Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN KENYAMANAN
PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA COLLUM FEMUR
DI RUANG PUNAI RSUD SIMPANG LIMA GUMUL

Oleh ;
PUJI SUSENO
NIM.202306058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pedahuluan dan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia


Gangguan Kenyamanan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Collum Femur Di Ruang
Punai RSUD Simpang Lima Gumul oleh:

Nama : Puji Suseno

Nim : 202306058

Prodi : Pendidikan Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Pendidikan Profesi
Ners Departemen Keperawatan Dasar Profesi (KDP), yang dilaksanakan pada
tanggal 14 Agustus - 24 Agustus 2023.

Mengetahui,

Mahasiswa

Puji Suseno
NIM.202306058

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Nurul Laili, S.Kep.Ns.M.Kep Nurul Chotijah, S.Kep.Ners

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


(KDM) KENYAMANAN

A. Definisi Kenyamanan

Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahteraan atau


nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015).

Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori
kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat
diaplikasikan langsung di lapangan karena bersifat universal dan tidak
terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan
6 Universitas Udayana teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya
sesuai kebutuhan klien masing-masing (March & McCormack, 2009).
Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar


manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegan (kebutuhan telah terpenuhi),
transanden (keadaan tentang sesuati yang melebihi masalah nyeri) (Potter &
Perry, 2013).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi


yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang
berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2014).

B. Etiologi
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakan jaringan akibat bedah
atau cidera.
2. Iskemik jaringan
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tidak disadari atau
tidak terkendali. Dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya
terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika
otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap
dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif
lainnya.
5. Post operasi.
6. Tanda gejala fisik: tanda fisiologisnya dapat menunjukkan nyeri pada klien
yang berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan.
Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibhatan saraf otonom.
7. Efek perilaku. Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami
kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis,
mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami
ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai
dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

8. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Pasien yang mengalami nyeri setiap


hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti mengalami
kesulitan dalam melakukan tindakan hiegine normal dan dapat
mengganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual.
C. Faktor yang mempengaruhi Kenyamanan:

1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti
gangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punya.
D. Klasifikasi Kenyamanan
Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman
yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dengan situasi sosialnya.
Klasifikasi Kenyamanan:
a. Berdasarkan Sumbernya
- cuutaneus atau supcorficial: mengenai kulit atau jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Misalnya terkena
ujung pisau atau gunting.
- Deep Somatic atau nyeri dalam: muncul dari ligament, pembuluh
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar menyebar dan
lebih lama dari sutaneus. Misalnya sprain sendi.
- Visceral (pada organ dalam): stimuli reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cronium dan thoraks. Biasanya terjadi karena spasme
otot 15 kemia, regangan jaringan.
b. Berdasarkan Penyebab
- Fisik: terjadi karena stimulus fisik
- Psykogenik: terjadi karena sebab yang kurang jelas atau susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi atau psikis dan biasanya tidak
disadari. Misalnya orang yang marah-marah tiba” nyeri dadanya
c. Berdasarkan Lama/Durasinya
- Nyeri akut: terjadi setelah tubuh terkena cedera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas bervariasi
dari berat sampai ringan.
- Nyeri kronik: nyeri konstan atau intermitten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas
bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.
d. Berdasarkan Letak/Lokasi
- Radiating pain: nyeri menyebar dari sumber nyeri kejaringan
didekatnya
- Reflered Pain: nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang
dipikirkan berasal dari jaringan penyebab.
- Intrac table pain: nyeri yang sangat susah dihilangkan. Misalnya:
nyeri pada kanker.

E. Manifestasi Klinis Kenyamanan


a. Melaporkan nyeri secara verbal mapupun non verbal.
b. Menunjukkan adanya kerusakan
c. Posisi pasien berhati-hati untuk menghindari rasa kurang nyaman
d. Ada gerakan untuk melindungi diri
e. Tingkah laku pasien berhati-hati (gelisah, merintih, menangis, waspada,
nafas panjang, berkeluh kesal)
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lelah, pergerakan yang sulit atau
kacau)
h. Fokus pada diri sendiri
i. Fokus menjempit (penurunan persepsi tentang waktu, kerusakan proses
pikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan

F. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinin, serotonin, dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hipotalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu akan mengalami nyeri.
Selain dihantarkan ke hipotalamus nyeri dapat menurunkan simulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat menyebabkan
atau mengalami (gangguan rasa nyaman) nyeri (Wahid Chayatin, N.
Mubarak, 2007)
G. WOC
H. Aspek Kenyamanan

Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan keadaan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman
(kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan seharusnya
dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh


b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah
lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat
telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan.

I. Tindakan Keperawatan
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah rasa kurang nyaman/nyeri:
a. Ketidakpercayaan (pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita
pasien dapat mengurangi rasa nyeri)
b. Kesalahpahaman (dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang
dialaminya sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti
tentang nyerinya)
c. Ketakutan (memberi informasi yang tepat mengurangi ketakutan
pasien)
d. Kelelahan (kelelahan dapat nemperberat nyeri)
e. Kebosanan (dapat meningkatkan rasa nyeri/dapat digunakan pengalih
perhatian terapeutik. Misalnya: aktif mendengarkan musik,
membayangkan hal0hal yang menyenangkan, dll)
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tehnik, seperti:
a. Tehnik latihan pengalihan: menonton tv, berbincang-bincang dengan
orang lain, mendengarkan musik.
b. Tehnik relaksasi: menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam-
dalam mengisi paru” dengan udara, mengehmbuskan secara perlahan,
melemaskan otot-otot sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa
nyaman, tenang, dan rileks.
c. Stimulus kulit: menggosok dengan halus pada daerah nyeri,
menggunakan air hangat/dingin sesuai dengan kenyamannan pasien.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau
tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10
skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi
nyeri.
1) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering
mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang
nyeri, suhu meningkat.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya.
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Gangguan rasa nyaman
e. Defisit pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa SLKI SIKI

Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri


(D.0077) Setelah dilakukan tindakan (1.08238)
keperawatan selama 1x24 Observasi :
jam diharapkan tingkat nyeri 1. identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
 Kemampuan intensitas nyeri
menuntaskan nyeri 2. identifikasi skala
meningkat nyeri
 Keluhan nyeri 3. identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
 Meringis menurun 4. identifikasi faktor
 Sikap protektif yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
 Gelisah menurun 5. identifikasi
 Kesulitan tidur pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang
nyeri
 Menarik diri
6. identifikasi
menurun
pengaruh budaya
 Berfokus pada diri
terhadap respon nyeri
sendiri menurun
7. identifikasi
 Diaforesis menurun pengaruh nyeri pada
 Perasaan depresi kualitas hidup
(tertekan) menurun 8. monitor
 Perasaan takut keberhasilan terapi
mengalami cedera komplementer yang
berulang menurun sudah diberikan
 Anoreksia menurun 9. monitor efek
 Perineum terasa samping penggunaan
tertekan menurun analgetik
 Uterus teraba Terapeutik :
membulat 10. berikan teknik
 Ketegangan otot nonfarmakologis untuk
 Pupil dilatasi mengurangi rasa nyeri
menurun (mis. TENS, hipnosis,
 Muntah menurun akupresur, terapi
musik, biofeedback,
 Mual menurun
terapi pijat,
 Frekuensi nadi
aromaterapi, teknik
membaik
imajinasi terbimbing,
 Pola napas membaik kompres air
 Tekanan darah hangat/dingin. Terapi
membaik bermain)
 Proses berpikir 11. kontrol lingkungan
membaik yang memperberat rasa
 Fokus membaik nyeri (mis. Suhu
 Fungsi berkemih ruangan, pencahayaan,
membaik kebisingan)
 Perilaku membaik 12. fasilitasi istirahat
nafsu makan dan tidur
membaik 13. pertimbangkan
 Pola tidur membaik jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
14. jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
15. jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
17. anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
18. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
19. kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2. Nyeri kronis Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
(D.0078) Setelah dilakukan tindakan (1.08238)
keperawatan selama 1x24 Observasi :
jam diharapkan tingkat nyeri 1. identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
 Kemampuan intensitas nyeri
menuntaskan nyeri 2. identifikasi skala
meningkat nyeri
 Keluhan nyeri 3. identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
 Meringis menurun 4. identifikasi faktor
 Sikap protektif yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
 Gelisah menurun 5. identifikasi
 Kesulitan tidur pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang
nyeri
 Menarik diri
6. identifikasi
menurun
pengaruh budaya
 Berfokus pada diri
terhadap respon nyeri
sendiri menurun
7. identifikasi
 Diaforesis menurun pengaruh nyeri pada
 Perasaan depresi kualitas hidup
(tertekan) menurun 8. monitor
 Perasaan takut keberhasilan terapi
mengalami cedera komplementer yang
berulang menurun sudah diberikan
 Anoreksia menurun 9. monitor efek
 Perineum terasa samping penggunaan
tertekan menurun analgetik
 Uterus teraba Terapeutik :
membulat 10. berikan teknik
 Ketegangan otot nonfarmakologis untuk
 Pupil dilatasi mengurangi rasa nyeri
menurun (mis. TENS, hipnosis,
 Muntah menurun akupresur, terapi
 Mual menurun musik, biofeedback,
 Frekuensi nadi terapi pijat,
membaik aromaterapi, teknik
 Pola napas membaik imajinasi terbimbing,
 Tekanan darah kompres air
membaik hangat/dingin. Terapi
 Proses berpikir bermain)
membaik 11. kontrol lingkungan
 Fokus membaik yang memperberat rasa
 Fungsi berkemih nyeri (mis. Suhu
membaik ruangan, pencahayaan,
 Perilaku membaik kebisingan)
nafsu makan 12. fasilitasi istirahat
membaik dan tidur
13. pertimbangkan
 Pola tidur membaik
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
14. jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
15. jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
17. anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
18. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
19. kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
3. Gangguan Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi
mobilitas Setelah dilakukan tindakan (1.05173)
fisik keperawatan selama 1x24 Observasi :
(D.0054) jam diharapkan gerakan fisik 1. identfikasi adanya
meningkat dengan kriteria nyeri atau keluhan
hasil : fisik lainnya
 Pergerakan 2. identifikasi toleransi
ekstremitas fisik melakukan
meningkat pergerakan
 Kekuatan otot 3. monitor frekuensi
meningkat jantung dan tekanan
 Rentang gerak darah sebelum
(ROM) meningkat memulai mobilisasi
 Nyeri menurun 4. monitor kondisi
 Kecemasan menurun umum selama
 Kaku sendi menurun melakukan mobilisasi
 Gerakan tidak Terpeutik:
terkoordinasi 5. fasilitasi aktivitas
menurun mobilisasi dengan alat
bantu (mis. Pagar
 Gerakan terbatas
tempat tidur)
menurun
6. fasilitasi melakukan
 Kelemahan fisik
pergerakan, jika perlu
menurun
7. libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
8. jelaskan tujuan dan
prosedur mobilitas
9. anjurkan melakukan
mobilisasi dini
10. ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk
ditempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
4. Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
pengetahuan (L.12111) (1.12383)
(D. 0111) Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24 1. identifikasi kesiapan
jam diharapkan tingkat dan kemapuan
pengetahuan membaik menerima informasi
dengan kriteria hasil : 2. identifikasi faktor-
 Perilaku sesuai faktor yang dapat
anjuran meningkat meningkatkan dan
 Verbalisasi minat menurunkan motivasi
dalam belajar perilaku hidup bersih
meningkat dan sehat
 Kemampuan Terapeutik :
menggambarkan 3. sediakan materi dan
pengalaman media pendidikan
sebelumnya yang kesehatan
sesuai sesuai dengan 4. jadwalkan
topik meingkat pendidikan kesehatan
 Perilaku sesuai sesuai kesepakatan
dengan pengetahuan 5. berikan kesempatan
meningkat untuk bertanya
 Pertanyaan tentang Edukasi :
masalah yang 6. jelaskan faktor
dihadapi menurun resiko yang dapat
 Persepsi yang keliru mempengaruhi
terhadap masalah kesehatan
menurun 7. ajarkan perilaku
 Menjalani hidup bersih dan sehat
pemeriksaan yang 8. ajarkan strategi yang
tidak tepat menurun dapat digunakan untuk
 Perilaku membaik meningkatakan
perilaku hidup bersih
dan sehat
5. Gangguan Status kenyamanan Manajemen nyeri
rasa nyaman (L.08064) (1.08238)
(D. 0074) Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x24 jam 1. identifikasi lokasi,
diharapkan status kenyaman karakteristik, durasi,
meningkat dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil : intensitas nyeri
 Kesejahteraan fisik 2. identifikasi skala
meningkat nyeri
 Kesejahteraan 3. identifikasi respon
psikologis meningkat nyeri non verbal
 Dukungan sosial dari 4. identifikasi faktor
keluarga meningkat yang memperberat dan
 Dukungan sosial dari memperingan nyeri
teman meningkat 5. identifikasi
 Perawatan sesuai pengetahuan dan
keyakinan buadaya keyakinan tentang
meningkat nyeri
 Perawatan sesuai 6. identifikasi
kebutuhan meningkat pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Kebebasan
7. identifikasi
melakukan ibadah
pengaruh nyeri pada
meningkat
 Rileks meningkat kualitas hidup
 Keluhan tidak 8. monitor
nyaman menurun keberhasilan terapi
 Gelisah menurun komplementer yang
 Kebisingan menurun sudah diberikan
 Keluhan sulit tidur 9. monitor efek
menurun samping penggunaan
 Keluhan kedinginan analgetik
menurun Terapeutik :
10. berikan teknik
 Keluhan kepanasan
nonfarmakologis untuk
menurun
mengurangi rasa nyeri
 Gatal menurun
(mis. TENS, hipnosis,
 Mual menurun akupresur, terapi
 Lelah menurun musik, biofeedback,
 Merintih menurun terapi pijat,
 Menangis menurun aromaterapi, teknik
 Iritabilitas menurun imajinasi terbimbing,
 Menyalahgunakan kompres air
diri sendiri menurun hangat/dingin. Terapi
 Konfusi menurun bermain)
 Konsumsi alkholo 11. kontrol lingkungan
menurun yang memperberat rasa
 Penggunaan zat nyeri (mis. Suhu
menurun ruangan, pencahayaan,
 Percobaan bunuh diri kebisingan)
menurun 12. fasilitasi istirahat
 Memori masa lalu dan tidur
membaik 13. pertimbangkan
 Suhu ruangan jenis dan sumber nyeri
membaik dalam pemilihan
 Pola eliminasi strategi meredakan
membaik nyeri
 Postur tubuh Edukasi :
14. jelaskan penyebab,
membaik
periode, dan pemicu
 Kewaspadaan
nyeri
membaik
15. jelaskan strategi
 Pola hidup membaik
meredakan nyeri
 Pola tidur membaik 16. anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
17. anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
18. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
19. kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Pearwat


membantuk pasien mencapai tujuan yang diharapka, oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktofaktor yang
memengaruhi maslah kesehatan pasien. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat
harus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua tindakan keperawatan dicatat
kedalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang
kurang dapat ditambahkan, dan apabila mendapatkan kasus baru dan mampu
diselesaikan dengan baik, maka hal itu disebut sebagai keberhasilan atau
temuan sebuah penelitian. Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data,
apakah masih perlu direvisi untuk menentukan, apakah informasi yang telah
dikumpukan sudah mencukupi, dan apakah perilaku yang diobservasi yang
sudah sesuai. Diagnosa juga perlu di evaluasi dala hal keakuratan dan
kelengkapannya.. tujan dan intervensi evaluasi adalah untuk menentukan
apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif. Tahap ini dilakukan
sesuai dengan formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan selama proses asahun keperawatan, seangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi akhir. Untuk dilakukam evaluasi, ada baiknya disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional :
S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah
dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasakan sakit, kini
tidak sakit lagi.
O : adalah berbagai pesoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Misalnya, berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respons keluarga pada tahap evaluasi
Daftar Pustaka

Iqbal Mubarak, Indrawati, & Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, dkk. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic


Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

March & Mc Cormack. 2009. Nursing Theory-Directed Health Care: Modifying


Kolcaba’s Comfort Theory as an Institution – Wide Approach. Holistic
Nurse Pract.

Potter & Perry. 2013. Fundamentals of nursing. 8th ed.St. Louis, Missouri:
Elsevier Mosby

Anda mungkin juga menyukai