berapa sering anda tidak dapat
menahan kantuk ketika bekerja, √
makan atau aktifitas lainnya?
8. Berapa sering anda mengalami
kesukaran berkonsentrasi ke √
pekerjaan?
Baik Baik Buruk Buruk
sekali sekali
9. Bagaimana anda menilai √
kualitas tidur anda sebulan ini?
SKOR TOTAL 8 (kualitas tidur buruk)

Total Skor : 8
Komponen 1 : Skor soal nomor 9 = 2
Komponen 2 : Skor soal 2 + skor soal 5a = 1 + 3 = 4 (2)
Komponen 3 : Skor soal 4 = 2
Komponen 4 :7/7.5 x 100% = 95% (0)
Komponen 5 : Skor 5b s/d 5j = 9 (1)
Komponen 6 : Skor 6 = 0
Komponen 7 : Skor 7 + skor 8 = 2(1)
Interpretasi Nilai :
<5 : Kualitas tidur baik
>5 : Kualitas tidur buruk

3. Pola Eliminasi (BAK, BAB)


a. BAK
Keterangan Saat dikaji
Frekuensi 6-7 kali sehari
Warna Kuning
Bau Khas urin

b. BAB
Keterangan Saat dikaji
Frekuensi Setiap hari (pagi hari)
Warna Kuning
Bau Khas
Konsistensi Lembek

4. Kebiasaan Buruk Lansia (merokok, obat – obatan, minum – minuman keras,


dll)
Klien tidak memiliki kebiasaan buruk (merokok, alkohol dan lainnya).
5. Pelaksanaan Pengobatan
Klien mengatakan rutin melakukan kunjungan pada posyandu lansia, dan
biasanya ke puskesmas atau klinik dokter praktek jika merasakan gejala
sakit.
6. Kegiatan Olahraga
Klien mengatakan tidak pernah melakukan olahraga dan olahraganya adalah
melakukan aktifitas saat berkebun.
7. Rekreasi
Klien mengatakan kalau dirumah hiburannya menonton TV, dan sesekali
melakukan rekreasi ke pantai bersama keluarga.
8. Pengambilan Keputusan
Klien mengatakan mengikuti keputusan yang diambil oleh suami.
N. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Klien mengatakan, ketika merasa sakit segera periksa ke puskesmas atau ke
dokter praktik.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Klien mengatakan, fasilitas kesehatan yang tersedia yaitu puskesmas
dengan jarak ±3km dan polindes sekitar ±400m dari rumah.
b. Jumlah tenaga kesehatan
Klien mengatakan, terdapat petugas kesehatan yang tinggal tidak jauh
dari rumahnya namun kalau dokter praktek harus ke ibu kota kabupaten,
yaitu bisa dengan jarak tempuh 2 jam.
c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Keluarga berusaha menjaga lingkungan rumah tetap bersih dan
mengkonsumsi makan yang bergizi
d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Terdapat polindes dan posyandu lansia didekat pasien
e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan, setiap minggu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
O. PEMERIKSAAN FISIK

Masalah
Bagian/
No Hasil pemeriksaan keperawatan yang
Region
muncul
1. Kepala Rambut sudah memutih Tidak ada
sebagian (beruban), terlihat
di beberapa tempat rambut
tipis dan terlihat kulit kepala,
tidak ada ketombe, tidak ada
lesi, rambut bersih tidak ada
benjolan dan tidak ada nyeri
tekan.
2. Wajah/ muka Bentuk muka simetris terlihat Tidak ada
kerutan di beberapa bagian
kecil saja seperti area ujung
luar mata.
3. Mata Mata simetris kanan dan kiri, Tidak ada
Masalah
Bagian/
No Hasil pemeriksaan keperawatan yang
Region
muncul
konjungtiva merah/ tidak
anemis, sklera tidak ikterik,
visus 5/4.
4. Telinga Telinga simetris kanan dan Tidak ada
kiri, bersih dari serumen,
tidak ada cairan telinga yang
keluar, klien masih bisa
mendengar dengan normal
dan jelas
5. Mulut dan gigi Mukosa bibir lembab, tidak Tidak ada
ada sariawan, tidak ada
keluhan pada gusi, lidah
tampak bersih, dan beberapa
gigi geraham dan seri sudah
lepas.
6. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada
kelenjar limfe dan kelenjar
tiroid, reflek menelan baik
7. Dada/Jantung I: Bentuk dada simetris, Tidak ada
tidak ada lesi
P: Tidak terdapat nyeri
tekan, Apeks jantung teraba
P: Suara pekak, suspect
adanya pelebaran batas
jantung di bagian apeks
A: Suara paru vesikuler,
suara jantung normal, tidak
terdengar suara tambahan
jantung
8. Abdomen I: Warna kulit abdomen Tidak ada
merata, tidak ada luka
A: Bising usus 10 kali per
menit
P: Terdapat nyeri tekan pada
daerah epigastrium.
P: suara perkusi abdomen
tympani
9. Punggung Klien tampak menggunakan Nyeri
korset lumbal.
Tidak tampak adanya bentuk
tulang belakang yang
abnormal, namun klien
mengeluh nyeri pada bagian
pinggang jika duduk terlalu
lama (20 menit)
Masalah
Bagian/
No Hasil pemeriksaan keperawatan yang
Region
muncul
10 Ekstremitas Tidak ada gangguan rentang Tidak ada
. Atas gerak sendi
Tidak ada oedema
Kekuatan otot ekstrimitas
baik
11 Ekstremitas Klien mengalami Nyeri
Bawah keterbatasan melakukan
rentang gerak dan merasa
nyeri pada daerah pinggang
dan menjalar pada lutut dan
paha.
P. PENGKAJIAN NYERI

P : Ny S mengatakan, tersasa sakit pada pinggang bila duduk dalam waktu yang

lama

Q : Ny S mengatakan rasa sakit seperti senyut-senyut dipinggang

R : Ny S mengatakan, rasa sakit menjalar hingga lutut dan kedua paha

S : Ny S mengatakan sakit pinggang terasa sedang, kira-kira berada pada angka

T : Ny S mengatakan, sakit pinggang yang yang dirasakan hilang timbul tidak

menentu tapi akan segera berkurang jika diluruskan atau berbaring

1. Analisa Data

Tangga Data Fokus Diagnosa


l Keperawatan
08 Juni Data Objektif: Nyeri Kronis
2011  Ny.S terlihat duduk tidak tenang selama berhubungan
wawancara, klien terlihat beberapa kali dengan kondisi
menegakkan badannya dan terlihat kurang muskuloskeletas
nyaman kronis (D.0078)
 Ny. S klien mengkonsumsi obat golonagna
AISN, steroid dan golongan antihistamin
reseptor H2 yang didapat dari dokter praktek
Data Subjektif:
 Ny.S mengatakan, “Sudah 6 bulan ini
pinggang saya terasa sakit, rasa sakit kadang
menjalar sampai ke lutut”
 Ny.S mengatakan, “pinggang saya terasa sakit
jika digunakan untuk duduk terlalu lama
sekitar 20 menit.”
 Ny.S mengatakan, “Setiap kali pinggang
terasa sakit, saya segera rebahan ditempat tidur
biar sakitnya berkurang, saya ngga kuat kalau
harus duduk lama-lama, apalagi duduk
bersila.”
 Ny.S mengatakan, “Rasa sakit pada pinggang
dan menjalar hingga pada kedua paha”.
 Ny. S mengatakan, “Rasa sakit seperti linu dan
senut-senut saat kambuh”.
 Ny. S mengatakan, “Sakit pinggang terasa
sedang kira-kira berada di angka 5”.
Tangga Data Fokus Diagnosa
l Keperawatan
 Ny. S mengatakan, “Sakit pinggang yang
dirasakan hilang timbul tidak menentu tapi
akan segera berkurang jika digunakan untuk
berbaring”
 Ny S mengatakan memiliki riwayat jatuh
dengan membawa beban berat.
 Ny S mengatakan, bila pulang dari kebun
selalu membawa hasil kebun dengan
diletakkan dikepala.

08 Juni Data Objektif: Gangguan pola


2011  Ny. S mengeluh susah tidur siang dan selalu tidur berhubungan
terjaga saat tidur malam dengan kurang
Data Subjektif: kontrol tidur
 Ny.S mengatakan, “tidak bisa tidur siang karena (0055)
banyak aktifitas di kebun.
 Ny.S mengatakan tidur malam sering terjaga
karena rasa nyeri saat bergerak
 Ny.S mengatakan saat terjaga ditengah malam,
maka tidak dapat tidur lagi.
 Ny.S mengatakan tudur malam hanya 4-6 jam
 Ny.S mengatakan biasanya tidur pukul 22-03 atau
05pagi.

2. Pohon Masalah

Gangguan pola tidur

Nyeri

HNP

Masalah muskoleskeletal

Aktifitas berlebihan dan


kebiasaan membawa
beban berat dikepala
3. Prioritas Masalah

No Tanggal Prioritas masalah Pembenaran


1. 09 Juni 2011 High priority: Nyeri kronis Nyeri kronis ditetapkan sebagai high priority dengan pertimbangan sebagai
(D.0078) berikut:
Urgency:
Nyeri merupakan sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jarinagn aktual atau funsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3
bulan. Nyeri yang dirasakan tubuh dapat mempengaruhi rutinitas klien sehari-
hari. Nyeri yang tidak tertangani atau ditangani dengan salah dapat menjadi
kronis sehingga akan menganggu kegiatan ADL dan pemenuhan kebutuhan
dasar klien sehingga dapat memicu munculnya masalah-masalah yang lain.
Hal ini sesuai dengan teori Maslow yang menempatkan masalah nyeri pada
kebutuhan fisiologi/ kebutuhan dasar, jika kebutuhan dasar belum terpenuhi
maka kebutuhan yang ada diatasnya belum bisa tercapai.
Dampak:
Rasa nyeri yang tidak teratasi beresiko menimbulkan berbagai masalah lain,
khususnya nyeri pada ekstrimitas ataupun yang mempengaruhi mobilitas
seperti nyeri pada lutut yang merupakan tumpuan utama dari pergerakan fisik.
Salah satu masalah yang berpotensi muncul adalah maningkatnya resiko jatuh
pada klien.
Keefektifan Intervensi:
Sering kali dorongan pertama ketika merasakan nyeri tubuh adalah berhenti
bergerak. Banyak orang percaya bahwa istirahat akan membantu pemulihan,
namun faktanya, terkadang, gerakan sedang dapat mendukung pemulihan
yang lebih cepat. Intervensi yang diberikan pada kasus nyeri pinggang adalah
latihan McKenzie.13
2. 09 Juni 2011 Medium priority: Gangguan pola tidur merupakan gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
Gangguan pola tidur akibat faktor eksternal.
No Tanggal Prioritas masalah Pembenaran
(D.0080) Urgency:
Gangguan pola tidur merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh
lansia. Lansia perlu menjaga pola tidur teratur untuk melindungi fungsi tubuh
mereka dan untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Pentingnya tidur
untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak.14
Dampak :
Kurang tidur memiliki berbagai efek negatif pada keterampilan dan perilaku
yang diatur oleh prefrontal cortex.kurang tidur dapat mengurangi
pengendalian diri, rentang perhatian, dan memori yang berdampak pada
menjadi lambat berfikir dan mengambil tindakan.15
Keefektifan Intervensi:
Rencana tindakan intervensi yang akan diberikan pada Ny.S adalah terapi
relaksasi murotal. Murottal Al-Quran merupakan salah satu terapi musik yang
dapat didengarkan seseorang sehingga dapat memberikan pengaruh positif.
Terapi ini akan diberikan saat klien hendak tidur. pengaruh terapi murottal Al
Qur’an terhadap kualitas tidur lansia dipengaruhi oleh kelebihan terapi
murottal Al Qur’an dengan tempo yang lambat serta harmonis lantunan Al
Qur’an dapat menurunkan hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin
alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Murottal Al-Quran bisa dilakukan
secara rutin saat jam menjelang tidur sehingga meningkatkan kualitas tidur
lansia, ketenangan yang ditimbulkan dari pemberian terapi murottal membuat
lansia nyaman dan rileks sehingga terjadi peningkatan pada kualitas tidur
lansia.16
4. Rencana Tindakan Dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Umum Khusus
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan perawatan Setelah dilakukan perawatan, Pemantauan nyeri (I.08242)
berhubungan selama 7 x 24 jam, diharapkan klien dapat - Kaji nyeri dengan metode PQRST
dengan diharapkan klien mengalami mengontrol nyeri dengan kriteria Manajemen nyeri (I.08238)
kondisi penurunan tingkat nyeri hasil (L.08066) - Identifikasi respon nyeri non-verbal
muskuloskelet dengan kriteria hasil: - Klien mampu melakukan - Berikan edukasi manajemen nyeri: menggunakan
as kronis Skala nyeri kurang dari 5 teknik relaksasi otot progresif analgetik secara tepat
(D.0078) - Klien mampu duduk dengan Teknik latihan penguatan otot (I.05184)
durasi yang lama - Identifikasi resiko latihan
- Klien mampu duduk dengan - Fasilitasi mendapatan sumber daya yang
durasi ≥20 menit dibutuhkan di lingkungan rumah
- Fasilitasi mengembangkan program latihan yang
sesuai dengan tingkat kebugaran otot, kendala
musculoskeletal, tujuan fungsional kesehatan,
sumberdaya peralatan olahraga dan dukungan
sosial.
2. Gangguan Pola Tidur (L.05045) Pola Tidur (L. 05045) Dukungan Tidur (I.05174)
pola tidur Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan perawatan, - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berhubungan keperawatan selama 5x24 diharapkan pola tidur Ny. S - Identifikasi faktor pengganggu tidur
dengan kurang jam, diharapkan pola istirahat membaik: - Identifikasi makanan dan minuman yang
kontrol tidur tidur Ny S membaik. - Tidur malam selama 8 jam mengganggu tidur
(0055) - Tidur siang selama 1-2 jam - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan
- Anjurkan menghindari makanan dan minuman
yang mengganggu tidur
- Memberikan terapi relaksasi murotal
No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Edukasi aktivitas istirahat (I.12362)
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
- Sediakan materi dan media pengaturan aktifitas
dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada klien dan keluarga
untuk bertanya
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat

5. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
HARI KE-1
Selasa, Nyeri Kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Mengkaji tingkat nyeri S:
15/06/20 berhubungan perawatan selama 7 perawatan, - Memberikan edukasi - Ny.S mengatakan, “Saya sudah
21, Jam dengan kondisi x 24 jam, diharapkan klien manajemen nyeri: cukup paham, karena waktu kita
09.00 muskuloskletetal diharapkan klien dapat mengontrol - Menggunakan analgetik panjang, biasanya saya hanya
kronis (D.0078) mengalami nyeri dengan kriteria dengan tepat mendengar penjelasan secara
penurunan tingkat hasil (L.08066) singkat.”
nyeri dengan - Klien mampu O:
kriteria hasil: melakukan teknik - Klien terlihat senang
Skala nyeri kurang relaksasi otot - Klien beberapa kali mengubah
dari 5 progresif posisi duduk
- Klien mampu - Klien mampu menyebutkan
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
duduk dengan manfaat, tata cara minum
durasi yang lama analgetik dan hal-hal yang wajib
- Klien mampu diperhatikan selama konsumsi
duduk dengan analgetik secara ringkas
durasi ≥20 menit A:
Masalah nyeri kronis belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri:
McKenzie exercise

Selasa, Gangguan pola Pola Tidur Pola Tidur (L. Dukungan Tidur S:
15/06/20 tidur (L.05045) 05045) (I.05174)) - Ny.S berkata,”tadi malam saya
21, Jam berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Mengidentifikasi pola tidur masih terjaga
09.00 dengan kurang tindakan perawatan, aktivitas dan tidur - Saya akan memulai istirahat
kontrol tidur keperawatan diharapkan pola - mengidentifikasi faktor sesuai jadwal istirahat yang
(0055) selama 5x24 jam, tidur Ny. S pengganggu tidur telah dibuat
diharapkan pola membaik: - mengidentifikasi - Ny.S berkata mendengarkan
istirahat tidur Ny S - Tidur malam makanan dan minuman murotal sebelum tidur membuat
membaik. selama 8 jam yang mengganggu tidur saya lebih rileks dan tenang.
- - Tidur siang - menetapkan jadwal - Ny.S berkata tidur malam
selama 1-2 jam tidur rutin sekitar 5 jam
- melakukan prosedur O:
untuk meningkatkan - Ny.S mengeluh tidur malam
kenyamanan masih terjaga
- mengnjurkan A:
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
menghindari makanan Masalah gangguan pola tidur
dan minuman yang belum teratasi
mengganggu tidur. P : Intervensi dilanjutkan
- Memberikan terapi - Mengidentifikasi pola aktivitas
relaksasi murotal dan tidur
Edukasi aktivitas - mengidentifikasi faktor
istirahat (I.12362) pengganggu tidur
- Mengidentifikasi - Memberikan terapi relaksasi
kesiapan dan murotal
kemampuan menerima
informasi
- Menyediakan materi
dan media pengaturan
aktifitas dan istirahat
- Menjadwalkan
pemberian pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Memberikan
kesempatan kepada
klien dan keluarga
untuk bertanya
- menganjurkan
menyusun jadwal
aktifitas dan istirahat
HARI KE-2
Rabu, Nyeri Kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Melakukan pengkajian S:
16/06/20 berhubungan perawatan selama 7 perawatan, nyeri dengan metode - Ny.S mengatakan, “Rasanya
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
21, Jam dengan kondisi x 24 jam, diharapkan klien PQRST masih nyeri mas”
09.00 muskuloskletetal diharapkan klien dapat mengontrol - Mengidentifikasi respon P: Ny.S mengatakan, “Pinggang
kronis (D.0078) mengalami nyeri dengan kriteria nyeri non-verbal saya terasa sakit jika digunakan
penurunan tingkat hasil (L.08066) untuk duduk terlalu lama sekitar
nyeri dengan - Klien mampu 20 menit, tapi kalau terus dipake
kriteria hasil: melakukan teknik berbaring nyerinya akan
Skala nyeri kurang relaksasi Mc berkurang”
dari 5 Kenzie Q: Ny.S mengatakan, “Rasa sakit
- Klien mampu seperti senut-senut dan linu saat
duduk dengan kambuh”
durasi yang lama R: Ny.S mengatakan, “Rasa sakit
- Klien mampu dirasakan menjalar hingga paha
duduk dengan dan lutut kanan dan kiri”
durasi ≥20 menit S: Ny.S mengatakan, “Ya sama
seperti kemarin-kemarin sekitar
5”
T: Ny.S mengatakan, “Sakit
pinggang yang dirasakan hilang
timbul tidak menentu tapi akan
segera berkurang jika digunakan
untuk berbaring”
O:
- Klien terlihat duduk dengan
tidak nyaman
- Klien berkali-kali
menggerakkan pinggang/
menegakkan punggung
A:
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Masalah nyeri kronis belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi:
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri:
Latihan relaksasi otot progresif

Rabu, Gangguan pola Pola Tidur Pola Tidur (L. Dukungan Tidur S:
16/06/20 tidur (L.05045) 05045) (I.05174)) - Ny.S mengatakan merasa lebih
21, Jam berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Mengkaji pola istirahat tenang ketika mendengar
09.00 dengan kurang tindakan perawatan, klien murotal saat tidur.
kontrol tidur keperawatan diharapkan pola - Mengidentifikasi pola - Ny S mengatakan tidur malam
(0055) selama 5x24 jam, tidur Ny. S aktivitas dan tidur masih terjaga karena rasa nyeri
diharapkan pola membaik: - Memberikan terapi yang sering timbul saat ada
istirahat tidur Ny S - Tidur malam relaksasi murotal membelik badan dalam tidur
membaik. selama 8 jam O:
- Tidur siang - Keluarga Ny.S tampak antusias
selama 1-2 jam dalammendengarkan terapi
murotal sebelum tidur
- Ny.S masih tampak tegang.
A:
Masalah gangguan pola tidur
berhubungan kurang kontrol tidur.
P:
Lanjutkan Intervensi
- Berikan terapi mendengarkan
murotal
- Lakukan pemeriksaan tanda-
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
tanda vital
HARI KE-3
Kamis, Nyeri Kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Melakukan pengkajian S:
17/06/20 berhubungan perawatan selama 7 perawatan, nyeri dengan metode - Ny.S mengatakan, “Nyeri masih
21, Jam dengan kondisi x 24 jam, diharapkan klien PQRST dirasakan sepertibiasa.
09.00 muskuloskletetal diharapkan klien dapat mengontrol - Memberikan teknik - Ny.S mengatakan, “Latihan ini
kronis (D.0078) mengalami nyeri dengan kriteria nonfarmakologis untuk cukup mudah ya, kalau latihan
penurunan tingkat hasil (L.08066) mengurangi rasa nyeri: terus saya kira bisa lebih rileks
nyeri dengan - Klien mampu Latihan McKenzie tetapi mungkin lupa urutannya”
kriteria hasil: melakukan teknik exercise - Ny.S mengatakan, “setelah
Skala nyeri kurang relaksasi otot latihan gerakan rasanya lebih
dari 5 progresif rileks, walaupun awalnya saya
- Klien mampu merasa nyeri saat lakukan
duduk dengan gerakan awal
durasi yang lama O:
- Klien mampu - Klien mampu mengikuti latihan
duduk dengan relaksasi McKenzi
durasi ≥20 menit - Klien mampu mengikuti latihan
McKenzi exercise
A:
Masalah nyeri kronis belum
teratasi
P: melanjutkan intervensi:
- memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri: Latihan
relaksasi McKenzi
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Kamis, Gangguan pola Pola Tidur Pola Tidur (L. Dukungan Tidur S:
17/06/20 tidur (L.05045) 05045) (I.05174)) - Ny.S mengatakan merasa lebih
21, Jam berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Mengkaji pola istirahat tenang ketika mendengar
09.00 dengan kurang tindakan perawatan, klien murotal saat tidur.
kontrol tidur keperawatan diharapkan pola - Mengidentifikasi pola - Ny S mengatakan tidur malam
(0055) selama 5x24 jam, tidur Ny. S aktivitas dan tidur masih terjaga karena rasa nyeri
diharapkan pola membaik: - Memberikan terapi yang sering timbul saat ada
istirahat tidur Ny S - Tidur malam relaksasi murotal membelik badan dalam tidur
membaik. selama 8 jam - Ny S mengatakan tidur malam
Tidur siang selama akan jauh lebih baik kalau rasa
1-2 jam nyeri yang dialaminya hilang
O:
- Keluarga Ny.S tampak antusias
menjalani terapi mendengarkan
murotal sebelum tidur
A:
Masalah gangguan pola tidur
berhubungan kurang kontrol tidur.
P:
Lanjutkan Intervensi
- Berikan terapi mendengarkan
murotal
HARI KE-4
Sabtu Nyeri Kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Melakukan pengkajian S:
19/06/20 berhubungan perawatan selama 7 perawatan, nyeri dengan metode - Ny.S mengatakan, “Saya suka
21, Jam dengan kondisi x 24 jam, diharapkan klien PQRST latihan ini”
09.00 muskuloskletetal diharapkan klien dapat mengontrol - Mengidentifikasi respon P: Ny.S mengatakan, “Nyeri
kronis (D.0078) mengalami nyeri dengan kriteria nyeri non-verbal terasa setiap duduk dalam jangka
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
penurunan tingkat hasil (L.08066) - Memberikan teknik waktu lama sekitar 20 menit.
nyeri dengan - Klien mampu nonfarmakologis untuk Dulu saya tidur telentang saja
kriteria hasil: melakukan teknik mengurangi rasa nyeri: untuk mengurangi nyeri,
Skala nyeri kurang Mc Kenzie Latihan McKenzie sekarang saya sambil latihan
dari 5 exercise exercise yang kemarin itu”
- Klien mampu - mengidentifikasi resiko Q: Ny.S mengatakan, “Rasanya
duduk dengan latihan linu”
durasi yang lama - Memfasilitasi/ R: Ny.S mengatakan, “Sakitnya
- Klien mampu mendapatan sumber di daerah pinggang kadang
duduk dengan daya yang dibutuhkan di menjalar ke paha kanan dan kiri”
durasi ≥20 menit lingkungan rumah S: Ny.S mengatakan, “Sekarang
sudah agak mendingan sekitar 4
setelah latihan”
T : Ny.S mengatakan, “Sakit
pinggang yang dirasakan hilang
timbul tidak menentu tapi akan
segera berkurang jika digunakan
untuk berbaring”
O:
- Klien terlihat lebih rileks
- Resiko latihan yang mungkin
dialami klien: peningkatan rasa
nyeri, salah posisi, cidera
musculoskeletal
A:
Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P:
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
- Pertahankan intervensi: Latihan
relaksasi Mc Kenzie exercise
- Lanjutkan Intervensi: Fasilitasi
mengembangkan program
latihan yang sesuai dengan
tingkat kebugaran otot, kendala
musculoskeletal, tujuan
fungsional kesehatan,
sumberdaya peralatan olahraga
dan dukungan sosial

Sabtu Gangguan pola Pola Tidur Pola Tidur (L. - Memberikan terapi S:
19/06/20 tidur (L.05045) 05045) relaksasi murotal - Ny S berkata, “ saya sudah
21, Jam berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Menganjurkan untuk bisa tidur dengan nyaman
09.00 dengan kurang tindakan perawatan, menjadikan murotal karena rasa nyeri semakin
kontrol tidur keperawatan diharapkan pola sebagai teman sebelum berkurang
(0055) selama 5x24 jam, tidur Ny. S tidur - Ny.S berkata bahwa terapi
diharapkan pola membaik: mendengarkan murotal
istirahat tidur Ny S - Tidur malam membuatnya relaks
membaik. selama 8 jam O:
- Tidur siang - Tanda-tanda vital :
selama 1-2 jam - Tekanan Darah : 110/80
mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang
kontrol tidur teratasi sebagian

HARI KE-5
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
Senin Nyeri Kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Melakukan pengkajian S:
21/06/20 berhubungan perawatan selama 7 perawatan, nyeri dengan metode P: Ny.S mengatakan,
21, Jam dengan kondisi x 24 jam, diharapkan klien PQRST “Sebenernya, masih terasa nyeri
09.00 muskuloskletetal diharapkan klien dapat mengontrol - Memberikan teknik setiap kelamaan duduk tapi
kronis (D.0078) mengalami nyeri dengan kriteria nonfarmakologis untuk sekarang sudah agak mendingan
penurunan tingkat hasil (L.08066) mengurangi rasa nyeri: bisa duduk 30 menitan. Latihan
nyeri dengan - Klien mampu Latihan McKenzie rileks otot itu membantu biar
kriteria hasil: melakukan teknik exercise nyerinya cepat hilang”
Skala nyeri kurang relaksasi - Mengidentifikasi Q: Ny.S mengatakan, “Rasanya
dari 5 McKenzie respon nyeri non-verbal masih seperti linu-linu”
- Klien mampu - Melakukan latihan R: Ny.S mengatakan, “Sakitnya
duduk dengan teknik nonfarmakologis di daerah pinggang kadang
durasi yang lama untuk mengurangi rasa menjalar ke kedua paha”
- Klien mampu nyeri: Latihan relaksasi S: Ny.S mengatakan, “Nilai
duduk dengan otot progresif nyerinya sekarang jadi 2 setelah
durasi ≥20 menit - Membantu klien latihan”
melakukan terapi T : Ny.S mengatakan, “Sekarang
Willian Flexion sudah mendingan kalau duduk 30
Exercise menitan baru terasa nyeri”
- Memfasilitasi klien O:
mengembangkan - Klien terlihat duduk dengan
program latihan yang nyaman
sesuai dengan tingkat - Klien mampu melakukan
kebugaran otot, kendala latihan Mc Kenzie secara
musculoskeletal, tujuan mandiri meskipun beberapa
fungsional kesehatan, kali lupa urutannya
sumberdaya peralatan - Klien mampu melakukan
olahraga dan dukungan teknik McKenzie exercise
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
sosial A:
Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P:
- Pertahankan intervensi:
Latihan relaksasi McKenzie
exercise
- Edukasi penggunaan teknik
McKenzie exercise sebanyak
2-3 kali seminggu

Senin Gangguan pola Pola Tidur Pola Tidur (L. - Mengkaji tingkat pola S:
21/06/20 tidur (L.05045) 05045) istirahat klien - Ny S berkata, “ saya sudah
21, Jam berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Memberikan terapi merasa jauh lebih nyaman
09.00 dengan kurang tindakan perawatan, relaksasi murotal karena bisa tidur dengan lama
kontrol tidur keperawatan diharapkan pola - Menganjurkan untuk (6-7 jam) akibat rasa nyeri
(0055) selama 5x24 jam, tidur Ny. S menjadikan murotal semakin berkurang
diharapkan pola membaik: sebagai teman sebelum - Ny.S berkata bahwa terapi
istirahat tidur Ny S - Tidur malam tidur mendengarkan murotal
membaik. selama 8 jam - membuatnya relaks
- Tidur siang O:
selama 1-2 jam - Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : 110/80
mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang
kontrol tidur teratasi sebagian
6. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif


Nyeri Kronis berhubungan dengan S:
kondisi muskuloskletetal kronis - Ny.S mengatakan, “Keluhan nyeri saya sudah jauh berkurang, saat ini kira-kira ada pada skala
(D.0078) 3”
- Ny.S mengatakan,”Saya akan mencoba melakukan latihan McKenzie secara rutin 2-3 kali
dalam seminggu”
O:
- Klien mampu melakukan teknik McKenzie exercise
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Menganjurkan Ny.S untuk tetap mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter dan melakukan
fisioterapi sesuai petunjuk dokter
- Menganjurkan Ny.S untuk menggunakan terknik McKenzie exercise sebagai terapi
pendamping untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan kelenturan tulang belakng bagian
bawah.
Gangguan pola tidur berhubungan S:
dengan kurang kontrol tidur (0055) - Ny S berkata, “ saya sudah merasa jauh lebih nyaman karena bisa tidur dengan lama (6-7 jam)
akibat rasa nyeri semakin berkurang
- Ny.S berkata bahwa terapi mendengarkan murotal membuatnya relaks
O:
- Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur teratasi sebagian
P:
- Menganjurkan Ny.A untuk melakukan terapi mendengarkan murotal sebelum tidur
7. Rencana Tindak Lanjut

Diagnosa
Intervensi Yang Telah Dilakukan Rencana Tindak Lanjut Paraf
Keperawatan
Nyeri Kronis Pemantauan nyeri (I.08242) Tingkatkan peran keluarga Idrus A
berhubungan dengan - Mengkaji nyeri dengan metode PQRST untuk mendampingi klien
kondisi Manajemen nyeri (I.08238) selama latihan McKenzi
muskuloskletetal - Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal
kronis (D.0078) - Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri: Mc Kenzie exercise
- Memberikan edukasi manajemen nyeri: menggunakan
analgetik secara tepat
Teknik latihan penguatan otot (I.05184)
- Mengidentifikasi resiko latihan
- Memfasilitasi mendapatan sumber daya yang dibutuhkan di
lingkungan rumah
- Memfasilitasi mengembangkan program latihan yang sesuai
dengan tingkat kebugaran otot, kendala musculoskeletal,
tujuan fungsional kesehatan, sumberdaya peralatan olahraga
dan dukungan sosial

Gangguan pola tidur Dukungan Tidur (I.05174) - Menganjurkan klien Idrus A


berhubungan dengan - Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur untuk menggunakan
kurang kontrol tidur - Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur terapi murotal sebelum
(0055) - Mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur dan berdoa kepada
tidur Alloh SWT untuk
- Menetapkan jadwal tidur rutin mengurangi masalah
- Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan kesehatan yang dialami
- Menganjurkan menghindari makanan dan minuman yang - Meningkatkan
Diagnosa
Intervensi Yang Telah Dilakukan Rencana Tindak Lanjut Paraf
Keperawatan
mengganggu tidur keterliatan dan
- Memberikan terapi relaksasi murotal sebelum tidur komunikas asnggota
Edukasi aktivitas istirahat (I.12362) keluarga dalam
- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima meningkatkan
informasi dukungan kepada klien
- Menyediakan materi dan media pengaturan aktifitas dan untuk mengatasi
istirahat masalah istirahat tidur.
- Menjadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk
bertanya
- Menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskletetal kronis


Hasil pengkajian pada Ny.S didapatkan data bahwa klien mengalami nyeri
pinggang sejak 6 bulan yang lalu. Klien mengatakan; keluhan nyeri yang dialami
menjalar hingga kedua paha dan lutut. Keluhan nyeri terasa seperti linu dan
berdenyut. Nyeri dirasakan apabila klien duduk dalam jangka waktu lama sekitar 20
menit dengan skala nyeri 5.
Analisa berdasarkan evidence based dan pemeriksaan penunjang
menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang dialami klien adalah Nyeri Kronis
berhubungan dengan kondisi muskuloskletetal kronis dengan tanda dan gejala
mayor yang terjadi pada klien diantaranya low back pain atau nyeri pinggang yang
sudah dirasakan secara terus menerus selama 6 bulan terakhir. Menurut SDKI,
nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung selama
lebih dari 3 bulan.8
Intervensi yang dipilih untuk mengatasi masalah nyeri klien disesuaikan
dengan kondisi dan penyebab nyeri klien. Penatalaksanaan LBP dapat dilakukan
dengan cara farmakologi maupun nonfarmakologi. Pada LPB kronis lebih
diutamakan penanganan secara nonfarmakologi karena penggunaan analgesik
opioid dalam jangka panjang beresiko meningkatnya toleransi pasien terhadap obat-
obatan dan hiperalgesia (sensitifitas nyeri meningkat) sehingga berpotensi
terjadinya overdosis. Intervensi non-farmakologis lebih ditekankan daripada
intervensi farmakologis dalam pengelolaan LBP non-spesifik yang persisten/ kronik
LBP. Intervensi terapi non-farmakologis sangat bervariasi tergantung pada
kemampuan tubuh klien, misalnya sesuai pedoman dari American College of
Physicians dan American Pain Society diantaranya terapi manual, terapi olahraga,
pijat, akupunktur, yoga, terapi perilaku kognitif, olahraga, terapi psikologis,
program gabungan fisik dan psikologis, program kembali bekerja, dan denervasi
frekuensi radio.17
Tujuan intervensi nonfarmakologi adalah untuk menghilangkan rasa sakit
dan merangsang pemulihan neurologis.18. Salah satu terapi nonfarmakologi yang
dapat diberikan pada pasien LBP kronik adalah McKenzie Exercise. McKenzie
exercise merupakan suatu teknik latihan dengan menggunakan gerakan badan
terutama ke belakang/ekstensi, biasanya digunakan untuk penguatan dan
peregangan otot-otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan dapat
mengurangi nyeri. Prinsip latihan McKenzie adalah memperbaiki postur untuk
mengurangi hiperlordosis lumbal. Sedangkan secara operasional pemberian latihan
untuk penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk otot-otot fleksor dan untuk
peregangan ditujukan untuk otot-otot ektensor punggung.19
Sebuah studi tinjauan sistematis telah menunjukkan bahwa terapi
McKenzie lebih efektif daripada pengobatan perbandingan pada tindak lanjut
jangka pendek untuk nyeri tulang belakang. Metode McKenzie bisa menjadi
pengobatan yang akrab dan merupakan salah satu pilihan umum yang digunakan
oleh sebagian besar fisioterapis untuk mengobati nyeri punggung bawah.20
Pemberian terapi latihan pada kasusNon-specific low back pain sangat
dianjurkan untuk peningkatan stabilitas dan koreksi postur pada tulang belakang.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dala latihan McKenzie:
1. Penyusunan latihan dimulai dari gerakan-gerakan yang termudah bagi pasien,
kemudian ditingkatkan sesuai kemampuan pasien
2. Saat melakukan latihan sedapat mungkin gerakan lurus bungkuk dilakukan
secara hati-hati, berirama, dan terkontrol
3. Setiap jenis gerakan dikerjakan paling sedikit lima kali dan gerakan dilakukan
sebanyak 15 kali
4. Latihan dengan posisi tengkurap sebaiknya dilakukan di lantai dengan
menggunkan matras yang agak keras
5. Dilakukan semampu pasien Harus memberitahukan kepada yang bersangkutan
apabila latihan yang dilakukan menambah rasa sakit, bahkan jika perlu latihan
yang harus dihentikan.
Pada kasus Ny S, setelah dilakukan intervensi sebanyak 3 kali rasa nyeri
yang dialami mengalami penurunan dari skala nyeri 5 (nyeri sedang) menjadi 2
(nyeri ringan). Hal ini digambarkan pada tabel dibawah ini:

Gambar Grafik skala sebelum dan sesudah relaksasi McKenzie

B. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur


Gangguan pola tidur yang dialami Oleh Ny S tergolong dalam tingkat
kualitas tidut buruk, hal ini dibuktikan dengan Pittburgh Sleep Quality Index
(PSQI), selain itu juga ditemukan gejala tanda mayor berupa; Ny S mengeluh susah
tidur, tidur sering terjaga dan mengeluh istirahat tidak cukup. Gangguan pola tidur
merupakan gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.8
Gangguan pola tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang
sering dialami oleh lansia.21 Insomnia merupakan salah satu faktor resiko depresi
dan gejala dari sejumlah gangguan medis, psikiatris, dan tidur. Bahkan insomnia
tampaknya menjadi prediksi sejumlah gangguan, termasuk depresi, kecemasan,
ketergantungan alkohol, ketergantungan obat dan bunuh diri.22 Keluhan yang
dialami lansia dalam pola tidurnya adalah ketika lansia terbangun di tengah malam
da sulit untuk mulai tidur lagi. Jika gangguan tidur terus berlanjut maka akan
menyebabkan: depresi, gangguan kemampuan mengendalikan diri, penurunan
performa motor, peningkatan kecelakaan, gangguan respon imun, penyakit
kardiovaskular, diabetes, ataupun obesitas.23 Untuk itu masalah gangguan tidur
pada lansia perlu menjadi prioritas dalam pelaksanaan intervensi agar masalah
tersebut dapat teratasi.
Berbagai pilihan intervensi keperawatan yang dapat kita berikan pada
lansia. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola
tidur ini yaitu relaksasi otot progesif. Relaksasi otot progresif merupakan
pengajaran sendiri atau latihan instruksional yang mencakup belajar berkontraksi
dan mengendurkan kelompok otot secara sistemik, dimulai dengan otot wajah dan
berakhir di otot kaki.24 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyeni & Patricia,
mengungkapkan bahwa terapi relaksasi otot progesif dapat meningkatkan kualitas
tidur pada lansia.25 Studi lainnya yang mendukung hasil penelitian ini adalah
dilakukan oleh Idris dan Astarani, keefektifan terapi relaksasi otot progesif untuk
mengurangi insomnia pada lansia menunjukkan bahwa semua lansia di Panti
Asuhan St. Joseph Wredha sebelum dilakukan terapi relaksasi otot progresif
diketahui mengalami insomnia. Terapi relaksasi otot progresif untuk insomnia
terbukti menurunkan kejadian insomnia pada lansia secara signifikan atau
signifikan terhadap perubahan insomnia.26
Berikut 15 gerakan dalam tahapan terapi relaksasi otot progresif:
Gerakan 1: dimaksudkan untuk melatih otot-otot tangan;
Gerakan 2: ditunjukkan untuk melatih otot punggung tangan;
Gerakan 3: ditunjukkan untuk melatih otot bisep (otot besar di bagian atas pangkal
lengan);
Gerakan 4: ditunjukkan untuk melatih otot bahu agar rileks;
Gerakan 5 dan 6: ditunjukkan untuk mengendurkan otot-otot wajah (seperti otot
dahi, mata, rahang dan mulut);
Gerakan 7: dimaksudkan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami otot
rahang;
Gerakan 8: ditunjukkan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut;
Gerakan 9: ditunjukkan untuk mengendurkan otot leher bagian depan dan belakang;
Gerakan 10: ditunjukkan untuk melatih otot leher depan;
Gerakan 11: ditunjukkan untuk melatih otot punggung;
Gerakan 12: dimaksudkan untuk mengendurkan otot-otot dada;
Gerakan 13: ditunjukkan untuk melatih otot perut;
Gerakan 14-15: ditunjukkan untuk melatih otot kaki (seperti paha dan betis). Terapi
relaksasi otot progresif dilakukan selama 3 kali seminggu selama 20-30
menit[ CITATION Idr191 \l 1033 ].
Terapi lain yang ada dilakukan sebagai kombinasi dengan terapi relaksasi
otot progesif adalah terapi musik. Terapi musik merupakan penggunaan musik dan
atau elemen-elemen dari musik (suara, rirme, melodi dan harmony) oleh terapi
terhadap individu atau kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi,
hubungan pembelajaran, mobilisasi, ekspresi, organisasi dan tujuan lain yang
menyangkut aspek fisik, emosi, mental, sosial dan kognitif. Terapi musik dapat
berupa musik dari elektronik, melodi ritmis, mendengarkan musik rekorder atau
musik yang dimainkan secara langsung.27
Penelitian yang berkaitan dengan terapi musik terhadap penurunan gejala
insomnia yaitu hasil riset yang dilakukan oleh Napitupulu dan Sutriningsih,
mengungkapkan bahwa dengan dilakukannya terapi musik klasik, keadaan
insomnia lansia akan semakin berkurang bahkan sampai tidak lagi mengalami
insomnia. Terapi musik tidak memiliki efek samping ataupun bahaya selama
memberikan terapi musik klasik kepada responden. Terapi musik klasik
memberikan tingkat kenyamanan serta perasaan rileks kepada responden sehingga
responden yang sebelumnya mengalami insomnia, setelah mendapatkan terapi
musik klasik tidak lagi mengalami insomnia. Hal ini menunjukkan bahwa terapi
musik klasik dapat dilakukan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi
insomnia pada lansia.28.
Intervensi lain yang dapat diberikan pada lansia dengan masalah
gangguan pola tidur adalah terapi murotal. Terapi murottal adalah rekaman suara
Al-Qur'an yang dibacakan oleh seorang ahli qori. Membaca Al-Qur'an telah dikenal
sebagai salah satu terapi yang efektif karena memiliki pengaruh terhadap kesehatan
karena mengandung unsur meditasi, sugesti dan relaksasi. 29 Murottal Al-Quran
merupakan salah satu terapi musik yang dapat didengarkan seseorang sehingga
dapat memberikan pengaruh positif. Terapi ini akan diberikan saat klien hendak
tidur. pengaruh terapi murottal Al Qur’an terhadap kualitas tidur lansia dipengaruhi
oleh kelebihan terapi murottal Al Qur’an dengan tempo yang lambat serta harmonis
lantunan Al Qur’an dapat menurunkan hormon stres, mengaktifkan hormon
endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak.
Murottal Al-Quran bisa dilakukan secara rutin saat jam menjelang tidur
sehingga meningkatkan kualitas tidur lansia, ketenangan yang ditimbulkan dari
pemberian terapi murottal membuat lansia nyaman dan rileks sehingga terjadi
peningkatan pada kualitas tidur lansia.16 Terapi murottal mengubah arus listrik otot,
sirkulasi darah, detak jantung dan kadar darah di kulit. Terapi murotal
mempengaruhi otak dengan merangsang zat kimia di otak yang disebut
neuropeptida. Molekul ini akan berlabuh ke reseptornya dan akan memberikan
umpan balik berupa kesenangan atau kenyamanan.30
Intervensi yang dipilih untuk mengatasi masalah gangguan pola tidur
pada Ny S adalah terapi murotal surah Arrahman. Surah ArRahman yang terdiri
dari 78 ayat di bagian Terapi Murottal. Semua ayat dalam Surah Ar-Rahman
singkat dan mudah dihafal oleh orang tua. Ada sebuah ayat dalam Surah ArRahman
yang terkadang diulang-ulang, "Fa Bi ayyiAlairobbikumaTukadzidziban" yang
artinya “Nikmat Allah apa yang kamu dustakan. Pengulangan ayat ini memberikan
keyakinan yang sangat kuat tentang segala nikmat yang Allah berikan. Hal itu akan
memberikan ketenangan dalam jiwa seseorang yang dapat meningkatkan kualitas
tidurnya (Al-Quran surah ArRahman ayat 1 - 78). Intervensi ini dipilih karena Ny.
S sangat menyukai murotal, terutama surah Ar-rahman. Pemberian terapi murotal
surah Arrahman memberikan kenyamanan dan meningkatkan kualitas tidur Ny S.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap lansia Ny.S di rumah, ditemukan
diagnosa sebagai berikut:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri berfokus pada pemantauan
nyeri, manjemen nyeri menggunakan terapi non-farmakologis berupa Teknik
McKenzie exercise. Setelah dilakukan intervensi selama 5 hari, Ny.S
mengalami penurunan skala nyeri dari skala 5 (nyeri sedang) menjadi skala 2
(nyeri ringan).
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi gangguan pola tidur pasien Ny S
adalah terapi murotal sebelum tidur. Terapi murotal memberikan dampak yang
signifikan pada perubahan pola tidur klien serta meningkatkan kenyamanan
pada Ny S.
B. Saran
1. Lansia
Kedisiplinan Ny.S dalam menjalankan latihan McKenzie sangat penting untuk
untuk meningkatkan kualitas hidup, minimal selama 1 minggu ke depan Selain
itu diharapkan Ny.S tetap meminum obat dan mengikuti program fisioterapi
sesuai dengan petunjuk dokter.
2. Keluarga
Peran keluarga sangat penting dalam mengontrol status kesehatan Ny S agar
sakit tidak berlanjut dan semakin parah. Selain itu diharapkan Ny.S agar
mengaplikasikan terapi murotal setiap istirahat tidur untuk memperoleh
kualitas tidur yang maksimal.
Daftar Pustaka
1. Vesty P. Buku ajar lansia. Nasrullah D, editor. Surabaya: UMSurabaya
publishing; 2018. 1–7 p.
2. Sunarti S, Ratnawati R, Nugrahenny D, Nurlaila G, Ramadhan R, Buduanto R, et
al. Prinsip dasar kesehatan lanjut usia (geriatri). Sunarti S, editor. Malang: UB
Press; 2019. 3–4 p.
3. Utomo AS. Status kesehatan lansia berdayaguna. Lutfiah, editor. Surabaya:
Media sahabat cendikia; 2019. 2–6 p.
4. Jusuf L. Kiat menghadapi masalah kesehatan lansia (usia lanjut) +35 resep
pilihan hidangan sehat. Hardiman I, Asmoro Y, editors. Jakarta: PT Gramedia
pustaka utama; 2011. 6–7 p.
5. Urits I, Burshtein A, Sharma M, Testa L, Gold PA, Orhurhu V, et al. Low Back
Pain, a Comprehensive Review: Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment.
Curr Pain Headache Rep. 2019;23(3):1–10.
6. Kurniawan GPD. Mckenzie excercise dalam penurunan disabilitas pasien non-
specific low back pain. Qual J Kesehat. 2019;10(1):5–8.
7. Andarmoyo S. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media; 2013.
8. PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta; 2017.
9. Budi M. Elektronical games untuk mengatasi nyeri perawatan luka pada anak
post operasi. Yogyakarta: UNY Press; 2018. 8 p.
10. Ali, A., Arif, A. W., Bhan, C., Kumar, D., Malik, M. B., Sayyed, Z., Ahmad MQ.
Managing Chronic Pain in the Elderly: An Overview of the Recent Therapeutic
Advancements. Cureus. 2018;10(9).
11. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba medika; 2008. 515–521 p.
12. Potter, Perry. Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba medika; 2012.
13. Anggiat L, Fransisko IJ, SSt.Ft S. Terapi konvensional dan metode mckenzie
pada lansia dengan kondisi low back pain karena hernia nukleus pulposus lumbal.
J Fisioter dan Rehabil. 2020;4(2):44–57.
14. Prasadja A. Ayo bangun! dengan bugar karena tidur yang benar. Rahman, editor.
Jakarta: Penerbit Hikmah; 2009. 51 p.
15. Sitskoorn M. Asah pikiran; jadilah brilian dan jadi diri sendiri. Irene, editor.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2021. 177 p.
16. Iksan RR, Hastuti E. Terapi murotal dalam upaya meningkatkan kualitas tidur
lansia. J Keperawatan Silampari. 2020;3(2):597–606.
17. Maher C, Underwood M, Buchbinder R. Non-specific low back pain. Lancet.
2017;389(10070):736–47.
18. Lakshmi TR, Aravindaswami. A Review of Etiology Pathogenesis, Treatment of
Sciatica. Int J Sci Res. 2018;7(1):1477–9.
19. McKenzie RA, May S. The lumbar spine: mechanical diagnosis and therapy.
Orthop Phys Ther. 2003;2(1):12–21.
20. Clare HA, Adams R, Maher CG. A systematic review of efficacy of McKenzie
therapy for spinal pain. Aust J Physiother [Internet]. 2004;50(4):209–16.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0004-9514(14)60110-0
21. Nugroho. Keperawatan gerontik & geriatrik. 3rd ed. Jakarta: Buku kedokteran
EGC; 2010.
22. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Buku modul daftar penyakit
kepaniteraan klinik. Percetakan Syiah Kuala university press; 2015. 88–90 p.
23. Vaughans B. Keperawatan dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing; 2013.
24. Sumiarsih T. The effect of progressive relaxation techniques on changes in
fulfilling sleep needs in the elderly in Sijambe Village, Wonokerto District,
Pekalongan Regency. STIKes Muhammadiyah Pekajangan. 2013;
25. Apriyeni E, Patricia H. The improvement of elderly sleeping quality with
progressive muscle relaxation therapy. Int J Community Med Public Heal
[Internet]. 2020;7(5):1684–7. Available from:
doi:http://dx.doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20201967
26. Idris N, Astarani K. Therapy of effective progressive muscle relaxation to reduce
insomnia in elderly. Str J Ilm Kesehat. 2019;8(2):165–71.
27. Suprianto. Jejak ingatan. Yuniar F, editor. Jakarta: PT Gramedia Jakarta; 2015.
47–49 p.
28. Napitupulu M, Sutriningsih. Pengaruh terapi musik klasik terhadap lansia
penderita insomnia. J Kesehat Ilm Indones. 2019;4(2):70–5.
29. Handayani S, Swasana AE, Purnomo RT, Agustina NW. The improvement of
sleep quality through the combination of progressive muscle relaxation and
murottal therapy among elderly. J Phys Conf Ser. 2019;1179(1).
30. Mottaghi E, Esmaili R, Rohani Z. Effectofquranrecitationonthe levelofanxietyin
athletics. Quranand Med. 2011;1(1):1–4.

Anda mungkin juga menyukai