Oleh ;
PUJI SUSENO
NIM.202306058
Nim : 202306058
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Pendidikan Profesi
Ners Departemen Keperawatan Dasar Profesi (KDP), yang dilaksanakan pada
tanggal 14 Agustus - 24 Agustus 2023.
Mengetahui,
Mahasiswa
Puji Suseno
NIM.202306058
A. Definisi Kenyamanan
Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori
kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat
diaplikasikan langsung di lapangan karena bersifat universal dan tidak
terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan
6 Universitas Udayana teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya
sesuai kebutuhan klien masing-masing (March & McCormack, 2009).
Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
B. Etiologi
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakan jaringan akibat bedah
atau cidera.
2. Iskemik jaringan
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tidak disadari atau
tidak terkendali. Dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya
terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika
otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap
dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif
lainnya.
5. Post operasi.
6. Tanda gejala fisik: tanda fisiologisnya dapat menunjukkan nyeri pada klien
yang berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan.
Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibhatan saraf otonom.
7. Efek perilaku. Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami
kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis,
mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami
ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai
dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti
gangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punya.
D. Klasifikasi Kenyamanan
Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman
yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dengan situasi sosialnya.
Klasifikasi Kenyamanan:
a. Berdasarkan Sumbernya
- cuutaneus atau supcorficial: mengenai kulit atau jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Misalnya terkena
ujung pisau atau gunting.
- Deep Somatic atau nyeri dalam: muncul dari ligament, pembuluh
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar menyebar dan
lebih lama dari sutaneus. Misalnya sprain sendi.
- Visceral (pada organ dalam): stimuli reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cronium dan thoraks. Biasanya terjadi karena spasme
otot 15 kemia, regangan jaringan.
b. Berdasarkan Penyebab
- Fisik: terjadi karena stimulus fisik
- Psykogenik: terjadi karena sebab yang kurang jelas atau susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi atau psikis dan biasanya tidak
disadari. Misalnya orang yang marah-marah tiba” nyeri dadanya
c. Berdasarkan Lama/Durasinya
- Nyeri akut: terjadi setelah tubuh terkena cedera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas bervariasi
dari berat sampai ringan.
- Nyeri kronik: nyeri konstan atau intermitten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas
bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.
d. Berdasarkan Letak/Lokasi
- Radiating pain: nyeri menyebar dari sumber nyeri kejaringan
didekatnya
- Reflered Pain: nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang
dipikirkan berasal dari jaringan penyebab.
- Intrac table pain: nyeri yang sangat susah dihilangkan. Misalnya:
nyeri pada kanker.
F. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinin, serotonin, dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hipotalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu akan mengalami nyeri.
Selain dihantarkan ke hipotalamus nyeri dapat menurunkan simulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat menyebabkan
atau mengalami (gangguan rasa nyaman) nyeri (Wahid Chayatin, N.
Mubarak, 2007)
G. WOC
H. Aspek Kenyamanan
Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan keadaan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman
(kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan seharusnya
dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu:
I. Tindakan Keperawatan
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah rasa kurang nyaman/nyeri:
a. Ketidakpercayaan (pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita
pasien dapat mengurangi rasa nyeri)
b. Kesalahpahaman (dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang
dialaminya sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti
tentang nyerinya)
c. Ketakutan (memberi informasi yang tepat mengurangi ketakutan
pasien)
d. Kelelahan (kelelahan dapat nemperberat nyeri)
e. Kebosanan (dapat meningkatkan rasa nyeri/dapat digunakan pengalih
perhatian terapeutik. Misalnya: aktif mendengarkan musik,
membayangkan hal0hal yang menyenangkan, dll)
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tehnik, seperti:
a. Tehnik latihan pengalihan: menonton tv, berbincang-bincang dengan
orang lain, mendengarkan musik.
b. Tehnik relaksasi: menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam-
dalam mengisi paru” dengan udara, mengehmbuskan secara perlahan,
melemaskan otot-otot sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa
nyaman, tenang, dan rileks.
c. Stimulus kulit: menggosok dengan halus pada daerah nyeri,
menggunakan air hangat/dingin sesuai dengan kenyamannan pasien.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau
tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10
skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi
nyeri.
1) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering
mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang
nyeri, suhu meningkat.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya.
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Gangguan rasa nyaman
e. Defisit pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa SLKI SIKI
4. Implementasi Keperawatan
Iqbal Mubarak, Indrawati, & Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2013. Fundamentals of nursing. 8th ed.St. Louis, Missouri:
Elsevier Mosby